Anda di halaman 1dari 17

Tujuan dan manfaat statistik dalam penerapan K3 adalah digunakan untuk menilai OHS Performance Programs.

Konkritnya statistik dapat digunakan untuk :


Mengidentifikasi naik turunnya (trend) dari suatu timbulnya kecelakaan kerja Mengetahui peningkatan atau berbagai hal yang memperburuk kinerja K3 Membandingkan kinerja antara tempat kerja dan industri yang serupa (T-Safe Score) Memberikan informasi mengenai prioritas pengalokasian dana K3 Memonitor kinerja organisasi, khususnya mengenai persyaratan untuk penyediaan sistim/tempat kerja yang aman

Ratio Kekerapan Cidera (Frequency Rate) Ratio Keparahan Cidera (Severity Rate) Rerata Hilangnya Waktu Kerja (Average Time Lost Rate/ALTR) 4. Incidence Rate 5. Safe-T Score 6. Pemantauan Dengan Grafik Statistik (Control Chart Technique) 7. Safety Sampling (Survey K3)
1. 2. 3.

Frekwensi Rate digunakan untuk mengidentifikasi jumlah cidera yang menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang pekerja. Ada dua data penting yang harus ada untuk menghitung frekwensi rate, yaitu a. jumlah jam kerja hilang akibat kecelakaan kerja (Lost Time Injury /LTI) dan b. jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan (man hours).

RUMUS :
Frekwensi Rate = (Jumlah cidera dgn hilang waktu kerja x 1,000,000) Total Person-hours Worked Contoh: Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja sebanyak 46. Berapa frekwensi ratenya ? Frekwensi Rate = 46 x 1,000,000 / 1,150,000 = 40

Indikator hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja untuk per sejuta jam kerja orang.

Severity Rate = ( Jumlah hari kerja hilang x 1,000,000) Total Person-hours Worked
Contoh: Sebuah tempat kerja telah bekerja 365,000 jam orang, selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan 175 hari kerja hilang. Tentukan rate waktu kerja hilang akibat kecelakaan kerja tersebut.

Frekwensi Rate = ( 5 x 1,000,000) / 365,000 = 13,70

Severity Rate = (175 x 1,000,000) / 365,000 = 479 Nilai severity rate 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut berarti, pada tahun tersebut telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 479 hari per sejuta jam kerja orang.

Ukuran indicator ini sering disebut juga Duration Rate digunakan untuk mengindikasikan tingkat keparahan suatu kecelakaan. Dengan penggunaan ATLR yang dikombinasikan denga Frekwensi Rate akan lebih menjelaskan hasil kinerja program K3.

Average Time Lost Rate =

Frekwensi Rate Severity Rate

Contoh: Organisasi dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang telah dicapai 1,150,000 juta jam kerja orang dan Lost Time Injury-nya (LTI) sebesar 46. Misalkan dari laporan Kecelakaan Kerja selama 6 bulan diperoleh informasi sbb: 10 kasus hilang waktu kerja dalam 3 hari sekali = 30 8 kasus hilang waktu kerja dalam 6 hari sekali = 48 12 kasus hilang waktu kerja dalam 14 hari sekali = 168 4 kasus hilang waktu kerja dalam 20 hari sekali = 80 10 kasus hilang waktu kerja dalam 28 hari sekali = 280 2 kasus hilang waktu kerja dalam 42 hari sekali = 84 Total keseluruhan = 690 hari kerja hilang Dengan demikian,

Rerata Hilangnya Waktu kerja = 690 / 46 = 15

Incidence rate digunakan untuk menginformasikan kita mengenai prosentase jumlah kecelakaan yang terjadi ditempat kerja Incidence Rate = ( Jumlah Kasus x 100) Jumlah tenaga kerja terpapar
Contoh : Masih melanjutkan kasus diatas Incidence Rate = ( 46 x 100 ) / 500 = 9,2%

Safe T score adalah nilai indikator untuk menilai tingkat perbedaan antara dua kelompok yang dibandingkan. Apakah perbedaan pada dua kelompok tersebut bermakna atau tidak. Dalam statistik biasanya disebut sebagai t-test. Perbedaan ini dinilai untuk membandingkan kinerja suatu kelompok dengan kinerja sebelumnya. Hasil perbedaan ini dapat dijadikan apakah terjadi perbedaan yang mencolok atau tidak. Selanjutnya dapat dipakai untuk menilai kinnerja yang telah kita lakukan.

Safe-T Score = (Frekwensi Rate Sekarang Frekwensi Rate Sebelumnya ) / akar dari ( Frekwensi Rate Sebelumnya /Juta jam kerja orang sekarang)
Interpretasi : Score positif dari Safe T Score mengindikasikan jeleknya record kejadian, sebaliknya score negatif menunjukkan peningkatan record terdahulu. Interpretasi dari Score ini selengkapnya sebagai berikut: Safe T Score diantara +2.00 dan 2.00, artinya tidak ada perbedaan atau perbedaan tidak bermakna. Safe T Score lebih besar atau sama dengan +2.00 menunjukkan menurunnya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang salah. Safe T Score lebih kecil atau sama dengan -2.00 menunjukkan membaikknya performance/kinerja K3, atau ada sesuatu yang baik dan perlu dipertahankan.

Contoh : Lokasi A ----------------------------------Tahun lalu -10 kasus kecelakaan - 10,000 jam orang kerja Frekwensi Rate = 1,000 Tahun ini - 15 kasus kecelakaan - 10,000 jam orang kerja Frekwensi Rate = 1,500

Lokasi B ---------------------------------------------Tahun lalu -1000 kasus kecelakaan -1000,000 jam orang kerja Frekwensi Rate = 1,000 Tahun ini -1,100 kasus kecelakaan - 1000,000 jam orang kerja Frekwensi Rate = 1,100

Frekwensi rate untuk lokasi A meningkat 50%, sedang pada B hanya 10%. Apakah ada sesuatu yang salah dari salah satu atau kedua data ini ? Jawab: (Frekwensi Rate Sekarang Frekwensi Rate Sebelumnya)/ akardari (Frekwensi Rate Sebelumnya/ Juta jam kerja orang sekarang)

Lokasi A
Safe-T Score = (1,500 1,000)/ akar dari ( 1000/0.01) = 500/ 317 = +1,58 Artinya peningkatan 50% jumlah kasus pada lokasi A termasuk peningkatan yang tidak bermakna

Lokasi B
Safe-T Score = 1,100 1,000/ akar dari ( 1000/1) = 100/ 31,7 =+3.15 Artinya peningkatan 10% jumlah kasus pada lokasi ini

Dengan dasar ini kita dapat menggunakan statistik untuk aplikasi pengendalian suatu aspek K3. Dengan diketahuinya batas-batas rentang (batas atas dan batas bawah) yang ditentukan dapat memberikan informasi kepada pengelola, bahwa suatu aspek K3 tersebut terkendali atau tidak terkendali. Contoh penggunaan statistik untuk pengendalian aspek K3 dapat dilihat di lampiran.
Aspek-aspek K3 yang dapat ditetapkan batas-batasnya meliputi: Hasil pengamatan perilaku tidak selamat Frekwensi rate Severity rate Dll Contoh penerapan Chart Control ini dapat dilihat pada lampiran. Setelah data-data dihitung, kemudian dibuatlah grafik (chart), apabila ditemukan dari salah satu aspek K3 yang melewati batas-batas yang ditentukan, maka hal ini merupakan informasi untuk pengelola.

Yang dimaksud Safety Sampling adalah mendapatkan data dengan cara observasi ke lapangan. Sebelum dilakukan observasi, terlebih dahulu ditetapkan apa yang mau diobservasi. Setelah itu tulis semua elemen yang akan menjadi obyek observasi. Misalnya observasi cara kerja/perilaku yang tidak selamat, maka sebelumnya kita tentukan jenis aktifitas apa saja yang tergolong 'unsafe-act' Baru setelah ditentukan maka dilakukanlah observasi dengan turun dilakukan. Setiap hasil observasi/temuan harus dicatat

Angka-angka Frekwensi Rate, Average Time Lost Rate dan Incidence Rate merupakan tingkat pencapaian yang sifatnya specifik per tempat kerja. Artinya angka perhitungan dari suatu perusahaan bukan merupakan standard yang dapat dibuat patokan, untuk tempat kerja yang lain. Ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang tidak sama dan kondisi yang berlainan.
Angka-angka ini tidak cocok diterapkan untuk jumlah tenaga kerja yang sedikit, karena akan kesulitan mencapai tingkat persejuta jam kerja orang terpapar. Rendahnya pencapaian angka ini tidak menggambarkan performa penerapan K3 secara keseluruhan (hanya mempertimbangkan insiden-insiden kecelakaan kerja saja). Tapi tidak menekankan upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan untuk pencegahan kecelakaan kerja.

Angka ini tidak memperhitungkan jenis-jenis kecelakaan minor (tidak menyebabkan hilangnya hari kerja, termasuk didalamnya near missess incident). Dengan demikian kecelakaan-kecelakaan ringan seperti, lecet akibat terjatuh, tangan tergores, hampir kejatuhan beban atau kejadian hampir celaka tidak masuk dalam perhitungan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai