Anda di halaman 1dari 6

KOTA DAN KERJA

oleh
Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ

Rangkaian Studium Generale

KOTA DAN KERJA


Pengantar
Apakah orang datang ke Jakarta untuk bekerja, atau untuk berfoya-foya,
atau karena taruhan bahwa akan ada kesempatan? Barangkali semua
jawaban itu benar sekaligus. Jakarta itu sebuah maknit yang secara magis
menarik orang-orang untuk datang – betapa pun Pemerintah DKI mencoba
untuk mencegah mereka. Seperti laron tertarik ke cahaya lampu, begitu
orang-orang tertarik untuk mengadu nasib di Jakarta. Dan ada yang seperti
laron lalu terbakar sayapnya dan menjadi lemas. Tetapi ada juga yang
Oleh: berhasil. Katanya, orang yang ulet di Jakarta selalu akan berhasil, sekurang-
Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ kurangnya ia akan bisa hidup, barangkali hidup lebih baik daripada di
desanya.
Tetapi bekerja? Jelaslah, orang Jakarta rata-rata termasuk pekerja yang
keras. Apakah ia kantoran di Jl. Sudirman atau jualan sayuran dengan
keretanya: Mereka semua bekerja dan, itulah yang menarik, mereka juga
berhasil. Mari kita lihat orang Jakarta bekerja dan lalu berpikir apakah itulah
yang diharapkan dari suatu kehidupan yang manusiawi.
Ada segala macam pekekerjaan yang dilakukan orang di Jakarta.
Pembedaan yang paling tajam, yang dalam pandangan hampir semua orang
membedakan mereka yang beruntung dari mereka yang 'biasa" atau tidak
beruntung adalah perbedaan antara pekerja krag putih dan krag biru (istilah
orang Amerika). Krag biru adalah mereka yang bekerja dalam arti bisa
menjadi kotor karena pekerjaannya, jadi mereka yang harus memegang
tanah, logam, tetumbuhan, yang secara fisik bekerja berat (tentu dokter yang
termasuk krag putih secara fisik juga bisa bekerja berat, tetapi beratnya tidak
terletak dalam kegiatan langsung [memeriksa pasien, memotong kulit perut
Kerjasama dsb.] melainkan dalam ketegangan, ketelitian yang dituntut, dan tak jarang
Goethe-Institut Jakarta dan STF Driyarkara dalam waktu panjang ia bekerja). Para pekerja krag putih bekerja dengan
Jakarta, 16 April 2009

2
abstrak, dengan komputer, dengan menulis, dengan omong, termasuk guru, Tidak hanya ada pekerjaan rfisik, melainkan juga pekerjaan non-fisik.
dosen, penyiar, wartwaran, CEO dan menejer, rohaniwan dst. Seorang ilmuwan, wartawan atau doktor pun bekerja, tetapi tidak dengan
Perbedaan lain yang amat relevan adalah antara mereka yang bekerja mengubah materi.
di sektor formal dan yang bekerja di sektor informal. Yang bekerja di sektor Nah, sebelum berefleksi tentang bagaimana orang bekerja di Jakarta
formal mempunyai aturan, pendapatan yang dipastikan , masuk statistik, di dan apakah ada maknanya, mari kita cek sebentar apa yang dikatakan
mana apa yang mereka kerjakan tergantung dari seorang atasan dan/atau filsafat tentang pekerjaan.
sebuah sistem (di mana ia bekerja, pada hari dan jam berapa, apa yang
dilakukannya), sedangkan di sektor informal ada lebih banyak kebebasan. Di 1. Filsafat tentang Pekerjaan
sektor informal yang paling penting - dan menciptakan nilai ekonomis yang Filsafat Yunani
tak pernah masuk statistik - adalah mereka yang menjalankan rumah Baru di zaman modern pekerjaan mendapat perhatian dalam filsafat.
tangga, jagi hampir 100 persen ibu-ibu. Mereka bekerja dari pagi sampai Dalam filsafat Yunani - 2400 tahun lalu - pekerjaan dianggap rendah. Dalam
malam, tujuh hari per minggu dan tidak dibayar kecuali apa yang diberikan masyarakat kota (polis) hanya mereka yang tidak perlu bekerja keras
suami yang mempunyai pekerjaan yang biasanya dianggap sungguh- dianggap warga negara dalam arti yang sebenarnya. Jadi mereka yang
sungguh - dalam arti; terpisah dari rumah tangga. Banyak dari ibu rumah mempunyai waktu luang. Aristoteles membedakan dengan tajam antara
tangga masih mempunyai pekerjaan sampingan, misalnya membuat dan kegiatan yang mengembangkan manusia dan pekerjaan. Yang pertama
menjual kue-kuean atau melakukan perdagangan kecil-kecilan - kadang- adalah kegiatan ilmiah (theoria) dan kegiatan sosial-politis (praxis). Kegiatan
kadang juga gede - macam-macam. itu menurut Aristoteles membawa maksud dan nilainya dalam dirinya sendiri
Majikan ada yang putih dan ada yang hitam, artinya usahawan yang dan mengembangkan manusia dan karena itu merupakan bagian penting
biasa dan preman (yang misalnya menguasai siapa yang bisa menjadi kehidupan yang bahagia. Sedangkan pekerjaan (poesis) dilakukan untuk
tukang parkir atau barangkali menentukan di mana seseorang masih bebas membuat sesuatu, misalnya membuat rumah atau busur. Kegiatan
mengemis - artinya mereka harus mendapat potongan). pembuatan itu sendiri tidak mempunyai nilai apa-apa. Maka pekerjaan
Mereka yang sudah dewasa dan tidak lagi dalam salah satu tahap sebenarnya tidak pantas untuk manusia dan manusia baru betul-betul
pendidikan bekerja semua. Hanya segelintir orang dari keluarga sangat kaya manusiaapabila ia tidak perlu bekerja lagi. Maka sedapat-dapatnya
yang bisa hidup sebatgai playboy yang dapat duitnya dari orang lain (dari pekerjaan dalam arti pekerjaan fisik diserahkan kepada para budak saja. .
orangtua, atau sebagai rentenir), lalu mengisi waktu malam hari dengan
pelbagai kemungkinan yang dapat dibaca dalam dua jilid Jakarta under Modernitas
cover di mana kebanyakan orang yang hidup dalam pekerjaan-pekerjaan Pandangan tentang pekerjaan berubah dengan fajar modernitas. Filosof
malam ini memang juga bekerja keras. Inggris John Locke (1632-1702) untuk pertama kali menyadari bahwa nilai
Mari kita berikan sedikit definisi tentang pekerjaan, mengikuti yang ekonomis diciptakan oleh pekerjaan. Dengan demikian pekerjaan mulai
diberikan Gert Haeffner (Haeffner, G dll. 1999, Arbeit im Umbruch, Stuttgart: dihargai - meskipun hanya dalam teori. Pekerjaan dianggap sebagai sumber
Kohlhammer, h. 5) (di mana lantas "pekerjaan" dalam arti "punya kerja", jadi hak milik pribadi. Pandangan ini kemudian diambil alih oleh Adam Smith
mempersiapkan dan menjalankan pesta atau "pekerjaan" yang dilakukan (1723-1790) dan ahli ekonom David Ricardo (1772-1823).
oleh sebuah mesin dikesampingkan): Kalau para filosof Inggris terutama memperhatikan nilai ekonomis yang
Pekerjaan adalah "kegiatan manusiawi yang secara teratur dilakukan diciptakan oleh pekerjaan, maka filsafat Jerman menemujkan bahwa
dalam bentuk yang sangat mirip, yang sering berat, yang menghabiskan pekerjaan membentuk kepribadian manusia dan sifat historisnya. Hegel
sebagian cukup besar waktu kehidupan yang bisa dipakai untuk bergiat dan (1770-1831) melihat bahwa melalui pekerjaan "manusia menciptakan diri"
yang pertama-tama dilakukan demi tujuan luarnya." (Marx). Melalui pekerjaan manusia di satu pihak mengembangkan
kemampuannya, ia belajar menguasai alam dan dengan demikian membuat

3 4
nyata potensi-potensinya. Di lain pihak pekerjaan membuat alam alami sebagian besar diatur melalui pekerjaan yang dibayar“ (Haeffner, dlm
menjadi alam manusiawi karena alam semakin mencerminkan kemampuan Haeffner dll., h. 18).
manusia. Pikiran ini menjadi inti filsafat Karl Marx (1818-1883). Bagi Marx Kalau kita turun dari abstraksi tinggi para filosof maka kita dapat
pekerjaan adalah (satu-satunya) sarana manusia menciptakan diri, baik membedakan tiga fungsi antropologis pekerjaan (Zinn, dlm Haeffner dll.,
secara individual, maupun secara sosial dan sebagai makhluk historis. h. 66): (1) reproduksi material, (2) integrasi sosial, (3) dan
Secara individual karena ia membuat nyata kemampuan-kemampuannya. pengembangan diri. Yang pertama itu jelas: manusia bekerja karena hanya
Secara sosial karena pekerjaan selalu mengandaikan orang lain: Orang dengan bekerja ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan material agar ia
daripadanya ia mendapat alat kerja, orang baginya ia bekerja dan tidak mati kelaparan, kehausan, kedinginan dsb. Pekerjaan yang lama-
daripadanya ia mendapat pengakuannya, dan melalui pembagian kerja kelamaan membangun kebudayaan manusia seperti diuraikan Marx.
orang dari pekerjaannya ia sendiri mendapat yang diperlukan. Tetapi Sekaligus pekerjaan memberikan tempat kepada seseorang dalam
sekaligus manusia melalui pekerjaan membangun diri sebagai makhluk masyarakat serta menjamin bahwa ia menjadi anggota masyarakat. Melalui
bersejarah. Satu generasi "berdiri di pundak generasi sebelumnya" (Marx) pekerjaan seseorang memperoleh hak untuk dapat mempergunakan hasil
karena kita selalu bekerja dengan alat-alat kerja dan pengetahuan teknologis pekerjaan orang lain dan ia diakui sebagai anggota masyarakat yang
yang kita terima dari pekerjaan generasi-generasi sebelumnya. Dan bermanfaat. Dan melalui pekerjaan manusia memenuhi kebutuhan untuk
sebaliknya pekerjaan kita mewujudkan alam serta alat-alat kerja yang akan melakukan sesuatu, untuk bergiat, untuk menciptakan, untuk kreatif, dan
menjadi lingkungan di mana generasi mendatang bekerja. dalam itu mengembangkan diri.
Yang kritis terhadap pengertian pekerjaan seperti "pemanusiaan alam
dan pengalaman manusia" itu adalah Martin Heidegger (1889-1976). Bagi Dilema Pekerjaan Pada Zaman Globalisasi
Heidegger alam tidak mungkin kita kuasai betul, alam itu selalu "yang lain" Dari pertimbangan di atas sudah menjadi jelas bahwa makna pekerjaan
dan dalam pekerjaan kita bertabrakan dengan realitas yang tidak dapat total bagi setiap orang dalam umur yang sesuai adalah luar biasa. Bukan hanya
kita taklukkan. Batas-batas alam selalu menjadi batas-batas kita juga. pekerjaan merupakan cara ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya, melainkan juga kedudukan dalam masyarakat dan penghargaan
Makna Pekerjaan yang diterimanya, dan karena itu harga dirinya, ditentukan dari
Sesudah kita melihat sedikit apa yang dalam filsafat dikatakan tentang pekerjaannya.
pekerjaan, apakah kita dapat menarik sebuah kesimpulan? Yang jelas: Keindahan pekerjaan itu terancam, selalu sudah, dan sekarang apalagi.
pekerjaan itu amat penting. Dengan kekecualian beberapa orang yang Dia terancam kalau ia harus melakukan pekerjaan yang dianggap hina:
teramat kaya - yang dalam masyarakat modern dianggap benalu - semua Hina karena di bawah standartnya (insinyur diminta menyapu jalan), karena
orang harus bekerja keras untuk bisa hidup. Itu tidak selalu demikian. Dalam pekerjaan teramat berat dan imbalannya kurang, atau karena dalam
masyarakat feodal orang kelas atas, para bangsawan dan priai, dianggap kenyataan merupakan pekerjaan budak. Kalau kita membaca Jakarta
tidak bekerja dan jangan bekerja. Di Jerman saja saya mengalami Under Cover yang mencolok betapa gampang para "tamu" bergaul segala
bangsawan yang meskipun bekerja keras - misalnya dalam mengurus tanah- macam dengan perempuan-perempuan penghibur yang, sekurang-
tanah pertanian dan perhutanan milik mereka yang luas, secara ekonomis - kurangnya di buku itu, muncul sebagai friendly, halus, mengenakkan, tetapi
namun masih mau memberi kesan seakan-akan mereka tidak bekerja. banyak dari mereka tak kurang dari budak yang bukan hanya sebagian
Tetapi itu tempo dulu, juga di Indonesia. Dalam masyarakat modern besar dari yang dibayar langganan masuk kantong "mami" atau germonya,
pekerjaan yang menentukan segala-galanya. Dalam bahasa Jerman tetapi uang yang dia dapat sendiri pun ditahan sehingga ia tidak bebas pergi.
masyarakat modern disebut „Arbeitsgesellschaft“ (working society). Yang tidak kalah buruknya adalah kalau orang tidak menemukan
Maksudnya: „pembagian nilai-nilai sosial, kesempatan-kesempatan pekerjaan. Itu betul-betul bisa menghancurkan harga diri. Menulis ratusan
kehidupan, wibawa sosial serta perasaan harga diri individual untuk surat lamaran - tanpa hasil, kalau di Eropa puluhan kali ke kantor tenaga

5 6
kerja - dan tidak dapat pekerjaan, amat memberi perasaan rendah diri. Opsi kedua sebaliknya menghidupkan kembali cita-cita negara
Mereka merasa seperti orang yang hakekatnya adalah mengemis, sejahtera. Negara harus intervensi dalam pasar keuangan, ekonomi dan
memohonkan belaskasihan, merendahkan diri terus menerus. Orang yang pekerjaan, penjaminan pekerjaan bagi semua menjadi tujuan perpolitikan,
tidak mempunyai pekerjaan, langsung merasa kurang berharga karena jaminan-jaminan sosial dipertahankan. Waktu kerja diperpendek supaya
dalam masyarakat modern orang memang dinilai dari pekerjaannya. Kalau lebih banyak orang bisa bekerja, dalam lalulintas internasional kepentingan
pun tak ada orang yang menyindir dan teman-teman serta anggota keluarga nasional diperhatikan dengan proteksi seperlunya.
lain tetap ramah dan akrab dengannya, ia tahu bahwa ia adalah orang luar, Opsi ketiga oleh Zinn disebut senario malapetaka. Massa orang tanpa
orang yang hidup atas dasar pekerjaan orang lain, orang yang merasa tidak pekerjaan, kemiskinan sosial, hilangnya moralitas sebagai acuan kehidupan
menyumbangkan sesuatu apa pun terhadap sesama. Ia tahu bahwa kalau ia bersama menciptakan situasi eksplosip yang membuka jalan bagi pihak-
mendadak mati, hanya dua tiga orang yang akan merasa sedih, yang lain- pihak ekstremistik.
lain merasa "good riddance", karena ia sebagai tuna kerja hanya Jelas sekali bahwa situasi abad ke-21 ini menghadapkan negara-negara
membebani komunitas! Orang merasa tidak diakui, dihina, tidak lagi berakar dan masyarakat-masyarakat pada tantangan-tantangan yang berat, yang
dalam masyarakat (menjadi tamu dan outsider) dan merasa minder. tidak akan bisa dipecahkan dengan cara-cara lama. Barangkali krisis
Lebih gawat lagi kalau itu terjadi dengan orang muda, misalnya sudah perekonomian global yang pecah dari situasi di ngera induk kapitalisme,
lulus SMA atau bahkan perguruan tinggi, lalu tak pernah ada pekerjaan. Amerika Serikat, malah akan mempermudah penyusunan kembali
Jangan heran kalau mereka itu lalu atau menjadi preman, artinya, perekonomian. Sudah jelas bahwa motivasi untung pribadi - yang dari
menawarkan diri kepada seorang bos-bos preman menjadi anak buahnya, perhatian wajar pimpinan perusahaan terhadap kemajuan perusahaan itu
atau menjadi laskar gerakan ideologis (dulu: komunis) maupun religius. berkembang menjadi kerakusan pribadi [ingat akan bonus-bonus sebesar
Yang terakhir malah lebih berbahaya karena dalam ideologi atau agama itu puluhan juta yang dibayarkan kepada pimpinan bank atau perusahaan, pada
mereka untuk pertama kali menemukan arti bagi hidupnya yang di luar tidak saat perusahaan mereka sudah minta bantuan negara]. Tantangan itu lebih
diberikan kepadanya. besar bagi Indonesia.
Mengapa dilema? Karena kemajuan teknologi membuat pekerjaan
kurang dibutuhkan. Itu jelas berlaku bagi segala macam industri, tetapi, Di Indonesia, di Jakarta
berbeda dengan perkiraan beberapa puluh tahun lalu, juga bagi services, Untung budaya
jadi pekerjaan dalam bidang pelayanan (misalnya dengan online booking Ada keuntungan: Masyarakat Indonesia belum sebuah
travel agencies mengalami pengurangan bisnis). Untuk negara-negara Arbeitsgesellschaft di mana nilai seseorang hampir 100 % ditentukan oleh
dengan tingkat perupahan tinggi negara-negara dengan perupahan rendah - pekerjaannya. Pengaruh tradisional - termasuk unsur feodal - masih
Cina, Bangladesh, Indonesia - menjadi saingan (untuk Indonesia saja Cina sedemikian kuat sehingga orang lebih dihormati sesuai dengan kedudukan
dan Vietnam sudah menjadi saingan karena tingkat perupahan di sana lebih sosial (secara tradisional priai, kiai, ulama, guru, orang kaya setempat,
rendah). sekarang: kekayaan, dosen, intelektual, tak perlu kerja manual, kedudukan
Bagi negara-negara industri maju Zinn (Haeffner dll., h. 65s) dalam masyarakat setempat, tokoh keagamaan, dan seterusnya). Orang
menggariskan tiga senario.atau opsi. Opsi pertama: Agar industri dapat yang duduk-duduk dan tidak bekerja tidak langsung dianggap hina.
bersaing, berdasarkan ideologi neo-liberalisme - negara sejahtera (yang Meskipun situasi ini pun ada masalahnya, akan tetapi perlu
pernah lazim di Eropa) terus dibongkar. Akibatnya adalah de-solidarisasi dipertahankan bahwa nilai manusia tidak identik dengan pekerjaannya.
masyarakat. Pekerja/karyawan yang tidak dibutuhkan diberhentikan, "Pekerjaan bukan segala-galanya". Jadi betapa pun benar pemikiran Marx
pelayanan-pelayanan sosial dipotong. Akibatnya adalah jumlah orang tanpa tentang pekerjaan, akan tetapi manusia bukan hanya hasil pekerjaannya
pekerjaan bertambah, kemiskinan bertambah dan suasana dalam sendiri.
masyarakat semakin ditentukan oleh kekerasan dan ketak-pedulian sosial.

7 8
Kita juga melihat sesuatu: Orang Indonesia suka bekerja secara rilek. Penciptaan tempat kerja dan kondisi-kondisi yang mendukung
Banyak tertawa. Buruh Indonesia dan orang kecil pada umumnya amat pembentukan tempat kerja baru harus diberi prioritas. Karena di Jakarta pun
mudah puas. Ia tidak menuntut banyak. Asal ia bisa menghidupkan orang hanya bisa hidup kalau ia bekerja. Dan orang akan damai dan baik-
keluarganya, membiayai pendidikan anak-anaknya ia bersedia hidup dalam baik apabila ia mempunyai pekerjaan daripadanya ia dapat memenuhi
gubug. Orang Indonesia tidak mengiri, jadi bahwa ada orang yang kaya, kebutuhan-kebutuhannya yang - pada orang kecil - sama sekali tidak
bahkan superkaya, diterima - asal saja ia sendiri dengan kebutuhan- berlebihan.
kebutuhan yang jauh lebih rendah dihormati. Yang menjadi masalah serius Maka proyek-proyek yang dilaksanakan harus sedapat-dapatnya labour
adalah apabila orang kecil yang bersedia hidup amat sederhana, tanpa intensive. Itu berlaku bagi semua proyek di mana tidak ada persaingan dari
banyak fasilitas enak, lalu bahkan digusur dari gubuknya atau dari tanah luar negeri.Sebuah pabrik tekstil memang harus memperhatikan situasi di
garapannya atau tempat kerjanya (di kaki lima) dirusak begitu saja. Itu yang pasar kerja di Vietnam, Bangladesh dan Kenia. Tetapi pekerjaan
melanggar perasaan keadilannya: Kalian yang kami izinkan hidup secara infrastruktur misalnya harus meresapkan sebanyak mungkin pekerjaan, dan
mewah dan berfoya-foya malah tidak menghormati "milik" kami yang hanya mekanisasi bukan tujuan primer.
sedikit , yang kami butuhkan untuk bisa hidup. Pekerjaan yang mutu hanya dapat diharapkan apabila pekerja dalam
pekerjaannya merasa terdukung dalam harga dirinya. Maka upah/gaji harus
Kekerasan di Kota Jakarta mencerminkan penghargaan terhadap pekerjaan itu. Barangkali upah tidak
Jakarta kota keras. Persaingan menguasai semua dimensi, dari mereka bisa sangat tinggi, tetapi tidak boleh dibiarkan jatuh di bawah suatu
yang mencari tempat kerja dalam perusahaan-perusahaan dengan kantor- minimum. Membangun industri atas dasar upah yang tak mencukupi tidak
kantor mentereng - para krag putih, - dan mereka yang mencari pekerjaan akan berhasil. Angkatan kerja mutu tidak murah, tetapi akhirnya produksi,
apa pun. Selalu orang harus bayar. Tidak berhati-hati bisa kena, bisa karena mutu para pekerja, menjadi lebih murah juga.
kehilangan tempat kerja. Aturan-aturan yang berlaku di pasar-pasar, di Yang paling penting: Perlu perubahan pandangan terhadap sektor
terminal-terminal, di tempat-tempat parkir dst. adalah keras. informal. Bukan hanya sektor itu meresapkan dan menghidupkan jutaan
Tetapi keras atau tidak keras, biasanya orang di Jakarta bisa survive. manusia di Jakarta - kalau sektor itu dihapus, apa negara mau memberi
Kalau mau, umumnya ia akan menemukan pekerjaan. Dan akan makan kepada mereka? - melainkan sektor itu juga menciptakan nilai
menemukan tempat tinggal dan kelompok orang dengannya ia dapat ekonomis milyardan per hari dan mampu meresapkan mereka yang di-PHK-
membangun hubungan. Dan tentu hubungan dengan mereka yang masih di kan secara menakjubkan. Sektor informal berkembang menjadi bidang
daerah asal berjalan terus. Karena itu Jakarta juga kota harapan. Orang pekerjaan terpenting di Indonesia. Meskipun di jangka panjang diharapkan
punya harapan. Dan karena orang di Jakarta punya harapan, mereka itu sektor ini dikurangi demi sektor formal, akan tetapi peralihan itu harus
pada umumnya tidak rusuh, tidak keras - meskipun kalau ditawarkan dijalankan dengan pelan-pelan, sesuai kondisi di lapangan.
kesempatan mereka akan ikut dengan gembira dan kadang-kadang dengan Di tingkat atas korupsi, di tingkat bawah premanisme harus
bringas. Kedamaian sosial di Jakarta relatif luar biasa baik, tentu hanya diberantas. Karena perusahaan-perusahaan harus membayar begitu banyak
karena orang merasa masih bisa hidup di Jakarta, masih punya masa depan "uang siluman" mereka tidak dapt membayar upah/gaji yang wajar. Korupsi
di Jakarta. Kalau harapan itu mati, kita akan mengalami kekerasan dalam itu sama dengan pelestarian pembayaran tenaga manusia yang tidak
tingkat yang jauh akan melampaui apa yang sudah kita alami. manusiawi. De-premanisasi itu perlu sehingga orang kecil bisa bekerja tanpa
ahrus membayarkan sebagian pendapatannya kepada seorang boss.
Beberapa kesimpulan Negara harus secara besar-besaran mendukung asuransi-asuransi
Kita dapat menarik beberapa kesimpulan dari pertimbangan- sosial: Asuransi kesehatan bagi semua, asuransi hari tua, asuransi tuna
pertimbangan di atas. kerja, asuransi kecelakaan, serta harus memberi "asuransi" bahwa anak

9 10
orang berpendapatan kecil pun akan memperoleh pendidikan dasar serta
pelayanan medis dasar.

Kata terakhir
Sebagai rangkuman: Perlakukan buruh dan karyawan sebagai manusia,
dengan pembayaran yang memungkinkan dia hidup sebagai manusia, maka
Anda akan mendapat tenaga kerja yang mutu.

11 12

Anda mungkin juga menyukai