Anda di halaman 1dari 14

SOSIALISASI PANGAN LOKAL TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL

di susun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teknologi Pengolahan Pangan Lokal

Disusun Oleh: Kelompok A1 / Kelas THP A Hidayati Pratiwi Hera Fatmawati Astrid Gita Karina Susi Dwi Yani Rizki Nur Achmad P. M (121710101002) (121710101006) (121710101011) (121710101014) (121710101036)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan jaman ini banyak sekali olahan pangan seperti snack. Snack merupakan jajanan yang dikomsumsi selain atau diantara waktu makan utama dengan tujuan untuk menunda rasa lapar. Semua kalangan dari yang muda sampai yang tua menyukai jajanan tersebut tidak terkecuali dengan anak-anak. Mayoritas anak-anak jaman sekarang menyukai snack karena di anggapnya enak, mudah didapat, dan menarik. Namun, dari beberapa keuntungan tersebut belum banyak yang mengetahui bahaya jika terlalu sering mengkonsumsi snack terutama anak-anak. Karena dalam snack terdapat bahan tambahan pangan berupa zat kimia. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengawetan, pewarna dan lain sebagainya. Apabila terlalu sering mengkonsumsi snack berarti kita juga sering mengkonsumsi bahan tambahan pangan (zat kimia) yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan anak-anak. Padahal, di Indonesia banyak sekali sumber pangan lokal yang dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi makanan atau jajanan yang menyehatkan. Salah satunya pada kabupaten Banyuwangi kita dapat memanfaatkan potensi sumber pangan lokal yang ada di daerah tersebut yaitu singkong. Oleh karena itu, kita melakukan sosialisasi di TK Masyithoh Banyuwangi agar dapat memberi pengetahuan mengenai pangan lokal dan agar intensitas mengkonsumsi jajanan (snack) dapat dikurangi.

1.2 Tujuan a. Untuk memberi pengetahuan mengenai makanan yang sehat. b. Untuk memberi pengetahuan mengenai pangan lokal. c. Untuk mengenalkan produk pangan lokal.

1.3 Manfaat

a. Dapat menambah wawasan mengenai makanan yang sehat. b. Dapat menambah wawasan mengenai pangan lokal. c. Dapat menambah wawasan mengenai produk pangan lokal.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Ringan Atau Snack Makanan jajanan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (2009) adalah makanan dan minuman yang diproduksi oleh pengusaha sector informal dengan modal kecil dijajakan dan siap dikonsumsi di tempat-tempat keramaian, sepanjang jalan, pemukiman, dengan cara berkeliling, menetap, atau kombinasi kedua cara tersebut. Makanan jajanan dapat berupa makanan utama atau selingan.Makanan jajanan jenis berat (meal) atau makanan utama merupakan makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari yang terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, dan sayuran. Makanan jajanan jenis ringan (snack) adalah makanan yang sering disantap di luar waktu makanan utama yang sering juga disebut dengan makanan selingan yang bisa terjadi pada saat antara sarapan dan makan siang seperti aneka kudapan dan aneka jajanan pasar. Makanan ringan atau dikenal dengan sebutan snack food adalah makanan yang dikonsumsi selain atau antara waktu makan utama dalam sehari. Oleh karena itu, makanan ini biasa disebut snack yang berarti sesuatu yang dapat mengobati rasa lapar dan memberikan suplai energi yang cukup untuk tubuh (Khomsan, 2003). Makanan ringan yang dimaksudkan adalah untuk menghilangkan rasa lapar seseorang sementara waktu dan dapat memberi sedikit suplai energi ke tubuh atau merupakan sesuatu yang dimakan untuk dinikmati rasanya. Produk yang termasuk dalam kategori makanan ringan menurut Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040 Tanggal 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam bentuk keripik, kerupuk, jipang. Selain itu pangan olahan yang berbasis ikan (dalam bentuk kerupuk atau keripik) juga masuk kedalam kategori makanan ringan (Putri, 2011). Muchtadi (1998) menyatakan bahwa snack merupakan makanan ringan yang dikonsumsi dalam waktu antara ketiga makanan utama dalam sehari.

Jenis makanan ringan sangat beragam dilihat dari segi bentuk maupun cara pengolahan dan penyajiannya, seperti keripik singkong, keripik kentang. Selain itu makanan ringan juga bisa dibedakan menjadi dua macam berdasarkan bahan baku yang digunakannya. Kelompok pertama yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan satu bahan pecita rasa seperti garam, gula, dan bumbu lainnya. Kelompok kedua yaitu kelompok makanan ringan yang menggunakan bahan baku dan bahan tambahan lain yang dicampur untuk memperoleh produk yang mempunyai nilai gizi yang baik, daya cerna dan mutu fisik atau organoleptik yang lebih tinggi. Campuran dari beberapa sumber pati seperti gandum, jagung dan beras, bahkan dicampur pula dengan kacang-kacangan seperti kedelai dan lainnya. Makanan ringan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan ringan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan ringan adalah murah dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang (Putri, 2011). 2.2 Bahan Tambahan Pangan Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan penyimpanan (Cahyadi, 2006). Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan. Menurut FAO di dalam Furia (1980), bahan tambahan pangan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau

penyimpanan. Bahan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan (ingredient) utama. Menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahanmakanan. Bahan ini ada yang memiliki nilai gizi dan ada yang tidak (Saparinto, 2006). Pemakaian Bahan Tambahan Pangan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM). Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. 2.3 Jajanan Tradisional Atau Pangan Lokal Pangan lokal menurut UU pangan No.18 tahun 2012 adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Ruang lingkup pangan lokal Pangan fungsional adalah produk pangan atau bahan pangan yang mengandung komponen aktif yang mampu mencegah, bahkan menyembuhkan suatu penyakit tertentu untuk mencapai kesehatan tubuh yang lebih optimal. Makanan atau bahan pangan dapat digolongkan kedalam bahan pangan fugsioanal jika: 1. Berupa produk pangan (bukan kapsul, tablet, atau bubuk) yang berasal dari bahan / ingredients yang terdapat secara alami. 2. Produk tersebut dapat dan selayaknya dikomsumsi sebagai diet atau menu sehari-hari. 3. Produk tersebut mempuyai fungsi tertentu pada waktu dicerna,

memberikan peran dalam proses tubuh tertentu, seperti memperkuat sistem pertahanan tubuh, mencegah penyakit tertentu, membantu tubuh mengembalikan kondisi tubuh setelah diserang penyakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental serta memperlambat proses penuaan.

2.4 Singkong Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu adalah pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar (PTP, 2008). Ubi kayu (Manihot utilissima) menghasilkan umbi setelah tanaman berumur 6 bulan. Setelah tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan umbi basah sampai 30 ton/ha. Kerusakan yang biasa timbul pada ubi kayu adalah warna hitam yang disebabkan oleh aktivitas enzim polyphenolase atau biasa disebut dengan kepoyoan (Syarief dan Irawati, 1988). Makanan pokok adalah jenis makanan yang merupakan makanan utama suatu menu yang biasanya dihidangkan dalam jumlah banyak. Makanan pokok kita adalah nasi. Di samping bahan makanan pokok beras, di Indonesia dikenal bahan makanan pokok lain, yaitu jagung, singkong, ubi, pisang dan sagu (Marwanti, 2000). Komposisi kimia ubi kayu (singkong) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Ubi Kayu (Singkong)/ 100 gr bahan Komponen Kalori (kal) Lemak (gr) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Air (gr) Kalori (kal) Lemak (gr) Kalsium (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) kadar 1,2 34,7 40 0 30 75 1,2 34,7 40 0 30

Air (gr)

75

Sumber : departemen Kesehatan RI, 1992 Olahan singkong dapat berupa getuk. Gethuk adalah makanan semi basah yang dibuat dari singkong, dikukus, dicampur dengan gula, digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang diijinkan.

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu Peelaksanaan Waktu sosialisasi dilakukan pada tanggal 22 Februari 2014 yang dimulai dari pukul 08.00 sampai 09.00. 3.2 Tempat Tempat TK Masyithoh, Jl. Durian RT 02 RW 02 Desa Kesilir, Silirangung, Banyuwangi.

BAB 4. PEMBAHASAN

Kegiatan sosialisasi dilakukan pada Hari Sabtu Tanggal 22 Februari 2014 di SDN Gebang 01 Jember pada pukul 07.00 WIB. Sosialisasi ini kami tujukan TK Masyithoh dengan jumlah siswa sebanyak 35 anak. Kami memberikan sosialisasi kepada anak-anak usia TK karena menurut kami produk jajanan tradisional yang mengacu pada pagan lokal perlu dikenalkan pada anak sedini mungkin. Tepat pada pukul 08.00 WIB kami melakukan acara pembukaan. Dalam acara ini kami menyampaikan tujuan kami melakukan sosialisasi. Setelah itu, kami menyampaikan materi yang meliputi bahaya mengkonsumsi jajanan tidak sehat (makanan yang mengandung pengawet, pewarna dan perasa), efek jajanan tidak sehat pada saluran pencernaan, serta memberikan alternatif jajanan yang sehat yang mengacu pada pangan lokal. Pada saat presentasi, kami menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak sehingga mereka mampu mengikuti dengan baik, seperti dapat menyebutkan beberapa contoh jajanan tradisional. Selain itu, kami menjelaskan bahan dasar yang digunakan untuk membuat jajanan tradisional tersebut. Kami juga menjelaskan manfaat ataupun kandungan yang terdapat dalam singkong. Kemudian, setelah pemaparan materi selesai, kami memberikan relaksasi berupa game. Game yang diberikan berupa tebak-tebakan yang dapat menebak dengan benar akan mendapat hadiah di akhir acara nanti. Materi tebakan meliputi bahan dasar getuk, warna getuk, serta menyebutkannya dalam bahasa inggris. Tujuan permainan ini adalah untuk menambah wawasan para murid. Kami memberikan hadiah pada murid yang berani maju ke depan kelas untuk bermain game. Para murid sangat antusias untuk berebut menjadi peserta dalam game. Selama relaksasi (game), kami membagikan jajanan tradisional yaitu gethuk dengan harapan supaya mereka lebih mengenal dan mencintai jajanan tradisional. Acara terakhir yaitu penutupan dengan bernyanyi lagu Sayonara bersama serta berfoto bersama guru dan murid-murid. Dari hasil sosialisasi, murid-murid TK Masyithoh, Banyuwangi sangat antusias dalam mengikuti acara ini.

BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil sosialisasi yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa: a. Di TK MASYITHOH sudah diperkenalkan produk pangan lokal, tetapi olahannya sangat sederhana, seperti singkong goreng dan ubi goreng. b. Respon dan antusias dari adek-adek sudah sangat baik terhadap pangan lokal yang telah kita sampaikan. 5.2 Saran a. Sebaiknya anak- anak diperkenalkan dan dibiasakan sejak dini untuk mengkonsumsi produk pangan local. Hal ini bertujuan untuk

memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. b. Sebaiknya kita sebagai calon ahli pangan diharapkan dapat menciptakan inovasi produk pangan local baru yang menambah nilai ekonomi produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Cahyadi, S,. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Cetakan Pertama . Jakarta : PT. Bumi Aksara. Departemen Kesehatan RI. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta : Bharata. Furia, E. T. 1980. Handbook of Food Additives Volume 1-2. Boca Raton : CRC Press. Khomsan. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Marwanti. 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia. Jakarta : Adicita Karya Nusa. Persatuan ahli gizi. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta:.PT Elex Media Komputindo. PTP, 2008. Singkong. http://id.wikipedia.org/wiki/singkong. [diakses pada tanggal 26 Februari 2014] Putri.2011. Analisa Stabilitas Subsea Crossing Gas Pipeline, Skripsi. Surabaya : Jurusan Teknik Kelautan, ITS. Saparinto, C dan Hidayati, D. 2006. Bahan tambahan Pangan. Yogyakarta : Kanisius. Syarief, R dan A. Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.

LAMPIRAN

Getuk

TK Masyithoh Bayuwangi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Proses Sosialisasi

Anda mungkin juga menyukai