Anda di halaman 1dari 2

A Big Lie Sebuah kebohongan Besar Nasreddin lived in a quite big village. He had some neighbors.

Some of them were poor, some of them were average, and some others were rich. There was one very rich neighbor who seldom talked to the people in the neighborhood. Every time he invited people, he always invited only rich people that no one in his neighborhood knew. So it was a very big surprise for Nasreddin that one day, he got invited by that rich man. Nasreddin hidup di sebuah desa yang cukup besar. Dia mempunyai beberapa tetangga. Beberapa dari mereka miskin, ada juga yang biasa saja, dan yang lainnya kaya. Disana ada seorang tetangga yang sangat kaya dan jarang sekali berbincang dengan orang-orang dilingkungannya. Setiap kali dia mengundang orang-orang, dia selalu mengundang orang-orang kaya saja yang tidak satu pun orang dilingkungannya tahu. Maka ini sebuah kejutan yang sangat besar untuk Nasreddin hari itu, dia diundang oleh Si Orang Kaya. The day when he had to come to his wealthy neghbors house came, Nasreddin prepared everything. He chosed the best outfit and dressed up well and rode his mule happily towards the house. Datanglah hari dimana Nasreddin mendatangi rumah tetangganya yang kaya raya, dia mempersiapkan segalanya. Dia memilih baju yang paling bagus dan berpakaian rapi serta mengendarai bagalnya dengan gembira menuju rumah itu. I must be very lucky, he said to himself. Aku pasti sangat beruntung, Nasreddin berkata kepada dirinya sendiri. Finally, he arrived at the rich mans house and knocked at the door. While waiting for someone to open the door, he looked around. When looking around the house, he found that the house had a lot of big windows. Akhirnya dia tiba di rumah Si Orang Kaya and mengetuk pintu. Ketika dia sedang menunggu seseorang membukakan pintu, dia melihat-lihat keadaan sekeliling. Ketika dia sedang melihat-lihat sekitar rumah, dia melihat kalau rumah ini memiliki banyak sekali jendela. I am sorry, my father isnt at home, someone said. Apparently it was the rich mans son who opened the door. Maaf, Ayahku tidak ada di rumah, kata seseorang. Rupanya yang membukakan pintu adalah anak Si Orang Kaya. However, Nasreddin had seen his father sitting by the window, peeping him. He was really angry to be invited only to be turned down at the door with such a big lie.

Akan tetapi, Nasreddin tadi melihat Ayahnya sedang duduk lewat jendela, sedang menengok dirinya. Dia merasa sangat marah telah di undang hanya untuk ditolak di depan pintu dengan sebuah kebohongan besar seperti itu. Kid, listen to me! Tell your father, every time he goes out, he should go with his head, not leaving his head by the window. Is that clear? Nasreddin replied. Nak, dengarkan aku! Bilang pada Ayahmu, setiap kali dia keluar rumah, seharusnya dia juga membawa kepalanya, bukan meninggalkan kepalanya di jendela. Jelas? jawab Nareddin.

Anda mungkin juga menyukai