Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENGANTAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

PRAKTIKUM I FAKTOR KONSERVASI DI PERKOTAAN

A. Latar Belakang Pengertian Konservasi secara umum adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam . Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan pengertian konservasi di dalam dunia arsitektur sebagai Konsep Proses Pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang terkandung terpelihara dengan baik meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai kondisi dan situasi lokal Konservasi Kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan perubahan sosial, dan bukan secara fisik saja. Kota, merupakan bentukan dari perkembangan peradaban manusia oleh karenanya perkembangan kota banyak dipengaruhi oleh perubahan pandangan baik perspektif fisik, ekonomi, sosial, dan bahkan selera politik pemimpinnya. Sebagai lingkungan binaan yang memiliki kompleksitas permasalahan dan senantiasa dinamis maka lingkungan kota tentunya akan selalu tidak terlepas dari sebuah transformasi atas struktur dan pola ruangnya. Perubahan atas lingkungan perkotaan mau tidak mau haruslah terjadi. Apabila perubahan tersebut tidak terlaksana maka ia akan mengalami stagnasi dan perlahanlahan akan collapse. Dalam menangapi pendapat ini tentunya perubahan yang dimaksudkan dapat berdampak positif maupun negatif. Atau dengan kata lain apabila perubahan tersebut memang sudah merupakan bagian dari rencana kota baik secara prosedural maupun substantif, maka dapat diyakini bahwa arah perubahan tersebut telah diperhitungkan, dikaji sehingga akan menuju ke arah yang lebih baik. Akan tetapi dapat pula sebaliknya manakala perubahan tersebut hanya untuk memfasilitasi mekanisme pasar maka perencanaan kota yang telah disusun telah mal-function dan

bahkan justru sedang menuju pada kegagalan perencanaan. Fail to make plan means planning for failure. Apa yang akan menjadi korban dari perubahan yang negatif ini? tentunya penurunan kualitas lingkungan perkotaan itu sendiri. Perubahan negatif inilah yang semestinya dapat dihindari dengan bagaimana kita tetap konsern terhadap upaya mendudukan peran dan fungsi kota sebagai bagian dari peradaban manusia. Salah satunya melalui optimasi konservasi lingkungan perkotaan.

B. Tujuan 1. Mendata kawasan konservasi di perkotaan khususnya Jakarta Utara 2. Mengetahui konservasi di wilayah perkotaan C. Kawasan Konservasi di Jakarta Utara 1. Konservasi Muara Angke Suaka Margasatwa Muara Angke (SMMA) adalah sebuah kawasan

konservasi berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI Nomor: 097/Kpts-II/1988, 29 Februari 1988 di wilayah hutan bakau (mangrove) di pesisir utara Jakarta. Secara administratif, kawasan ini termasuk wilayah Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kawasan yang berdampingan dengan Perumahan Pantai Indah Kapuk ini, hanya dibatasi Kali Angke dengan permukiman nelayan Muara Angke. Pada sisi utara SMMA, terdapat hutan lindung Angke-Kapuk yang berada di dalam wewenang Dinas Kehutanan DKI Jakarta. a) Sejarah Semula SMMA ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 17 Juni 1939, dengan luas awal 15,04 ha. Kemudian kawasan ini diperluas sehingga pada sekitar tahun 1960-an tercatat memiliki luas 1.344,62 ha. Dengan meningkatnya tekanan dan kerusakan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kawasan Muara Angke, sebagian wilayah cagar alam ini

kemudian menjadi rusak. Meski SMMA merupakan suaka margasatwa terkecil di Indonesia, namun peranannya cukup penting. Bahkan BirdLife International salah satu organisasi pelestarian burung di dunia - memasukkan kawasan Muara Angke sebagai salah satu daerah penting bagi burung (IBA, Important Bird Areas) di Pulau Jawa. Kali Angke, batas timur SMMA, jalur lalu-lintas perahu nelayan. Pohon api-api tumbuh di sepanjang tepiannya b) Tutupan Vegetasi Vegetasi semula di SMMA adalah hutan mangrove pantai utara Jawa, dengan

keanekaragaman jenis yang cukup tinggi. Akan tetapi akibat tingginya tingkat

kerusakan hutan di wilayah ini, saat ini diperkirakan tertutup oleh hanya tinggal 10% yang

vegetasi

berpohon-pohon.

Sebagian besar telah berubah menjadi rawa terbuka yang ditumbuhi rumputrumputan, gelagah (Saccharum spontaneum) dan eceng gondok (Eichchornia crassipes). c) Keankeragaman Satwa SMMA merupakan tempat tinggal aneka jenis burung dan berbagai satwa lain yang telah sulit ditemukan di wilayah Jakarta lainnya. Jakarta Green Monster mencatat seluruhnya ada 91 jenis burung, yakni 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini. Sekitar 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi.

Jenis

burung

yang

sering

dijumpai

antara

lain

adalah pecuk-padi

kecil(Phalacrocoraxniger), cangak (Ardeola spp.), kuntul (Egretta spp.), kareopa di(Amaurornis phoenicurus), mandar batu (Gallinula chloropus), betet

biasa(Psittacula alexandri), merbah cerukcuk (Pycnonotos goiavier), kipasan belang(Rhipidura javanica), remetuk laut (Gerygone sulphurea) dan lain-lain. Beberapa di antaranya merupakan burung khas hutan bakau seperti halnya sikatan bakau(Cyornis rufigastra). Selain itu, SMMA juga menjadi rumah bagi perenjak Jawa(Prinia familiaris). SMMA juga dihuni oleh beberapa jenis burung endemik, yang hanya ada di Pulau Jawa. Misalnya cerek Jawa (Charadrius javanicus) dan bubut

Jawa (Centropus nigrorufus). Bubut Jawa diketahui sebagai salah satu spesies terancam punah di dunia, dengan penyebaran terbatas di beberapa tempat saja termasuk di SMMA. Burung terancam punah lainnya yang menghuni kawasan ini ialah bangau bluwok (Mycteria cinerea). Di Pulau Jawa, bangau jenis ini diketahui hanya berbiak diPulau Rambut yang terletak tidak jauh dari Muara Angke. Di samping jenis-jenis burung, di SMMA juga masih dijumpai kelompokkelompok liar monyet kra atau juga biasa disebut monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Mereka hidup berkelompok hingga belasan ekor yang terdiri dari beberapa jantan dan betina. Makanan utamanya ialah dedaunan muda dan buahbuahan hutan bakau seperti buah pidada (Sonneratia caseolaris). Monyet ekor panjang memiliki peranan yang penting di dalam Suaka Margasatwa Muara Angke, karena membantu penyebaran biji-bijian tumbuhan hutan. Biji-biji yang tak dapat dicerna itu akan dikeluarkan kembali bersama dengan fesesnya. Jenis mamalia lain yang dapat ditemukan di SMMA, akan tetapi jarang terlihat, adalah berang-berang cakar-kecil (Aonyx cinerea). Karnivora kecil pemakan ikan dan aneka hewan air ini terutama aktif di malam hari (nokturnal). SMMA juga menjadi tempat hidup berbagai spesies reptilia seperti biawak air (Varanus

salvator),

ular sanca

kembang (Python sputatrix),

reticulatus), ular

sendok fasciatus), mas (Boiga

Jawa alias kobra Jawa ular kadut

(Naja

ular welang (Bungarus cincin

belang (Homalopsis pucuk (Ahaetula

buccata), ular prasina)

dendrophila), ular

dan ular

bakau (Cerberus

rhynchops). Menurut informasi dari warga sekitar, di SMMA masih ditemukan pula jenis buaya muara (Crocodylus porosus).

2. Konservasi Pasar Ikan Dan Pasar Festival Ikan Di Sunda Kelapa Kawasan Pasar Ikan Merupakan Daerah pesisir Kecamatan Penjaringan yang merupakan salah satu kawasan bersejarah Jakarta, yang terletak di muara Sungai Ciliwung yang merupakan daerah pelabuhan penting di Jawa Barat, digunakan sebagai pelabuhan utama kerajaan Pakuan Pajajaran dan Batavia. Daerah ini telah menjadi lokasi peperangan antara kerajaan lokal, Kekaisaran Portugis dan Hindia Belanda. Sekitar abad ke-16, daerah Muara Angke (daerah pantai Penjaringan,

hanya

untuk

sebelah

barat

Batavia

lama)

dianggap

area

strategis

dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Demak untuk merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Portugis. Selama era kolonial Belanda, daerah yang sekarang Kelurahan Administratif Penjaringan dikembangkan menjadi area labuh kapal. Gudang dibangun di daerah

ini sejak abad ke-17, beberapa bangunan masih ada hari ini (seperti sekarang Museum Bahari Galangan Kapal VOC dan, kantor perdagangan mantan dibangun pada 1628). Ini pelabuhan Batavia pernah menjadi bagian dari pelabuhan utama dari jaringan perdagangan rempah-rempah komersial di Asia. Beberapa desa muncul selama era kolonial Belanda. Beberapa desa ini, terletak di pelabuhan Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Kampung Luar Batang. Desa ini merupakan lokasi dariMasjid Luar Batang, dibangun pada 1739. Selama tahun 1970, karena kapasitas yang tidak memadai dan kurangnya fasilitas, pelabuhan perikanan baru yang disebut Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) (juga dikenal sebagai "Jakarta Fishing Port") diciptakan di sisi barat Pelabuhan Sunda Kelapa, dalam Kecamatan Penjaringan. Kelayakan dan studi rekayasa dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency 19731979. Konstruksi dibagi menjadi empat fase yang dimulai pada tahun 1980 dan selesai pada tahun 2002.

a. Tujuan Konservasi Pasar Ikan 1) Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. karena Kawasan ini Hampir 75% tidak Terpelihara dengan baik.

2) Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. karena hampir 70% bangunan tiadak berfungsi sepeti biasanya bahkan ada bangunan yang disia-saiakan dan kosong hingga saat ini

Anda mungkin juga menyukai