BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013
PENGERTIAN :
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari
tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Permentan No.70 Tahun 2011).
kesuburan tanah, Dapat tersimpan dalam tanah dengan waktu yang lama, sedangkan pupuk anorganik bahkan cendrung sebaliknya.
Hijauan/daun-daunan, rumput atau jerami 1 ton, pupuk kandang 200-300 kg, sekam padi 100200 kg, dedak/bekatul 50-100 kg, stater/bahan pengurai 0,2-0,5 liter, tetes tebu/gula 1-2 kg dan Air 300 - 500 liter (secukupnya)
2. Persiapan tempat
Sebaiknya dibuatkan lobang dengan ukuran 2 x 2,5 dengan kedalaman 40 - 60 cm, usahakan tempatnya tidak terbuka atau
kena sinar matahari langsung, seperti di bawah pohon sebaiknya dibuatkan naungan/gubuk untuk mengindari sinar matahari langsung dan hujan.
3. Cara Pebuatan Hijaun/daun-daunan, jerami dipotong-potong kurang lebih 5 - 10 cm. Tetes tebu/gula dan stater pengurai dilarutkan dengan air dalam ember/bak plastik diaduk sampai merata, Potongan-potongan hijauan/jerami dicampur dengan pupuk kandang, dedak, sekam, serbuk gergaji dan limbah pertanian lainnya secara merata, Siramkan larutan secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai 50%, Bila adonan dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan, bila kepalan dibuka maka adonan akan megar,
Sewaktu
pengadukan dan penyiraman langsung dimasukan kedalam lobang yang sudah disiapkan, Usahakan tumpukan bahan yang sudah diaduk tingginya tidak melebihi 60 cm dari permukaan tanah, Tutup dengan terpal/plastik agar tidak terjadi penguapan, bisa juga ditutup dengan lumpur seluruh permukaan, Tancapkan bilah bambu sekitar 10-15 cm agar udara luar masuk, sehingga proses pengomposan/fermentasi berjalan lebih cepat.
4. Pemeriksaan /Pengamatan Setelah 2 - 3 hari tumpukan diperiksa, dengan cara membuat lubang, kemudian dimasukan tangan, apabila didalam tumpukan dirasa suhunya cukup tinggi maka dapat dipastikan proses pengomposan sedang terjadi, kalau didalam tumpukan sehunya rendah, berarti tidak terjadi proses pengomposan, untuk itu perlu diulangi penyiraman dengan larutan tetes tebu/gula dan stater/pengurai, 2 atau 3 hari sekali tumpukan disiram, sesuai dengan keadaan/kelembaban, Untuk tumpukan yang memakai tutup terpal/plastik, setelah 6-7 hari perlu dilakukan pengadukan dan disiram seperlunya agar terjadi sirkulasi udara, dengan demikian diharapkan mikroba akan berkembang dan proses pengomposan lebih cepat,
Setelah 20 - 30 hari dilakukan pemeriksaan kembali dengan cara memasukan tangan kedalam tumpukan, apabilia temperatur didalam tumpukan suhunya menjadi turun, maka pengomposan sudah jadi dan siap panen, Apabila tercium bau yang kurang enak dari dalam tumpukan menandakan proses pengomposan tidak sempurna dan perlu diulangi kembali. Cara memeriksa lain yaitu dengan menusuknusuk tumpukan dengan kayu/bambu, apabila tusukan lancar/tidak menyakut, maka pengomposan berhasil dan siap dipakai.