Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL TERHADAP DINAMIKA PERKEMBANGAN OPT TANAMAN KAKAO DAN KOPI Pemanasan global (global

warming) telah mengubah kondisi iklim global, regional, dan lokal. Mengingat iklim adalah unsur utama yang berpengaruh dalam sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan ketahanan Tanaman. Perubahan iklim global akan mempengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan pertanian, yaitu: (a) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (b) berubahnya pola curah hujan, (c) makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti ElNino dan La-Nina, dan (d) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub. Pemanasan global menyebabkan peningkatan intensitas kejadian iklim ekstrim (El-Nino dan La-Nina) dan ketidak teraturan musim, Selama 30 tahun terakhir terjadi peningkatan suhu global secara cepat dan konsisten sebesar 0,2oC per dekade, Sepuluh tahun terpanas terjadi pada periode setelah tahun 1990, Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim yang berdampak pada produktivitas tanaman dan pendapatan petani. Dampak tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung melalui serangan OPT, fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan OPT merupakan beberapa pengaruh perubahan iklim yang berdampak buruk terhadap pertanian di Indonesia Organisme Penganggu Tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata, moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran kalau pada musim hujan dunia pertanian banyak disibukkan oleh masalah penyakit tanaman, sementara pada musim kemarau banyak masalah hama .

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERKEMBANGAN OPT Pengaruh perubahan iklim terhadap populasi OPT sulit diprediksi, karena adanya keseimbangan antara OPT dengan tanaman inangnya (host) serta musuh alaminya. Namun secara umum, digeneralisasi sebagai berikut : 1. Tanaman yang mengalami tekanan/stress karena perubahan iklim lebih rentan terhadap serangan OPT. 2. Serangga hama dan mikroba termofilik (menyukai kondisi panas) lebih diuntungkan dengan makin panjangnya musim panas/kemarau dan meningkatnya temperatur . 3. Organisme yang saat ini bukan sebagai OPT suatu saat dapat menjadi OPT. 4. OPT dapat berekspansi ke wilayah lain. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN OPT A.HAMA 1. Suhu 2. Curah hujan 3. Kelembaban 4. Kualitas pakan B. PENYAKIT 1. Suhu rendah meningkatkan intensitas penyakit 2. Kelembaban (kelembaban tinggi cenderung meningkat) 3. Curah hujan tinggi cenderung meningkat

OPT UTAMA TANAMAN KAKAO 1.Penggerek buah kakao (Conopomorhpa cramerella) Biologi A. Telur Telur PBK bentuknya sangat pipih dan oval, berwarna oranye kemerahan dan diletakkan di kulit buah terutama di alur-alurnya. Telur menetas dalam 6-9 hari (Kalshoven, 1981), berukuran 0,5 x 0,2 mm. Larva berwarna putih kekuningan sampai hijau muda dengan panjang mencapai 11mm. Lama stadium larva 15-18 hari. Telur PBK tidak diletakkan pada bagian buah yang ukurannya kurang dari 5 cm dan biasanya diletakkan sekitar 2-6 minggu sebelum buah dewasa atau matang. Larva instar pertama membuat lubang melalui bagian bawah dari cangkang telur dan membuat lubang secara tegak lurus pada permukaan buah sampai mencapai lapisan sklerotik kulit. Pada bagian ini larva juga membuat lubang secara tidak langsung, larva menggali sepanjang permukaan lapisan sklerotik sampai beberapa centimeter sebelum penetrasi kulit (CPC, 2000). B. Larva Larva serangga ini memakan plasenta yang merupakan saluran makanan menuju biji sehingga mengakibatkan penurunan hasil dan mutu biji. Larva menggerek buah, memakan kulit buah, daging dan saluran ke biji kakao sehingga kakao menjadi rusak (Untung, 2004).

C. Pupa Sebelum menjadi pupa, C cramerella terlebih dahulu membentuk pra pupa. Pra pupa terbentuk dari larva instar terakhir ditandai dengan perilaku membuat lubang gerekan dan keluar dari dalam buah kakao. Tubuh dari pra-pupa berwarna kuning sampai kuning kehijauan. Rata-rata tubuhnya berukuran 10,4 m dengan lebar 2,3 mm. Masa pra pupa berlangsung selama 1 hari kemudian selanjutnya membentuk pupa. Pupa yang terbentuk melekat pada permukaan tanah, daun dan batang. Stadium pupa berlangsung selama 6-9 hari. Tubuh pupa hama PBK berwarna kuning kehijauan dan berada dalam kokon yang terbuat dari benang-benang sutra berwarna coklat muda. D. Imago Serangga dewasa bertubuh ramping dengan panjang tubuh 7mm dan rentang sayap 12-13 mm memiliki antenna lebih panjang dari badannya. Banyaknya ruas antenna pada jantan dan betina antara 22 -24 ruas. Sayap berwana coklat berpola batik, pada sayap depan terdapat bintik berwarna kuning oranye. Periode hidup dari imago 7 hari.

Trend Serangan Hama PBK Terhadap Rata-rata Curah Hujan Tahun 2004 s.d. 2007
450000 400000 350000 300000 250000 1282 200000 150000 100000 50000 0 2004 1281 1280 1279 1278 2007 1286 1285 1284 1283 Rata-rata Curah Hujan/Tahun (mm) Serangan Hama PBK (Ha)

2005

2006

Sumber: Data Yantek Proteksi BBP2TP Surabaya

2. Helopeltis sp

Foto : Hardiansyah Saputra. 2011. http://agricultureandaquatic.blogspot.com/2011/06/identifikasi-helopeltis-antonii-pada.html

BIOLOGI A. Telur Telur mulai diletakkan serangga betina pada pucuk jambu mete pada hari kelima sampai ketujuh dari saat serangga menjadi dewasa. Telur diletakkan secara berkelompok 2-3 butir dengan panjang telur 0,45 mm - 0, 50 mm dalam jaringan tanaman yang lunak seperti bakal buah, ranting muda, bagian sisi bawah tulang, daun, tangkai buah, dan buah yang masih muda. Setiap ekor serangga betina meletakkan telur rata-rata 18 butir. Keberadaan telur pada jaringan bagian tanaman ditandai dengan munculnya benang seperti lilin agak bengkok dan tidak sama panjangnya di permukaan jaringan tanaman. Dalam waktu 6-8 hari telur-telur tersebut mulai menetas menjadi nimfa.

B. Nimfa Pada pucuk tanaman jambu mete, waktu waktu yang diperlukan saat menetas sampai menjadi dewasa adalah 11-15 hari. Selama itu, nimfa mengalami lima kali ganti kulit. Pada tanaman kakao, periode nimfa berkisar antara 11-13 hari. Periode stadia nimfa berkisar antara 10-14 hari. Instar pertama berwarna coklat bening, yang kemudian berubah menjadi coklat. Untuk nimfa instar kedua, tubuh berwarna coklat muda, antena coklat tua, tonjolan toraks mulai terlihat. Nimfa instar ketiga tubuhnya berwarna coklat muda, antena coklat tua, tonjolan pada toraks terlihat jelas dan bakal sayap mulai terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama. C. Dewasa Pada tanaman jambu mete, nimfa instar pertama sampai serangga dewasa memerlukan waktu 24 hari. Rata-rata lamanya hidup serangga betina dewasa adalah 7-16 hari, dan serangga dewasa jantan 6-37 hari. Rata-rata lama hidup serangga dewasa jantan dan betina pada tanaman jambu mete berkisar 24 hari. Pada buah kakao, dari setiap 30 ekor nimfa yang menetas dapat diperoleh24-29 ekor serangga dewasa, dengan perbandingan 1,30 betina dan 1 jantan. Lama hidup serangga betina berkisar antara 10-42 hari, sedangkan jantan 8-52 hari (Anonim, 2012). Menurut Sudirja (2012), bentuk serangga dewasa berupa kupile berwarna cokelat sampa cokelat kehitaman, panjang tubuh 4,5 6 mm. Pada bagian thorax terdapat tonjolan seperti jarum pentul. Antena terdiri dari 4 ruas, panjangnya dua kali panjang tubuhnya. Seekor betina mampu meletakkan telur rata rata 93 butir selama hidupnya. Helopeltis sp. menyukai tempat/lingkungan yang gelap dan lembab serta menghindari sinar matahari secara langsung. Pertanaman yang rimbun sangat disukai hama ini. Populai meningkat pada musim penghujan dan mencapai puncak pada akhir musim penghujan, karena tingkat populasi berkorelasi dengan kelembaban (Karmawati, 1999). Kebun yang kotor mendukung perkembangan hama ini karena banyak gulma yang menjadi inang alternatifnya. Curah hujan di beberapa daerah pengembangan jambu mete biasanya dimulai pada bulan Desember / Januari dan berakhir pada bulan April / Mei bahkan kadang kadang Juni. Artinya Helopeltis sp mulai ada pada bulan Desember / Januari dan mencapai puncak pada bulan April / Mei bahkan sampai Juni, kemudian menurun kembali pada bulan berikutnya (Sudirja, 2012).

Trend Serangan Hama Helopeltis sp. Terhadap Rata-rata Curah Hujan Tahun 2004 s.d. 2007
45000 40000 35000 30000 25000 1282 20000 15000 10000 5000 0 2004 1281 1280 1279 1278 2007 1286 1285 1284 1283 Rata-rata Curah Hujan/Tahun (mm) Serangan Hama Helopeltis sp. (Ha)

2005

2006

Sumber: Data Yantek Proteksi BBP2TP Surabaya

3. Phythopthora palmivora (busuk buah kakao) a. Penyebaran dibantu percikan hujan dan angin b. Kerugian dapat mencapai 40% c. Menyerang bagian ujung atau pangkal buah yang ditandai batas tegas antara bagian yang sakit dan sehat d. Suhu yang disukai 27-300C, kelembaban 70-85%

50000 45000 40000

1286 1285 1284

35000 30000 25000 20000 15000 1280 10000 5000 0 2004 1279 1278 2007 1283 1282 1281 Rata-rata Curah Hujan/Tahun (mm) Serangan Penyakit Busuk Buah (Ha)

2005

2006

Sumber: Data Yantek Proteksi BBP2TP Surabaya

4. Oncobasidium theobromae (Vascular Streak Dieback)

a. Penyakit terutama berkembang di daerah basah. Penyebarannya bukan hanya ditentukan curah hujan, tetapi juga pembagiannya. Jika jumlah malam basah lebih dari 50% dalam satu bulan, dapat diperkirakan bahwa tiga sampai lima bulan kemudian penyakit akan meningkat. b. Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan membantu penyebaran penyakit. c. Spora jamur yang mempunyai dinding tipis mudah mati karena sinar ultra violet pada siang hari. Trend Serangan Penyakit VSD Terhadap Rata-rata Curah Hujan Tahun 2004 s.d. 2007
250000 1286 1285 200000 1284 150000 1283 1282 100000 1281 1280 50000 1279 0 2004 1278 2007 Rata-rata Curah Hujan/Tahun (mm) Serangan Penyakit VSD (Ha)

2005

2006

Sumber: Data Yantek Proteksi BBP2TP Surabaya

Perkembangan OPT tersebut dipengaruhi oleh: Curah hujan : Serangan umumnya tinggi saat musim kemarau. Namun cuaca yang terlalu kering atau terlalu basah dapat mengurangi Kelembaban Suasana kebun Ketersediaan buah populasi. : kelembaban tinggi disukai : gelap, kanopi lebar, naungan rapat lebih disukai : buah banyak serangan meningkat

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP OPT KAKAO

1. PBK serangan umumnya tinggi saat musim kemarau. Namun musim yang sangat kering atau sangat basah dapat mengurangi populasi. 2. Helopeltis sppmenyukai kondisi kering. Terjadinya kekeringan yang ekstrim akan meningkatkan serangan Helopeltis spp. 3. Busuk Buah Kakao (BBK) menyukai kelembaban yang tinggi. Penyakit ini akan berkembang dan sangat merusak saat hujan terjadi sepanjang hari selama beberapa minggu. 4. VSD sebagaimana BBK menyukai kondisi lembab. Perkembangan penyakit sangat cepat terutama jika terjadi hujan diwaktu malam hari selama lebih dari setengah bulan

OPT UTAMA TANAMAN KOPI


1. Hypothenemus hampei (Penggerek Buah Kopi) Biologi A.Telur Telur diletakkan dalam buah kopi yang bijinya mulai mengeras, umur stadium telur 5 9 hari. B. Larva Lama stadium larva 10 26 hari, prapupa 2 hari dan stadium pupa 4 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai 25 35 hari. Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 hari. C.Imago Serangga dewasa penggerek buah kopi atau bubuk buah kopi (BBK), Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae) berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 2 mm dan yang jantan 1,3 mm. Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah (Anonim, 2012). 2.Hemileia vastatrix (Karat Daun Kopi) a. Penyebaran spora dibantu percikan air serta angin b. Kisaran suhu antara 10-350C

c. Jamur menyerang daun yang ditandai dengan bercak-bercak kuning muda pada sisi bawah daun yang selanjutnya berubah menjadi kuning tua d. Penyakit tidak menjadi masalah pada kopi Robusta, namun merupakan masalah utama kopi Arabica e. Sporulasi dipengaruhi suhu, kelembaban dan ketahanan inang DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA TANAMAN KOPI 1. Kualitas Suhu meningkat memicu percepatan pematangan sehingga menurunkan kualitas Jika suhu naik 30C diperkirakan areal penanaman kopi Arabica akan naik sekitar 46m per dekade. Areal yang dulunya terlalu dingin untuk jenis ini dapat menjadi areal yang baik 2. Kuantitas Peningkatan suhu menyebabkan turunnya produksi kopi karena beberapa areal menjadi lebih panas dan tak mampu lagi menghasilkan buah kopi secara maksimal. 3. OPT 4. Tanah 5. Global Peningkatan suhu menguntungkan beberapa jenis OPT Erosi meningkat karena CH tinggi, tanah mengering begitu suhumeningkat Terjadi penyusutan areal yang cocok untuk pertanaman kopi. Terjadi fluktuasi produksi kopi dunia. Peningkatan Suhu: 1. Areal kopi berpindah ke daerah yang lebih tinggi 2. Berkurangnya pembuahan, turunnya produksi 3. Pemasakan instan, kualitas turun 4. Perubahan serangan OPT Perubahan Pola Curah Hujan 1. Berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaan 2. Berpengaruh terhadap pengeringan dan transportasi 3. CH tinggi dan jarang, dibutuhkan irigasi 4. Perubahan serangan OPT

1.Hypothenemus hampei (Penggerek Buah Kopi) Pada awalnya PBKo hanya menyerang biji kopi pada <1500m dpl. Saat ini, dengan peningkatan suhu global PBKo sudah mampu menyerang pada ketinggian > 1500 m dpl (jenis kopi dataran tinggi). Fakta akibat kenaikan suhu global di Ethiophia setelah 1984 PBKo dapat menghasilkan 1-2 generasi/musim kopi. 2. Hemileia vastatrix (Karat Daun Kopi) Cenderung menyerang kopi dataran lebih tinggi. Penyakit dan hama yang kurang penting dapat mengalami eksplosi pada daerah-daerah yang CH meningkat.

ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERKEMBANGAN OPT 1. Pemantauan terhadap dinamika serangan OPT 2. Identifikasi faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap perkembangan dan distribusi serangan OPT 3. Membuat model prediksi dan validisi model prediksi serangan OPT 4. Membangun sistem peringatan dini 5. Adanya kelembagaan yang tepat dan akurat 6. Mengembangkan penelitian tentang prediksi iklim dan permodelannya

REFERENSI Anonim, 2012, Identifikasi Helopeltis antonii pada Kakao dan Teh, dikutip dari http://agricultureandaquatic.blogspot.com/2011/06/identifikasihelopeltis-antoniipada.html, diakses pada tanggal 29 Februari 2012.

Crop Protection Conpedum (CPC).2000. Pest/Antropoda/Conopomorpha cramella Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. Karmawati. E., 2010, Pengendalian Hama Helopeltis spp. Pada Jambu Mete Berdasarkan Ekologi, Strategi dan Implementasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Sudirja, P., 2011, Pengendalian Helopeltis sp Secara Terpadu Pada Tanaman Jambu Mete Secara Terpadu, di kutip dari http://disbunpsp.blogspot.com/2011/03/pengendaliandiakses pada tanggal 5 Maret 2011. Untung, K. 2004. Dasar Dasar ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. helopeltis-sp.html,

Anda mungkin juga menyukai