Bahaya merokok bagi kesehatan memang tak diragukan lagi. Namun siapa sangka
pemakaian ponsel jauh lebih membahayakan kesehatan Anda.
Dr Vini Khurana, seorang ahli bedah syaraf menyebutkan bahwa radiasi ponsel dapat
lebih membunuh ketimbang bahaya merokok. 10 tahun terakhir, semenjak pemakaian
ponsel mulai menjamur, jumlah penderita kanker otak meningkat hingga dua kali lipat.
Dr. Vini dan tim telah memaparkan hasil penelitiannya dan tim mengenai bahaya
pemakaian ponsel dalam sebuah jurnal kesehatan.
Kesimpulan dari seluruh penelitian tersebut adalah ada hubungan erat antara tumor otak
dengan pemakaian ponsel. Dan yang paling mengkhawatirkan, risiko terbesar pemakaian
ponsel adalah pada anak-anak.
Vini juga membandingkan, jika tiap tahunnya 5 juta orang meninggal karena merokok,
entah berapa banyak yang akan kehilangan nyawa karena pemakaian ponsel yang
berlebihan. Mengingat jumlah pemakai ponsel tiga kali lebih banyak dari perokok.
Penelitian ini memang belum diakui oleh WHO, namun di awal tahun ini beberapa
negara maju telah mengatur pemakaian ponsel warganya. Sebut saja Prancis dan Jerman
telah menghimbau rakyatnya untuk mengurangi pemakaian ponsel.
Jadi tidak ada salahnya untuk mulai mengontrol waktu pemakaian ponsel Anda!
(Sumber: detik)
Pernahkan anda mendengar berita bahwa handphone dapat menyebabkan kanker otak?
Meskipun hal di atas belum terbukti kebenarannya, tapi memang benar bahwa handphone
memancarkan radiasi yang besar. Badan FCC Amerika telah menguji tingkat radiasi yang
dipancarkan beberapa handphone. Kekuatan radiasi handphone yang diterima otak atau
yang dinamakan SAR (Specific Absorption Rate) diukur dalam satuan watt/kg. FCC
menetapkan bahwa semua handphone yang memancarkan radiasi diatas 1.6 watt/kg
dilarang untuk diproduksi (dilarang masuk di Amerika). Sebenarnya semua handphone
yang beredar masih bisa dikategorikan “aman” karena tingkat SAR-nya masih dibawah
1.6 watt/kg. Meskipun demikian ada beberapa orang yang merasa agak pusing atau
telinganya panas setelah menggunakan handphone-handphone yang dikategorikan
“aman” tersebut. Jadi yang “betul-betul aman” (bukan sekedar “aman” saja) adalah yang
tingkat radiasinya dibawah 1 watt/kg.
Radiasi Handphone di Indonesia
Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Tapi khusus bagi masyarakat Indonesia, tingkat
radiasi handphone bukanlah masalah yang patut dikawatirkan meskipun itu dapat
menyebabkan kanker otak. Mengapa?
Sebagaimana kita tahu radiasi handphone baru akan memiliki efek bahaya bila terpancar
dalam waktu yang lama dan sering. Atau dengan kata lain, baru membahayakan bila anda
sering menelpon menggunakan handphone dengan waktu pembicaraan yang lama. Jujur
saja, hal seperti itu sangatlah jarang dilakukan sebagian besar pengguna handphone di
Indonesia yang notabene pelit pulsa. Jangankan menelpon selama 15 menit, bahkan
menelpon saja tidak mau, tapi malah lebih menyukai memancing supaya ditelpon balik.
Kalau begini caranya, walaupun menggunakan handphone yang beradiasi tinggi
sekalipun tentunya tidak akan berdampak apa- apa bagi orang-orang yang pelit pulsa.
Atau dengan kata lain, orang yang takut terkena kanker (kantong kering) pasti terhindar
dari kanker otak
Untuk lebih jelasnya lihat pengaruh posisi antena terhadap resiko kanker otak:
Handphone dengan external antena (Radiasi antena mengarah ke otak). Pada handphone
jenis ini posisi antena persis disamping otak, sehingga resiko kanker otak paling besar.
Handphone dengan design clam-shell (lipat) (Radiasi antena mengarah ke rahang).
Karena bentuknya lipatan, maka pada handphone jenis ini posisi antena berada disamping
rahang. Dengan posisi antena jauh dari otak, maka resiko kanker otak pada handphone
semacam ini paling kecil.
Handphone dengan internal antena (Radiasi antena mengarah ke telinga) Pada handphone
tersebut posisi antena di samping telinga, sehingga resiko kanker otak tidak terlalu besar.
Namun efek sampingnya yaitu menyebabkan telinga cepat panas.
Handphone dan kesuburan pria
Kalau anda jenis orang yang suka menyimpan handphone di saku celana, atau
dimasukkan dalam sarung kecil kemudian digantung di pinggang, maka jumlah sperma
anda bisa berkurang hingga 30 persen.
“Radiasi yang dipancarkan ponsel berpengaruh negatif terhadap produksi sperma, dan
kesuburan pria,” kata Departemen Obstetri dan Ginekologi Universitas Szeged, Hungaria,
yang akan melaporkan hasil penelitiannya dalam konferensi The European Society of
Human Reproduction and Embryology (ESHRE) di Berlin, Jerman. Dalam penelitiannya,
timnya menganalisa sperma 221 pria, dan mengamati perilaku mereka dalam
menggunakan ponsel. Para ilmuwan ini menemukan adanya korelasi positif antara
penggunaan ponsel - bahkan jika hanya di set dalam posisi standby- dengan
berkurangnya kualitas dan kuantitas sperma.
Handphone dan tumor telinga (acoustic neuroma)
Setelah 10 tahun memakai handphone risiko Anda menderita tumor telinga meningkat
empat kali lipat. Para ilmuwan yakin, penggunaan handphone minimal selama 10 tahun
meningkatkan risiko kita menderita tumor telinga.
Berdasarkan riset yang dilakukan Institute Karolinska, Swedia, terhadap 750 orang,
ditemukan risiko menderita acoustic neuroma meningkat 3 ,9 kali lipat pada sisi kepala
dimana Handphone sering ditempelkan. Sedangkan pada sisi kepala yang tidak pernah
atau jarang ditempeli handphone, tidak ditemukan risiko apapun.
“Riset kami jelas menunjukkan risiko itu hanya terjadi pada sisi kepala dimana telepon
genggam sering ditempelkan”.
Catatan: Anda telah membaca Artikel yang berjudul "Radiasi HP lebih sadis dari
merokok" dengan kategori Kesehatan. yang ditulis pada Friday, August 8th, 2008 jam
10:20 am. Silahkan tulis komentar Anda, Untuk memantau respon komentar Anda,
Gunakan saja RSS 2.0 feed.
radiasi elektromagnetik pada handphone
Sebuah studi yang dilakukan oleh Draper (2005) dan koleganya dari Chilhood Cancer
Research Group di Oxford University dan John Swanson, penasihat sains di National
Grid Transco, menemukan bahwa anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari
tiang tegangan tinggi, sekitar 70 persen diantaranya terkena leukemia dan yang hidup
antara 200-600 meter sekitar 20 persen saja.
Pada tahun 1979, Kouwenhoven dan
kawan-kawan dari John Hopkins Hospital melakukan penelitian pada 11 orang tenaga
kerja yang bekerja selama 3,5 tahun pada sistem transmisi 345 kV. Dilaporkan bahwa
tidak ditemukan gangguan kesehatan serta tidak dijumpai adanya proses keganasan.
Namun dari hasil analisis sperma, ditemukan bahwa 2 dari 11 tenaga kerja tersebut
mengalami penurunan jumlah sperma. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan terhadap 10
tenaga kerja yang masih bekerja sampai 9 tahun kemudian, ternyata tidak ditemukan
kelainan bermakna.
Bahkan, sebuah laporan hasil penelitian dari Swedia (European Journal of Cancer
Prevention, 2002) menyebutkan bahwa pengguna handphone lebih rentan terkena kanker
otak bila dibandingkan dengan yang tidak pernah menggunakan sama sekali. Semakin
lama menggunakan, semakin besar resiko terkena kanker otak.
Dan masih banyak lagi penelitian, baik dalam dan luar negeri, yang mengamati dampak
radiasi elektromagnetik ini. Namun, secara keseluruhan, belum ada kesepakatan bahwa
radiasi elektromagnetik berintensitas rendah sebagaimana dihasilkan oleh peralatan
elektronik, jaringan transmisi, maupun peralatan komunikasi, dapat menyebabkan kanker.
Sebagian orang mengalami apa yang disebut sebagai electrical hypersensitivity, yang
merupakan gejala hipersensitif akibat pengaruh radiasi medan elektromagnetik, ditandai
dengan sekumpulan gejala neurologis dan kepekaan (sensitivitas) terhadap medan
elektromagnetik. Dalam penelitian Anies (2004), sebagian besar penduduk yang
mengalami electrical sensitivity, berupa kombinasi gangguan yang terdiri atas tiga gejala,
yang dikenal sebagai “Trias Anies”, yaitu: sakit kepala (headache), pening (dizzines), dan
keletihan menahun (chronic fatigue syndrome).
Kalau terlalu lama ditempelkan pada telinga, berikut antenanya yang menyentuh kepala,
handphone bisa membuat orang mengalami nyeri kepala dan pening, karena pembuluh
darah di lehernya menyempit sampai meningkatkan tekanan darah. Dalam penelitian di
Jerman, ditemukan bahwa pemaparan selama 35 menit meningkatkan tekanan darah
sampai 5 – 10 mmHg, kalau handphone terus-menerus dipakai mengobrol dan menempel
pada telinga. Bagi penderita tekanan darah tinggi, kenaikan sebesar itu sudah
membahayakan.
Sekurang-kurangnya terdapat tiga upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pajanan
radiasi elektromagnetik handphone, yaitu meminimalkan waktu pajanan, memaksimalkan
jarak dari sumber radiasi dan mengurangi radiasi itu sendiri.
Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi misalnya dengan menjauhkan handphone dari
kepala, menggunakan headset atau handsfree seefektif mungkin, dan tidak menyimpan
handphone di saku celana pada saat handphone dalam kondisi on.
Selain itu radiasi juga bisa dikurangi dengan meminimalisir pemakaian handphone di
ruang tertutup dengan bahan logam atau baja, misalnya di dalam mobil.
Mengkonsumsi Antioksidan
Perlu diketahui bahwa radikal bebas bisa memicu terbentuknya kanker, melalui sifatnya
yang dapat menyebabakan kerusakan DNA. Padahal senyawa radikal bebas ini bisa
timbul kapan saja dan dimana saja, misalnya saat olahraga yang berlebihan maupun
ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor dan asap rokok.
Sebenarnya proses terbentuknya kanker ini bisa dihambat oleh melatonin, tapi seperti
disebutkan di atas, bahwa produksi melatonin dihambat oleh adanya radiasi
elektromagnetik. Untuk itu, tidak ada salahnya bagi para pengguna handphone untuk
mengkonsumsi antioksidan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari radikal
bebas tersebut.
Antioksidan bisa berupa mineral (mangan, seng, tembaga, selenium), beta karoten,
vitamin C dan vitamin E. Ini semua bisa Anda dapatkan dalam sayur dan buah maupun
suplemen yang dijual di apotek.