Anda di halaman 1dari 26

21

PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis Aspek kegiatan teknis yang dilakukan penulis selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) antara lain pemangkasan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, wiwil, pemanenan, dan pengolahan hasil. Jurnal harian kegiatan penulis selama menjadi KHL dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pemangkasan Pemangkasan tanaman kakao merupakan kegiatan membuang dan memotong cabang sakit, cabang kering, dan cabang yang tidak produktif yang dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan intensitas cahaya matahari sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman kakao. Cabang yang dibuang adalah cabang kering, cabang sakit, cabang cacing, cabang kipas, dan cabang yang tidak produktif. Cabang kering dapat disebabkan oleh serangan hama Helopeltis antonii sebab tidak adanya buah pada tanaman kakao sehingga hama beralih menyerap nutrisi pada bagian pucuk tanaman hingga mengering. Cabang sakit merupakan cabang yang terserang hama dan penyakit seperti serangan jamur upas (Corticium salmonicolor) serta dililit oleh benalu. Cabang yang dipangkas dapat dilihat pada Gambar 3.

a) b) Gambar 3. Cabang yang Dipangkas, (a) Cabang Sakit dan (b) Cabang Kering Alat pangkas yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah cungkring, gergaji pangkas, dan golok (Gambar 4). Cungkring merupakan alat panen tetapi dapat juga digunakan sebagai alat pangkas yaitu untuk memotong

22 cabang yang berdiameter < 2.5 cm. Gergaji pangkas digunakan untuk memotong cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm. Cungkring dan gergaji pangkas disambungkan dengan galah dan digunakan untuk memangkas cabang yang letaknya tinggi. Sedangkan golok digunakan untuk memotong cabang overlapping atau cabang menggantung yang letaknya rendah ataupun untuk menebas gulma yang menghalangi jalan pekerja. Pekerja yang menggunakan gergaji pangkas cukup sedikit, dari satu kelompok yang berjumlah 20 orang, pekerja yang menggunakan gergaji pangkas hanya 4 orang. Jika pekerja yang menggunakan cungkring hendak memangkas cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm, maka perlu memanggil pekerja yang menggunakan gergaji pangkas, sehingga waktu pemangkasan menjadi tidak efisien. Penggunaan gergaji pangkas diutamakan saat pemangkasan produksi, karena banyak cabang-cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang harus dipangkas.

Gambar 4. Alat Pangkas yang Digunakan, Golok, Gergaji Pangkas, dan Cungkring Ketajaman alat pangkas berpengaruh terhadap kualitas pemangkasan, kurang tajamnya alat pangkas akan menyebabkan kulit cabang rusak atau terkelupas. Terkadang pekerja juga memangkas cabang dengan diameter lebih dari 2.5 cm yang tidak produktif dengan cungkring karena terlalu tinggi untuk dipangkas menggunakan golok sehingga mengakibatkan rusaknya kulit cabang. Kulit cabang yang rusak dan terkelupas akan memerlukan waktu lama dan menyerap nutrisi yang banyak untuk pemulihan, sehingga produksi buah menjadi terhambat. Selain itu kulit cabang yang terkelupas juga dapat disebabkan kurangnya keterampilan pemangkas dalam menggunakan alat.

23 Penulis melakukan kegiatan pemangkasan pemeliharaan di Kebun Rumpun Sari Antan I selama 5 hari dengan 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Prestasi Kerja KHL, Penulis, dan Standar Perusahaan untuk Aspek Teknis di Kebun Rumpun Sari Antan I Rata-rata Prestasi Kerja Ha/HK Standar Karyawan Penulis Perusahaan 0.25 0.27 0.20 0.67 0.50 0.25 1.00 3.94 2.26 2.50 2.53 0.96 2.50 1.76 0.45 25.00 35.05 10.25 25.00 39.00 5.00

Kegiatan Pemangkasan Pengendalian Gulma Pengendalian HPT Wiwil Pemanenan

Afdeling C C C B C B C

Pengendalian Gulma Gulma pada perkebunan menimbulkan berbagai masalah, yaitu

berkompetisi dengan tanaman yang dibudidayakan terhadap penyerapan sumber daya, mempersulit pemeliharaan tanaman, sebagai inang hama dan penyakit tumbuhan, menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman, hingga

mengakibatkan kerugian finansial. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah jalan pekerja saat pemeliharaan tanaman dan panen serta sebagai tindakan sanitasi karena gulma dapat menjadi inang perantara bagi hama dan penyakit tanaman kakao. Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah pengendalian gulma secara manual dan kimiawi. Pekerja menggunakan golok dan sabit sebagai alat dalam pengendalian gulma manual dengan metode babad dumpes yang bertujuan untuk mempermudah jalan. Sedangkan

pengendalian gulma kimia menggunakan herbisida dan dilakukan dengan rotasi dua kali setahun yaitu pada bulan Februari dan September. Gulma yang ditemui di areal pertanaman kakao Kebun Rumpun Sari Antan I antara lain dari golongan rumput, daun lebar dan teki-tekian. Chromolaena odorata (kirinyuh), Ageratum conyzoides (babadotan), Mikania

24 micranta, alang-alang, Setaria plicata, Keladi-keladian, dan Mimosa pudica (putri malu) adalah beberapa jenis gulma yang terdapat di Kebun Rumpun Sari Antan I. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter berisi herbisida dengan bahan aktif Isopropilamina Glifosat 486 g/l atau setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida tersebut merupakan herbisida sistemik purna tumbuh, berwarna cokelat kekuningan, berbentuk larutan dalam air, berfungsi untuk mengendalikan gulma alang-alang, gulma berdaun lebar, dan gulma berdaun sempit. Dosis herbisida yang digunakan adalah 1.5 l/ha, dengan konsentrasi 0.6 % dan volume semprot 250 l/ha. Nozzle yang digunakan adalah VLV 200 yang terbuat dari plastik dan tembaga berwarna kuning keemasan. Sebelum digunakan untuk penyemprotan, herbisida terlebih dahulu dicampur detergen dengan takaran 1 gram detergen/liter herbisida. Tujuan dari pencampuran detergen ini adalah sebagai perekat agar herbisida tetap menempel pada permukaan daun hingga diserap oleh gulma. Kegiatan pengendalian gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kegiatan Pengendalian Gulma secara Kimia Penyemprotan dilakukan di antara barisan tanaman kakao oleh satu orang sehingga tenaga kerja berbaris pada tiap antar barisan tanaman dan penyemprotan dilakukan bersamaan agar gulma yang disemprot tepat sasaran dan tidak ada yang tertinggal. Hasil semprotan dapat terlihat setelah 3-6 hari setelah penyemprotan. Gulma yang telah disemprot akan berwarna kecokelatan, tapi bila masih terdapat belang-belang hijau berarti penyemprotan tidak dilakukan secara merata.

25 Banyaknya jenis gulma dan penggunaan herbisida yang hanya satu jenis menyebabkan tidak keseluruhan gulma dapat dikendalikan. Selain itu, kondisi gulma yang telah berbunga karena keterlambatan pengendalian gulma secara kimia dan tingginya curah hujan saat pengendalian mengakibatkan herbisida yang digunakan juga tidak efektif, walaupun dosis penggunaan telah ditingkatkan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara kimia selama satu hari dengan 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pengendalian gulma dapat dilihat pada Tabel 6.

Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang ada di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Helopeltis antonii, dan penyakit utama adalah busuk buah kakao yang disebabkan Phytopthora palmivora. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan rotasi minimal dua kali dalam satu bulan. Pengendalian hama dan penyakit di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dan fungisida. Aplikasi penyemprotan insektisida menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter, tetapi untuk penyemprotan hanya diisi sebanyak 10 liter. Stick yang digunakan pada knapsack sprayer adalah stick panjang dengan tujuan agar mudah menjangkau buah terserang yang letaknya tinggi. Sedangkan alat untuk penyemprotan fungisida adalah mist blower berkapasitas 12 liter yang hanya diisi 10 liter untuk penyemprotan. Aplikasi mist blower menggunakan bahan bakar bensin sebanyak 1.5 liter dengan campuran oli. Perbandingan penggunaan bensin dan oli adalah 1 liter oli untuk 20 liter bensin. Insektisida yang digunakan untuk pengendalian Helopeltis antonii adalah bahan aktif Sipermetrin 30 g/l yang merupakan insektisida kontak. Insektisida dengan bahan aktif Sipermetrin 30 g/l merupakan insektisida berbentuk cairan berwarna jernih dengan dosis 0.4 l/ha, konsentrasi 0.1 % dengan volume semprot 400 l/ha. Selain Sipermetrin 30 g/l, juga digunakan bahan aktif Altaimetrin 15 g/l untuk pengendalian Helopeltis antonii. Insektisida berbahan aktif Altaimetrin 15 g/l adalah insektisida racun kontak, racun lambung berbentuk pekatan yang dapat

26 diemulsikan berwarna jernih kekuningan. Dosis yang digunakan 0.4 l/ha, konsentrasi 0.1 % dan volume semprot 400 l/ha. Beberapa tahun sebelumnya, insektisida bahan aktif Altaimetrin 15 g/l juga digunakan untuk pengendalian hama Zeuzera coffeae yang menggerek batang kakao dan banyak menimbulkan kematian cabang sekunder. Aplikasi penyemprotan tidak dilakukan ke seluruh bagian tanaman tetapi bersifat selektif yaitu hanya dilakukan pada buah yang telah ataupun baru terserang hama., sehingga insektisida lebih efisien dalam penggunaan dan tepat sasaran. Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Gambar 6. Fungisida yang digunakan untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao memiliki kandungan bahan aktif Mankozeb 80 yang merupakan fungisida protektif berbentuk tepung berwarna kuning keabu-abuan yang dapat

disuspensikan. Dosis fungisida 0.4 kg/ha, konsentrasi 0.2 %, dan volume semprot 200 l/ha.

a)

b)

Gambar 6. Alat untuk Pengendalian Hama dan Penyakit. (a) Mist Blower (b) Knapsack Sprayer Penyemprotan hama dan penyakit dengan menggunakan mist blower mencampurkan bahan aktif Altaimetrin 15 g/l dengan Mankozeb 80 atau mencampurkan Sipermetrin 30 g/l dengan Mankozeb 80. Pencampuran bahan ini dilakukan karena banyaknya serangan Helopeltis antonii pada pucuk tanaman yang tidak dapat dijangkau jika penyemprotan dengan knapsack sprayer. Pengendalian hama penggerek buah kakao/PBK (Canopomorpha cramerella

27 Snell.) juga dilakukan dengan menggunakan Petrogenol 800 L sebagai atraktan. Petrogenol 800 L merupakan cairan dengan kandungan bahan aktif Metil eugenol 800 g/l. Atraktan diteteskan pada kapas sebanyak 0.125-0.25 ml tetapi tidak menetes kemudian dimasukkan ke dalam tabung perangkap yang digantung pada dahan setinggi 2-3 m dari permukaan tanah. Selain pengendalian secara kimia, kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara membuang buah-buah busuk yang terserang Phytopthora palmivora, jamur, maupun buah yang telah dimakan oleh tupai atau tikus (cumplung). Kegiatan pengambilan buah busuk ini juga dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemangkasan dan panen. Gambar 7 adalah gambar gejala serangan hama dan penyakit pada kakao.

a)

b)

c)

d)

e)

Gambar 7. Hama dan Penyakit Kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I. (a) Gejala Helopeltis antonii (b) Cumplung (c) Zeuzera sp. (d) Gejala Phytophtora palmivora (e) Penggerek Buah Kakao. Aplikasi penyemprotan dilakukan per baris agar tidak ada tanaman yang terlewat dan belum disemprot. Barisan tanaman yang telah disemprot dengan mist blower berisi campuran fungisida dan insektisida tidak disemprot lagi dengan knapsack sprayer berisi insektisida, agar penggunaan bahan lebih efisien. Pengendalian hama dan penyakit juga harus sejalan dengan tim Early Warning System (EWS) yaitu tim yang melakukan pendeteksian perkembangan hama dan penyakit sejak dini di masing-masing afdeling. Tim EWS berada di bawah koordinator HPT dan harus dapat berkoordinasi dengan mandor HPT. Tim EWS menyarankan kepada mandor HPT tentang blok yang harus didahulukan untuk dilakukan pengendalian hama dan penyakit berdasarkan intensitas dan luas serangan hama dan penyakit di setiap blok dengan rumus berikut: Intensitas Serangan = jumlah tanaman sampel yang terserang 100 % total tanaman sampel

28 Luas Serangan = Intensitas Serangan Luas total blok yang diamati Jumlah tanaman sampel yang diambil adalah 5 % dari total tanaman dalam setiap blok yang diamati. Kegiatan EWS pun dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan dengan rotasi pertama untuk pengendalian HPT rotasi kedua bulan tersebut. Rotasi kedua EWS dilakukan untuk pengendalian HPT rotasi pertama bulan berikutnya. Penulis melakukan pengendalian hama dan penyakit selama satu hari di afdeling C selama 5 jam kerja/hari. Prestasi kerja pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 6.

Wiwil Wiwil merupakan kegiatan pembuangan tunas-tunas air (chupon) yang berada di sekitar cabang tanaman kakao. Wiwil dilakukan dengan menggunakan tangan karena tunas air mudah untuk dilepaskan dari cabang. Namun, terkadang untuk mencapai target maka karyawan menggunakan golok untuk memangkas tunas air, hal ini yang sering menyebabkan kulit cabang terkelupas. Tunas air yang seharusnya diwiwil dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Tunas Air yang Seharusnya Diwiwil Tunas air dapat terbentuk lebih banyak akibat pemangkasan, sehingga Kebun Rumpun Sari Antan I menerapkan rotasi wiwil minimal dua kali dalam satu bulan. Apabila di lapangan terdapat tunas air dengan kondisi daun yang sudah berwarna hijau atau lentur ke bawah menandakan terlambatnya rotasi wiwilan. Terkadang tunas air yang berjarak 50 cm dari pangkal batang dibiarkan tidak

29 diwiwil dan dipelihara dengan tujuan untuk menggantikan cabang yang sudah tidak produktif lagi. Standar perusahaan untuk prestasi kerja wiwil adalah 2.5 ha/HK. Prestasi kerja kegiatan wiwil dapat dilihat pada Tabel 6.

Pemanenan Proses budidaya pada tanaman kakao dilakukan dengan tujuan utama adalah memperoleh produksi buah dan biji kakao basah yang tinggi, berkualitas, dan berkelanjutan yang disebut kegiatan pemanenan. Buah kakao umumnya dapat dipanen sekitar 5-6 bulan dari masa pembungaan. Mengetahui periode kemasakan buah kakao dapat menggunakan rumus berikut N = 2 500 / (T-9) Keterangan: N T = Periode kemasakan buah kakao setelah penyerbukan (hari) = Suhu harian rata-rata (C) Pemanenan dilakukan dengan cara pemetikan buah kakao yang sudah matang dan dicirikan dengan perubahan warna pada kulit buah. Buah kakao tipe Criollo pada waktu muda berwarna merah dan ketika matang berwarna kuning jingga sedangkan buah kakao tipe Forastero yang berwarna hijau pada saat muda akan berubah warna menjadi kuning saat tua. Perubahan warna dapat dilihat pada Gambar 9.

(a) (b) Gambar 9. Perubahan Warna Buah Kakao (a) Buah Tipe Forastero Saat Muda (Kiri) dan Tua (Kanan), (b) Buah Tipe Criollo Saat Muda (Kiri) dan Tua (Kanan) Pemanenan buah kakao di Kebun Rumpun Sari Antan I dilakukan sepanjang tahun dengan rotasi panen per blok rata-rata 5-8 hari sekali. Beberapa

30 tahun sebelumnya, terdapat panen raya yaitu pada bulan April hingga Mei yang ditandai dengan peningkatan produksi secara besar-besaran. Namun, disebabkan sepanjang tahun 2010 terjadi hujan terus menerus tanpa musim kemarau maka pada bulan April dan Mei 2011 tidak terjadi panen raya. Sebelum panen, mandor panen telah melakukan persiapan dengan cara pembagian hanca panen. Pembagian luas hanca berbeda setiap harinya bergantung pada kerapatan panen buah kakao. Apabila kerapatan buah panen tinggi maka hanca panen dipersempit, dan sebaliknya bila kerapatan panen rendah maka hanca diperluas. Penentuan blok yang dipanen juga berdasarkan kerapatan panen tiap blok. Blok dengan kerapatan panen tinggi akan didahulukan untuk dipanen karena buah yang terlambat dipanen akan menurunkan kualitas biji dan rentan terserang hama tikus atau tupai. Contoh perhitungan kerapatan panen di Afdeling B adalah sebagai berikut: Blok B9 Luas Populasi Sampel Indeks biji Jumlah buah pada tanaman sampel : 252 buah (pod) Standar panen/HK : 25 kg : 17.70 ha : 8 877 tanaman : 887 tanaman : 15 pod/kg BCB

Kerapatan Panen (KP) = =

jumlah buah sampel 100 % jumlah tan aman sampel

252 pod 100 % 28.41 % 887 tanaman


KP jumlah populasi total indeks biji

Biji Cokelat Basah (BCB) yang dipanen =

28.41 % 8877 tanaman 168 kg 15


= 168 kg 38 % = 63.8 kg

Biji Cokelat Kering (BCK) yang diperoleh = BCB Rendemen

31 Kebutuhan tenaga pemanen =

BCB yang dipanen standar panen/HK 168 kg 6.72 orang 7 orang 25 kg/orang
=
17.70 ha 7 orang

Luas Hanca =

Luas blok yang akan dipanen Kebutuhan tenaga pemanen

= 2.5 ha/orang

Pemanenan buah kakao dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja per hanca panen dalam satu blok dengan menggunakan alat panen yaitu cungkring, golok, dan karung. Buah dipanen dengan menggunakan cungkring yang tajam. Saat pemetikan buah diusahakan tidak ada tangkai buah bahkan pangkal buah yang tertinggal di batang pohon kakao ataupun batang yang rusak dan terluka karena dapat menyebabkan bunga tidak dapat tumbuh kembali di tempat tersebut. Buah yang dipetik kemudian dimasukkan ke dalam karung dan ditumpuk di suatu tempat. Selesai pemetikan, kemudian dimulai pemecahan buah dengan

menggunakan golok. Pemecahan dilakukan dengan hati-hati agar biji tidak terbelah. Setelah pemecahan, biji beserta pulpnya dilepaskan dari plasenta dan dimasukkan ke dalam karung. Pemisahan karung dilakukan untuk biji yang sehat dan biji yang terserang hama dan penyakit yaitu penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit busuk buah. Karung berisi biji kakao basah diletakkan di tempat pengumpulan hasil (TPH) pada blok lokasi panen untuk kemudian ditimbang dan diangkut ke pabrik untuk dilakukan pengolahan hasil. Kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Gambar 10.

a) b) c) Gambar 10. Kegiatan Pemanenan. (a) Pengambilan Buah, (b) Pemecahan Buah, (c) Penimbangan BCB oleh Mandor Panen

32 Kulit buah sisa pemecahan ditumpuk di suatu tempat agar menjadi sumber bahan organik. Kulit buah sisa pemecahan seharusnya dikubur agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit, tetapi tenaga kerja panen hanya menumpuk kulit buah di tempat yang terkena sinar matahari langsung. Saat pemanenan banyak buah yang tidak bisa dipanen akibat telah terkena serangan tikus dan menjadi cumplung. Buah yang terserang harus dibuang agar tidak menjadi sumber penyakit dan tidak dianggap sebagai buah tertinggal. Apabila masih terdapat biji sehat di dalam cumplung maka buah tetap dipanen dan dimasukkan ke dalam karung untuk dikumpulkan bijinya agar tidak menjadi losses. BCB yang dikumpulkan di TPH kemudian ditimbang oleh mandor panen dan dicatat hasil per orang pemanen. Standar panen Kebun Rumpun Sari Antan I adalah minimal 25 kg BCB per orang pemanen. Di Afdeling C diterapkan sistem borongan yaitu menetapkan harga per kg BCB, sehingga bila pemanen telah mencapai dan menyelesaikan hanca panen, maka pemanen dapat pulang terlebih dahulu walaupun belum mencapai satu hari kerja dan mendapatkan upah sesuai dengan jumlah kg BCB yang diperoleh. Mandor panen juga membuat Surat Pengantar Buah yang berisi keterangan jumlah pemanen, blok yang dipanen, jumlah karung panen, bobot BCB dari kebun, dan rencana panen esok hari. Surat pengantar buah diantarkan bersama dengan BCB ke pabrik untuk penghitungan BCB di pabrik. Penulis melakukan kegiatan panen selama 3 hari dengan 5 jam kerja/hari di dua afdeling yaitu Afdeling B dan C. Prestasi kerja untuk kegiatan pemanenan dapat dilihat pada Tabel 6.

Pengolahan Hasil Pengolahan hasil Biji Cokelat Basah (BCB) di pabrik dimulai dari BCB yang diterima pabrik, setelah ditimbang bobotnya kemudian diambil sampel per afdeling minimal 5 kg untuk analisis BCB. Beberapa kriteria analisis BCB antara lain seperti pada Tabel 7.

33 Tabel 7. Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) Kriteria Analisis Biji Cokelat Basah (BCB) Biji Biji Biji Biji Plasenta Mentah Phytopthora Berkecambah Terpotong Standar Maksimal Perusahaan (%) 0.40 0.30 0.35 0.10 0.20 1.06 1.30 36.72 0.44 0.34 0.98 0.55 22.35 0.05 0.40 2.23 0.15 12.60 0.00 0.30 2.33 0.10 17.17 0.15 0.25 1.85 0.05 15.88 0.09 0.24 1.69 0.43 20.94 0.15 0.31

Afdeling

A1 A2 B1 B2 C Rata-rata

Sumber : Hasil analisis BCB pabrik Rumpun Sari Antan I tanggal 31 Mei 2011

Hasil analisis BCB per afdeling dicatat di surat pengantar buah yang dikirimkan bersama dengan pengangkutan BCB dari kebun ke pabrik. Biji cokelat basah kemudian dimasukkan ke dalam kotak fermentasi tingkat pertama dan dicatat pada papan monitor mulai dari bobot, nomor kotak fermentasi, tanggal pemasukkan, pembalikan, hingga penghentian fermentasi dalam kotak. Biji cokelat basah dalam pengolahannya diperlukan proses fermentasi yang merupakan tahapan untuk menjamin dihasilkannya cita rasa cokelat yang baik serta pengurangan rasa sepat dan pahit. Proses fermentasi di Kebun Rumpun Sari Antan I menggunakan kotak dangkal dua tingkat yang terbuat dari kayu (Gambar 11). Tujuan penggunaan kotak kayu adalah agar tidak terjadi oksidasi antara pulp biji kakao basah dengan logam karena dapat menimbulkan warna kebirubiruan pada pulp. Kotak fermentasi memiliki dua tingkat dengan tiap tingkat berukuran 2 m x 1.25 m x 0.4 m dan berkapasitas 900 kg. Sekeliling tiap kotak memiliki lubang-lubang kecil dengan jarak 10 cm dan berdiameter 1 cm yang bertujuan untuk mengeluarkan cairan dan sirkulasi udara.

34

Gambar 11. Kotak Fermentasi Dua Tingkat Lama waktu fermentasi yang dilakukan di Rumpun Sari Antan I adalah empat hari. Pembalikan atau pengadukkan dilakukan dua hari setelah pemasukkan BCB ke dalam kotak fermentasi. Cara pembalikan adalah dengan membuka sekat antara kotak pertama (atas) dan kedua (bawah) kemudian pemindahan BCB dari kotak tingkat pertama ke kotak tingkat dua. Tujuan dari pembalikan atau pengadukkan saat fermentasi adalah untuk menyeragamkan aerasi udara antara biji cokelat dalam kotak fermentasi dan agar tidak terjadi penggumpalan beberapa biji cokelat yang berada di bagian bawah tumpukan dalam kotak. Setelah fermentasi selama empat hari, biji cokelat telah terfermentasi dengan tanda-tanda biji kakao sudah tampak kering lembab, berwarna cokelat, berbau asam cuka, dan lendir yang melekat pada biji sudah mudah dikupas. Biji cokelat fermentasi pada kotak tingkat kedua dikeluarkan dan dipindahkan dengan menggunakan gerobak kayu ke lantai jemur. Lantai jemur berukuran 30 m x 3 m dan berkapasitas 2 000 kg dan terbuat dari semen. Selain lantai jemur, terdapat juga anjang-anjang yaitu meja pengeringan yang terbuat dari bambu berukuran panjang 35 m, lebar 0.8 m, dan kapasitas 600 kg. Lantai jemur dan anjang-anjang merupakan tempat untuk pengeringan biji cokelat hasil fermentasi dengan bantuan panas sinar matahari. Namun, dikarenakan produksi biji cokelat masih sedikit maka untuk proses pengeringan matahari hanya lantai jemur yang digunakan. Gambar 12 adalah tempat pengeringan biji cokelat dengan sinar matahari.

35

a) b) Gambar 12. Tempat Pengeringan Biji Cokelat dengan Sinar Matahari, (a) Pengeringan di Lantai Jemur, (b) Anjang-anjang Pengeringan di lantai jemur dilakukan selama 2-3 hari bergantung pada cuaca dan produksi. Cuaca panas atau produksi tinggi maka pengeringan hanya selama dua hari, dan saat cuaca mendung atau produksi rendah maka waktu pengeringan di lantai jemur lebih lama maksimal tiga hari. Biji cokelat fermentasi dihamparkan di lantai jemur dengan ketebalan tumpukan maksimal tiga biji atau 10 kg/m2. Selama pengeringan, dilakukan pemisahan biji yang menggumpal (kempel) juga dilakukan pembalikan biji di lantai jemur dengan sekop kayu setiap dua jam. Pengeringan di lantai jemur selama dua hari dilakukan untuk menurunkan kadar air biji cokelat hingga 20 %. Kemudian, untuk menurunkan kadar air biji cokelat hingga 7 %, biji kakao di lantai jemur dipindahkan ke Samoan drier untuk pengeringan secara mekanis menggunakan panas api (Gambar 13).

Gambar 13. Pengeringan secara Mekanis menggunakan Samoan Drier Samoan drier merupakan sebuah bak yang terbuat dari tembok dengan alas plat aluminium yang diberi lubang-lubang dan dibawah plat tersebut terdapat

36 drum besi memanjang yang dipanasi dengan dapur api di bagian luar salah satu sisinya. Samoan drier berukuran panjang 7-8 m, lebar 3 m, tinggi dari plat aluminium 0.4 m, dan berkapasitas 5-6 ton. Saat cuaca baik, pengeringan biji cokelat fermentasi dilakukan di lantai jemur selama dua hari dan dilanjutkan selama tiga hari di Samoan drier. Saat musim hujan, proses pengeringan biji cokelat fermentasi tidak melalui lantai jemur melainkan langsung dimasukkan ke dalam Samoan drier. Pengeringan awal dengan Samoan drier dilakukan dengan suhu pemanasan 40 C untuk mencapai kadar air 20 %. Selama proses pengeringan awal dilakukan monitoring kadar air dan pertumbuhan jamur.Pembalikan biji cokelat yang dikeringkan di Samoan drier dilakukan setiap dua jam. Pengecekan Samoan drier juga dilakukan sebelum dan setelah digunakan agar tidak terjadi kebocoran api pada drum yang dapat menyebabkan kebakaran. Setelah kadar air mencapai 20 %, suhu pemanasan dinaikkan hingga 60 C untuk mencapai kadar air maksimal 7 %. Hasil monitoring awal dan akhir dicatat dalam papan monitor dan form monitoring proses pengeringan. Setelah proses pengeringan selesai maka dilakukan analisis biji cokelat kering dan selanjutnya dilakukan proses sortasi, pengemasan, hingga penyimpanan. Analisis biji cokelat kering dilakukan dengan mengambil sampel biji hasil pengeringan dengan Samoan drier sebanyak 1 kg. Kemudian dihitung jumlah biji per 100 gram, selanjutnya dipisahkan antara kotoran, dan biji pipih untuk dihitung bobotnya. Biji cokelat lalu dipisahkan sebanyak 100 biji untuk di uji dengan membelah keping biji menjadi dua bagian dengan menggunakan gunting ( cut-test) dan dihitung dengan kriteria biji mouldy yaitu biji berjamur, biji slaty yaitu biji tidak terfermentasi, biji purple yaitu biji yang terfermentasi sebagian, dan biji berserangga dengan standar maksimum perusahaan seperti pada Tabel 8. Selanjutnya dicatat dan dikemas menjadi BCK sampel hasil analisis.

37 Tabel 8. Kriteria dan Hasil Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Kriteria Analisis Biji Cokelat Kering (BCK) Mouldy Slaty Purple Biji Berserangga Standar Maksimal Perusahaan (%) 2.0 3.0 8.0 1.0 Hasil Analisis BCK Pabrik Tanggal 17 April 2011 (%) 1.0 2.0 6.0 0.0

Sortasi yang dilakukan setelah dari Samoan drier adalah sortasi mekanis dan manual. Sortasi mekanis menggunakan mesin ayakan silinder berputar (Gambar 14) kapasitas 500 kg/jam untuk memisahkan antara grade IA, IC, dan UG. Grade IA memiliki jumlah biji kurang dari 85 biji per 100 gram. Grade IC memiliki jumlah biji 111 sampai 120 biji per 100 gram dan bila jumlah biji per 100 gram lebih dari 120 maka termasuk grade UG. Biji kempel dan pipih juga termasuk ke dalam grade UG. Sortasi manual dilakukan untuk memisahkan biji pipih dan kotoran pada grade IC agar dapat memperoleh grade IA.

Gambar 14. Mesin Sortasi Biji Cokelat Kering (BCK) Setelah sortasi maka dilakukan pengemasan dengan bobot satu karung BCK adalah 62.5 kg dan diberikan label dengan rincian nomor karung dan nama perusahaan yang memproduksi BCK tersebut. Karung yang telah diisi dan dijahit rapat disimpan dalam gudang yang selalu dijaga kebersihan dan aerasi udaranya maksimal lima karung pada satu tumpukan agar tidak merusak BCK.

Aspek Manajerial Aspek manajerial yang dilakukan penulis selama magang adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling. Jurnal harian kegiatan

38 penulis selama menjadi pendamping mandor dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

Pendamping Mandor Kegiatan di lapangan selain didukung oleh aspek teknis juga ditentukan oleh aspek manajerial. Salah satunya adalah peran mandor untuk pengawasan kegiatan di lapang agar tidak terjadi penyimpangan. Setiap afdeling di Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki mandor rawat, mandor HPT, dan mandor panen. Tugas utama mandor adalah mengawasi kegiatan di kebun sesuai dengan tanggung jawabnya. Pekerjaan pengawasan mandor dimulai dari sebelum hingga setelah bekerja. Sebelum bekerja, mandor memimpin apel pagi dari pukul 05.3006.00 WIB dengan kegiatan absensi karyawan, evaluasi kegiatan hari kemarin, pengarahan kegiatan yang akan dilakukan hari ini, pembagian hanca, pemeriksaan alat dan material, motivasi, dan berdoa. Apel pagi dihadiri oleh karyawan harian lepas (KHL), pekerja harian tetap (PHT), mandor, dan asisten afdeling. Mandor di Kebun Rumpun Sari Antan I bekerja mulai pukul 06.00-12.00 WIB dengan satu jam istirahat. Mandor melakukan pengawasan pekerjaan dengan tujuan untuk mencapai standar dan target perusahaan. Selama pengawasan, mandor mengamati kinerja pekerja, dan menegur serta memberikan pengarahan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Mandor juga melakukan pengawasan waktu karena kedisiplinan dan ketepatan waktu merupakan hal yang ditekankan di Kebun Rumpun Sari Antan I. Waktu yang terbuang percuma akan menurunkan prestasi kerja serta terhambatnya pencapaian target. Selama menjadi pendamping mandor, penulis diajari untuk mengenali karakteristik karyawan yang berbeda, mengatur karyawan, menegur dan memberikan instruksi yang baik dan benar saat terjadi kesalahan di kebun kemudian dianalisis untuk didiskusikan bersama mandor dan asisten afdeling. Penulis juga diberikan kepercayaan untuk mengawasi kegiatan di lapang seperti pemangkasan, pengendalian HPT, serta panen. Penulis bekerja sebagai pendamping mandor HPT selama 11 hari, rata-rata jumlah karyawan yang diawasi 3 orang/hari dengan luas areal yang diawasi 9.99 ha/hari. Sebagai pendamping mandor rawat selama 7 hari, rata-rata jumlah

39 karyawan yang diawasi 8 orang/hari dengan luas areal yang diawasi 1.10 ha/hari. Sebagai pendamping mandor panen selama 9 hari dengan rata-rata jumlah karyawan yang diawasi 6 orang/hari dan luas areal yang diawasi 9.29 ha/hari. Panen. Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen dimulai dari sebelum panen dilakukan yaitu diajari menghitung kerapatan panen blok yang akan dipanen hari ini. Kemudian menentukan jumlah hanca dan tenaga panen, membantu mengecek peralatan panen dan belajar cara memberitahu tenaga panen tentang hanca mereka masing-masing berdasarkan batas-batas umum yang ada di kebun (aliran air, jalan, dan pohon penaung) serta lokasi tempat pengumpulan hasil biji cokelat basah (BCB) untuk siap diangkut ke pabrik. Sebelum mengawasi, mandor panen melaporkan pada asisten afdeling jumlah tenaga panen hari ini dan blok lokasi pemanenan dan kesesuaiannya pada rotasi dan target di rencana kerja. Selain mengawasi kegiatan panen, mandor panen juga melakukan tinjauan blok yang akan dipanen esok hari untuk mengetahui kerapatan panennya. Penulis juga membantu mandor panen untuk mengecek jika ada buah yang tertinggal dan menegur tenaga panen di hanca tersebut. Mandor panen juga berkoordinasi dengan asisten afdeling dan supir mobil pengangkut hasil mengenai lokasi pengumpulan BCB hari ini. Setelah BCB dikumpulkan, mandor panen mengecek kondisi BCB dan menegur tenaga panen jika terdapat plasenta yang masih belum terbuang atau BCB sehat yang tercampur dengan BCB yang terserang penyakit dalam satu karung karena hal ini akan menurunkan kualitas BCB dari kebun. Kemudian penulis membantu mandor panen menimbang BCB dan mencatat hasil yang diperoleh setiap tenaga panen. Hasil total BCB, jumlah tenaga panen (HK), jumlah karung, dan estimasi panen untuk esok hari dicatat oleh mandor panen pada Surat Pengantar Buah (Lampiran 9) dan dititipkan pada supir untuk diserahkan kepada mandor pabrik. Siang hari, penulis dan mandor panen mengawasi penimbangan BCB di pabrik agar tidak terjadi kesalahpahaman serta menghitung susut bobot BCB dari kebun sampai ke pabrik dengan standar maksimum perusahaan adalah 10 %. Rumus menghitung susut bobot sebagai berikut:

40 Susut Bobot Biji Cokelat Basah =


BCB dari kebun BCB dari pabrik BCB dari kebun

100%

Hasil penimbangan BCB dari pabrik adalah hasil yang diperoleh tenaga panen saat pembayaran upah nantinya. Setelah penimbangan, mandor panen melaporkan kepada asisten afdeling secara rinci jumlah BCB dari kebun, BCB dari pabrik, susut bobot hari ini, estimasi panen esok hari, dan masalah yang terjadi di lapang agar dapat diselesaikan. Pengendalian Hama dan Penyakit. Selama menjadi pendamping mandor hama dan penyakit, penulis dan mandor bekerja sama dengan tim Early Warning System (EWS) untuk mengetahui blok yang harus dikendalikan terlebih dahulu hari ini, serta kesesuaiannya dengan rotasi atau kebutuhan tenaga yang terdapat pada rencana kerja. Sebelum kegiatan dimulai, penulis membantu mandor HPT untuk mengecek kondisi dan jumlah alat serta material insektisida dan fungisida yang akan digunakan. Kemudian penulis belajar caranya membagi tenaga kerja berdasarkan alat. Umumnya, tenaga kerja HPT tiap harinya adalah satu orang menggunakan mist blower, satu orang menggunakan knapsack sprayer, dan satu orang pengangkut air karena aliran air ataupun sumur terletak cukup jauh sehingga jika pengguna alat juga mengambil air maka waktu bekerja menjadi tidak efisien. Jumlah insektisida atau fungisida yang akan digunakan, juga telah diperhitungkan sebelumnya sesuai dengan rencana. Contoh perhitungan jumlah insektisida dan fungisida yang dibutuhkan: Mist blower (kapasitas 10 l) Kebutuhan insektisida Sipermetrin 30 g/l =
10 cc 10 L

20 kali penggunaan per hari

= 200 cc/hari Kebutuhan fungisida Mankozeb 80 = 10 L 20 kali per hari = 400 g/hari
20 g

Kebutuhan bensin dan oli masing-masing 2 l/hari dan 0.1 l/hari Knapsack Sprayer (kapasitas 10 l) Kebutuhan insektisida Sipermetrin 30 g/l =
10 cc 10 L

15 kali penggunaan per hari

= 150 cc/hari

41 Kemudian memberitahu tenaga kerja HPT blok/lokasi yang dituju dan arah dari mulai bekerja sampai selesai. Selama kegiatan, penulis membantu mandor mengawasi dan memberitahu atau menegur jika terjadi kekurangan ataupun kesalahan. Saat kegiatan selesai, peralatan dibersihkan dan disimpan kembali di gudang. Penulis membantu mandor untuk mengecek sisa material dan melaporkan pada asisten afdeling jumlah material yang digunakan hari ini serta keperluan untuk esok hari. Permasalahan yang terjadi di lapang seperti kondisi alat, keefektifan material, tingkat serangan hama dan penyakit juga disampaikan pada asisten afdeling agar diperoleh solusinya. Berikut adalah perhitungan realisasi kebutuhan material insektisida dan fungisida Mist blower (kapasitas 10 l) Kemampuan menyemprot satu kali Satuan pokok per ha (SPH) = 115 tanaman =
total tanaman kakao luas total areal produktif kakao 271 523 tanaman 465.91 ha

= 583 tanaman/ha Realisasi luas per hari = =


kemampuan menyemprot penggunaan per hari SPH 115 tanaman 20 kali/hari 583 tanaman/ha

= 3.9 ha/hari 4 ha/hari Realisasi dosis Sipermetrin 30 g/l per ha =


10 cc /10 l 15 20 kali penggunaan realisasi luas per hari 150 200 cc /hari 4 ha /hari

= 37.5-50 cc/ha Realisasi dosis Mankozeb 80 per ha =


20 g/10 l 1520 kali penggunaan realisasi luas per hari 300 400 g/hari 4 ha /hari

= 75-100 g/ha Kebutuhan bensin dan oli masing-masing 1.5-2 l/hari dan 0.075-0.1 l/hari Knapsack Sprayer (kapasitas 10 l) Kemampuan menyemprot satu kali = 150 tanaman

42 Realisasi luas per hari = =


kemampuan meny emprot penggunaan per hari SPH

150 tanaman 15 kali/hari 583 tanaman/ha

= 3.8 ha/hari 4 ha/hari Realisasi dosis Sipermetrin 30 g/l per ha =


10 cc /10 l 10 15 kali penggunaan realisasi luas per hari 100150 cc /hari 4 ha /hari

= 25-37.5 cc/ha Pemangkasan. Tersedianya tenaga pemangkas bergantung pada tenaga yang digunakan untuk panen dan pengendalian hama dan penyakit pada hari ini. Misal : Jumlah tenaga kerja yang tersedia di lapang = 30 orang Jumlah tenaga panen Jumlah tenaga HPT Jumlah tenaga pemangkas = 12 orang = 6 orang = 30-12-6 = 12 orang

Kemudian dilakukan pengecekan jumlah alat dan ketajaman alat pangkas. Selanjutnya memberitahu tenaga pemangkas lokasi yang perlu dipangkas dan batas awal serta target akhir minimal untuk pemangkasan hari ini. Blok yang akan dipangkas adalah blok yang memiliki kondisi tajuk yang rimbun. Hari berikutnya, pemangkas akan melanjutkan blok tersebut jika hari kemarin belum terselesaikan. Jumlah 12 orang tenaga pemangkas dengan standar perusahaan 4 HK/ha maka minimal target yang dipangkas adalah 3 ha walaupun belum tentu sesuai dengan rencana kerja. Realisasi yang tidak mencapai target dikarenakan terbatasnya jumlah tenaga kerja pemangkasan yang tersedia di lapangan serta kondisi lahan yang menyulitkan tenaga kerja. Saat mengawasi, mandor mengajari penulis untuk memperkirakan luas areal yang dipangkas dengan cara menghitung jumlah tanaman ataupun dengan batas-batas areal. Penulis membantu mandor menegur atau memberi pengarahan untuk cabang-cabang yang seharusnya dipangkas dan memperbaiki cara pemangkasan yang salah. Selesai kegiatan, luas areal yang dipangkas, jumlah tenaga pemangkas, dan permasalahan yang terjadi dilaporkan pada asisten afdeling untuk dianalisis dan diselesaikan.

43 Pendamping Asisten Afdeling Asisten afdeling memiliki peran utama dan tertinggi di tingkat afdeling. Asisten afdeling bertugas untuk mengkoordinasikan setiap kegiatan di afdeling dengan para mandor, melakukan pengecekan kebutuhan alat dan material untuk kebun yang diperlukan oleh afdelingnya, serta menguasai kondisi dan mengelola afdeling yang menjadi tanggung jawabnya agar dapat mencapai target perusahaan. Setiap afdeling memiliki tiga aset utama yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan dana. Sumber daya alam berhubungan dengan kondisi tanaman, dan iklim. Sumber daya manusia yaitu penggunaan tenaga kerja, sedangkan dana adalah modal penunjang dalam pengadaan material serta upah. Ketiga sumber daya tersebut diharapkan mampu dikelola oleh asisten afdeling dengan baik sehingga dapat memberikan hasil sesuai target yang ingin dicapai. Selama menjadi pendamping asisten afdeling, penulis diajari caranya membuat pengajuan rencana kerja dengan rincian pekerjaan yang akan dilakukan dan target, jumlah tenaga kerja per kegiatan, jumlah material, dan upah tenaga kerja untuk bulan depan. Setelah pengajuan disetujui, maka penulis membantu membuat rincian rencana kerja dan target per hari seperti pada Lampiran 10 dan menyampaikannya kepada mandor. Setiap hari, penulis membantu mengawasi kebun dengan berbagai jenis kegiatan antara lain kegiatan rawat, HPT, dan panen. Saat mandor melaporkan hasil kegiatan maka penulis diajari dan membantu mengisi laporan harian seperti pada Lampiran 11. Selain itu, juga dilakukan pengecekan kebutuhan alat dan material untuk afdeling dan diajukan dengan mengisi bukti permintaan barang (Lampiran 12). Kegiatan di lapang setiap harinya juga dibahas, dianalisis dan diselesaikan bersama dengan mandor dan asisten afdeling. Kegiatan pemupukan dilakukan saat penulis menjadi asisten afdeling. Jenis pupuk untuk tanaman kakao yang digunakan di Kebun Rumpun Sari Antan I adalah Urea, MOP, dan RP. Urea adalah pupuk yang mengandung unsur nitrogen dan mempengaruhi pertumbuhan akar, batang, dan daun. MOP (Muriate Of Potash) adalah pupuk yang mengandung unsur K yang berperan untuk memperkuat tubuh tanaman. Jenis pupuk RP ( Rock Phosphate) mengandung

44 unsur P yang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan bunga, pematangan biji dan buah. Penulis mempelajari dan menghitung kebutuhan pupuk tiap jenis untuk setiap blok sesuai dengan dosis pupuk per jenis. Dosis pupuk yang digunakan tiap afdeling pun berbeda karena bergantung pada hasil analisis tanah. Afdeling A memiliki dosis pupuk 45 g Urea/tanaman, 30 g MOP/tanaman, dan 29 g RP/tanaman. Afdeling B memiliki dosis pupuk 51 g Urea/tanaman, 38 g MOP/tanaman, dan 30 g RP/tanaman. Afdeling C memiliki dosis pupuk 45 g Urea/tanaman, 39 g MOP/tanaman, dan 38 g RP/tanaman. Tabel 9 adalah kebutuhan pupuk per blok di Afdeling C. Tabel 9. Kebutuhan Pupuk per Blok di Afdeling C Tahun 2011 Blok 3 4 5 6 7 8 9 Total g/tanaman Luas (ha) 14.01 12.98 18.24 11.37 24.66 14.68 18.30 114.25 Populasi (tanaman) 9 029 5 970 11 013 12 774 12 362 9 754 15 552 76 454 Urea (kg) 406 268 496 574 556 450 700 3 450 45 MOP (kg) 352 232 439 498 482 380 617 3 000 39 RP (kg) 344 226 418 485 468 370 589 2 900 38 Total (kg) 1 102 726 1 353 1 557 1 506 1 200 1 906 9 350 122

Sumber : Arsip kantor Afdeling C

Ketiga jenis pupuk dicampurkan di dalam gudang pada pagi hari sebelum dilakukan kegiatan pemupukan di lapangan. Sesuai dengan kapasitas gudang tempat pencampur pupuk yaitu maksimum tiga ton campuran pupuk per hari maka jadwal pemupukan yang bersamaan antara Afdeling A dan Afdeling C membagi jumlah pupuk yang dibutuhkan per hari seperti yang terlihat pada Tabel 10. Pupuk yang telah dicampurkan kemudian ditempatkan ke dalam beberapa karung sesuai kebutuhan tiap afdeling dan dinaikkan ke mobil pengangkut pupuk untuk diantar ke afdeling. Selanjutnya pupuk ditempatkan di lokasi terdekat dengan blok yang akan dipupuk untuk memudahkan pelangsiran pupuk. Realisasi pemupukan sesuai dengan target karena tenaga kerja telah dibekali takaran hasil kalibrasi jumlah ketiga jenis pupuk per tanaman sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan dosis pupuk per pohon. Pupuk ditaburkan ke dalam lubang

45 pupuk di tanah yang telah dibuat sebelumnya dengan jarak sekitar 30 cm dari pangkal batang tanaman kakao kemudian ditutup lagi. Tabel 10. Jadwal Pemupukan di Afdeling A dan Afdeling C Tahun 2011
Tanggal 15 April 2011 Afdeling Urea (kg) A 500 C 300 16 April 2011 A 450 C 400 18 April 2011 A 450 C 500 19 April 2011 A 350 C 500 20 April 2011 A 450 C 450 21 April 2011 A 350 C 450 22 April 2011 A 500 C 350 25 April 2011 A C 500 A 3 050 Total (kg) C 3 450 Sumber : Arsip kantor Afdeling A dan Afdeling C MOP (kg) 250 300 300 300 300 400 200 400 250 400 400 400 400 400 400 2 100 3 000 RP (kg) 300 300 300 300 300 400 250 400 300 400 250 400 300 400 300 2 000 2 900 Total (kg) 1 050 900 1 050 1 000 1 050 1 300 800 1 300 1 000 1 250 1 000 1 250 1 200 1 150 1 200 7 150 9 350

Penulis bekerja sebagai pendamping asisten afdeling dengan rata-rata 5 jam kerja/hari. Sebagai pendamping asisten afdeling B penulis bekerja selama 16 hari dengan jumlah mandor yang diawasi rata-rata 2 orang/hari dan luas areal yang diawasi 28.10 ha/hari. Sebagai pendamping asisten afdeling C penulis bekerja selama 27 hari, jumlah mandor yang diawasi rata-rata 1 orang/hari serta luas areal yang diawasi 24.20 ha/hari.

Sistem Manajemen Kebun Tingkat Afdeling Perencanaan merupakan fungsi fundamental proses pertama manajemen dan harus dilakukan terlebih dahulu dalam setiap kegiatan. Kebun Rumpun Sari Antan I memiliki beberapa perencanaan berdasarkan periodisasi waktu yaitu rencana tahunan, rencana semester, rencana triwulan, rencana bulanan, dan rencana harian. Rincian perencanaan pekerjaan antara lain berisi jenis pekerjaan, kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan material, serta target produksi. Perencanaan tahunan dibuat berdasarkan sensus produksi, laporan kegiatan tahun sebelumnya, dan standar kerja di perusahaan. Perencanaan semester dibuat lebih mendetail dibanding rencana tahunan dan juga tidak berbeda untuk rencana

46 triwulan, bulanan, dan harian yang semakin terinci untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan. Selama di PT Rumpun Sari Antan I, penulis dibimbing untuk membuat rencana harian, bulanan, triwulan, dan semesteran. Laporan harian adalah laporan yang dibuat afdeling tentang perincian pekerjaan yang telah dilakukan setiap harinya dan berisi jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, hasil pekerjaan, jumlah bahan, dan biaya yang dikeluarkan. Hasil laporan kemudian dievaluasi, dianalisis, dan didiskusikan tentang pencapaian target, masalah yang terjadi, dan pemecahan masalah.

Anda mungkin juga menyukai