Anda di halaman 1dari 8

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. a.

Profil PT. Pro Intertech Indonesia (PT. PII) Latar Belakang Perusahaan PT. Pro Intertech Indonesia (PT. PII) adalah perusahaan yang didirikan

pada tanggal 19 November 2002 dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 11 Februari 2003 No. C-02922 HT.0101.TH.2003 sebagai Perseroan Terbatas/PT. Pro Intertech Indonesia. PT. PII bergerak dalam industri management consulting dan training untuk industri manufaktur maupun jasa seperti perbankan. Dalam perjalanannya, PT. PII mengikuti jejak sister company PT. Pro Intertech Indonesia yang sudah bergerak dalam industri pertambangan selama 15 tahun, untuk membuka quarry di Sorong, Papua Barat pada tahun 2005 melalui Divisi Mining PT. PII. Berawal untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah Indonesia Timur khususnya Papua, yang sejalan dengan berlakunya Otonomi Daerah, serta melihat prospek keperluan-keperluan proyek-proyek yang memerlukan supply rate yang tinggi dengan kualitas batu yag sangat baik dan ketepatan waktu pengiriman, PT. Pro Intertech Indonesia menjawab kebutuhan proyek nasional tersebut dengan investasi first class crushing plant dan para manager yang memiliki proven record dalam mengelola quarry PT. Pro Intertech Indonesia. Langkah PT. Pro Intertech Indonesia ini tempuh sebagai jaminan dalam pencapaian visi PT. Pro Intertech Indonesia 3 tahun kedepan dan menjalankan misi PT. Pro Intertech Indonesia yang bermanfaat untuk semua pihak terkait dalam keberadaan operasional quarry PT. Pro Intertech Indonesia tersebut. Dengan beroperasinya Divisi Mining tersebut, PT. Pro Intertech Indonesia memulai karirnya sebagai kontraktor pengadaan batu pecah dengan tipe yang sangat beragam, mulai dari fine aggregates sampai dengan marine rock sesuai

kebutuhan pasar. PT. Pro Intertech Indonesia juga dapat melayani pengiriman batu sampai ke stock pile pembeli jika diperlukan. b. Visi dan Misi Visi Menjadi quarry operator bertaraf Internasional terbaik dan terbesar di Indonesia Timur pada 2008, menyambut angin pembangunan untuk wilayah Indonesia Timur. Misi Turut serta dalam pembangunan dan pemberdayaan daerah Papua dengan kontribusi Pendapatan Asli Daerah dan penciptaan lapangan kerja untuk masyarakat sekitar lokasi. c. Quarry Quarry batu andesit PT. Pro Intertech Indonesia berlokasi di Kampung Saoka, distrik Sorong Barat, Kota Sorong, Papua Barat. Kandungan / reserve batu massive quarry PT. Pro Intertech Indonesia kurang lebih mencapai 4.2 juta MT. utnuk perluasan market di masa mendatang, quarry PT. Pro Intertech Indonesia mampu mencapai tambahan 14 juta MT. d. Crushing Plant Kapasitas Crushing Plant (untuk aggregates) 250 ton per jam ditambah kapasitas produksi quarry run (untuk armour rock) 100 ton per jam. Quarry pit produksi dan crushing plant dapat dioperasikan selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Quarry dan Crushing Plant ini adalah investasi khusus PT. Pro Intertech Indonesia untuk dapat berpartisipasi mensukseskan proyek-proyek di Indonesia Timur, khususnya Papua. Tidak kalah penting, keberadaan Quarry PT. Pro Intertech Indonesia di Sorong merupakan jalan keluar daripada kurangnya supply batu pecah di daerah Papua, Papua Barat dan sekitarnya. Sebagai garansi produktivitas dan kualitas, PT. Pro Intertech Indonesia menggunakan crusher plant terbaik dari global leaderin rock crushing technology Nordberg-Metso Minerals.

II.2.

Lokasi dan Geografi PT. Pro Intertech Indonesia secara administratif berada pada Kampung Saoka distrik Sorong Barat, Provinsi Papua Barat. Dengan wilayah KP terletak pada posisi 131 17 31,23 BT 131 17 59,90 BT dan 0 48 12.03 LS 0 48 39,65 LS. Dimana bagian barat, bagian timur dan bagian selatan berbatasan dengan tanah adat Mubalus / Kalawaisa sedangkan bagian utara adalah samudera bebas. Dengan luas wilayah 20.000 m2.

Gambar 2.1. Lokasi Tambang Quarry PT. Pro Intertech Indonesia, Saoka Sorong, Papua Barat

II.4.

Keadaan Geologi Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 13019 BT 15048 BT dan 019 LS 1043 LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Irian Jaya (sekarang Papua) merupakan ekspresi permukaan dari batas utara deformasi blok kontinen Australia dan Lempeng Pasifik. Secara fisiografi, van Bemmelen (1949) telah membagi Papua menjadi 3 bagian utama (Gambar 2.2), yaitu:

KEPALA

BADAN

EKOR

Lokasi Penelitian

Gambar 2.2 Peta lokasi Papua dan lokasi daerah penelitian

Pada peta diatas, tampak pembagian dari fisiografis regional dari Pulau Papua yang tampak seperti seekor burung. Pulau ini terbagi menjadi bagian-bagian seperti bagian kepala, badan dan ekor. Wilayah yang berada di dalam lingkaran merupakan lokasi penelitian yag terletak pada bagian kepala dari pulau tersebut. Bagian Kepala Burung, yaitu bagian semenanjung di sebelah utara yang terhubung dengan bagian badan utama oleh bagian leher yang menyempit. Bagian ini terletak pada koordinat 130 BT 135 BT. Bagian Tubuh Burung, merupakan bagian daratan utama Pulau Papua yang didominasi oleh struktur berarah barat-baratlaut pada daerah Central Range. Bagian ini terletak pada koordinat 135 BT 143,5 BT. Bagian Ekor Burung, terletak pada bagian timur New Guinea Island. Bagian ini terletak pada koordinat 143,5 BT 151 BT. Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang terbang ke arah barat dengan mulut terbuka. Pulau Papua merupakan daerah yang sangat kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Struktur tertua di Papua berasal dari pergerakan bumi pada Zaman Paleozoikum dan hanya terdapat sedikit data yang terekam dan dapat menjelaskan fasa tektonik pulau tersebut. Geologi Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling

bertumbukan dan serentak aktif pada Zaman Kenozoikum. Adanya aktifitas tektonik pada Miosen Akhir ini yang menyebabkan pola struktur pada pulau ini menjadi sangat rumit dan khas. Fasa tektonik pada zaman ini menyebabkan terjadinya orogenesa Melanesia dan telah membentuk fisiografi Papua yang ada sekarang ini (Dow dan Sukamto, 1984 dalam Darman dan Sidi, 2000). Daerah Sorong yang termasuk ke dalam fisiografi Bagian Kepala Burung memiliki enam jenis bentang alam sebagai hasil dari proses geologi yang komplek. Keenam bentang alam yang didefinisikan secara luas sebagai fisiografi daerah Sorong antara lain: Perbukitan Kasar Daerah perbukitan kasar yang berarah timur timurlaut berkembang di bagian pantai utara daratan Papua, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati dengan puncak tertinggi di utara Pulau Salawati yaitu setinggi 931. Sungai Warsamson yang memiliki lembah yang lebar terbentang sejajar dengan perbukitan kasar tersebut dan memotong di daerah Papua Timur. Lembah Antargunung Lembah antargunung mempunyai dua lembah yang dipengaruhi oleh sesar-sesar di bagian timurlaut Papua, yaitu lembah Warsamson dan Dore Hum. Lembah Warsamson berdampingan dengan Sistem Sesar Sorong yang membentuknya. Di atasnya ditutupi oleh endapan danau, yaitu lumpur, pasir, kerikil, dan gambut. Lembah Dore Hum dibatasi di utara dan selatan oleh sesar dan bertemu pada ujung barat dan ditutupi oleh rawa. Perbukitan dan Pegunungan Kars. Fisiografi ini berkembang pada batugamping yang tersingkap di Pegunungan Morait dan di baratdayanya, Pulau Batanta bagian tengah dan barat, dan di Pulau Mansuar. Daerah itu berbentuk tonjolan dengan lekukan sempit yang memanjang yang merupakan pola khas terumbu yang terangkat. Daaerah Perbukitan Rendah Fisiografi ini meluas kearah barat meliputi Pulau Salawati. Daerah perbukitan ini menempati jalur yang berarah barat barat daya yang meliputi

bagian tengah dari Papua yaitu di sekitar daerah Klasaman dan Klamogun. Di sekitar Klasaman daerah itu terdiri dari daerah perbukitan yang menyerupai kars. Dataran Aluvium Fisiografi terletak pada elevasi 0-50 mdpl menutup bagian selatan daerah Papua, bagian timur, selatan, dan baratdaya, Pulau Salawati, dan sejumlah Pulau di Selat Sele. Terumbu Koral Terangkat Fisiografi ini membentuk seluruh atau bagian tertentu pulau yang termasuk kedalam Kepulauan Schildpad, Mainsfield, Boo, Fam, Kofiau, dan Doif.

II.5.

Metode dan Sistem Penambangan PT. Pro Intertech Indonesia menggunakan metode panambangan terbuka dengan sistem penambangan quarry. Kegiatan penambangan batuan andesit yang dilakukan PT Pro Intertech Indonesia dimaksudkan untuk memanfatkan sumber daya alam (SDA) secara baik tetapi juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Sebelum melakukan tahapan penggalian terlebih dahulu di lakukan pengupas tanah penutup (over burden) dengan menggunakan bulldozer, tanah penutup ini di pindahkan kesuatu tempat yang kemudian digunakan untuk kegiatan penimbunan laut atau (breadth water). Sistem

penambangan dapat di lihat pada gambar.

Kegiatan Penambangan PT.Pro Intertech Indonesia


STRIPING

EXCAVATING

LOADING

HAULING

STOK PILE

CRUSHING PLANT

a.

Pengupasan tanah penutup / Over Burden( striping ) Dilakukan dengan menggunakan alat ( backhoe) dengan maksud untuk memisahkan semak semak dari bahan galian agar pada saat pengalian tidak terdapat lagi hambatan hambatan yang dapat mempengaruhi produksi .

b. Pembongkaran ( Excavating) Kegiatan pembongkaran material dilakukan dengan menggunakan peralatan mekenis dengan cara membuat kolam jebakan material, dimana jebakan ini akan terisi kembali oleh material pada saat musim hujan dan material tersebut berasal dari daerah itu sendiri , sehingga pada saat penggalian material tidak terlalu keras ( Lose material ).

c. Pemuatan ( loading ) Kegiatan pemuatan yang di lakukan pada perusahaan ini , di lakukan di dua tempat yaitu :

1. Di lokasi penambangan Pada kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat bachoe yang di pakai sebagai alat angkut sekaligus di gunakan sebagai alat gali . hal ini di gunakan untuk menghemat waktu kerja dan sangat mendukung karena kondisi lapangan yang tidak rata serta merupakan daerah yang berbatu besar sehingga alat ini sangat cocok untuk digunakan. 2. Pemuatan di tempat penampungan ( Stok pile ) Pada kegiatan pemuatan di tempat stok pile dilakukan dengan menggunakan alat Bachoe yang mana alat ini selain mengangkut material yang banyak gerakannya yang lincah sehingga tidak terjadi hambatan pada saat pemuatan di lapangan.

d. Pengangkutan ( Hauling ) Pengangkutan material dari tempat penambangan di lakukan dengan menggunakan dump truck mengingat kapasitas dan daya tampung yang cukup besar sehingga material dengan cepat dan mudah angkut ke tempat produksi.

e. Penimbunan (Stock pile ) Stock pile diusahakan berdekatan dengan alat peremuk atau jaw

crusher sehinga pada saat pengolahan material tidak terjadi atau terbuangnya waktu pada saat produksi.

f. Peremukan (Crushing) Di dalam pengoperasian dan pengolahan batuan andesit , produksi material di gunakan mesin Jaw Crusher,dalam proses ini material di angkut dari stok pile dan dibawa ke (Feeding area ) kemudian di tumpahkan ke dalam (Hopper bin) , kemudian di gunakan pengantar umpan (Feeder) . untuk memasukan material ke unit crusher dan siap untuk di produksi.

Anda mungkin juga menyukai