Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Gastritis adalah radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi penyebab yang lain termasuk alkohol, aspirin, refluk empedu atau terapi radiasi. Gastritis terdiri dari dua tipe yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor penyebab gastritis akut dan gastritis kronis adalah pola makan yang tidak teratur, konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok, stres fisik, stres psikologis, kelainan autoimun, chrone disease, penyakit bile reflux, infeksi bakteri, dan penyakit lain seperti HIV/AIDS, infeksi parasit dan gagal hati atau ginjal (Smaltzer dan Bare, 2002).

Akhir-akhir ini peningkatan penyakit gastritis meningkat sangat pesat. Kejadian penyakit gastritis terjadi karena pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan tubuh. Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap delapan Negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil presentase angka kejadian gastritis di dunia. Dimulai dari Negara yang kejadian gastritisnya paling tinggi yaitu Amerika dengan presentase mencapai 47% kemudian di ikuti oleh India dengan presentase mencapai 43%, lalu dibeberapa negara lainnya seperti Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5% dan Indonesia 40,85. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita.

Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu

di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5 %, Palembang 35,35, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2 %. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat. Tahun 2009 penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia dan menyerang lebih banyak perempuan dari pada laki-laki dengan jumlah kasus 30.154 orang (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008 menurut urutan besar penyakit di puskesmas, gastritis menempati urutan ke-9 dengan jumlah penderita sebesar 14.702 orang. Kejadian penyakit gastritis di puskesmas pada tahun 2009 menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita sebanyak 22.785 orang. Penyakit gastritis ini meningkat dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2010 kejadian gastritis di puskesmas menempati urutan ke-9 dengan jumlah penderita sebanyak 14.702 orang, sedangkan berdasarkan rekapitulasi data kesakitan tahun 2011 Dinas Kesehatan Kota Semarang penderita gastritis sebanyak 11.925 orang (Profil Kesehatan Semarang, 2011).

Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan terus menerus mengalami kekambuhan dan memberikan efek negatif pada kondisi kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006) menyatakan bahwa hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala gastritis adalah stress dan kebiasaan mengonsumsi makanan yang bisa meningkatkan HCL dan lambung. Penyakit gastritis sering terjadi pada remaja, orang-orang yang stres, karena stres dapat meningkatkan produksi asam lambung, pengkonsumsi alkohol dan obatobatan anti inflamasi non steroid. Gejala yang timbul pada penyakit gastritis adalah rasa tidak enak pada perut, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis (Maulidiyah, 2006).

Faktor utama penyebab terjadinya penyakit gastritis dan kekambuhan penyakit gastritis adalah stress. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2006) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang paling dominan menyebabkan kekambuhan gastritis adalah stress psikologis (Maulidiyah, 2006). Penelitian Rahmawati (2010) juga mendukung

pernyataan tersebut dengan mengemukakan bahwa gastritis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di masyarakat. Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun dapat menyebabkan kekambuhan gastritis hingga kematian. Beberapa faktor predisposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik responden, stress psikologis, perilaku konsumsi dan pola makan (Rahmawati, 2010).

Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi makan dan minum yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Depdiknas mendefinisikan pola makan sebagai suatu usaha atau cara seseorang untuk makan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan menurut WHO pola makan yaitu suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk makan guna memenuhi kebutuhan biologis dan fisiologis tubuh. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Menurut hasil penelitian Putri tahun 2011 di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC). menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis pasien di UMC.

Selain stres dan kebiasaan makan dan minum, obat-obatan dapat menjadi faktor risiko terjadinya kerusakan pada saluran pencernaan dan mempengaruhi pemenuhan nutrisi akibat efeknya terhadap proses pencernaan makanan, pola makan dan penyerapan makanan. Efek obat obatan sering terjadi pada usia lanjut akibat peningkatan pemakaian jenis obatan obatan yang dapat memiliki

efek samping yang saling berlawanan (Miller, 2004). Selain stress dan pola makan, pemakaian OAINS juga dapat menyebabkan kekambuhan gastritis Muttaqin (2011), Hal ini juga didukung oleh penelitian Yanti (2008) tentang pengaruh kebiasaan merokok, konsumsi nonsteroid anti inflammatory drugs (NSAID) dan kopi terhadap kejadian gastritis di Puskesmas Mulyorejo Surabaya yang menyatakan bahwa jenis rokok (p=0,013) dan jumlah konsumsi NSAID (p=0,042) mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian gastritis.

Survey pendahuluan yang dilakukan di 4 Puskesmas di Semarang, Puskesmas Kedungmundu merupakan salah satu Puskesmas di Kota Semarang dengan kasus gastritis tertinggi. Berdasarkan data kunjungan pasien di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu pada tahun 2011 terdapat sebanyak 3063 pasien. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Kedungmundu Semarang pada tahun 2011, dengan usia tersering 20-44 tahun. Jumlah kunjungan dengan keluhan gastritis perbulannya rata-rat 350 pasien. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan gastritis pada pasien di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

B. Rumusan Masalah Penyakit gastritis yang dikenal dengan penyakit maag merupakan penyakit saluran pencernaaan bagian atas yang banyak dikeluhkan dimasyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian gastroenterology, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala gastritis adalah stress dan kebiasaan makanan yang bisa meningkatkan HCL (Asam Clorida) dalam lambung. Berdasarkan uraian di atas menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kedungmundu Semarang dengan judul : Faktor -

Faktor yang berhubungan dengan Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

C. Tujuan Penelitan 1. Tujuan umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan stres pasien gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. b. Mendeskripsikan frekuensi konsumsi makanan dan minuman yang mengiritasi lambung pasien gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. c. Mendeskripsikan pemakaian obat yang mengiritasi lambung pasien gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. d. Mendeskripsikan gastritis pasien di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. e. Menganalisis hubungan stres dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. f. Menganalisis hubungan frekuensi konsumsi makanan dan minuman yang mengiritasi lambung dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang. g. Menganalisis hubungan pemakaian obat dengan kekambuhan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat dengan adanya penelitian ini dapat membuka pandangan masyarakat untuk jangan memandang remeh penyakit gastritis dan untuk mencegah kekambuhan serta menghindari komplikasi lebih

lanjut yang dapat mengancam jiwa, sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk menuju yang lebih baik. 2. Bagi Institusi Kesehatan Sebagai masukan untuk tenaga kesehatan agar mengembangkan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal penanganan kekambuhan gastritis. 3. Bagi Pendidikan Sebagai referensi bagi perpustakaan dan sebagai bahan acuan bagi penelitian berikutnya di masa yang akan datang khususnya tentang penyakit gastritis. 4. Bagi Ilmu Keperawatan Diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dalam pengembangan bidang ilmu

keperawatan khususnya bidang ilmu keperawatan medikal bedah.

E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan medikal bedah.

F. Keaslian Penelitian 1. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keasalian Penelitian


Judul, Tahun, Nama Hubungan antara stress dan kebiasaan makan dengan terjadiya kejadian gastritis, 2006, Maulidiyah. Variablel Variabel independent: stress dan kebiasaan makan, Variabel dependent: kejadian gastritis Metode Penelitian dan desain penelitian Metode penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Hasil Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan ntara pengetahuan (p=0,549), umur (p=628), jenis kelamin (p=1,000), status sosial ekonomi (p=0,424) dengan kekambuhan penyakit gastritis (p=0,549), sedangkan stress (p=0,000) dengan OR=48,278 dan kebiasan makan (p=0,000) dengan OR=30,375 didapatkan adanya hubungan dengan kekambuhan penyakit gastritis

Judul, Tahun, Nama Hubungan antara karakteristik responden, stress psikologis, perilaku makan dan minum dengan kekambuhan penyakit gastritis di Puskesmas Kecamatan lamongan, 2010, Nia Rahmawati.

Variablel Variabel independent: karakteristik responden, stress psikologis, perilaku makan dan minum Variabel dependent : kekambuhan penyakit gastritis

Metode Penelitian dan desain penelitian Metode penelitian menggunakan metode dekriftif korelasi dengan desain penelitian Cross sectional

Hasil Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara stres psikologis (p=0,0001, RP (Prevalensi Rasio) 2,19 untuk responden yang sangat rentan stres psikologis, dan RP 2,83 untuk responden yang rentan stres psikologis), sikap makan dan minum (p= 0,0001, RP 12,19 untuk sikap sangat mendukung, RP 10,29 untuk sikap mendukung), tindakan makan dan minum (p=0,007, RP 3,13 untuk tindakan buruk, dan RP 2,39 untuk tindakan cukup) dengan kekambuhan gastritis. Hasil analisis disapatkan p value = 0,009 yang berarti ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis pasian di UMC

Hubungan pola makan dengan timbulnya gastritis pada pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC)

Variabel independent: pola makan Variabel dependent : gastritis

Metode penelitian menggunakan metode Analitik observasional dengan desain penelitian case control

2. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah pada variabel, metode penelitian dan tempat penelitian. Variabel yang diteliti adalah variabel independent yaitu faktor-faktor kekambuhan (stres, frekuensi konsumsi bahan pangan yang mengiritasi lambung, dan pemakaian obatobatan yang mengiritasi lambung) dan variabel dependent yaitu kekambuhan gastritis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Anda mungkin juga menyukai