Anda di halaman 1dari 3

1. Mengapa pada kejang bias terjadi kesadarn menurun? Pada kejang terjadi pelepasan muatan listrik yang tiba-tiba.

Yang secara primer melepaskan muatan listriknya adalah nuclei intralaminares thalami yang dikenal juga sebagai inti centre cephalic. Inti tersebut merupakan terminal dari lintasan ascendens aspesifik/lintasan ascenden ekstralemiskal. Input korteks serebri melalui lintasan afferent aspesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bila sama sekali tidak ada input, maka timbul koma. Terjadi lepas muatan listrik dari intralaminar thalami secara berlebihan. Perangsangan talamokortikol yang berlebihan ini menghasilkan kejang otot seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi neuron-neuron pembina kesadaran menerima impuls afferent dari dunia luar sehingga kesadaran hilang. (Mardjono & Sidharta, 2009)

2. Jelaskan mekanisme kerja obat analgetik! Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anastetika umum) Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu: Analgetik perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Contoh dari analgetik perifer: o Parasetamol o Salisilat : Asetosal, salisilamid, dan benorilat o Penghambat prostaglandin (NSAIDS) ; ibupropen o Derivat-derivat Pirazolinon : aminofenazon o Derivat-derivat antranilat : mefenaminat o Lainnya : benzidamin Efek samping: Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung-usus (salisilat, penghambat prostaglandin=NSAIDS, derivat-derivat pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol, salisilat, derivat antranilat, derivat pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal (parasetamol, penghambat prostaglandin), dan juga reaksi alergi pada kulit. Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi.

Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau nyeri hebat seperti pada kanker. Disebut juga OPIOIDA (=mirip opiat) adalah zat yang bekerja terrhadap reseptor opioid khas di susunan saraf pusat (SSP) hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi). Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat endorfin (adalah kelompok polipeptida endogen yang terdapat di cairan cerebrospinal (CCS) dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin). Berdasarkan kerjanya: Agonis Opiat Alkaloid candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin Zat sintesis : metadon dan derivat-derivatnya (propoksifen), petidin dan derivatnya serta tramadol Cara kerja obat ini sama dengan morfin, hanya berbeda mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping serta resiko habituasi dan adiksi. Antagonis Opiat : Nalokson, nalorfin, pentazosin Bila digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat menduduki reseptor Kombinasi Zat ini juga dapat mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna

Mekanisme kerja: Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor nyeri di susunan saraf pusat hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik opioida berdasarkan kemampuannya menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati endorfin. Tetapi bila analgetik tersebut digunakan terus-menerus. Pembentukan reseptorreseptor baru distimulasi dan produksi endorfin di ujung saraf di rintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan.

Efek samping: Supresi SSP, mual sedasi, menekan pernafasan, batuk, pada dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas mental dan motoris. Saluran cerna : motilitas berkurang (obstipansi), kontraksi sfingter kandung empedu (kolik batu empedu) Saluran urogenital : retensi urin (karena naiknya tonus dari sfingter kandung kemih) Saluran nafas : bronkokontriksi, pernafasan menjadi lebih dangkal dan frekuensinya turun Sistem sirkulasi : vasodilatasi, hipertensi, bradikardia Kebiasaan : dengan resiko adiksi pada penggunaan lama.

Penanganan Rasa Nyeri: Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer dengan analgetik perifer Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misal dengan anastetik lokal Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan analgetik sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum.

Anda mungkin juga menyukai