php/jmr
Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak
Maryuli Dyah Cahyani, Ria Azizah TN, Bambang Yulianto
*)
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698 email: dyahcahyani.11@gmail.com bbyulianto@gmail.com Abstrak
Studi kandungan tembaga (Cu) pada air, sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) dilakukan di perairan pantai Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak pada tahun 2010 dan 2011. Hal ini dilakukan mengingat, pantai Bedono menjadi muara sungai (seperti Sungai Sayung dan Sungai Gonjol) yang dipergunakan sebagai lintasan pembuangan limbah, dari kawasan industri yang berada di sepanjang jalan raya Semarang Demak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat kandungan logam berat Cu di perairan pantai Desa Bedono dan Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Penelitian dilakukan pada saat kondisi air laut surut (Tahun 2010) dan air laut pasang (Tahun 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2010, kandungan logam Cu di air Sungai Sayung bekisar antara 0,003 - 0,056 mg/l, sedangkan di Sungai Gonjol antara tidak terdeteksi - 0,026 mg/l. Sedangkan pada tahun 2011, kandungan logam Cu di air tidak terdeteksi, baik di Sungai Sayung maupun di Sungai Gonjol. Kandungan Logam Cu di sedimen Sungai Sayung bekisar antara 4,89 - 28,75 mg/kg, dan di Sungai Gonjol antara 18,77 - 71,28 mg/kg pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2011, di Sungai Sayung bekisar antara 16,1 - 25,57 mg/kg, dan di Sungai Gonjol bekisar antara 16,69 - 52,72 mg/kg. Pada tahun 2010, Kandungan logam Cu di jaringan lunak kerang darah di Muara Sungai Sayung sebesar 29,86 mg/kg, dan sebesar 31,2 mg/kg di Muara Sungai Gonjol. Sedangkan pada tahun 2011, logam Cu tidak terdeteksi dalam kerang darah. Secara keseluruhan kandungan Logam berat Cu pada air, sedimen, dan kerang darah masih dibawah ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan oleh masing-masing otoritas. Kata Kunci : Cu, logam berat, kerang darah, air, sedimen
Abstract
Study of copper (Cu) content in water, sediment, and Blood Clam (Anadara granosa) was conducted in coastal waters of Bedono, District Sayung, Demak district in 2010 and 2011. This study was done because coastal waters of Bedono (such as rivers and river Sayung Gonjol) functioned as the disposal trajectory by the industrial area located along the highway Semarang - Demak. This study aimed to analyze the heavy metal content of Cu in coastal waters and Rivers Sayung and River Gonjol, District Sayung, Demak. The study was conducted during low tide conditions (in 2010) and high tides (in 2011). The results showed that in 2010, the copper content in water of River Sayung ranged from 0.003 to 0.056 mg/l, whereas in the River Gonjol, copper content ranged from not detected - 0.026 mg/l. In 2011, copper content in water is not detected, either in the River Sayung and in the River Gonjol. Copper content in the sediment of River Sayung ranged from 4.89 to 28.75 mg/kg, and in River Gonjol from 18.77 to 71.28 mg/kg (in 2010). In 2011, copper content in the sediment of mouth of River Sayung ranged from 16.1 to 25.57 mg/kg, and in the mouth of River Gonjol ranged from 16.69 to 52.72 mg/kg. In 2010, copper content in the soft tissues of the blood clam in the mouth of River Sayung was 29.86 mg/kg, and at 31.2 mg/kg in the mouth of River Gonjol. Meanwhile, in 2011, copper content was not detected in blood clams. Overall, copper content in water, sediment, and blood clams were still below the threshold quality standard set by each authority. Keywords : Cu, heavy metals, blood clam, water, sediment
sekitar
perairan tersebut. Logam ini akan terserap oleh biota perairan secara berkelanjutan apabila keberadaannya dalam perairan
Kabupaten Demak merupakan sebuah desa yang berada di daerah perbatasan SemarangDemak yang kondisinya menjadi memprihatinkan saat ini. Bedono, adalah kawasan wisata pesisir, namun saat ini desa ini terkena dampak abrasi yang sangat besar. Penebangan pohon mangrove dan
selalu tersedia. Terlebih lagi bagi biota perairan dengan mobilitas yang rendah
seperti kerang. Mengingat ditimbulkan, penelitian akan maka bahaya perlu yang
dilakukan kandungan
untuk
mengetahui
logam berat Cu, pada lokasi-lokasi yang berpotensi tercemar di daerah Perairan
terjadinya abrasi di daerah Bedono, Demak ini. Kondisi perairan dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu berupa
Materi dan Metode Penelitian dilakukan di Sungai Sayung dan Sungai Gonjol Kecamatan Sayung,
pendangkalan perairan dan menyempitnya lahan ekosistem mangrove akibat adanya pembukaan areal untuk pertambakan. Hal ini diperparah dengan terganggunya akibat
Kabupaten Demak pada tahun 2010 dan 2011. Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian dan yang adalah sampel air,
ekosistem
perairan,
sebagai
meningkatnya buangan limbah industri dari sejumlah pabrik yang berada di Kecamatan Sayung, termasuk diantaranya limbah
sedimen, granosa)
kerang diambil
darah dari
logam berat. Keberadaan lingkungan industri antara lain Industri : Percetakan, Garment, Besi Stainless, dan lain-lain yang terletak di sepanjang jalan raya Semarang Demak diduga menjadi penyumbang masukan
penelitian yaitu di perairan Sungai Sayung (5 stasiun) dan Sungai Gonjol (6 stasiun). Masing-masing stasiun dibagi menjadi 3 titik pengambilan sampel (substasiun) stasiun-stasiun berdasarkan tersebut
sebagai penelitian
pertimbangan
tempat
limbah yang berupa logam berat khususnya tembaga (Cu) ke perairan Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, di Desa Bedono,
berpotensi sebagai sumber pencemar. Metode dalam penelitian ini yang adalah digunakan metode
penelitian
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, sangat dibutuhkan oleh organisme, baik darat maupun perairan, jumlah yang sedikit. namun dalam
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nasir, 1985).
Keberadaan Cu di
Pengambilan
sampel
di
lapangan
biota
diambil
jaringan
lunaknya,
dan
dilakukan sebanyak dua periode sampling yaitu pada bulan Juni 2010 saat surut dan Juni 2011 saat pasang, dengan tujuan untuk melihat perbedaan antara kondisi perairan saat pasang dan saat surut. Mengingat kurun waktu penelitian yang dilaksanakan tahun, maka dalam selang waktu satu yang
dikeringanginkan selama 24 jam dengan menggunakan alas aluminium foil. Kerang hanya ditemukan pada wilayah muara sungai, yaitu Stasiun A4 dan B5, dikarenakan habitat kerang memang
berada pada daerah Muara Sungai. Sampel kerang yang diambil memiliki ukuran 5 cm. Selanjutnya sampel air, sedimen, dan kerang dibawa ke laboratorium untuk
periode
penelitian
digunakan mengacu pada metode cross sectional (Nurdini, 2006). Cross sectional method adalah metode penelitian kurun yang waktu
dianalisis kandungan logam berat Cu. Untuk melengkapi kondisi perairan di lokasi tersebut, diukur parameter kualitas air yaitu temperatur, salinitas, pH, arus, kedalaman, DO, dan turbiditas.
mempelajari
objek
dalam
tertentu (tidak berkesinambungan dalam jangka yang panjang). Sampel stasiun air diambil dengan pada tiap-tiap
penelitian
menggunakan Hasil dan Pembahasan 1. Kandungan Logam Berat Cu dalam Air Kandungan logam Cu dalam air di Sungai Sayung dan Sungai Gonjol pada tahun 2010 menunjukkan nilai yang
bottle sampler. Sampel diambil dari tiap stasiun pada 3 titik substasiun (titik 1: pinggir kiri sungai; titik 2 : tengah sungai; titik 3: pinggir kanan sungai), kemudian air sampel di letakkan dalam botol polyetilen dan diawetkan dengan menggunakan HNO3 pekat 65% sebanyak 0,5 ml. Sampel menggunakan sedimen Grab diambil Sampler, dengan dengan
fluktuatif bergantung dari lokasi stasiun penelitian. Pada Sungai Sayung, nilai
kandungan logam Cu berkisar antara 0,01 0,05 mg/l. Sedangkan pada Sungai Gonjol dari mulai tidak terdeteksi sampai dengan 0,02 mg/l. (Gambar 1)
masing-masing stasiun diambil pada 3 titik. Selanjutnya sampel dimasukkan kedalam plastik dengan berat 1 kg, sebelum dibawa ke laboratorium, sampel sedimen
dikeringanginkan selama satu hari dengan menggunakan alas aluminium foil, dengan tujuan untuk mengurangi kadar air dalam sedimen. Sampel diambil kerang cara Anadara manual granosa dengan
dengan
menggunakan tangan, diambil pada 3 titik substasiun pada tiap stasiun. Setelah itu
3. Kandungan Logam Berat Cu dalam Kerang Darah (Anadara granosa) Kerang Darah (Anadara granosa) hanya ditemukan pada Muara Sungai, yaitu pada Stasiun A4 dan B5. Kandungan logam berat Cu dalam kerang pada tahun 2010 di Muara Sungai Sayung (Stasiun A4) sebesar 29,86 mg/kg, dan di Sungai Gonjol (Stasiun B5) sebesar Gambar 1. Rata-rata Kandungan Logam Berat Cu ( SD) dalam Air di Sungai Sayung (A) dan Sungai Gonjol (B) pada Tahun 2010 dan Tahun 2011. 2. Kandungan Logam Berat Cu dalam Sedimen Kandungan Logam Cu dalam sedimen pada tahun 2010 di Muara Sungai Sayung bekisar antara 4,89 - 28,75 mg/kg , dan di Muara Sungai Gonjol antara 18,77 - 71,28 mg/kg. Sedangkan pada tahun 2011 di Muara Sungai Sayung bekisar antara 16,1 - 25,57 mg/kg, dan di Muara Sungai Gonjol bekisar antara 16,69 (Gambar 2) - 52,72 mg/kg. Gambar 3. Rata-rata Kandungan Logam Berat Cu ( SD) dalam Kerang Darah di Sungai Sayung (A) dan Sungai Gonjol (B) pada Tahun 2010 dan Tahun 2011. Pada Sungai Sayung, nilai kandungan logam Cu di air tertinggi pada stasiun A4 dan A5, sedangkan pada Sungai Gonjol tertinggi pada stasiun B1. Kandungan 31,2 mg/kg. Sedangkan pada
tahun 2011 tidak terdeteksi adanya logam berat Cu dalam kerang tersebut, baik di Muara Sungai Sayung maupun di Muara Sungai Gonjol (Gambar 3).
logam berat pada stasiun tersebut telah melebihi ambang baku mutu yang
ditetapkan, hal ini diduga karena pada Gambar 2. Rata-rata Kandungan Logam Berat Cu ( SD) dalam Sedimen di Sungai Sayung (A) dan Sungai Gonjol (B) pada Tahun 2010 dan Tahun 2011. stasiun tersebut berada pada perairan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk dan juga keberadaan lokasi obyek wisata Pantai Morosari. Sedangkan pada Sungai
Gonjol
letak
stasiun
tersebut
juga limbah
lebih stabil untuk mengikat Cu daripada partikel sedimen yang lebih besar. Amin
berdekatan
dengan
pembuangan
dan tidak mengalir ke perairan. Moriarty (1988) menyatakan bahwa siklus pasang surut menyebabkan kuantitas logam berat pada satu satuan massa air tertentu akan menjadi menurun. Hutagalung (1994)
(2002) menyatakan bahwa semakin kecil ukuran partikel sedimen akan semakin
tinggi kandungan logam berat yang ada di dalamnya karena mempunyai daya
akumulasi yang tinggi. Tingginya kandungan logam berat di sedimen juga disebabkan karena kondisi daerah estuaria. penelitian Menurut termasuk Supriharyono daerah (2000)
dipengaruhi oleh siklus pasang surut, arus, gelombang, dan musim. Keadaan tersebut membuat kandungan Cu pada periode ini cenderung menurun sejalan dengan periode pasang surut. Kandungan Cu dalam sedimen
daerah estuaria dan daerah pantai banyak mengandung bahan organik sehingga
kandungan oksigennya menjadi rendah. Hal ini yang menyebabkan daya larut logam berat menjadi rendah dan cenderung untuk mengendap. Palar (2008) menyatakan bahwa
cenderung tinggi, hal ini dikarenakan oleh sifat logam berat di kolom air yang
mengendap dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian terakumulasi Hutagalung di dasar (1991),
dengan adanya pencemaran logam berat dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu dapat berubah fungsi menjadi
perairan
sedimen.
menyatakan pengendapan terjadi karena berat jenis logam lebih tinggi dibandingkan dengan berat jenis air. Sehingga
kehidupan perairan.
Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap semua organisme perairan tidak sama, namun kepunahan dari satu kelompok dapat
kandungan logam berat di sedimen menjadi lebih tinggi daripada di air, diduga karena pengaruh proses fisika, kimia, dan biologi yang terjadi secara alamiah di perairan. Jenis substrat yang terdapat pada
daerah penelitian baik umumnya adalah pasir berlumpur. Ukuran partikel sedimen berperan penting terhadap daya akumulasi logam berat. Hal ini sesuai dengan
tersebut akan menghancurkan ekosistem perairan. Kadar logam Cu dalam Kerang Darah baik di Muara sungai Sayung
pendapat Sahara (2009), yang menyatakan bahwa semakin kecil ukuran partikel,
maupun di Muara Sungai Gonjol diketahui sudah melebihi baku mutu Surat yang telah
semakin besar kandungan logam beratnya. Hal ini disebabkan karena partikel sedimen yang halus memiliki luas permukaan yang lebih besar dengan kerapatan ion yang
ditetapkan
menurut
Keputusan
Indonesia
Nomor
03725/B/SK/1989
Yulianto, DEA dan Ibu Ir. Ria Azizah TN., M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan saran dan masukan dalam pembuatan jurnal ilmiah ini.
(sebesar 20 mg/kg). Secara keseluruhan kandungan logam berat Cu pada lokasi penelitian tergolong tinggi untuk air dan sedimen. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 yang diperbolehkan untuk dalam
Daftar Pustaka Amin, B. 2002. Distribusi logam berat Pb, Cu, dan Zn pada Sedimen-sedimen di perairan Telaga Tujuh Karimun
lingkungan
perairan
keperluan
budidaya adalah 0,02 mg/l, dan untuk kehidupan Sehingga biota yaitu 0,008 masih mg/l. berada
Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia 5(1):9-16 pp Hutagalung, H.P. 1991. Pencemaran Laut Oleh Logam Berat dalam Beberapa Puslitbang.
keberadaannya
dibawah ambang batas maksimum yang telah ditentukan. Berdasarkan US-EPA (2004) mengenai petunjuk klasifikasi pencemaran sedimen ambang batas logam Cu yaitu (49,98
Perairan
Indonesia.
Oseanografi LIPI. Jakarta. _____________. 1994. Kandungan logam berat dalam sedimen di peniran Teluk Jakarta. Pemantauan Interkalibrasi. LIPI, Jakarta. Moriarty, F. 1988. Ecotoxcycology. The Praseding Pencemaran Puslitbang Seminar Laut dan
mg/kg), maka kandungan rata-rata logam Cu dalam sedimen pada Tahun 2010 di stasiun B1 (71,28 mg/kg) telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa kondisi air Sungai Sayung dan Sungai Gonjol terhadap
Oseanologi-
study of polutant in ecosystem. 2th ed Academic Press. Inc London 241 pp. Nasir, M. 1985. Metode Penelitian. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nurdini A. 2006. Cross-Sectional Vs
terkontaminasi, dan tercemar oleh logam Cu. Sedangkan pada sedimen, umumnya telah terkontaminasi semua oleh logam Cu, bahkan pada satu stasiun telah tercemar logam Cu, dan logam berat Cu telah Longitudinal: Pilihan Rancangan Waktu dalam Penelitian DIMENSI Perumahan TEKNIK
Permukiman.
mencemari kerang darah di kedua sungai pada periode sampling Tahun 2010.
ARSITEKTUR Vol. 34, No. 1, Juli 2006: 5258. Diakses tanggal 3 Juli 2012. Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi
Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Bambang
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 61-71 pp. Sahara, E. 2009. Distribusi Pb dan Cu pada berbagai ukuran partikel sediimen di Pelabuhan Benoa. Bali.
Supriharyono. Pengelolaan
2000. Sumber
dan di
Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia. Jakarta. WHO/FAO/IAEA, (1996), Trace Elements in Human Nutrition and Health. World Health Organization, Geneva.