Anda di halaman 1dari 37

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan tersebut harus menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat di berbagai bidang. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional masa sekarang ini mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dalam pembangunan kota, baik pembangunan kota provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai ke pedesaan yang seiring dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang ditunjukkan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi. Kota sebagai pusat aktivitas manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang bermukim di pedesaan dan di sekitar kota tersebut, sehingga mereka termotivasi untuk datang ke kota yang menurut anggapan mereka kota menjanjikan masa depan yang lebih baik, menyebabkan tingkat arus urbanisasi semakin tinggi. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di kota maka akan menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya adalah permasalahan lingkungan. Permasalahan lingkungan yang umum terjadi di perkotaan adalah pengelolaan sampah perkotaan yang kurang baik. Sampah yang merupakan bagian dengan

sisa aktifitas manusia perlu dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan terhadap kehidupan manusia maupun gangguan pada lingkungan seperti pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, menurunnya estetika dan sebagai pembawa penyakit. Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi1. Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan (Moersid, 2004). Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan2. Sumber permasalahan sampah selalu hadir, baik di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), maupun saat

pendistribusiannya. Berikut beberapa faktor penyebab penumpukan sampah yaitu3:

1 2

http://www.repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Desember 2011 Ib.id 3 Tim Penulis PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya

- Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya - Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh hingga waktu untuk mengangkut sampah kurang efektif. - Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah di TPS berpotensi menjadi tumpukan sampah. - Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga lambat membusuk. - Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Masyarakat sering membuang sampah di sembarang tempat sebagai jalan pintas. - Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya. - Minimnya edukasi dan manajemen diri yang baik mengenai pengolahan sampah secara tepat. - Manajemen sampah tidak efektif. Selanjutnya masalah yang sering timbul dalam penanganan sampah adalah tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari sampah rumah tangga, pasar, rumah sakit, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya. Tingginya tingkat pencemaran tersebut sebagai akibat makin padatnya penduduk dan makin meningkatnya aktivitas manusia sehingga volume sampah yang ditimbulkan semakin meningkat pula, sehingga terjadilah penumpukan sampah oleh karena volume sampah yang dapat di angkut dan di kelola tidak seimbang dengan volume produksi sampah. Penumpukan sampah tersebut tentunya mempunyai dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga sangat diperlukan sistem

pengelolaan persampahan yang memadai. Pelaksanaan pengelolaan persampahan sangat dipengaruhi komponen-komponen yang mendukung yaitu aspek teknis, kelembagaan, masyarakat.4 Demikian halnya yang terjadi di Kota Makassar sebagai kota metropolitan masalah persampahan masih merupakan masalah yang sangat kompleks. Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar adalah organisasi pemerintah yang bertanggung jawab untuk menciptakan kebersihan kota Makassar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota Makassar Nomor 38 Tahun 2009 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. Adapun Kegiatan organisasi dalam mencapai visi dan tujuannya ditentukan oleh faktor internal antara lain sumber daya manusia, biaya operasional, sarana dan prasarana, sistem dan prosedur serta teknologi. Sedangkan faktor eksternal antara lain koordinasi dengan organisasi lain, dukungan masyarakat dan faktor lingkungan lainnya. Kedua faktor ini saling terkait dan mendukung. Organisasi yang efektif adalah organisasi yang mempunyai orientasi dan proyeksi dalam hukum atau peraturan, pembiayaan maupun peran serta

mengimplementasikan seluruh program kerja yang telah ditetapkan. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui konsep efektivitas.
4

Robert J. Kodoatie. 2003.Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 217

Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang dicapai makin tinggi efektivitasnya. Konsep efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif . Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat 5. Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan persampahan, pemerintah kota Makassar telah berupaya mewujudkan Makassar sebagai kota bersih dengan membentuk sebuah organisasi yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar yang bertujuan untuk menciptakan dan menjaga kebersihan kota Makassar dengan upaya pengelolaan persampahan yang efektif dan efisien mulai dari tahap pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, hingga tahap pembuangan akhir.
5

Sondang P. Siagian. 1987. Manajemen Modern. Jakarta : PT. Gunung Agung Hal. 76

Namun dengan melihat keadaan lingkungan di Kota Makassar saat ini di beberapa wilayah tertentu mulai dari ruas jalan raya, kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan perkantoran, sekolah-sekolah, sekitar pusat perbelanjaan (mall), pasar-pasar tradisional dan kanal, masih sering ditemukan sampah yang menumpuk karena tidak terangkut setiap harinya. Tentunya keadaan ini

menimbulkan ketidaknyamanan pemandangan, menimbulkan bau tidak sedap, memperbesar timbulnya bahaya banjir pada saat musim hujan karena tersumbatnya saluran air / drainase kota serta dapat menjadi sumber penyakit. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui media internet

(http://www.makassarterkini.com) menyatakan bahwa pengelolaan sampah di kota Makassar masih sangat buruk. Dengan tingkat produksi sampah 3.680 meter kubik (m3) per hari, yang tertangani oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan hanya 3.270 m3. Sebanyak 410 m3 lainnya tidak terangkut dan hanya menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Limbah yang tidak terangkut ini banyak berserakan di jalan dan menimbulkan bau tidak sedap. Berdasarkan data Dinas Kebersihan, di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1,3 juta jiwa, setiap hari jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 3.680 m3 per hari. Akan tetapi,sampah yang tertangani hanya 3.270 m3. Dengan demikian, masih ada sekitar 410 m3 sampah per hari yang tidak terkelola. Serta lambatnya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA maupun pelayanan sampah dari rumah ke rumah karena jumlah armada pengakut sampah masih sangat kurang, jumlah mobil pengangkut sampah hanya 139 unit padahal untuk mengangkut sampah 3.680 m3 per hari idealnya

dibutuhkan 250 unit. Sementara armada pengakut sampah yang ada sekarang juga tidak berfungsi maksimal karena ada yang sudah tua dan sering rusak.6 Adapun data jumlah timbulan sampah yang tertangani oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel I Daftar Perbandingan Penanganan Sampah Kota Makassar Dalam (M3 Perhari) Dari Tahun 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Timbulan Sampah 3.661,81 M3/Hari 3.812,69 M3/Hari 3.680,03 M3/Hari 3.781,23 M3/Hari 3.923,52 M3/Hari Tertangani 3.245,29 M3/Hari 3.315,20 M3/Hari 3.278,12 M3/Hari 3.373,42 M3/Hari 3.520,07 M3/Hari %Terhadap Timbulan Sampah 88,63% 86,95% 89,08% 89,21% 89,27%

Sumber : Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar

Berdasarkan informasi dan data diatas menunjukkan bahwa pengelolaan persampahan di Kota Makassar oleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan masih perlu perhatian untuk mencapai pengelolaan sampah yang lebih efektif. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan kajian tentang pengelolaan persampahan dan menuangkannya dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Pengelolaan Persampahan Di Kota Makassar

Makassar Terkini, 30 September 2011. 410 Meter Kubik Sampah Tak Terangkut. Dari http://www.makassarterkini.com.Diakses pada tanggal 30 Desember 2011

I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : Mengapa Pengelolaan Persampahan Di Kota Makassar Belum Efektif? I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penyebab belum efektifnya pengelolaan persampahan di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. I.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademik Kegunaan akademik dalam penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan masukan bagi penelitian-penelitian yang akan datang mengenai efektivitas pengelolaan persampahan. 2. Manfaat Praktis Kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran serta informasi bagi Pemerintah Kota khususnya Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar dalam mengefektifkan pengelolaan persampahan kota Makassar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Konsep Efektivitas II.1.1. Pengertian Efektivitas Dalam suatu organisasi dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan mengamati efektif tidaknya organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani Pasolong7, efektivitas pada dasarnya berasal dari kata efek dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. Pengertian efektivitas sebenarnya bersifat abstrak, namun akan menjadi konkrit dan dapat diukur apabila mampu untuk mengidentifikasi segi-segi yang lebih menonjol atau nampak yang

berhubungan dengan konsep efektivitas. Adapun pengertian efektivitas menurut The Liang Gie dalam bukunya Ensiklopedia Administrasi adalah sebagai berikut : Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan tidak efektif, kalau
7

Harbani Pasolong. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta. Hal .4

menimbulkan dikehendaki.8

akibat

atau

mempunyai

maksud

sebagaimana

Selanjutnya Martani dan Lubis, menyatakan bahwa : Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.9 Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat10. Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997:25-26) antara lain: 1. Efektivitas Individu Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi. 2. Efektivitas kelompok Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya.

8 9

The Liang Gie. 1989. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta : PT.Gunung Agung. Hal 147 Martani dan Lubis.1987. Teori Organisasi. Bandung: Ghalia Indonesia. Hal. 55 10 http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal 4 Januari 2012

10

3. Efektivitas Organisasi Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Sumaryadi (2005:105) berpendapat dalam bukunya Efektivitas

Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah bahwa: Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional. Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga dan yang lain. Sementara itu, Sharma dalam Tangkilisan (2005:64) memberikan kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor internal organisasi dan faktor eksternal organisasi antara lain11: 1. Produktivitas organisasi atau output; 2. Efektivitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi; 3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi. Sedangkan Steers dalam Tangkilisan (2005:64) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas organisasi yaitu:
11

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal 4 Januari 2012

11

1.Produktivitas 2.Kemampuan adaptasi atau fleksibilitas 3.Kepuasan kerja 4.Kemampuan berlaba 5.Pencarian sumber daya Adapun Emerson dalam Handayaningrat (1996:16) mengatakan bahwa Efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif. Masih dalam buku yang sama, Hal ini dipertegas kembali dengan pendapat Hasibuan dalam Handayaningrat (1996:16) bahwa

efektivitas adalah tercapainya suatu sasaran eksplisit dan implisit. Hal senada juga dikemukakan oleh Miller dalam Handayaningrat (1996:16) Effectiveness be define as the degree to which a social system achieve its goals. Effectiveness must be distinguished from efficiency. Efficiency is mainly concerned with goal attainments, yang artinya efektivitas dimaksudkan sebagai tingkat seberapa jauh suatu sistem-sistem sosial mencapai

tujuannya12. Selain pencapaian tujuan, Winardi (1992:84) menjelaskan Efektivitas adalah hasil yang dicapai seorang pekerja dibandingkan dengan hasil produksi lain dalam jangka waktu tertentu. Apabila peneliti analisa kutipan ini, maka

12

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal 4 Januari 2012

12

efektivitas adalah hasil yang diperoleh seorang pekerja dan dibandingkan dengan waktu yang dipergunakan untuk menghasilkan barang/jasa tersebut. Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Hall dalam Tangkilisan (2005:67) mengartikan bahwa dengan tingkat sejauh mana suatu organisasi merealisasikan tujuannya, semua konsep tersebut hanya menunjukkan pada pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan bagaimana cara mencapainya tidak dibahas. Yang membahas bagaimana mencapai tingkat efektivitas adalah Argris dalam Tangkilisan (2005:68) yang mengatakan Organizational effectiveness then is balanced organization optimal emphasis upon achieving object solving competence and human energy utilization atau dengan kata lain efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia. Amirullah dan Ribdyah Hanafi (2002) efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan

13

ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah memperhatikan efektivitas operasionalnya13. Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu organisasi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam

melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi organisasi tersebut. Namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif. II.1.2 Pendekatan Efektivitas Efektivitas organisasi dapat dicapai dengan melaksanakan prinsipprinsip organisasi secara maksimal dimana semua unsur dari organisasi perlu dioptimalkan. Efektivitas merupakan konsep yang sangat penting dalam teori organisasi karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuannya. Pengukuran efektivitas perlu ketepatan tergantung pendekatan yang digunakan.

13

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal 4 Januari 2012

14

Menurut Gibson, Donnely dan Ivancevich konsep efektivitas terdiri dari dua pendekatan yaitu pendekatan tujuan dan pendekatan sistem (1997:27-29). Dua pendekatan tersebut antara lain : Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas didasarkan pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Arus masukan (input) dan keluaran (output) merupakan titik tolak dalam uraian organisasi. Dengan kata lain yang lebih sederhana, organisasi mengambil sumber (input) dari sistem yang lebih luas (lingkungan), memproses sumber ini dan mengembalikannya dalam bentuk yang sudah dirubah (output). Selanjutnya Gibson, Donnely dan Ivancevich memberikan batasan dalam kriteria efektivitas organisasi melalui pendekatan teori sistem (1997:3132) antara lain14: 1. Produksi Produksi merupakan Kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan. 2. Efisiensi Konsep efisiensi didefenisikan sebagai angka perbandingan (rasio) antara output dan input. Ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau dengan output. 3. Kepuasan Kepuasan menunjukkan sampai sejauh mana organisasi memenuhi kebutuhan para karyawan dan pengguna.

14

http://al-bantany-112.blogspot.com/2009/11/kumpulan-teori-efektivitas.html. Diakses pada tanggal 4 Januari 2012

15

4. Adaptasi Kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapi perubahan ekstern dan intern. 5. Perkembangan Organisasi harus mengivestasi dalam organisasi itu sendiri untuk

memperluas kemampuannya untuk hidup terus dalam jangka panjang. 6. Hidup Terus Organisasi harus dapat hidup terus dalam jangka waktu yang panjang. Adapun menurut Martani dan Lubis ada tiga pendekatan untuk mengukur efektivitas organisasi yaitu15: 1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan

organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi. 3. Pendekatan sasaran (goal approach) dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

15

Martani dan Lubis.Loc.Cit. hal 55

16

Selanjutnya, Richard M Steers mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu 16: 1. Karakteristik Organisasi Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah hubungan relatif tetap sifatnya seperti yang dijumpai dalam organisasi sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi bahan jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran organisasi di dalam mencapai sasaran, di samping itu juga dituntut adanya penempatan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. 2. Karakteristik Lingkungan Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di samping lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar organisasi misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedangkan lingkungan dalam lingkup organisasi misalnya karyawan atau pegawai pada organisasi tersebut.

16

Richard M Steers. 1986. Efektivitas Organisasi.Jakarta: Erlangga. Hal 209

17

Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu : 1. Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan 2. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan 3. Tingkat rasionalitas organisasi Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. Makin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi. 3. Karakteristik Pekerja Pada kenyataannya para pekerja atau karyawan merupakan factor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. 4. Kebijakan dan Praktek Manajemen Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumitnya keadaan lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.

18

Kebijakan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijakan dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi. Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, efektivitas adalah suatu konsep yang dapat dipakai sebagai sarana untuk mengukur keberhasilan suatu organisasi. Dan yang digunakan sebagai sarana untuk mengukur efektivitas dalam penelitian terkait pengelolaan persampahan adalah faktor yang mempengaruhi efektivitas sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Richard M. Steers. II.2. Konsep Persampahan II.2.1 Pengertian Sampah Sampah memiliki banyak pengertian dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah biasa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair dan gas. Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

19

Menurut Azwar, Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi.17 Selanjutnya menurut Kodoatie mendefinisikan sampah sebagai berikut : Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan (refuse) sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak menganggu kelangsungan hidup.18 Sementara itu Sukawiria menjelaskan bahwa secara terbatas kita mengenal yang disebut sampah hanya merupakan tumpukan bekas dan sisa tanaman (daun-daun gugur, sisa sayuran, sisa pertanian) atau sisa-sisa hewan serta benda-benda lain yang setiap saat kita buang, tetapi secara luas, segala benda yang pada akhirnya kita buang yang disebut sampah.19 Sedangkan Hadiwiyoto memberikan batasan definisi sampah yaitu: Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi social ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian.20

17

Azrul Azwar.1990, Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta : Mutiara Sumber Widya. Hal 53 Robert J. Kodoatie. 2003.Op.Cit Hal 312 19 Sukawiria. U. 1980. Sampah Krisis baru di Tahun 2000-an. Jakarta : Wijayapura. No.4 Tahun III.Hal 4 20 Soewedo Hadiwiyoto. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan Idayu. Hal 12
18

20

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampah adalah bahan buangan atau sisa-sisa baik berbentuk padat atau setengah padat dari zat organik dan anorganik yang diproduksi oleh manusia dalam aktivitasnya maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis. II.2.2 Jenis dan Sumber Sampah Menurut Hadiwiyoto, sampah pada umumnya dibagi dua jenis yaitu21: 1. Sampah organik : yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, karena itu tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dll. Umumnya sampah organik dapat terurai secara alami oleh

mikroorganisme, contohnya sisa makanan, karton, kain, karet, kulit, sampah halaman. 2. Sampah anorganik : sampah yang bahan kandungannya non organik, umumnya sampah ini sangat sulit terurai oleh mikroorganisme.

Contohnya: kaca, kaleng, aluminium, debu, logam-logam lain. Jenis dan sumber sampah menurut Widyatmoko dapat dikelompokkan menjadi22 : 1. Sampah rumah tangga terdiri dari : a. Sampah basah yaitu sampah yang terdiri bahan-bahan organic yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran dan lain-lain.

21 22

Ib.Id. Hal 25 Sintorini Widyatmoko.2002.Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Jakarta : Abadi Tandur.Hal 2

21

b. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi, kaleng bekas dan sampah kering yang non logam misalnya kertas, kayu, kaca, keramik, batu-batuan dan sisa kain. c. Sampah lembut, misalnya sampah debu yang berasal dari penyapuan lantai, penggergajian kayu dan abu dari sisa pembakaran kayu. d. Sampah besar yaitu sampah yang terdiri dari buangan rumah tangga yang besar-besar seperti meja, kursi dan lain-lain. 2. Sampah Komersial, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan komersial seperti pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan dan lain-lain. 3. Sampah Bangunan, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan

pembangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan seperti semen, kayu, batu bata dan sebagainya. 4. Sampah fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya. Klasifikasi Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yaitu : 1. Sampah rumah tangga Sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

22

2.

Sampah sejenis sampah rumah tangga Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari kawasan komersil, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

3.

Sampah spesifik Sampah spesifik meliputi: Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; Sampah yang timbul akibat bencana; Puing bongkaran bangunan; Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

II.3. Konsep Pengelolaan Sampah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, definisi pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

23

Menurut Hadiwiyoto definisi pengelolaan sampah adalah sebagai berikut: Pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan dalam hubungannya dengan sampah dan diperhatikan beberapa tahapan yaitu pengumpulan, pemisahan, pembakaran da pembuangan (penimbunan) sampah.23 Selanjutnya pengelolaan sampah adalah usaha mengatur atau mengelola sampah dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan sampai pengolahan dan pembuangan akhir (Cipta Karya, 1993). Pengelolaan sampah terdiri dari 2 jenis yaitu pengelolaan setempat (individu) dan pengelolaan terpusat untuk lingkungan atau perkotaan. Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapantahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut24 : 1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong maupun tempat pembuangan sementara (TPS/Dipo). Untuk melakukan pengumpulan,

23

Soewedo Hadiwiyoto. 1983. Op.Cit. Hal 29 http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html tanggal 10 januari 2012


24

Diakses

pada

24

umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu. 2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu menuju ke tempat pembuangan

akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke tempat pembuangan akhir (TPA). 3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga tuntas penyelesaian seluruh proses. Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut25: 1. Penimbulan sampah (solid waste generated) Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
25

http://mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html tanggal 10 januari 2012

Diakses

pada

25

Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari. 2. Penanganan di tempat (on site handling) Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya. Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce). 3. Pengumpulan (collecting) Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.

26

4. Pengangkutan (transfer and transport) Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir. 5. Pengolahan (treatment) Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah : a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah

penyimpanan dan pengangkutan. b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan

pencemaran udara. c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di

27

Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan kapasitas 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik sehingga energi listrik ( 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan. 6. Pembuangan akhir Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syaratsyarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.

28

II.4. Kerangka Pikir Berdasarkan uraian diatas, sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dirumuskan kerangka pikir sebagai dasar dalam penelitian ini. Adapun kerangka pikir tersebut digambarkan sebagai berikut :

Karakteristik organisasi Efektivitas Pengelolaan Persampahan (Pendekatan Tujuan) Kebijakan dan Praktek Manajemen

Karakteristik Lingkungan

Karakteristik Pekerja

Gambar. I Skema Kerangka Pikir Berdasarkan gambar di atas efektivitas pengelolaan persampahan di Kota Makassar diukur menggunakan pendekatan tujuan menurut Martani dan Lubis. Adapun tujuan dari pengelolaan persampahan adalah meningkatkan cakupan pelayanan persampahan, meningkatnya jumlah sampah terangkut dan terkelola 29

serta meningkatnya kinerja pengelolaan tempat pemrosesan akhir (TPA) yang berwawasan lingkungan (environmental friendly) meningkatnya peran serta

masyarakat dan swasta, meningkatnya kinerja pengelolaan persampahan dan minimasi sampah program 3R, meningkatnya pemanfaatan teknologi pengelolaan persampahan. Selanjutnya konsep efektivitas mengenai pengelolaan sampah dilihat dari faktor yang mempengaruhi efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M. Steers yaitu karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan,

Karakteristik pekerja , kebijakan dan praktek manajemen. Pertama adalah karakteristik organisasi, karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi. Struktur organisasi meliputi bagaimana cara dinas pertamanan dan kebersihan kota Makassar mengelompokkan atau menempatkan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaan dalam hal ini pengelolaan sampah. Serta teknologi organisasi adalah mekanisme yang digunakan dinas pertamanan dan kebersihan kota Makassar dalam mengubah sesuatu menjadi lebih bermanfaat dalam hal ini sampah yang dikelola oleh dinas pertamanan dan kebersihan kota Makassar. Selanjutnya karakteristik lingkungan adalah bagaimana pengaruh

lingkungan yang berasal dari dalam dan luar organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Pengaruh lingkungan yang berasal dari dalam organisasi adalah bagaimana para pekerja atau personil kebersihan dalam melaksanakan

pekerjaannya dan pengaruh lingkungan yang berasal dari luar organisasi terkait pengelolaan sampah adalah peran serta dan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah yang dihasilkannya.

30

Kemudian karakteristik pekerja merupakan faktor pengaruh yang penting karena perilaku pekerja yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan persampahan, oleh sebab itu pekerja sangat berpengaruh dalam pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal utama dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, dan walaupun teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang canggih dan didukung adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya. Selanjutnya adalah kebijakan dan praktek manajemen, dengan makin rumitnya proses teknologi dan serta makin rumitnya pengaruh lingkungan terhadap pengelolaan sampah maka sangat diperlukan kebijakan dan praktek manajemen. Untuk itu dalam penelitian ini perlu diketahui bagaimana kebijakan dinas pertamanan dan kebersihan kota Makassar dalam hal pengelolaan sampah serta peranan manajemen dalam mengkoordinasi sumber daya dan proses demi mencapai tujuan pengelolaan sampah yang lebih efektif.

31

BAB III METODE PENELITIAN

III.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif di mana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami Efektivitas Pengelolaan Persampahan Di Kota Makassar. Tujuan penelitian melalui pendekatan kualitatif ini adalah bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfatkan berbagai metode yang alamiah. III.2 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study). Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

32

Tipe penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang ada dan mempelajari data serta informasi yang mendalam mengenai masalah pengelolaan sampah yang belum efektif di Kota Makassar. III. 3 Fokus Penelitian Penentuan fokus suatu penelitian memiliki dua tujuan. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inquiry. Kedua, penetapan fokus ini berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi - eksklusi atau memasukkan - mengeluarkan suatu informasi yang diperoleh di lapangan26. Mengingat pentingnya fokus penelitian tersebut, maka yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah organisasi pemerintah Kota Makassar yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar terkait masalah

pengelolaan persampahan di Kota Makassar yang belum efektif dengan menggunakan empat faktor utama efektivitas yaitu : 1. Karakteristik Organisasi 2. Karakteristik Lingkungan 3. Karakteristik Pekerja 4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

26

Dr Lexi,. J. Moleong, MA. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal 62

33

III. 4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini yaitu di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. III. 5 Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu27: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi yaitu Dinas Pertamanan dan Kebersihan dengan permasalahan dilapangan yang terdapat pada lokasi penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

27

Ib.Id Hal 112

34

III. 6 Teknik Pemilihan Informan Dalam penelitian ini informan yang diambil yakni informan yang dinilai mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Adapun pertimbangan pemilihan informan diantaranya adalah sebagai berikut: a. b. c. Mereka yang banyak mengetahui tentang pengelolaan sampah. Mereka yang berdomisili di lokasi penelitian. Mereka yang bertugas merumuskan, membina, dan mengendalikan kebijakan/program di bidang penyelenggaraan kebersihan/persampahan di Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar. d. Serta mereka yang terlibat dalam pengelolaan sampah Informan dalam penelitian yang berhubungan dengan Efektivitas Pengelolaan Persampahan adalah: 1. 2. 3. 4. Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Makassar Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota Kepala Bidang Penataan Kebersihan Kota Dua orang Staff/pegawai di Bidang Pengembangan Kapasitas Kebersihan Kota 5. 6. Dua orang staff/pegawai di Bidang Penataan Kebersihan Kota Lima orang sebagai sampel dari populasi masyarakat yang bermukim di Kota Makassar

35

III. 7 Teknik Pengumpulan Data Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan informan. Hal ini sebagaimana dinyatakan Lofland and Lofland dalam Moleong28 bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitan ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sistematik tentang gejalagejala yang diamati. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung (direct observation) dan sebagai peneliti yang menempatkan diri sebagai pengamat (recognized outsider) sehingga interaksi peneliti dengan subjek penelitian bersifat terbatas. Dengan melakukan observasi, peneliti mencatat apa saja yang dilihat dan mengganti dari dokumen tertulis untuk memberikan gambaran secara utuh tentang objek yang akan diteliti. 2. Wawancara yaitu metode ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan di Kota Makassar. 3. Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip, dan termasuk juga buku-buku,

28

Ib.Id Hal 117

36

dokumen resmi maupun statistik yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan penelaahan terhadap bahan-bahan yang tertulis. III. 8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana yang dikemukakan Moleong29, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya kedalam satu-satuan itu, kemudian dikategorikan pada langkah berikutnya. Tahap terakhir dari analisa data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini, data-data tentang pengelolaan persampahan di Kota Makassar didapatkan, baik melalui wawancara maupun dokumentasi disajikan secara menyeluruh, kemudian dipilih data yang diperlukan dan dikelompokkan kepada kelompok informasi yang telah disusun. Apabila didapatkan data yang kurang, maka dilakukan penyempurnaan data dengan mencari kembali, baik melalui wawancara atau dokumen yang ada, dan setelah itu dilakukan pemaparan dan analisa terhadap data yang ada.
29

Ib.Id Hal 189

37

Anda mungkin juga menyukai