Program Studi Fisika Teknik Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2013
Konsep 3D adalah jauh dekatnya titik potong pandangan (fokus) yang diterima mata kanan dan mata kiri.
Beberapa teknologi three-dimensional display device yang telah ada, antara lain:
1. stereoscopic type three-dimensional display technology. Untuk memperoleh tampilan tiga dimensi, diperlukan kacamata yang berfungsi sebagai polarisator. Secara sederhana, mekanisme perangkat tersebut adalah dengan gambar yang memiliki informasi khusus terkait 3D (misal perbedaan sifat polarisasi). Dengan menggunakan kacamata khusus, masing-masing mata memperoleh gambar yang berbeda satu sama lain. Oleh otak, kedua gambar itu diolah menjadi satu kesatuan gambar 3D.
Gambar 1. Gambar yang terlihat tanpa menggunakan kacamata 3D. warna merah dan cyan kemudian akan terpolarisasi oleh kacamata sehingga diperoleh efek 3D.
Gambar 2. Kacamata 3D 2. autostereoscopic type three-dimensional display technology, memungkinkan penampilan gambar 3D tanpa kacamata khusus. Terdapat beberapa teknologi yang dapat digunakan: a. lenticular lens
Gambar 4. Hasil dari three-dimensional display device menggunakan directional backlight c. parallax barrier parallax barrier dapat terbentuk dari pengaturan susunan elektroda yang dialiri voltage. Pada paten yang dianalisis tersebut menggunakan parallax barrier untuk mempolarisasi gambar.
o sembarang display panel untuk menampilkan gambar dengan polarizer terletak pada permukaan cahaya yang terpancar sehingga selanjutnya terpancar berupa cahaya yang terpolarisasi dengan sifat polarisasi tertentu. Sifat polarisasi dapat berupa: o dextrorotary : memutar bidang ke kanan (clockwise) o levorotary : memutar bidang ke kiri (counterclockwise) Sebagai pemodelan, digunakan odd pixel dan even pixel yang tersusun bergantian. Pada liquid crystal layer dan active optical element Liquid crystal layer terletak di antara first electrode structure layer dan second electrode structure layer. Tersusun atas molekul-molekul liquid crystal. Sifat dari liquid crystal yaitu memiliki susunan yang teratur (seperti crystal), namun dapat berubah menyesuaikan perlakuan yang diberikan (seperti liquid).
Gambar 6. Perbedaan liquid crystal dengan crystal dan liquid Perubahan orientasi molekul dari liquid crystal dapat terjadi karena adanya pengaruh medan listrik. Pada device ini, medan listrik terjadi sebagai akibat dari pemberian tegangan pada first electrode structure layer dan second electrode structure layer yang terdapat pada active optical element. Karena tegangan yang digunakan berubah-ubah terhadap waktu, maka tegangan yang mungkin digunakan untuk device tersebut adalah tegangan ac dengan besar frekuensi menyesuaikan dengan frame rate. Second electrode structure layer diberi tegangan V3 dan pada first electrode structure layer terdapat lapisan first electrode yang diberi tegangan V1 serta second electrode yang diberi tegangan V2. Dari second electrode structure layer ke first electrode terdapat beda tegangan antara V3 dan V1 yang menyebabkan medan listrik sehingga molekul-molekul liquid crystal berubah orientasi (terpolarisasi). Saat polarisasi sesuai dengan susunan elektroda, maka cahaya dapat diteruskan dan diterima oleh mata (bright state). Area di mana cahaya dapat diteruskan disebut transmission area. Sesuai klaim 4, tegangan pada first electrode tidak boleh sama dengan second electrode. Jika pada first electrode mengalami bright state, maka pada second electrode mengalami dark state. Dark state adalah kondisi di mana cahaya tidak dapat diteruskan sehingga membentuk barrier area.
Gambar 7. Penggambaran transmission area dan barrier area Pada polarizing element Polarizing element dapat terletak pada active optical element, maupun jauh dari active optical element (berupa kacamata 3D). Polarizing element berfungsi untuk meneruskan cahaya dengan sifat polarisasi tertentu ke mata. Sehingga dapat membentuk gambar 3D pada mata
cahaya keluar dari odd dan even pixel dengan sifat polarisasi yang sama display panel
elektroda diberi beda tegangan terdapat medan listrik active optical molekul liquid crystal berubah orientasi mengikuti medan magnet element terbentuk barrier area dan transmision area karena perubahan orientasi molekul liquid crystal cahaya dapat melewati transmision area dan terhalang barrier area cahaya yang yang berasal odd dan even pixel keluar dengan sifat polarisasi yang berbeda (dextrorotary dan levorotary)
polarizing element
mata
mata kanan dan mata kiri menangkap gambar yang berbeda (misal mata kanan menangkap odd dan mata kiri menangkap even) di otak, kedua gambar yang berbeda tersebut diolah dan menghasilkan gambar 3D
Gambar 8. Mekanisme singkat pembentukan gambar 3D Mekanisme di atas terjadi pada selang waktu t1. Pada selang waktu t2, tegangan yang diberikan pada elektroda diubah, sehingga orientasi molekul liquid crystal juga berubah. Akibatnya, transmission area dan barrier area juga berubah, seolah bergeser. Pergeseran transmission area tersebut menyebabkan gambar yang diterima mata kanan dan mata kiri berubah. Daerah yang semula dapat dilewati cahaya (bright state) berubah menjadi dark state. Perubahan tersebut mempengaruhi jenis cahaya yang masuk ke masing-masing mata. Masing-masing mata dapat menangkap kedua jenis pixel secara bergilir. Untuk menghindari diskontinuitas tersebut tertangkap oleh mata, kecepatan perubahan voltage dipersingkat yang berarti frame rate diperbesar. Kemampuan manusia (persistence of vision sekitar 1/60 sec, jadi frame rate yang diizinkan untuk menciptakan kualitas gambar yang baik adalah 100 Hz ke atas.
Berdasarkan konsep 3D yaitu sensasi jauh dekat yang merupakan hasil dari perpotongan pandangan mata kanan dan mata kiri, gambar 3D tidak dapat dilihat hanya dengan satu mata, walaupun teknologi yang digunakan autostereoscopic. Jarak pengamat dengan device tidak mempengaruhi pembentukan gambar 3D, karena walaupun jarak pengamat menjauh, titik potong berkas cahaya yang menjadi focus mata juga ikut menjauh, juga sebaliknya saat mendekat. Yang mempengaruhi pembentukan gambar 3D adalah sudut antara device dengan pengamat, karena adanya sudut tersebut memungkinkan terjadi crosstalk.
diperbesar ( 60 Hz). Untuk menghasilkan kualitas yang lebih baik, frame rate berkisar lebih dari 100 Hz. Menggunakan dual layer pada second electrode structure layer. Pada embodiment 120a, dual layer hanya terdapat pada first electrode structure layer. Sehingga device hanya dapat digunakan untuk display panel yang memiliki pixel array dengan stripe layout. Penggunaan dual layer pada second electrode structure layer seperti pada embodiment 126 b dengan orientasi elektroda yang membentuk sudut terhadap first electrode structure layer memungkinkan pemakaian untuk display panel yang memiliki pixel array dengan dot layout. Karena transmission area yang dihasilkan bukan lagi berupa daerah yang menyerupai benruk stripe, melainkan titik(dot).
Gambar 10. Dual layer pada second electrode structure layer Memperkecil dan memperbanyak pixel pada display panel Memperkecil pixel bertujuan untuk memperoleh gambar yang tajam. Sementara mempebanyak pixel berarti meningkatkan resolusi sehingga gambar yang ditampilkan dapat lebih luas. Namun perlu diingat bahwa mengubah ukuran pixel harus sesuai dengan ukuran elektroda dan gap, untuk menghindari kebocoran cahaya (light leakage) Mempersempit transmitter area dibanding barrier area Yang masih menjadi masalah pada three-dimensional display device yang menggunakan parallax barrier adalah terjadinya crosstalk sehingga terdapat batasan sudut yang biasanya berkisar 15. Pada teknologi lain seperti lenticular lens dan directional backlight kemungkinan terjadinya crosstalk lebih kecil. Pada embodiment 126c-126e, embodiment diatur sedemikian rupa sehingga barrier area lebih besar dibanding transmission area. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari crosstalk, yaitu penumpukan (perpotongan) cahaya yang disebabkan oleh jarak (transmission area) yang terlalu dekat. Pada embodiment-embodiment tersebut, digunakan dark state electrode (516), yaitu elektroda yang tidak dapat meneruskan cahaya. Elektroda tersebut diberi tegangan Vk, di mana hasil interaksi Vk dengan V3 (tegangan pada second electrode structure layer) selalu menghasilkan barrier area. Karena hanya
berfungsi membuat dark state saja, maka tegangan Vk tidak perlu diubah relatif terhadap V3. Sebaliknya tegangan V1 dan V2 pada first dan second electrode harus diubah-ubah untuk menciptakan dark state dan bright state secara bergantian (seperti pada embodiment 120a). Berikut variasi susunan elektroda pada embodiment 120c-120e,