I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan tersebut harus menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat di berbagai bidang. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional masa sekarang ini mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam pembangunan kota, baik pembangunan kota provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan yang seiring dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang ditunjukkan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi. Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan dan di sekitar kota tersebut, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota yang menurut anggapan mereka kota menjanjikan masa depan yang lebih baik, menyebabkan tingkat arus urbanisasi semakin tinggi. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di kota maka akan menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang umum terjadi di perkotaan adalah pengelolaan sampah perkotaan yang kurang baik. Sampah yang merupakan bagian dengan
sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kehidupan manusia maupun gangguan pada lingkungan seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, menurunnya estetika dan sebagai pembawa penyakit. Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi1. Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan2. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), maupun saat
1 2
http://www.repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Desember 2011 Ib.id 3 Tim Penulis PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya
- Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya - Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif. - Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah. - Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk. - Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai jalan pintas. - Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya. - Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat. - Manajemen sampah tidak efektif. Selanjutnya masalah yang sering timbul dalam penanganan sampah adalah tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari sampah rumah tangga, pasar, rumah sakit, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya. Tingginya tingkat pencemaran tersebut sebagai akibat makin padatnya penduduk dan makin meningkatnya aktivitas manusia sehingga volume sampah yang ditimbulkan semakin meningkat pula, sehingga terjadilah penumpukan sampah oleh karena volume sampah yang dapat di angkut dan di kelola tidak seimbang dengan volume produksi sampah. Penumpukan sampah tersebut tentunya mempunyai dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga sangat diperlukan sistem
pengelolaan persampahan yang memadai. Pelaksanaan pengelolaan persampahan sangat dipengaruhi komponen-komponen yang mendukung yaitu aspek teknis, kelembagaan, masyarakat.4 Demikian halnya yang terjadi di Kota Makassar sebagai kota metropolitan masalah persampahan masih merupakan masalah yang sangat kompleks. Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar adalah organisasi pemerintah yang bertanggung jawab untuk menciptakan kebersihan kota Makassar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Makassar Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Adapun Kegiatan organisasi dalam mencapai visi dan tujuannya ditentukan oleh faktor internal antara lain sumber daya manusia, biaya operasional, sarana dan prasarana, sistem dan prosedur serta teknologi. Sedangkan faktor eksternal antara lain koordinasi dengan organisasi lain, dukungan masyarakat dan faktor lingkungan lainnya. Kedua faktor ini saling terkait dan mendukung. Organisasi yang efektif adalah organisasi yang mempunyai orientasi dan proyeksi dalam hukum atau peraturan, pembiayaan maupun peran serta
mengimplementasikan seluruh program kerja yang telah ditetapkan. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas.
4
Robert J. Kodoatie. 2003.Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 217
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang dicapai makin tinggi efektivitasnya. Konsep efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif . Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat 5. Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan persampahan, pemerintah kota Makassar telah berupaya mewujudkan Makassar sebagai kota bersih dengan membentuk sebuah organisasi yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga kebersihan kota Makassar dengan upaya pengelolaan persampahan yang efektif dan efisien mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, hingga tahap pembuangan akhir.
5
Sondang P. Siagian. 1987. Manajemen Modern. Jakarta : PT. Gunung Agung Hal. 76
Namun dengan melihat keadaan lingkungan di Kota Makassar saat ini di beberapa wilayah tertentu mulai dari ruas jalan raya, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan perkantoran, sekolah-sekolah, sekitar pusat perbelanjaan (mall), pasar-pasar tradisional dan kanal, masih sering ditemukan sampah yang menumpuk karena tidak terangkut setiap harinya. Tentunya keadaan ini
menimbulkan ketidaknyamanan pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap, memperbesar timbulnya bahaya banjir pada saat musim hujan karena tersumbatnya saluran air / drainase kota serta dapat menjadi sumber penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui media internet
(http://www.makassarterkini.com) menyatakan bahwa pengelolaan sampah di kota Makassar masih sangat buruk. Dengan tingkat produksi sampah 3.680 meter kubik (m3) per hari, yang tertangani oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan hanya 3.270 m3. Sebanyak 410 m3 lainnya tidak terangkut dan hanya menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Limbah yang tidak terangkut ini banyak berserakan di jalan dan menimbulkan bau tidak sedap. Berdasarkan data Dinas Kebersihan, di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa, setiap hari jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 3.680 m3 per hari. Akan tetapi,sampah yang tertangani hanya 3.270 m3. Dengan demikian, masih ada sekitar 410 m3 sampah per hari yang tidak terkelola. Serta lambatnya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA maupun pelayanan sampah dari rumah ke rumah karena jumlah armada pengakut sampah masih sangat kurang, jumlah mobil pengangkut sampah hanya 139 unit padahal untuk mengangkut sampah 3.680 m3 per hari idealnya
dibutuhkan 250 unit. Sementara armada pengakut sampah yang ada sekarang juga tidak berfungsi maksimal karena ada yang sudah tua dan sering rusak.6 Adapun data jumlah timbulan sampah yang tertangani oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel I Daftar Perbandingan Penanganan Sampah Kota Makassar Dalam (M3 Perhari) Dari Tahun 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Timbulan Sampah 3.661,81 M3/Hari 3.812,69 M3/Hari 3.680,03 M3/Hari 3.781,23 M3/Hari 3.923,52 M3/Hari Tertangani 3.245,29 M3/Hari 3.315,20 M3/Hari 3.278,12 M3/Hari 3.373,42 M3/Hari 3.520,07 M3/Hari %Terhadap Timbulan Sampah 88,63% 86,95% 89,08% 89,21% 89,27%
Berdasarkan informasi dan data diatas menunjukkan bahwa pengelolaan persampahan di Kota Makassar oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan masih perlu perhatian untuk mencapai pengelolaan sampah yang lebih efektif. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang pengelolaan persampahan dan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Pengelolaan Persampahan Di Kota Makassar
Makassar Terkini, 30 September 2011. 410 Meter Kubik Sampah Tak Terangkut. Dari http://www.makassarterkini.com.Diakses pada tanggal 30 Desember 2011
I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : Mengapa Pengelolaan Persampahan Di Kota Makassar Belum Efektif? I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab belum efektifnya pengelolaan persampahan di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademik Kegunaan akademik dalam penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang mengenai efektivitas pengelolaan persampahan. 2. Manfaat Praktis Kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi bagi Pemerintah Kota khususnya Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dalam mengefektifkan pengelolaan persampahan kota Makassar.
II.1. Konsep Efektivitas II.1.1. Pengertian Efektivitas Dalam suatu organisasi dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan mengamati efektif tidaknya organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong7, efektivitas pada dasarnya berasal dari kata efek dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. Pengertian efektivitas sebenarnya bersifat abstrak, namun akan menjadi konkrit dan dapat diukur apabila mampu untuk mengidentifikasi segi-segi yang lebih menonjol atau nampak yang
berhubungan dengan konsep efektivitas. Adapun pengertian efektivitas menurut The Liang Gie dalam bukunya Ensiklopedia Administrasi adalah sebagai berikut : Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan tidak efektif, kalau
7
menimbulkan dikehendaki. 8
akibat
atau
mempunyai
maksud
sebagaimana
Selanjutnya Martani dan Lubis, menyatakan bahwa : Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya .9 Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat10. Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain: 1. Efektivitas Individu Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi. 2. Efektivitas kelompok Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya.
8 9
The Liang Gie. 1989. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : PT.Gunung Agung. Hal 147 Martani dan Lubis.1987. Teori Organisasi. Bandung: Ghalia Indonesia. Hal. 55 10 http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal 4 Januari 2012
10
3. Efektivitas Organisasi Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya Efektivitas
Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah bahwa: Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain . Sementara itu, Sharma dalam Tangkilisan (2005:64) memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain11: 1. Produktivitas organisasi atau output; 2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi; 3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi. Sedangkan Steers dalam Tangkilisan (2005:64) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi yaitu:
11
11
1.Produktivitas 2.Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas 3.Kepuasan kerja 4.Kemampuan berlaba 5.Pencarian sumber daya Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) mengatakan bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan . Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal ini dipertegas kembali dengan pendapat Hasibuan dalam Handayaningrat (1996:16) bahwa