Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL BLOK KULIT SKENARIO 3 ERUPSI ALERGI OBAT

KELOMPOK 7

ALINDINA IZZANI ATIKA SUGIARTO DOROTHY EUGENE HANY ZAHRO RATNA SARIYATUN SHINTA AMALIA KARTIKA AFRIZAL TRI HERYADI BRYAN PANDU PERMANA HANIF NUGRA PUJIYANTO NOVANDI LISYAM PRASETYA NOVY AHYUNENGSIH L!

G0011013 G0011043 G0011075 G0011105 G0011165 G0011197 G0011007 G0011055 G0011103 G0011153 G0011155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Obat adalah bahan kimia yang digunakan untuk pemeriksaan, pencegahan dan pengobatan suatu penyakit atau gejala. Selain manfaatnya obat dapat menimbulkan reaksi yang tidak diharapkan yang disebut reaksi simpang obat. Reaksi simpang obat dapat mengenai banyak organ antara lain paru, ginjal, hati dan sumsum tulang tetapi reaksi kulit merupakan manifestasi yang tersering. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi yang dapat diduga (predictable) dan yang tidak dapat diduga (unpredictable). Reaksi simpang obat yang dapat diduga (predictable) terjadi pada semua individu, biasanya berhubungan dengan dosis dan merupakan efek farmakologik obat yang telah diketahui. Reaksi ini meliputi 8 ! dari seluruh efek simpang obat termasuk diantaranya efek samping dan overdoses (kelebihan dosis). Reaksi simpang yang tidak dapat diduga (unpredictable) hanya terjadi pada orang yang rentan, tidak bergantung pada dosis dan tidak berhubungan dengan efek farmakologis obat, termasuk di antaranya reaksi alergi obat. Reaksi alergi obat pada kulit disebut erupsi alergi obat. LUKA ITU MUN"UL KEMBALI Seorang laki"laki usia # tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lecet"lecet berair di kepala penisnya. $eluhan dirasakan sejak # hari yang lalu dan terasa perih. %&$ tidak ada keluhan. $eluhan ini pernah muncul ' tahun yang lalu ditempat yang sama. (enderita mengkonsumsi obat pegal ' minggu sebelumnya yang dibeli di)arung. (enderita mengaku tidak pernah berhubungan seksual selain dengan istri. *ari hasil pemeriksaan laboratorium sekret penderita didapatkan + lekosit (,- ' . /, diplokokus 0ram (") ekstra dan intra seluler ("), kandida ("), trikomonas ("). (emeriksaan 12ank test ("). (emeriksaan serologis (").

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A! JUMP 1 # MENGKLARIFIKASI ISTILAH '. 3ecet"lecet berair 3uka level epidermis atau diatas stratum basale epidermis. 4airan yang terlihat adalah cairan serum, cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. /. Obat pegal mengandung steroid ataupun non steroid yang berguna sebagai anti inflamasi. 4ontohnya adalah kortikosteroid. #. 3ekosit (,- '"/ merupakan kepanjangan dari sel polimorfonuklear. 0ambaran mikroskopisnya berinti polimorf, berlobus, sitoplasma terdapat granula. %erfungsi sebagai pertahanan pertama terhadap infeksi. 5. *iplokokus 0ram (") ekstra dan intra seluler 1idak ditemukannya bakteri Neisseria gonorrhoeae di ekstra seluler maupun intraseluler dalam hal ini sel netrofil. 6. $andida 0enus jamur menyurupai ragi yang umumnya merupakan bagian dari flora normal mulut, kulit, saluran pencernaan, dan vagina, tetapi dapat menyebabkan berbagai infeksi cadidiasis. 7. 1rikomonas 0enus proto2oa flagelata meliputi 1rikomonas hominis parasit usus manusia nonpatogenik, 1rikomonas vaginalis penyebab trikomoniasis.. 8. (emeriksaan 12ank test 1es ini dilakukan dengan cara di)arnai dengan pengecatan 0iemsa atau 9right dimana akan tampak sel raksasa berinti banyak. 1es ini dapat membedakan virus varicella 2ooster dengan herpes simpleks virus. 8. (emeriksaan serologis (emeriksaan mengenai reaksi antigen"antibodi in vitro. (emeriksaan dengan serum untuk melihat imunoglobulin, *-& ataupun R-& virus.

B! JUMP $ # MENDEFINISIKAN PERMASALAHAN '. 3aki"laki # tahun dengan keluhan lecet"lecet berair di kepala penisnya. /. $eluhan sejak # hari yang lalu dan terasa perih. #. %&$ tidak ada keluhan. 5. $eluhan ini pernah muncul ' tahun yang lalu di tempat yang sama. 6. (enderita mengkonsumsi obat pegal ' minggu yang lalu. 7. (enderita mengaku tidak pernah berhubungan seksual selain dengan istri. 8. (emeriksaan laboratorium lekosit (,- '"/, diplokokus 0ram (") ekstra dan intra seluler ("), kandida ("), trikomonas ("). 8. (emeriksaan 12ank test ("). :. (emeriksaan serologis ("). "! JUMP 3 # MENGANALISIS PERMASALAHAN '. &pa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan ; /. %agaimana penyebab kronologis keluhan sejak # hari yang lalu lecet"lecet berair dan perih ; #. %agaimana faktor resiko dari terjadinya kekambuhan di lokasi yang sama ; 5. &pa saja kandungan, indikasi, kontraindikasi dan efek samping dari obat pegal ; 6. %agaimana hubungan obat pegal dengan timbulnya keluhan ; 7. ,engapa tidak ada gangguan %&$ ; 8. <nterpretasi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan 12ank test dan pemeriksaan serologis ; 8. %agaimana etiologi,epidemiologi, patogenesis, gejala dan tanda, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis dan preventif dari masing"masing diagnosis banding; D! JUMP 4 # MENGINVENTARI PERMASALAHAN SE"ARA SISTEMATIS ALERGI

=aktor"faktor yang memperbesar risiko timbulnya erupsi obat adalah+ '. >enis kelamin 9anita mempunyai risiko untuk mengalami gangguan ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria. 9alaupun demikian, belum ada satupun ahli yang mampu menjelaskan mekanisme ini. /. Sistem imunitas

?rupsi alergi obat lebih mudah terjadi pada seseorang yang mengalami penurunan sistem imun. (ada penderita &<*S misalnya, penggunaan obat sulfametoksa2ol justru meningkatkan risiko timbulnya erupsi eksantematosa ' sampai 6 kali dibandingkan dengan populasi normal. #. @sia &lergi obat dapat terjadi pada semua golongan umur terutama pada anak"anak dan orang de)asa. (ada anak"anak mungkin disebabkan karena perkembangan sistim immunologi yang belum sempurna. Sebaliknya, pada orang de)asa disebabkan karena lebih seringnya orang de)asa berkontak dengan bahan antigenik. @mur yang lebih tua akan memperlambat munculnya onset erupsi obat tetapi menimbulkan mortalitas yang lebih tinggi bila terkena reaksi yang berat. 5. *osis (emberian obat yang intermitten dengan dosis tinggi akan memudahkan timbulnya sensitisasi. 1etapi jika sudah melalui fase induksi, dosis yang sangat kecil sekalipun sudah dapat menimbulkan reaksi alergi. Semakin sering obat digunakan, Semakin besar pula kemungkinan timbulnya reaksi alergi pada penderita yang peka. 6. <nfeksi dan keganasan ,ortalitas tinggi lainnya juga ditemukan pada penderita erupsi obat berat yang disertai dengan keganasan. Reaktivasi dari infeksi virus laten dengan human herpes virus (AAB)" umumnya ditemukan pada mereka yang mengalami sindrom hipersensitifitas obat. 7. &topik =aktor risiko yang bersifat atopi ini masih dalam perdebatan. PATOGENESIS &da dua macam mekanisme yang dikenal disini. (ertama adalah mekanisme imunologis dan kedua adalah mekanisme non imunologis. @mumnya erupsi obat timbul karena reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme imunologis. Obat dan metabolit obat berfungsi sebagai hapten, yang menginduksi antibodi humoral. Reaksi ini juga dapat terjadi melalui mekanisme non imunologis yang disebabkan karena toksisitas obat, over dosis, interaksi antar obat dan perubahan dalam metabolisme. (Revus,/ 1abel '. Reaksi imunologis dan non imunologis #)

Riedl ,&, 4asillas &,, Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. <n+ &merican =amily (hysician. Bolume 78, -umber :. / ))).aafp.orgCafp 1! M%&'()*+% I+,(-.-/)* T)0% I 1R%'&*) '('2).'&*)*3 ,ekanisme ini paling banyak ditemukan. Dang berperan ialah <g ? yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap mastosit dan basofil. (ajanan pertama dari obat tidak menimbulkan reaksi. 1etapi bila dilakukan pemberian kembali obat yang sama, maka obat tersebut akan dianggap sebagai antigen yang akan merangsang pelepasan bermacam"macam mediator seperti histamin, serotonin, bradikinin, heparin dan SRS&. ,ediator yang dilepaskan ini akan menimbulkan bermacam"macam efek, misalnya urtikaria. Reaksi anafilaksis yang paling ditakutkan adalah timbulnya syok (Aam2ah, / /). &danya ikatan antara <g 0 dan <g , dengan antigen yang melekat pada sel. &ktivasi sistem komplemen ini akan memacu sejumlah reaksi yang berakhir dengan lisis. (Aam2ah, / /) T)0% III 1R%'&*) K-+0.%&* I+,(3 T)0% II 1R%'&*) A,4-4-&*)*3 #. &vailable at+

&ntibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk kompleks antigen antibodi. $ompleks antigen antibodi ini mengendap pada salah satu tempat dalam jaringan tubuh mengakibatkan reaksi radang. &ktivasi sistem komplemen merangsang pelepasan berbagai mediator oleh mastosit. Sebagai akibatnya, akan terjadi kerusakan jaringan. (Aam2ah, / /) T)0% IV 1R%'&*) A.%5/) S%.,.%5 T)0% L'+6'43 Reaksi ini melibatkan limfosit. 3imfosit 1 yang tersensitasi mengadakan reaksi dengan antigen. Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena baru timbul '/"58 jam setelah pajanan terhadap antigen. (Aam2ah, / /)

$! M%&'()*+% N-( I+,(-.-/)* Reaksi EPseudo-allergicE menstimulasi reaksi alergi yang bersifat antibodydependent. Salah satu obat yang dapat menimbulkannya adalah aspirin dan kontras media. 1eori yang ada menyatakan bah)a ada satu atau lebih mekanisme yang terlibatF pelepasan mediator sel mast dengan cara langsung, aktivasi langsung dari sistem komplemen, atau pengaruh langsung pada metabolisme en2im asam arachidonat sel (&ndre), '::#). ?fek kedua, diakibatkan proses farmakologis obat terhadap tubuh yang dapat menimbulkan gangguan seperti alopesia yang timbul karena penggunaan kemoterapi anti kanker. (enggunaan obat"obatan tertentu secara progresif ditimbun di ba)ah kulit, dalam jangka )aktu yang lama akan mengakibatkan gangguan lain seperti hiperpigmentasi generalisata diffuse (&ndre), '::#). 3. Unknown Mechanisms Selain dua mekanisme diatas, masih terdapat mekanisme lain yang belum dapat dijelaskan (&ndre), '::#). &lergi obat dapat diklasifikasikan seperti semua penyakit alergi lainnya (4oombs dan 0ell). &tas dasar diskusi yang kami lakukan, kasus pada skenario # ini merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 5 karena obat. (ada tabel yang diadaptasi dari buku G Allergy

in PracticeH dapat dilihat bah)a kebanyakan hipersensitivitas tipe 5 karena obat adalah penyakit ec2ema, fotoalergi, fiIed drug eruption, maculopapular, dan toIic epidermal necrolysis (1?-).(Ring, / 6)

E! JUMP 5 # MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN '. &pa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan ; /. %agaimana penyebab kronologis keluhan sejak # hari yang lalu lecet"lecet berair dan perih ; #. %agaimana faktor resiko dari terjadinya kekambuhan di lokasi yang sama ; 5. &pa saja kandungan, indikasi, kontraindikasi dan efek samping dari obat pegal ; 6. %agaimana hubungan obat pegal dengan timbulnya keluhan ; 7. ,engapa tidak ada gangguan %&$ ; 8. <nterpretasi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan 12ank test dan pemeriksaan serologis ; 8. %agaimana etiologi,epidemiologi, patogenesis, gejala dan tanda, penatalaksanaan, komplikasi, prognosis dan preventif dari masing"masing diagnosis banding; F! JUMP 6 # MENGUMPULKAN INFORMASI $ami mencari informasi dari tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan sebelumnya secara mandiri untuk disampaikan pada pertemuan berikutnya.

G! JUMP 7 # MELAPORKAN7 MEMBAHAS7 DAN MENATA KEMBALI INFORMASI BARU YANG DIPEROLEH '. A0' 8,6,(/'( ,*)' 9'( :%()* &%.'+)( 9%(/'( &%.,8'( ; 1idak ada batasan umur untuk terjadinya kasus =*?. -amun, beberapa kasus yang telah dilaporkan rentang usianya berkisar antara ',6 tahun hingga 88 tahun. Rata"rata usia penderita =*? pada laki"laki adalah # ,5 dan pada perempuan adalah #',# tahun. *alam studi kasus =*?, dari 56 pasien yang diteliti, perbandingan penderita pria dan )anita adalah 1 : 1,1 (David, 2012). /. B'/')+'(' 0%(<%6'6 &5-(-.-/)* &%.,8'( *%:'& 3 8'5) <'(/ .'., .%=%4>.%=%4 6%5')5 9'( 0%5)8 ; (ada =iIed *rug ?ruption (=*?), belum diketahui patogenesisnya secara pasti. 0ejala yang muncul biasanya asimtomatik. %isa terjadi rasa gatal, nyeri, maupun rasa terbakar. Rasa nyeri biasanya muncul ketika lesi mengalami erosi. Onset dari =*? bermula # menit . 8 jam setelah mengkonsumsi obat penyebab alergi pada pasien yang pernah tersensitisasi sebelumya. 3esi yang terjadi tetap berlanjut dan membaik perlahan setelah konsumsi obat dihentikan. (9olff et al, / 8) @jud kelainan kulit pada =*? dicirikan dengan lesi a)al berupa makula bulat atau oval berbatas tegas yang muncul beberapa jam setelah konsumsi obat. &)alnya makula eritem dan dapat berkembang menjadi merah kehitaman sampai ungu. Seringnya, lesi soliter dan dapat berkembang menjadi lesi multipel. 3esi makulapun berkembang menjadi edematous, kemudian menjadi palk, berkembang menjadi bula, dan terjadi erosi. 3esi yang erosi biasanya terasa amat nyeri pada genital dan oral.(9olff et al, / 8) $asus yang terjadi di skenario #, lecet"lecet berair disebut juga erosi. ?rosi adalah luka level epidermis atau diatas stratum basale epidermis. 4airan yang terlihat adalah cairan serum, cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. ?rosi terjadi # hari kemudian setelah mengkonsumsi obat pegal. Aal ini dikarenakan ketika lesi berkembang dari makula sampai bula bisanya asimtomatik. #. B'/')+'(' 2'&4-5 5%*)&- 9'5) 4%5:'9)(<' &%&'+6,8'( 9) .-&'*) <'(/ *'+' ; ,ekanisme imunologik yang terjadi pada reaksi obatdapat berupa Ig -mediated drug eruption, immunecomple! dependent drug reaction,cytoto!ic drug induced reaction dan cell mediated reaction.

(roses imunologik yang terjadi diantaranya adalah peningkatankadar histamine dan komplemen yang sangat bermakna (/ "75 n,olC3). $eadaan ini diduga sebagai penyebab timbulnya reaksi eritema, lepuh dan rasa gatal. 7 "8 ! sel infiltratyang berperanadalah sel 3imfosit 1 (15 dan 18). &da pula peningkatan sel mast sebesar 6" ' !serta A3&"*R pada limfosit 1 (limfosit aktif) yang berada di dermis. $eadaanini sama dengan lesi pada reaksi hipersensitivitas tipe lambat. 3imfosit 1 yang menetapdilesi kulit berperan dalam memori imunologis dan menjelaskan rekurensi lesi padatempat yang sama. 1imbulnya kembalilesi ditempat yang sama menjelaskan arti kata GfiIedH pada penyakit "i!ed drug eruption. 5. A0' *':' &'(9,(/'(7 )(9)&'*)7 &-(45')(9)&'*) 9'( %2%& *'+0)(/ 9'5) -6'4 0%/'. ; 1erapi menggunakan obat umumnya bersifat simtomatik, yaitu menggunakan analgetika dan antiinflamasi. &. &nalgetika %eberapa obat yang efektif untuk rematikCpegal linu adalahF '. &setaminofen (parasetamol) ,erupakan obat yang penting untuk analgetik pada nyeri yang ringan sampai sedang yang tidak disertai inflamasi. Obat ini bekerja menghambat sintesis prostaglandin ((0) di sistem saraf pusat melalui penghambatan 4OJ, tetapi tidak menghambat (0 di perifer ((riyatno, / :). /. &spirin &spirin mempunyai # efek, analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, bahkan pada dosis rendah juga bermanfaat sebagai antitrombosis. ?fek analgetik dan antiinflamasinya karena dapat menghambat prostaglandin dan juga menghambat simulasi nyeri pada bagian subkortikal. *apat menyebabkan iritasi lambung dari derajat ringan hingga berat. @ntuk meminimalisirnya obat ini harus diminum bersama makan atau minum susu ((riyatno, / :). #. 4apsaisin ,erupakan ekstrak etanol dari cabe merah yang dapat mengurangi nyeri ketika dioleskan pada permukaan sendi yang terkena. Obat ini dapat dipakai sendirian atau dikombinasikan dengan O&<-S ((riyatno, / %. &ntiinflamasi &da dua jenis antiinflamasi yang dapat dugunakan, yaituF '. Obat antiinflamasi non" steroid (O&<-S) mempunyai efek analgetika pada dosis rendah dan antiinflamasi pada dosis yang lebih tinggi. ?fek analgetik timbul '"/ jam setelah pemakaian dan efek antiinflamasinya timbul pada )aktu yang lebih lama. ?fek antiinflamasinya timbul karena O&<-S dapat menghambat en2im cyclooIygenase (4OJ) yang berfungsi dalam mengkonversi asam arakidonat menjadi prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin. :).

,ekanisme lain kemungkinan mempengaruhi mediator inflamasi lain seperti bradikinin, histamin, dan serotonin, serta memodulasi sel 1, stabilisasi membran lisosom, dan menghambat kemotaksis. ?fek antipiretinya dikaitkan dengan menghambat pirogen (<3" ') yang menginduksi (0 di hipotalamus dan resetting pada sistem termoregulator, menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan hilangnya panas ((riyatno, / :). /. 0lukokortikoid 0lukokortikoid bekerja menghambat konversi fosfolipid menjadi asam arakidonat dan asam arakidonat menjadi leukotrien melalui kemampuannya mengikat en2im lipogenase. 3eukotrien adalah 2at kemotaktik yang akan menyebabkan fagositosis berlebihan. -amun, penggunaannya tidak dianjurkan karena terbukti tidak efektif dan pada pemakaian jangka panjang berbahaya((riyatno, / (enggunaan O&<-S dalam pengobatan O&<-S umunya diberikan secara dini dimaksudkan untuk mengatasi rematikCpegal linu akibat inflamasi yang seringkali dijumpai )alaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain itu, O&<-S juga memberikan efek analgesik yang sangat baik. O&<-S terutama bekerja dengan menghambat en2im siklooksigenasi sehingga menekan sintesis prostaglandin. O&<-S bekerja dengan caraF ,emungkinkan stabilisasi membran lisosomal ,enghambat pembebasan dan aktivasi mediator inflamasi (histamin, serotonin, :).

en2im lisosomal, dan en2im lainnya) ,enghambat migrasi sel ke tempat peradangan ,enghambat proliferasi selular ,enetralisasi radikal oksigen ,enekan rasa nyeri (Sudoyo, dkk, / 8)

Dang perlu diperhatikan dalam penggunaan O&<-S adalah + *apat menyebabkan iritasi lambung dengan gejala mual, dispepsia, anoreksia, dan Obat ini tidak menyembuhkan penyakit tetapi hanya bersifat simtomatik $ombinasi penggunaan O&<-S akan meningkatkan toksisitasnya tanpa diikuti Semua O&<-S berpotensi menimbulkan ulcer dan perdarahan saluran cerna karena

nyeri

peningkatan manfaat efek langsung maupun efek sistemiknya dan dapat dikurangi jika diminum pada perut dalam kondisi terisi (setelah makan)

?fek toksik O&<-S akan meningkat pada penderita lanjut usia atau penderita

penyakit kardiovaskuler, menggunakan kortikosteroid, antikoagulan, dan punya ri)ayat ulcer %agi yang rentan terkena efek samping O&<-S dapat memilih O&<-S yang spesifik, yaitu yang hanya menghambat en2im 4OJ/, yaitu celekosib dan refecosib <nteraksi serius dapat terjadi jika diberikan bersamaan dengan lithium, )arfarin, oral :).

antiglikemik (tolbutamid), methotreksak, &4?"inhibitor, K"bloker, dan diuretik. ((riyatno, / ?fek samping O&<-S pada pengobatan Semua O&<-S secara potensial umumnya bersifat toksik. 1oksisitas O&<-S yang umum dijumpai adalah efek sampingnya pada traktus gastrointestinalis, terutama jika O&<-S digunakan bersama obat"obatan lain, alkohol, kebiasaan merokok, atau dalam keadaan stress. @sia juga merupakan suatu faktor risiko untuk mendapatkan efek samping gastrointestinal akibat O&<-S. (ada pasien sensitif dapat digunakan preparat O&<-S yang berupa suppositoria, pro drugs# enteric coated# slo$ release atau nonacidic (Sudoyo, dkk, / 8) ?fek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan O&<-S antara lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta penekanan system hematopoetik (Sudoyo, dkk, / '. ?fek terhadap saluran cerna (ada dosis yang biasa, efek samping utama adalah gangguan pada lambung (intoleransi). ?fek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok (bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid). 0astritis yang timbul pada aspirin mungkin disebabkan oleh iritasi mukosa lambung oleh tablet yang tidak larut atau karena penghambatan prostaglandin pelindung. (erdarahan saluran cerna bagian atas yang berhubungan dengan penggunaan O&<-S biasanya berkaitan dengan erosi lambung. (eningkatan kehilangan darah yang sedikit melalui tinja secara rutin(eningkatan kehilangan darah yang sedikit melalui tinja secara rutin berhubungan dengan konsumsi O&<-SF kira"kira ' m3 darah normal yang hilang dari tinja per hari meningkat sampai kira"kira 5 m3 per hari pada penderita yang minum O&<-S dosis biasa dan pada dosis lebih tinggi. *i lain pihak, dengan terapi yang tepat, ulkusnya sembuh, meskipun O&<-S 8). ,enurut $at2ung ('::8), efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan O&<-S antara lainF

diberikan bersamaan. ,untah juga dapat terjadi sebagai akibat rangsangan susunan saraf pusat setelah absorbsi dosis besar O&<-S. /. ?fek susunan saraf pusat *engan dosis yang lebih tinggi, penderita bisa mengalami HsalisilismeH"tinitus, penurunan pendengaran, dan vertigo"yang reversibel dengan pengurangan dosis. *osis salisilat yang lebih besar lain dapat menyebabkan hiperpnea melalui efek langsung terhadap medula oblongata. (ada kadar salisilat toksik yang rendah, bisa timbul respirasi alkalosis sebagai akibat peningkatan ventilasi. $emudian asidosis akibat pengumpulan turunan asam salisilat dan depresi pusat pernapasan. #. efek samping lainnya *alam dosis harian / g atau lebih kecil, biasanya meningkatkan kadar asam urat serum. *apat menimbulkan hepatitis ringan yang biasanya asimtomatik, terutama pada penderita dengan kelainan yang mendasarinya seperti lupus eritematosus sistemik serta artritis rematoid juvenilis dan de)asa. *apat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus yang reversibel pada penderita dengan dasar penyakit ginjal, tetapi dapat pula (meskipun jarang) tejadi pada ginjal normal. (ada dosis biasa mempunyai efek yang dapat diabaikan terhadap toleransi glukosa. Sejumlah dosis toksik akan mempengaruhi sistem kardiovaskular secara langsung serta dapat menekan fungsi jantung dan melebarkan pembuluh darah perifer. *osis besar akan mempengaruhi otot polos secara langsung. Reaksi hipersensitifitas bisa timbul setelah konsumsi pada penderita asma dan polip hidung serta bisa disertai dengan bronkokonstruksi dan syok. *ikontrainsikasikan pada penderita hemofilia. >uga tidak dianjurkan bagi )anita hamil dan anak"anak. Selama / tahun terakhir ini, berbagai jenis O&<-S baru dari berbagai golongan dan cara penggunaan telah dapat diperoleh dipasaran. *alam memilih suatu O&<-S untuk digunakan pada seorang pasien, seorang dokter umunya harus mempertimbangkan beberapa hal seperti + $hasiat antiinflamasi ?fek samping obat $enyamananCkepatuhan pasien %iaya $arena faktor seperti khasiat inflamasi, efek analgesik, beratnya efek samping atau biaya dari berbagai jenis O&<-S saat ini umumnya tidak jauh berbeda, sejak beberapa tahun terakhir ini pilihan O&<-S lebih banyak bergantung pada faktor kenyamanan pasien dalam menggunakan O&<-S (sudoyo, dkk, / 8).

6. B'/')+'(' 8,6,(/'( -6'4 0%/'. 9%(/'( 4)+6,.(<' &%.,8'( ; Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui mekanisme imunologik atau non imunologik. Dang dimaksud dengan erupsi obat adalah alergi terhadap obat yang terjadi melalui mekanisme imunologik. Aal ini terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah mempunyai hipersesitivitas terhadap obat tersebut. *isebabkan oleh berat molekulnya yang rendah, biasanya obat itu berperan pada mulanya sebagai antigen yang tidak lengkap atau hapten. Obat atau metaboliknya yang berupa hapten, harus berkombinasi terlebih dahulu dengan protein, misalnya jaringan, serum atau protein dari membran sel untuk membentuk kompleks antigen yaitu kompleks hapten protein, kecuali obat"obat dengan berat molekul yang tinggi yang dapat berfungsi langsung sebagai antigen yang lengkap. 7. M%(/'0' 4)9'& '9' /'(//,'( BAK ; 3ecet berair yang disertai dengan keluhan %&$ biasanya merupakan manifestasi dari penyakit menular seksual. $eluhan %&$ dapat timbul karena adanya infeksiCinflamasi pada organ dalam, sementara jika lecet berair tanpa adanya keluhan %&$ berarti infeksi atau inflamasi hanya terjadi di bagian luar, yaitu kulit. 8. I(4%505%4'*) 8'*). 0%+%5)&*''( .'6-5'4-5),+7 0%+%5)&*''( T?'(& 4%*4 9'( 0%+%5)&*''( *%5-.-/)* ; .%&-*)4 PMN 1 @ $ hal ini menandakan normal . tidak terdapat radang akut. 9)0.-&-&,* G5'+ 1>3 %&*45' 9'( )(45' *%.,.%5 1>3 hal ini menandakan bah)a tidak ditemukannya bakteri Neisseria gonorrhoeae di ekstra seluler maupun intraseluler dalam hal ini sel netrofil. $eadaan ini menyingkirkan diagnosis banding uretritis gonore, &'(9)9' 1>3 menandakan tidak ditemukannya jamur 4andida. Aal ini menyingkirkan diagnosis banding kandidiasis. 45)&-+-('* 1>3 menandakan tidak ditemukannya parasit trichomonas. Aal ini menyingkirkan diagnosis banding trikomoniasis. P%+%5)&*''( T?'(& 4%*4 1>3, hal ini menyingkirkan diagnosis banding herpes simpleks. P%+%5)&*''( *%5-.-/)* 1>3 hal ini menandakan tidak ditemukannya antigen antibodi terhadap suatu kompleks tertentu.

8. B'/')+'('

%4)-.-/)7%0)9%+)-.-/)7

0'4-/%(%*)*7

/%:'.'

9'(

4'(9'7

0%('4'.'&*'(''(7 &-+0.)&'*)7 05-/(-*)* 9'( 05%A%(4)2 9'5) +'*)(/>+'*)(/ 9)'/(-*)* 6'(9)(/; 1! G-(-5% '.'. *efenisi 0onore merupakan semua penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang bersifat purulen dan dapat menyerang permukaan mukosa manapun di tubuh manusia (%ehrman, / './ ?pidemiologi *i dunia, gonore merupakan <,S yang paling sering terjadi sepanjang abad ke / , dengan perkiraan / tahun / ' / . :). 0onore disebabkan oleh gonokokus yang ditemukan oleh -eisser pada tahun '88:. $uman ini masuk dalam kelompok Neisseria sebagai N.gonorrhoeae bersama dengan # spesies lainnya yaitu, N.meningitidis# N.catarrhalis dan N.pharyngis sicca. 0onokok termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi dengan lebar ,8 u dan pajang ',7 u. $uman ini bersifat tahan asam, gram negatif, dan dapat ditemui baik di dalam maupun di luar leukosit. (*aili, / '.5. 0ejala klinis ,asa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar / hingga 6 hari pada pria. Sedangkan pada )anita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada )anita. $eluhan subjektif yang paling sering timbul adalah rasa gatal, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari ujung uretra yang kadang"kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi. (ada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema, ekstropion dan pasien merasa panas. (ada beberapa kasus didapati pula pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral maupun bilateral. 0ambaran klinis dan perjalanan penyakit pada )anita berbeda dari pria. (ada )anita, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. &dapun gejala yang mungkin dikeluhkan oleh penderita )anita adalah rasa nyeri pada :). juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya (%ehrman, / . :). Sejak 8, jumlah penderita )anita dan pria sudah hampir sama yaitu sekitar ',#5 tiap penduduk untuk )anita dan ', # tiap ' penduduk untuk pria (4*4, :).

'.#. ?tiologi dan morfologi

panggul ba)ah, dan dapat ditemukan serviks yang memerah dengan erosi dan sekret mukopurulen (*aili, / '.6. (emeriksaan " (emeriksaan 0ram dengan menggunakan sediaan langsung dari duh uretra memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terutama pada duh uretra pria, sedangkan duh endoserviks memiliki sensitivitas yang tidak begitu tinggi. (emeriksaan ini akan menunjukkan N.gonorrhoeae yang merupakan bakteri gram negatif dan dapat ditemukan baik di dalam maupun luar sel leukosit. " $ultur untuk bakteri N.gonorrhoeae " 1es defenitif+ dimana pada tes oksidasi akan ditemukan semua Neisseria akan mengoksidasi dan mengubah )arna koloni yang semula bening menjadi merah muda hingga merah lembayung. Sedangkan dengan tes fermentasi dapat dibedakan N.gonorrhoeae yang hanya dapat meragikan glukosa saja. " 1es beta"laktamase+ tes ini menggunakan cefinase 1, disc dan akan tampak perubahan )arna koloni dari kuning menjadi merah. " 1es 1homson+ tes ini dilakukan dengan menampung urine setelah bangun pagi ke dalam / gelas dan tidak boleh menahan kencing dari gelas pertama ke gelas kedua. Aasil dinyatakan positif jika gelas pertama tampak keruh sedangkan gelas kedua tampak jernih (*aili, / :). '.7. $omplikasi $omplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia (*aili, / :). $omplikasi lokal pada pria dapat berupa tisonitis, parauretritis, littritis, dan co)peritis. Selain itu dapat pula terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis yang dapat menimbulkan infertilitas. Sementara pada )anita dapat terjadi servisitis gonore yang dapat menimbulkan komplikasi salpingitis ataupun penyakit radang panggul dan radang tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas atau kehamilan ektopik. *apat pula terjadi komplikasi diseminata seperti artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis. <nfeksi gonore pada mata dapat menyebabkan konjungtivitis hingga kebutaan (%ehrman, / $! I(2%&*) G%()4'. N-(>S0%*)2)& 1IGNS3 /.'. *efenisi : ). :).

<0-S merupakan infeksi traktus genital yang disebabkan oleh penyebab yang nonspesifik yang meliputi beberapa keadaan yaitu @retritis -on"spesifik (@-S), proktitis nonspesifik dan @retritis -on"0onore (@0-) (3umintang, / /./. ?pidemiologi *i dunia, 9AO memperkirakan terdapat '5 juta kasus yang terjadi akibat infeksi %.trachomatis. 1erdapat ',' juta kasus dilaporkan di &merika Serikat dengan prevalensi tertinggi terjadi pada )anita diusia '6"/5 tahun pada tahun / /.#. ?tiologi dan morfologi (enyebab # ! hingga 6 ! kasus <0-S adalah %hamydia trachomatis# sedangkan kasus selebihnya umumnya disebabkan oleh &reaplasma urealyticum. %hlamydia trachomatis, imunotipe * sampai dengan $, ditemukan pada #6 . 6 ! dari kasus uretritis non gonokokus. $lamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi tiga spesies, yaitu+ (Struble, / ' ) '. %hlamydia psittaci, penyebab psittacosis. /. %. trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma infeksi alat kelamin, %hlamydia con'unctivitis dan pneumonia anak dan serotipe lain yang menyebabkan (ymphogranuloma venereum. #. %. pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termasuk pneumonia dan merupakan penyebab penyakit arteri koroner. /.5. 0ejala klinis ,anifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonorrhea dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, terutama pada pagi hari (morning drops) dan dapat pula berupa bercak di celana dalam, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buang air kecil. <nfeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada '" /6! pria dengan aktivitas seksual aktif. (ada )anita, manifestasi klinis mungkin sama dengan gonorrhea, dan seringkali muncul sebagai discharge endoservik mukopurulen, disertai dengan pembengkakan, eritema dan mudah mengakibatkan perdarahan endoservik disebabkan oleh peradangan dari epitel kolumner endoservik. -amun, 8 ! dari )anita dengan aktivitas seksual aktif yang menderita klamidia, biasanya tidak menunjukkan gejala. <nfeksi kronis tanpa gejala dari endometrium dan saluran tuba bisa memberikan hasil yang sama. ,anifestasi klinis lain namun jarang terjadi seperti bartolinitis, sindroma uretral dengan disuria dan pyuria, perihepatitis (sindroma )it*+ugh-%urtis) dan proktitis. 8 (Struble, / ' ). :).

/.6. (emeriksaan *iagnosa @retritis -on 0onokokus (@-0) atau diagnosa servisitis non gonokokus ditegakkan biasanya didasarkan pada kegagalan menemukan Neisseria gonorrhoeae melalui sediaan apus dan kultur. $lamidia sebagai penyebab dipastikan dengan pemeriksaan preparat apus yang diambil dari uretra atau endoserviks atau dengan tes <= langsung dengan antibodi monoklonal, ?<&, (robe *-&, tes amplifikasi asam nukleus (Nucleic Acid Ampli"ication Test, -&&1), atau dengan kultur sel. -&&1 bisa dilakukan dengan menggunakan spesimen urin. Organisme intraseluler sulit sekali dihilangkan dari discharge. (ada pemeriksaan sekret uretra dengan pe)arnaan 0ram ditemukan leukosit lebih dari 6 pada pemeriksaan mikroskop dengan pembesaran ' per lapangan pandang dengan pembesaran ' (3umintang,/ :). kali. (ada pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pe)arnaan 0ram didapatkan leukosit lebih dari # kali. 1idak dijumpai diplokokus negatif gram, serta pada pemeriksaan sediaan basah tidak didapati parasit Trichomonas vaginalis (embiakan %.trachomatis yang bersifat obligat intraseluler harus dilakukan pada sel hidup. Sel hidup ini dibiakkan dalam gelas kaca yang disebut biakan monolayer seperti ,c 4oy dan %A$ yang dapat dilihat hasil pertumbuhannya pada hari ketiga. /.7. $omplikasi $omplikasi dan gejala sisa berupa salpingitis dengan risiko infertilitas, kehamilan diluar kandungan atau nyeri pelvis kronis. $omplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. (ada pria homoseksual, hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia. 3! S)2).)* #.'. *efenisi Sifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Treponema pallidum yang bersifat kronis dan sistemik ditandai dengan lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk kedalam periode laten tanpa manifestasi lesi di tubuh diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskuler. <nfeksi ini dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan (sifilis kongenital) (Autapea, / ' ). #./. ?pidemiologi

Sifilis tersebar diseluruh dunia dan telah dikenal sebagai penyakit kelamin klasik yang dapat dikendalikan dengan baik. (eningkatan ini terjadi terutama di kalangan masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah dan di kalangan anak"anak muda dengan kelompok usia yang paling sering terkena infeksi adalah golongan usia muda berusia antara / . /: tahun, yang aktif secara seksual. &danya perbedaan prevalensi penyakit pada ras yang berbeda lebih disebabkan oleh faktor sosial daripada faktor biologis. (3iu,/ :). #.#. ?tiologi dan morfologi Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang merupakan spesies Treponema dari famili ,pirochaetaceae# ordo ,pirochaetales. Treponema pallidum berbentuk spiral, negatif"0ram dengan panjang rata"rata '' Lm (antara 7"/ Lm) dengan diameter antara , : . ,'8 Lm. (Autapea, / ' ). #.5. 0ejala klinis (eriode inkubasi sifilis biasanya # minggu. =ase sifilis primer ditandai dengan munculnya tanda klinis yang pertama yang umumnya berupa tukak baik tunggal maupun multipel. 3esi a)al biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras dan terdapat indurasi. (ermukaan dapat tertutup krusta dan terjadi ulserasi. %agian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. <nfeksi juga dapat terjadi tanpa ditemukannya chancer (ulkus durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di rektum atau serviks. 1anpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh spontan dalam )aktu 5 hingga 7 minggu. Sepertiga dari kasus yang tidak diobati mengalami stadium generalisata, stadium dua, dimana muncul erupsi di kulit yang kadang disertai dengan gejala konstitusional tubuh. 1imbul ruam makulo papuler bisanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati. ?rupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan kemudian. Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam dan malaise. =ase laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis namun dengan pemeriksaan serologis yang reaktif. &kan tetapi bukan berarti perjalanan penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat terjadi sifilis stadium lanjut berbentuk gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler. #.6. (emeriksaan %eberapa pemeriksaan terhadap sifilis dapat dilakukan dengan berbagai cara+

" (emeriksaan lapangan gelap (dar- "ield) dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi. " (enentuan antibodi di dalam serum yang timbul akibat infeksi T.pallidum. " (emeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan serologis terhadap darah dan likuor serebrospinalis. #.7. $omplikasi Sifilis stadium lanjut yang dapat menyebakan neurosifilis, sifilis kardiovaskuler, dan sifilis benigna lanjut dapat menyebabkan kematian bila menyerang otak. 4! H%50%* /%()4'.)* 5.'. *efenisi Aerpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh +erpes ,imple! .irus (ASB) dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens (4*4 =act Sheet, / 5./. ?pidemiologi *ata " data di beberapa RS di <ndonesia menunjukkan bah)a prevalensi herpes genital rendah sekali pada tahun '::/ di RS@( dr.,oe)ardi yaitu hanya ' kasus dari ::8# penderita <,S. -amun, prevalensi di RS@* *r.Soetomo agak tinggi yaitu sebesar 75 dari 76# kasus <,S dan lebih tinggi lagi di RS@( *enpasar yaitu // kasus dari '/7 kasus <,S (Aakim, / :). 5.#. ?tiologi dan morfologi +erpes ,imple! .irus (ASB) dibedakan menjadi / tipe oleh SA&R3<11 tahun ':5 menjadi ASB tipe ' dan ASB tipe /. Secara serologik, biologik dan fisikokimia, keduanya hampir tidak dapat dibedakan. -amun menurut hasil penelitian, ASB tipe / merupakan tipe dominan yang ditularkan melalui hubungan seksual genito"genital. ASB tipe ' justru banyak ditularkan melalui aktivitas seksual oro"genital atau melalui tangan (Salvaggio, / :). 5.5. 0ejala klinis 0ejala a)alnya mulai timbul pada hari ke 5"8 setelah terinfeksi. 0ejala a)al biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. 3alu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. 0ejala a)al ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan (Salvaggio, / :). 8).

(ada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. (ada )anita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. 5.6. (emeriksaan *iagnosis secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekuren. (emeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah tes 12ank yang di)arnai dengan pengecatan 0iemsa atau 9right dimana akan tampak sel raksasa berinti banyak. 4ara terbaik dalam menegakkan diagnosa adalah dengan melakukan kultur jaringan karena paling sensitif dan spesifik. -amun cara ini membutuhkan )aktu yang banyak dan mahal. *apat pula dilakukan tes" tes serologis terhadap antigen ASB baik :). dengan cara imunoflouresensi, imunoperoksidase maupun ?3<S& (*aili, / 5.7. $omplikasi $omplikasi yang paling ditakutkan adalah akibat dari penyakit ini pada bayi yang baru lahir (*aili, / :). Aerpes genitalis pada trimester a)al kehamilan dapat menyebabkan abortus atau malformasi kongenital berupa mikroensefali. (ada bayi yang lahir dari ibu pengidap herpes ditemukan berbagai kelainan seperti hepatitis, ensefalitis, keratokonjungtifitis bahkan stillbirth. 5! TRIKOMONIASIS 6.'. *efinisi 1rikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. 6./. ?pidemiologi (enularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui pakaian, handuk, atau karena berenang. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan aktivitas sosial tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita setelah menopause. (enderita )anita lebih banyak dibandingkan dengan pria. 6.#. (atogenesis T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. ,asa tunas rata"rata 5 hari sampai # minggu. (ada kasus yang lanjut terdapat bagian"bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. -ekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar

sampai dipermukaan epitel. *idalam vagina dan uretra parasit hidup dari sisa"sisa sel, kuman"kuman dan benda lain dalam sekret. 6.5. 0ejala $linis '. 1rikomoniasis pada )anita Dang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. (ada kasus akut akan terlihat sekret vagina seropurulen ber)arna kekuning"kuningan, kuning" hijau berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. (ada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa. /. 1rikomoniasis pada laki"laki (ada laki"laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang"kadang preputium, vesikula seminalis dan epididimis. (ada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan )anita. %entuk akut gejalanya mirip uretritis non gonore, misalnya disuria, poliuria dan sekret uretra mukoid atau mukopurulen. @rin biasanya jernih, tetapi kadang"kadang ada benang"benang halus. (ada bentuk kronik gejalanya tidak khasF gatal pada uretra, disuria dan urin keruh pagi hari. 6.6. *iagnosis @ntuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, dan sediaan hapus serta pembiakan. Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. (ada pembiakan dapat digunakan bermacam"macam perbenihan yang mengandung serum. 6.7. (engobatan (engobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik Secara topikal, dapat berupa+ '. /. #. %ahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida '"/! dan larutan asam %ahan berupa supositoria, bubuk yang bersifat trikomoniasidal >el dan krim, yang berisi 2at trikomoniasidal laktat 5!.

Secara sistemik Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromida2ol. 6! F)B%9 D5,/ E5,04)-( 7.'. *efinisi =iIed drug eruption adalah erupsi alergi obat yang bila berulang akan timbul pada tempat yang sama. ( Soebaryo, '::6 )

7./. ?pidemiologi Sekitar ' ! =*? terjadi pada anak dan de)asa, usia paling muda yang pernah dilaporkan adalah 8 bulan. 7.# ?tiologi %anyak obat yang dilaporkan dapat menyebabkan =*?. Dang paling sering dilaporkan adalah phenolpthalein, barbiturate, sulfonamide, ) tetrasiklin, antipiretik,pyra2olone dan obat anti inflamasi non steroid. ( Shear, / 7.5. (atofisiologi ,eskipun patogenesis pasti =*? belum pasti, penelitian terkini mengarah pada proses yang dimediasi sel yang menginisiasi lesi aktif maupun tidak aktif. (roses ini mungkin melibatkan response sitotoksik dimediase sel yang tergantung antibodi (1eraki dan Shiohara, / / :F Shiohara, / 5). Sel 1 efektorCmemori 4*8M memainkan peran penting dalam :). /). ,elalui reaktivasi lesi dengan paparan ualng dengan obat pemicu (,i2uka)a dan Shiohara, Obat pemicu diduga berfungsi sebagai hapten yang mudah berikatan dengan keratinosit basal, sehingga memicu respons inflamasi (9eedon, / pelepasan sitokin seperti 1-="N, keratinosit mungkin meningkatkan ekspresi intercellular adhesion molecule-/ (<4&,') secara local (Smoller et al, '::'). (eningkatan <4&,' telah ditunjukkan untuk membantu sel 1 (4*5 dan 4*8) untuk bermigrasi ke situs lesi (Aindsen et al, ':88F Shiohara et al, ':8:). &danya sel 4*8 residen dan sel 4*8 yang terus menuju ke situs lesi menimbulkan kerusakan jaringan secara terus menerus akibat produksi sitokin inflamasi <=-"O dan 1-="N. Sel 4*8 yang diisolasi dari lesi aktif mengekspresikan alfa ? beta 8, yaitu ligan ?"cadherin, yang mungkin berkontribusi pada kemampuan limfosit untuk berlokalisasi ke epidermis. ,olekul permukaan sel lainnya, seperti 43&Calfa5beta'C4*5a, yang mengikat ?"selectinCvascular celluar adhesion molecule-01<4&,' #). selanjutnya membantu menarik sel 4*8 ke area tersebut (1eraki dan Shiohara, /

(erubahan pada marker permukaan sel memungkinkan endothelium vaskular untuk memicu migrasi sel 4*5 ke lesi aktif. Sel 4*5 regulator ini diduga memproduksi <3"' , yang dapat membantu menekan fungsi imun, menghasilkan lesi yang tenang (1eraki dan Shiohara, / #). *engan hilangnya respon inflamasi, ekspresi <3"'6 dari keratinosit diduga membantu menjaga sel 4*8, membantu sel"sel ini untuk memenuhi fenotipe memori efektor. %erikutnya, ketika paparan obat pemicu terjadi lagi, respons akan

berkembang lebih cepat pada lokasi yang sama dengan lesi sebelumnya (1eraki dan Shiohara, / #). 7.6. 0ambaran $linis =*? dapat timbul dalam )aktu # menit sampai 8 jam setelah ingesti obat secara oral. 3esi berupa makula oval atau bulat, bera)arna merah atau keunguan, berbatas tegas, seiring dengan )aktu lesi bisa menjadi bula, mengalami deskuamasi atau menjadi krusta.. @kuran lesi bervariasi mulai dari lentikuler sampai plakat. 3esi a)al biasanya soliter, tapi jika penderita meminum obat yang sama maka lesi yang lama akan timbul kembali disertai dengan lesi yang baru. -amun jumlah lesi biasanya sedikit. 1imbulnya kembali lesi ditempat yang sama menjelaskan arti kata GfiIedH pada nama penyakit tersebut. ( Soebaryo, '::6 ) 3esi dapat dijumpai dikulit dan membran mukosa yaitu di bibir, badan, tungkai, tangan dan genital. 1empat paling sering adalah bibir dan genital. 3esi =*? pada penis sering disangka sebagai penyakit kelamin ( Shear, / ) 0ejala lokal meliputi gatal dan rasa terbakar , jarang dijumpai gejala sistemik. 1idak dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. 3esi pada =*? jika menyembuh akan meninggalkan bercak hiperpigmentasi post inflamasi yang menetap dalam jangka )aktu lama ( Shear, / 7.7 (emeriksaan *iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang khas. Ri)ayat perjalanan penyakit yang rinci, termasuk pola gejala klinis, macam obat, dosis, )aktu dan lama pajanan serta ri)ayat alergi obat sebelumnya penting untuk membuat diagnosis. Selain itu pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis+ '. %iopsi kulit membantu untuk memastikan diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding. /. @ji tempel obat merupakan prosedur yang tidak berbahaya . #. @ji provokasi oral merupakan pemeriksaan baku emas untuk memastikan penyebab. @ji ini dikatakan aman dan dapat dipercaya untuk pasien anak. @ji ini bertujuan untuk mencetuskan tanda dan gejala klinis yang lebih ringan dengan pemberian obat dosis kecil biasanya dosis 'C' dari obat penyebab sudah cukup untuk memprovokasi reaksi dan provokasi biasanya sudah muncul dalam beberapa jam. $arena resiko yang mungkin ditimbulkannya maka uji ini harus dilakukan diba)ah penga)asan petugas medis yang terlatih. ( Shear, / ) )

7.8. (enatalaksanaan '. Aentikan penggunaan obat yang diduga sebagai penyebab. ( Soebaryo, '::6 ) /. (engobatan Sistemik (emberian kortikosteroid sistemik biasanya tidak diperlukan.@ntuk keluhan rasa gatal pada malam hari yang kadang mengganggu istirahat pasien dan orang tuanya dapat diberikan antihistamin generasi lama yang mempunyai efek sedasi.(Aam2ah, / #. (engobatan 1opikal (engobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit apakah kering atau basah. a. >ika lesi basah dapat diberi kompres secara terbuka. 1ujuannya adalah untuk mengeringkan eksudat, membersihkan debris dan krusta serta memberikan efek menyejukkan. (Aam2ah, / ') b. >ika lesi kering dapat diberi krim kortikosteroid misalnya krim hidrokortison ' ! atau /,6!. 3esi hiperpigmentasi tidak perlu diobati karena akan menghilang dalam jangka )aktu lama. (Aam2ah, / 7.8. (rognosis (rognosis umumnya baik. &pabila obat tersangka penyebab telah dapat dipastikan maka sebaiknya kepada penderita diberikan catatan, berupa kartu kecil yang memuat jenis obat tersebut serta golongannya. $artu tersebut dapat ditunjukkan bilamana diperlukan (misalnya apabila penderita berobat), sehingga dapat dicegah pajanan ulang yang memungkinkan terulangnya =*?. ( Soebaryo, '::6 ) ') ')

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA &ndre) >.,, Sun. '::#. %utaneous Drugs ruption.<n+ Aong $ong (ractitioner. Bolume '6. *epartment of *ermatology @niversity of 9ales 4ollege of ,edicine. 4ardiff 4=5 5J-. @.$.. '::#. &vailable at+ http+CCsun2i'.lib.hku.hkChkjoCvie)C/#C/# '#':.pdf

%ehrman, &.>. P Shoff, 9.A., /

:. 0onorrhea, @niversity of (ennsylvania. &vailable from+

http+CCemedicine.medscape.comCarticleC88/:'#"overvie). %utler, *avid =. ,*. / '/. )i!ed Drug ruption. diunduh dari

http+CCemedicine.medscape.comCarticleC'##78 /"overvie) 4enters for *isease 4ontrol and (revention, / 8. 4*4 =act Sheet 0enital Aerpes. &vailable

from+ http+CC))).cdc.govCstdChealthcommCfactsheets .htm. 4enters for *isease 4ontrol and (revention, / Surveillance / *ivision of S1* (revention. *aili, S.=., / :. 0onore. <n+ *aili, S.=., et al., <nfeksi ,enular Seksual. 5th ed. >akarta+ :. SeIually 1ransmitted *isease

8. 0eorgia+ @.S. *epartment of Aealth and Auman Services,

%alai (enerbitan =$@<, 76"87. *aili, S.=., / :. Aerpes 0enitalis. <n+ *aili, S.=., et al., <nfeksi ,enular Seksual. 5th ed.

>akarta+ %alai (enerbitan =$@<, '/6"'#:. *aili, S.=., / :. (emeriksaan $linis pada <nfeksi ,enular Seksual. <n+ *aili, S.=., et al.,

<nfeksi ,enular Seksual. 5th ed. >akarta+ %alai (enerbitan =$@<, ':"7'. ?ffendi ?A. / . @ji kulit pada ?rupsi &lergi Obat. *alam+ Sudigdoadi, Sutedja ?, &gusni

DA, Sugiri @,eds. %uku ,akalah 3engkap $ursus <muno"dermatologi <. %andung+ $elompok Studi *ermatologi %agCS,= $ulit dan $elamin . RS@( dr. Aasan Sadikin Aakim, 3., / :. ?pidemiologi <nfeksi ,enular Seksual. <n+ *aili, S.=., et al., <nfeksi

,enular Seksual. 5th ed. >akarta+ %alai (enerbitan =$@<, #"'7. Aam2ah ,. / /. rupsi Obat Alergi-. <n+ <lmu (enyakit $ulit dan $elamin. #rd edition.

%agian <lmu (enyakit $ulit dan $elamin =akultas $edokteran @niversitas <ndonesia. >akarta + %alai (enerbit =akultas $edokteran @niversitas <ndonesia.

Aindsen ,, 4hristensen O%, 0ruic B, 3ofberg A. =iIed drug eruption+ an immunohistochemical investigation of the acute and healing phase. 2r 3 Dermatol. ,ar ':88F''7(#)+#6'"7 . Q,edlineR. Autapea, -.O., / :. Sifilis. <n+ *aili, S.=., et al., <nfeksi ,enular Seksual. 5th ed. >akarta+

%alai (enerbitan =$@<, 85"' /. 3iu, (.=. P ?uerle, %., / :. Syphilis, Birginia Aospital 4enter &rlington. &vailable from+

http+CCemedicine.medscape.comCarticleC//:57'"overvie). 3umintang, A., / :. <nfeksi 0enital -on Spesifik. <n+ *aili, S.=., et al., <nfeksi ,enular

Seksual. 5th ed. >akarta+ %alai (enerbitan =$@<, 88"8# ,i2uka)a D, Shiohara 1. =iIed drug eruption+ a prototypic disorder mediated by effector memory 1 cells.%urr Allergy Asthma Rep. >an / Revus >, &llanore &B./ :F:(')+8'"8.

#. Drugs Reaction. <n+ %olognia *ermatology. Bolume One. /nd #.

edition. (hiladelphia + ?lserve limited. / Riedl ,&, 4asillas &,. / ))).aafp.orgCafp Salvaggio, ,.R. P 3ut)ick, 3.<., / ,edicine. overvie). Shear -A, 3andau ,, Shapiro 3e. / &vailable

#. Adverse Drug Reactions; Types and Treatment Options. <n+ #. &vailable at+

&merican =amily (hysician. Bolume 78, -umber :. /

:. Aerpes SimpleI, @niversity of Oklahoma 4ollege of http+CCemedicine.medscape.com CarticleC/'868 "

from+

. Aypersensitivity reactions to drug. <n+ Aarper >,

Oranje &, (rose -, eds. 3ondon+ 3ondon %lack)ell Scientific (ublication. Shiohara 1, -ickoloff %>, Saga)a D, 0omi 1, -agashima ,. =iIed drug eruption. ?Ipression of epidermal keratinocyte intercellular adhesion molecule"' (<4&," '). Arch Dermatol. Oct ':8:F'/6(' )+'#8'"7.Q,edlineR.

Shiohara 1. =iIed drug eruption+ pathogenesis and diagnostic tests. %urr Opin Allergy %lin Immunol. &ug / :F:(5)+#'7"/'.

Soebaryo R9, ?ffendi ?A=, Suyoto ?$. '::6. ?ksantema =ikstum. *alam+ Sularsito S& dkk eds. (edoman *iagnosis dan (enatalaksanaan ?rupsi Obat &lergik. >akarta+ %alai (enerbit =$@< Smoller %R, 3uster &*, $rane >=, et al. =iIed drug eruptions+ evidence for a cytokine" mediated process. 3 %utan Pathol. =eb '::'F'8(')+'#":. Struble, $. P 3ut)ick, 3.<., / ' . 4hlamydial 0enitourinary, @niversityof Oklahoma 4ollege of ,edicine. &vailable from+ http+CCemedicine.medscape.com CarticleC/'58/#"overvie) Sudigdoadi, 9idiantoro D.'::6. =iIed *rug ?ruption pada &nak berumur '8 bulan. >akarta+ ,edia *ermato"Benereologica <ndonesiana Sudoyo, &ru 9. dkk. / 8. %uku &jar <lmu (enyakit *alam. >ilid <. ?disi <B. (usat (enerbit

*epartemen <lmu (enyakit *alam =$ @<. >akarta 1eraki D, Shiohara 1. <=-"gamma"producing effector 4*8M 1 cells and <3"' "producing regulatory 4*5M 1 cells in fiIed drug eruption. 3 Allergy %lin Immunol. Sep / #F''/(#)+7 :"'6.

9eedon *. 1he lichenoid reaction pattern (Sinterface dermatitisS). <n+ ,-in Pathology. /nd ed. 3ondon, ?ngland+ 4hurchill 3ivingstoneF / 9olff $, >ohnson R.&., Suurmond *., (/ /+5/"5#.

8). )it*patric-4s 5 The %olor Atlas and ,ynopsis

o" %linical Dermatology disi 6. -e) Dork+ 1he ,c0ra)"Aill 4ompanies

Anda mungkin juga menyukai