Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Bayi baru lahir adalah bayi yang bayi yang keluar dari rahim dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan diluar kandungan. Kelahiran bayi dari rahim ibu melalui 2 cara yaitu : 1. Lahir melalui vagina 2. Lahir melalui operasi Bayi baru lahir adalah individu yang memiliki kemampuan gerak terbatas, sehingga bayi membutuhkan perawatan dari seorang ibu yang intensif karena berbeda seperti bayi saat didalam rahim. Didalam rahim bayi bergerak bebas karena bayi selalu mendapat asupan nutrisi langsung yang disampaikan melalui plasenta. Setelah bayi lahir dan tali plasenta dipotong segera dari bayi, maka sirkulasi plasenta yang berfungsi sebagai penghantar nutrisi kepada bayi terputus, sehingga bayi harus beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda (Yunanda, 2012). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif yang diukur dalam satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh) (Perry & Potter, 2005; Supariasa, 2001; Tanuwijaya, 2003). Parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan adalah berat badan dan tinggi badan atau panjang badan (Hidayat, 2008). Normalnya pada usia beberapa hari, berat badan bayi akan mengalami penurunan lebih kurang 10% dari berat badan saat lahir dan akan kembali mencapai berat badan saat lahir pada hari kesepuluh. Panjang badan adalah pengukuran yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal (Nursalam dkk, 2005). Berat badan bayi merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir diantaranya faktor lingkungan internal, faktor lingkungan eksternal, faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (Mardiah, 2011).

Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, yang meliputi hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan (Prasetyono, 2009). Keunggulan kandungan ASI yang berperan dalam pertumbuhan bayi yaitu protein, lemak, elektrolit, enzim dan hormon (Evawany, 2005). Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim disebut sebagai ASI Eksklusif (Maryunani, 2009). Depkes RI (2007) mendefenisikan ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja, segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI Eksklusif berlandaskan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MenKes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 yang mendukung pencapaian pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal bayi (Sinaga, 2011). Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi, karena didalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan antara lain imunoglobin. Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko terhadap infeksi saluran pernafasan (seperti batuk, pilek) diare dan alergi (Soekirman, 2006: 48-51). Namun saat ini pemberian ASI eksklusif semakin menurun, penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingya pemberian ASI eksklusif, pemasaran susu formula, faktor sosial, ekonomi. Selain itu juga masih banyak masyarakat yang suka memberi MP-ASI terlalu dini (Agnes, 2007) (Bejo, 2010). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI ekslusif di Indonesia hanya 15,3 persen. Budiharja, Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kementerian Kesehatan mengatakan, masalah utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya dan kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat (Anna dan Candra, 2011). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 didapatkan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif pada usia 0-5 bulan secara berturut-turut adalah 39,8%, 32,5 %, 30,7%, 25,2%, 26,3%, dan 15,3%. Di DKI Jakarta sebanyak 87,0% bayi yang baru lahir diberikan susu

formula bukannya ASI dengan presentase bayi yang baru lahir sebanyak 38,0% dari total keseluruhan bayi yang baru lahir di DKI Jakarta. Berdasarkan data-data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di wilayah Kebon Mangga I, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Kabupaten Jakarta Selatan, DKI Jakarta untuk menggambarkan faktor-faktor apa yang melatarbelakangi pemberikan ASI non-eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan dengan berlandaskan teori biopsikososial. Jika pertambahan berat badan bayi tersebut mengalami gangguan, seperti berat badan berlebih atau bahkan berat badan kurang dari batas normal berat badan bayi yang ada di KMS (Kartu Menuju Sehat), maka bayi tersebut bisa dikategorikan sebagai bayi yang bermasalah laju pertambahan beratnya. Hal itu juga dapat mempengaruhi

ketidakberhasilannya program pemerintah, yaitu Pekan ASI Sedunia yang bekerja sama dengan WHO pada tahun 2010, yang mengangkat tema besar, yaitu Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi.

1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang yang menjelaskan tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan yang memiliki manfaat yang sangat baik bagi bayi tersebut, belum diimbangi dengan kenyataan yang terjadi di Indonesia, terutama di DKI Jakarta, dan masih jauh dari keinginan pemerintah untuk melaksanakan pemberian ASI eksklusif kepada bayi < 6 bulan. Berdasarkan hal tersebutlah peneliti tertarik untuk menggambarkan faktor apa saja yang mempengaruhi para ibu dalam memberikan ASI non-eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kebon Mangga I, Kelurahan Cipilir, Kecamatan Kebayoran Lama, Kabupaten Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI non-eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kebon Mangga I, Kelurahan Cipilir, Kecamatan Kebayoran Lama, Kabupaten Jakarta Selatan, DKI Jakarta. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui manfaat ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

2. Untuk melihat gambaran pemberian ASI non-eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kebon Mangga I, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. 3. Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI noneksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kebon Mangga I, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. 4. Untuk menjabarkan alasan-alasan para ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kebon Mangga I, Kelurahan Cipulir, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat dan juga peneliti sendiri dapat menambah pengetahuan tentang gambaran pemberian ASI eksklusif, pentingnya ASI eksklusif, serta manfaat ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. 2. Bagi responden yang ikut serta dalam penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan mereka akan pentingnya ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dan dapat menyebarkan informasi pentingnya ASI eksklusif kepada ibu-ibu yang sedang menyusui bayinya serta mengajak para ibu tersebut untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka. 3. Bagi peneliti-peneliti lainnya bisa dijadikan bahan bacaan yang menjelaskan tentang gambaran pemberian ASI eksklusif di daerah Kebon Mangga I, Kelurahan Cipilir, Kecamatan Kebayoran Lama, Kabupaten Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

1.5. Ruang Lingkup dan Lokasi Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kebon Mangga I, Kelurahan Cipilir, Kecamatan Kebayoran Lama, Kabupaten Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Penelitian ini berlangsung pada tahun 2012 dengan menggunakan metode cross-sectional.

Anda mungkin juga menyukai