Anda di halaman 1dari 7

A.

INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan 1 : Pasien akan menunjukan fungsi pernafasan normal. Kriteria hasil : 1. Pernafasan tetap dalam batas normal. 2. Pernafasan tanpa kesulitan 3. Anak beristirahat dan tidur dengan tenang.

Intervensi keperawatan/ Rasional : 1. Posisikan anak untuk ventilasi yang maksimum (misal: jalan napas terbuka dan memungkinkan ekspansi paru yang maksimum). 2. Beri posisi yang nyaman misalnya posisi tripod pada anak epligotitis atau pertahankan peninggian elevasi kepala sedikitnya 30 derajat. 3. Periksa posisi anak dengan sering memastikan bahwa anak tidak merosot untuk menghindari penekanan diafragma. 4. Hindari pakaian atau bedong yang ketat. 5. Gunakan bantal dan bantalan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. 6. Beri peningkatan kelembaban dan oksigen suplemen dengan menempatkan anak di dalam tent kecil atau hood (bayi) atau berikan melalui kanul nasal atau masker (metode yang dipilih untuk anak yang lebih besar dari bayi karena alasan keamanan). 7. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan menjadwalkan aktivitas dan periode istirahat yang tepat. 8. Anjurkan teknik relaksasi. 9. Ajarkan pada anak dan keluarga tentang tindakan yang mempermudah upaya pernapasan. (mis, pemberian posisi yang tepat) Tujuan 2 : Pasien menerima suplai oksigen yang maksimal Kriteria hasil : 1. Anak bernafas dengan mudah. 2. Pernafasan tetap dalam batas normal 3. Saturasi oksigen 95% atau lebih.

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Beri posisi untuk memperoleh efesiensi ventilasi yang maksimal 2. Gunakan oksimeter nadi untuk memantau saturasi oksigen. 3. Tempatkan pasien pada posisi yang dingin dan lembab, dengan menggunakan sistem pemberian oksigen yang tepat. 4. Berikan oksigen sesuai resep dan atau seperlunya.

Diagnosa Keperawatan II : Ketakutan / ansietas yang berhubungan dengan kesulitan bernapas, prosedur tidak familiar, dan kemungkinan lingkungan (rumah sakit). Tujuan 1 : Ketakutan/ ansietas pasien menurun. Kriteria Hasil : 1. Anak tidak menunjukan tanda- tanda gawat nafas atau ketidaknyamanan fisik 2. Orang tua tetap bersama anak dan memberikan kenyamanan. 3. Anak terlibat dalam aktivitas yang tenang sesuai dengan usia dan minat, kondisi dan tingkat kognisi anak.

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak dengan istilah yang sesuai dengan tahap perkembangan. 2. bina hubungan dengan anak dan orang tua. 3. Tetap bersama anak dan orangtua selama prosedur 4. Tampilkan sikap yang tenang dan meyakinkan 5. Berikan tindakan kenyamanan yang diinginkan anak.(mis, menimang, membelai dan musik). 6. Sediakan benda- benda yang lekat dengan anak.(mis, mainan, danselimut) 7. Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dengan peningkatan kehadiran orang tua dan mungkin keterlibatan orang tua. 8. Beri kepercayaan diri pada orang tua dan anak. 9. Usahakan untuk menghindari prosedur intrusif dan menimbulkan rasa nyeri. 10. Perhatikan siklus dan pola istirahat dalam perencanaan aktifitas keperawatan.

11. Kaji dan implementasikan terapi penatalaksanaan nyeri yang sesuai( mis, sedatifatau analgesik) 12. Beri obat-obatan yang meningkatkan perbaikan ventilasi misalnya bronkodilator, ekspektoran sesuai ketentuan. 13. Beri aktifitas pengalihan yang sesuai dengan kemampuan kognitif dan kondisi anak.

Diagnosa Keperawatan III : Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi mekanik, inflamasi, peningkatan sekresi, nyeri. Tujuan 1 : Pasien mempertahankan kepatenan jalan nafas. Kriteria Hasil : 1. Jalan nafas tetap bersih 2. Anak bernafas dengan mudah, pernafasan dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat untuk memungkinkan ekspansi paru yang lebih baik dan penukaran gas serta mencegah aspirasi sekresi (telungkup, semi telungkup, miring, agar bayi tidak berisiko mengalami aspirasi, gunakan posisi terletang atau miring untuk tidur). 2. Lakukan Hisap sekresi jalan napas sesuai kebutuhan. Batasi setiap pengisapan hanya 5 detik dengan jarak waktu yang cukup untuk memungkinkan reoksigenasi. 3. Beri posisi telentang dengan kepala dan posisi mengendus, leher agak ekstensi dan hidung menghadap ke atap. 4. Bantu anak dalam mengeluarkan sputum. Berikan ekspektoran jika diresepkan. 5. Puasakan anak untuk mencegah aspirasi cairan(mis, anak dengan takipnea berat.) 6. Beri penatalaksanaan nyeri yang tepat. 7. Sediakan peralatan kedaruratan untuk mencegah keterlambatan pengobatan jika diperlikan. 8. Hindari pemeriksaan kultur tenggorokan pada anak yang menderita epiglotitis karena dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas. Tujuan 2 : Pasien mengeluarkan sekret secara adekuat.

Kriteria hasil : Anak- anak yang lebih besar mengeluarkan sekret tanpa stress dan ke;etihan, anak yang masih kecil dapat melakukan batuk produktif.

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Pastikan cairan adekuat untuk mengencerkan sekret 2. Ciptakan suasana yang lembab untuk mencegah pembentukan krusta dari sekret hidung dan pengeringan membran mukosa. 3. Bantu anak untuk batuk efektif, sediakan tisu 4. Buang mukus yang terkumpul, lakukan pengisapan jika perlu

Diagnosa Keperawatan IV : Resiko infeksi yang berhubungan dengan adanya organisme infektif Tujuan 1 : Pasien tidak menunjukan tanda- tanda infeksi skunder Kriteria hasil : Anak tidak menunjukan tanda- tanda infeksi.

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Pertahankan lingkungan aseptic, dengan menggunakan kateter penghisap steril dan teknik mencuci tangan yang baik. 2. Isolasi anak sesuai indikasi untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial. 3. Beri antibiotic sesuai ketentuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi. 4. Beri diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemauan untuk mengkonsumsi nutrisi untuk mempertahankan tubuh alami. 5. Anjurkan fisioterapi dada yang baik. 6. Jelaskan pada anak dan keluarga tentang manifestasi penyakit.

Tujuan 2 : Pasien tidak menyebarkan infeksi kepada orang lain. Kriteria Hasil : Orang lain tetap bebas dari infeksi

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Gunakan tindakan kewaspadaan standar 2. Informasikan orang lain (orang tua, anggota staf) tentang tindakan kewaspadaan yang tepat. 3. Ajarkan pada anak yang sakit metode- metoe protektif untuk mencegah penyebaran infeksi (mis, mencuci tangan, membuang tisu yang kotor) 4. Batasi jumlah pengunjung/ anggota keluarga/ saudara kandung dan skrining adanya penyakit lain pada pengunjung. 5. Cobala menjaga agar bayi dan anak kecil tidak meletakkan tangan atau benda- benda lainnya ke arah terkontaminasi 6. Berikan obat- obat antimikroba jika diresekan.

Diagnosa keperawatan V : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan proses inflamasi, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan 1 : Pasien mempertahankan energi yang adekuat Kriteria Hasil : 1. Anak bermain dan beristirahat dengan tenang serta terlibat dalam aktivitas sesuai usia dan kemampuan anak. 2. Anak tidak menunjukan tanda- tanda peningkatan gawat napas. 3. Anak menoleransi peningkatan aktivitas. Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Kaji tingkat toleransi fisik anak 2. Bantu anak dalam aktifitas hidup sehari-hari yang mungkin melebihi toleransi. 3. Beri aktivitas bermain pengalihan yang sesuai dengan usia, kondisi, kemampuan dan minat anak. 4. Meningkatkan istirahat dan ketenangan tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri. 5. Beri periode tidur dan istirahat sesuai usia dan kondisi anak. 6. Anjurkan anka beristirahat jika lelah.

7. Seimbangkan istirahat dan tidur bila pasien dapat berambulasi. Tujuan 2 : Pasien memperoleh istirahat yang optimal Kriteria Hasil : 1. Anak tetap tenang dan rileks 2. Anak beristirahat dengan cukup Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Ciptakan lingkungan yang tenang 2. Atur aktivitas agar waktu tidur yang maksimal 3. Jangan lakukan tindakan atau prosedur yang tidak penting untuk memaksimalkan istirahat. 4. Lanjutkan rutinitas yang bisa dilakukan anak menjelang waktu tidur dan tidur siang 5. Implementasikan berbagai tindakan untuk memastikan anak dapat tidur dengan baik, misalnya ruangan yang tenang dan gelap. Diagnosa keperawatan VI : Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, insisi pembedahan. Tujuan 1 : Pasien tidak menunjukan nyeri atau nyeri berkuran sampai tingkat yang dapat diterima anak. Kriteria hasil : Anak tidak menunjukan nyeri atau mencapai tingkat nyeri yang dapat diterima anak.

Intervensi Keperawatan/ Rasional : 1. Gunakan tindakan local (berkumur, menghisap, kompres hangat atau dingin) untuk mengurangi sakit tenggorokan. 2. Beri kompres panas atau dingin bila tepat pada area yang sakit. 3. Beri analgesic sesuai ketentuan. 4. Kaji respon terhadap tindakan pengendalian nyeri. 5. Anjurkan aktifitas pengalihan sesuai usia, kondisi dan kemampuan anak.

Diagnosa Keperawatan VII : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit dan hospitalisasi. Tujuan 1: Pasien atau keluarga mengalami penurunan ansietas dan peningkatan kemampuan koping Kriteria hasil : Orang tua mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang sesuai, mendiskusikan kondisi dan perawatana anak dengan tepat, dan terlibat secara positif dalam perawatan anak.

Intervensi keperawatan/ Rasional: 1. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dan dukungan. 2. Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi dan penyakit anak. 3. Jelaskan terapi dan perilaku anak 4. Beri dukungan sesuai kebutuhan. 5. Anjurkan perawatan yang berpusat pada keluarga dan dianjurkan anggota keluarga agar terlibat dalam perawatan anak.

Anda mungkin juga menyukai