Anda di halaman 1dari 2

Pembahasan Kelompok Kontrol Praktikum Fisiologi Pada kelompok kontrol perlakuan yang diberikan pada orang percobaan (OP)

yaitu berupa konsumsi air sebesar 300 cc. Pada keadaan ini terjadi proses pengaturan keseimbangan cairan tubuh yang sebagian besar dipertahankan oleh ginjal. Namun, sesuai dengan fisiologi pengaturan keseimbangan cairan tubuh, ginjal hanya dapat mengurangi pengeluaran cairan tubuh bukan menggantikan cairan tersebut. Praktikum fisiologi orang percobaan kontrol dipantau output urinnya saat 60 menit sebelum perlakuan U(Pre), urin menit 0 U(0), urin sesaat setelah pemberian perlakuan U(P), urin 30 menit post perlakuan, urin 60 menit post perlakuan, urin 90 menit post perlakuan, dan urin 120 menit post perlakuan.1 Pada pemantauan urin saat 60 menit sebelum perlakuan U(pre) didapatkan output urin sebanyak 20 ml, berat jenis 1,030, warna kuning pekat, PH 6, glukosa (-), berat badan 42 kg, dan tekanan darah 110/80 mmHg. Hasil ini menunjukkan bahwa urin orang percobaan pekat dilihat dari warnanya secara makroskopik kuning teh-kuning pekat. Osmolaritas cairan tubuh orang percobaan diduga Bila meningkat diatas normal (zat terlarut dalam tubuh menjadi lebih pekat) sebelum dilakukan percobaan. Pada pemantauan urin menit 0, didapatkan pula volume urin yang tidak jauh berbeda dari U(Pre) yaitu sebesar 23 ml. Pengeluaran urin yang sedikit disebabkan kelenjar hipofisis posterior mensekresi lebih banyak ADH.1 Akibatnya terjadi peningkatan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligens terhadap air. Keadaan ini akan memungkinkan terjadinya reabsorpsi air dalam jumlah yang besar dan penurunan volume urin, tetapi tidak mengubah kecepatan eksresi zat terlarut oleh ginjal secara nyata.1 Namun, urin orang percobaan masih menunjukkan keadaan fisiologis dilihat dari berat jenis urin, PH, dan glukosa menunjukkan negatif pada urin. Pada pemantauan urin 30 menit setelah perlakuan U(30), didapatkan volume urin 28 ml. Volume ini meningkat dibandingkan volume urin menit 0 yang hanya sebesar 23 ml. Hal ini disebabkan OP minum air 30 menit sebelumnya. Saat OP minum 300 cc air, osmolaritas akan menurun pada ekstraseluler artinya cairan akan lebih encer. Maka mekanisme yang terjadi sebagai berikut : 1. Penurunan osmolaritas ekstrasel (yang secara praktis merupakan penurunan natrium plasma) menyebabkan sel saraf khusus yang disebut sel osmoreseptor, yang terletak di hipotalamus anterior dekat nukleus supraoptik, mengembang.1 2. Pengembangan sel osmoreseptor menyebabkan sel tersebut mengalami inhibisi dan akan mengirimkan sinyal saraf ke sel saraf tambahan di nukleus supraoptik, yang kemudian meneruskan sinyal ini menyusuri tangaki kelenjar hipofisis ke hipofisis posterior. 1,2 3. Adanya pensinyalan ini yang disalurkan ke hipofisis posterior akan menginhibisi pelepasan ADH, yang disimpan dalam granula sekretorik (atau vesikel) di ujung saraf. 1,2 4. ADH pada plasma akan mengalami penurunan dan akan menurunkan permeabilitas tubulus distal, tubulus koligens kortikalis, dan duktus koligens medulla. 1,2 5. Penurunan permeabilitas air di segmen nefron distal menyebabkan penurunan reabsorpsi air dan pengeluaran sejumlah urin yang lebih encer. 1,2

Mekanisme yang sama akan terus terjadi hingga pemantauan urin OP menit ke 60 setelah minum. Urin yang dikeluarkan meningkat drastis menjadi 77 ml. Hal ini bersesuaian dengan teori yang menyebutkan dalam waktu 60 menit volume urin yang dikeluarkan setelah minum berkisar 2-4 kali normal.2 Begitu pula dengan kecepatan produksi urin paling tinggi terjadi pada menit ke-60 setelah minum air yaitu sebesar 2,567 ml/menit. Bila dilihat dari hasil berat jenis urin yang dihasilkan pada menit ke 30 setelah minum dan menit 60 setelah minum menunjukkan berat jenis urin yang lebih rendah dibandingkan urin pre (60 menit sebelum menit 0) dan urin menit 0 U(0). Penurunan berat jenis urin berhubungan dengan berkurangnya osmolaritas urin.2 Jadi semakin banyak partikel zat terlarut dalam suatu larutan, maka akan semakin tinggi massa dan berat jenis larutan tersebut.2 Parameter lainnya adalah berat badan. Namun berat badan kurang dapat terlihat perubahannya karena timbangan yang digunakan kurang sensitif dalam mengukur berat badan seseorang. Menurut teori, intake air 1 L setara dengan 1 kg air. Karena pada OP kontrol hanya meminum 300 cc, maka tidak berpengaruh besar terhadap perubahan berat badan. Kalau untuk tekanan darah dan pH urin, dapat berfluktuasi.1 Jadi, perubahan pH urin ada hubungannya dengan perubahan pH plasma. Tapi, akibat adanya sistem buffer plasma, maka pengenceran plasma akibat meningkatnya volume plasma tidak memberikan perubahan pH yang cukup bermakna. Begitu juga dengan tekanan darah yang diatur oleh sistem saraf simpatis untuk menurunkan curah jantung serta tahanan perifer.2 Pada menit 90 dan 120 setelah minum air, ternyata volume urin kembali menurun, berat jenis meningkat, warna berubah dari kuning jernih menjadi kuning, PH juga menurun ke arah basa. Hal ini disebabkan oleh peran ADH yang akan disekresi dalam jumlah yang banyak dari hipofisis posterior dan tinggi pada plasma menuju ke arah ginjal. Bila ADH konsentrasinya tinggi maka akan meningkatkan permeabilitas tubulus distal, tubulus koligens kortikalis, dan duktus koligens medulla. Akibatnya, urin yang keluar akan berkurang dan berwarna pekat.1,2 DAFTAR PUSTAKA 1. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC 2. Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. Twelfth Edition. Asia: Wiley

Anda mungkin juga menyukai