Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% -30% dari seluruh kematian. Salah satu yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang me nyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia. Pneumonia merupakan predator balita nomor satu di negara berkembang . (http://irma1985.wordpress.com, diperoleh tanggal 7 Maret 2012) Pneumonia adalah radang akut yang mengenai jaringan paru-paru atau alveoli, ditandai dengan batuk yang disertai kesukaran bernapas yang menunjukan gejala peningkatan frekuensi napas (napas cepat) dan atau menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau napas sesak (Depkes RI, 2004). Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan jumlah angka kematian mencapai 20% setiap tahunnya , tidak saja di negara berkembang seperti Indonesia, tapi juga di negara maju seperti A merika Serikat, Kanada dan negaranegara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata -rata 45.000 orang. (fridazoraya.student.umm.ac.id, diperoleh tanggal 9 April, 2012) Kejadian Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10%-20% pertahun. Program P2 ISPA menetapkan angka 10% balita sebagai target

penemuan penderita Pneumonia balita pertahun pada suatu wilayah kerja. Secara teoritis diperkirakan bahwa penderita Pn eumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Bila hal ini benar maka diperkirakan tan pa pemberian pengobatan akan didapat 25.000 kematian balita akibat Pne umonia (Depkes RI, 2004). Di Jawa Barat infeksi saluran nafas masih merupakan urutan pertama penyakit terbanyak pada balita. Jumlah anak balita penderita Pneumonia di Jawa Barat pada tahun 2009 mencapai 196.655 dari 1008 Puskesmas yang ada, sementara di Kabupaten Bandung Barat berjumlah 7476, dengan penderita terbesar ada di wilayah Kecamatan Padalara ng dan Lembang (Profil Dinas Kesehatan Bandung Barat, 2010). Melihat masih tingginya angka kejadian Pneumonia di RSUD Cibabat, peneliti melakukan tindak lanjut dalam memperoleh data yang menunjang, dan akhirnya peneliti memilih untuk mela kukan penelitian di ruang perawatan dan poli anak RSUD Cibabat. Menurut Depkes RI (2004), faktor -faktor yang mempengaruhi kejadian Pneumonia pada balita diantaranya adalah faktor lingkungan dan sosial ekonomi, berlandaskan hal tersebut peneliti melakukan survey pendahuluan dan didapatkan data anak yang mengidap ISPA dan Pneumoni terdapat pada sepuluh peringkat terbesar

Sebagian keluarga memiliki anak yang dirawat dengan diagnosa ISPA dan pneumoni Memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah serta penghasilan penduduk pun mayoritas dari bertani, berkebun, berdagang dan pegawai pabrik dengan pendapatan rendah karena memiliki latar belakang pendidikan yang rendah pula, sehingga mengakibatkan keluarga tidak memberikan asupan makanan bergizi yang cukup sehingga balita cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang rendah. Selain itu di daerah perkampungan masih banyak orang tua yang menikahkan anaknya di usia yang relatif muda, sehingga banyak yang masih terlalu dini untuk menjadi orang tua dan memiliki balita. Notoatmodjo (2003) mengemukakan bahwa seseo rang yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang tinggi pula, dibandingkan dengan seseorang yang memiliki pendidikan yang rendah dan orang yang lebih dewasa mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu yang mungkin sudah dimiliki selama bertahun tahun. Jadi semakin bertambah umur maka pengetahuan semakin banyak dimiliki . Hal ini berkaitan dimana salah satu strategi penting dalam upaya penyelenggaraan ISPA termasuk Pneumonia di dalamnya adalah terlibatnya secara aktif anggota keluarga dalam upaya diri khusus terhadap ISPA pada balita. Hal ini mengindikasikan bahwa keterlibatan keluarga memegang peranan yang sangat spesifik karena keluargalah yang pertama kali

mengetahui anggota keluargany a menderita suatu penyakit. Sama halnya dengan ISPA, pengetahuan keluarga yang benar tentang Pneumonia dan lebih dalam lagi pengetahuan yang cukup untuk membedakan Pneumonia dan bukan Pneumonia akan sangat membantu. Oleh karena itu, untuk mengetahui pemaha man para keluarga perlu diketahui bagaimana pengetahuan dan sikap keluarga terhadap segala sesuatu yang ada kaitannya dengan penyakit Pneumonia ini. Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siska N. pada tahun 2011 tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Balita Tentang Pneumonia Di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung didapatkan hasil hampir setengahnya yaitu 47,73% responden pengetahuannya termasuk kategori baik, 38,64% responden termasuk kategori cukup, dan sebagian kecil yaitu 13,63% responden termas uk kategori kurang. Penelitian ini sudah cukup memberikan kontribusi untuk menjadi referensi bagi pihak yang berkepentingan seperti Puskesmas, namun masih perlu ada penelitian lain yang mendukung guna memberikan kontribusi yang lebih lagi. Sesuai dengan yang dikemukakan Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seseorang di antaranya adalah pengetahuan dan sikap. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang baik akan berlangsung lebih lama (long lasting) dan menetap (langgeng) dari pada perilaku yang dilakukan tanpa didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif. Sehingga dalam hal ini apabila suatu keluarga memiliki pengetahuan kurang dan sikap yang tidak mendukung pada pencegahan seperti kebiasaan merokok dalam rumah. Pneumonia maka akan memperbesar resiko terjangkitnya balita pada penyakit Pneumonia, sebaliknya apabila keluarga memiliki pengetahuan dan sikap yang mendukung pada

pencegahan Pneumonia, itu akan membuat balita tercegah dari penyakit Pneumonia. Berdasarkan fenomena diatas, terlihat masih banyaknya faktor penyebab Pneumonia di RW tersebut dan pentingnya pengetahuan serta sikap keluarga dalam pencegahan penyakit Pneumonia pada balita. Oleh karena hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dalam Pencegahan Pneumonia pada Balita di di ruang perawatan dan poli anak RSUD Cibabat

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diambil perumusan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga dalam Pencegahan Pneumonia pada Balita di di ruang perawatan dan poli anak RSUD Cibabat?.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap keluarga dalam pencegahan Pneumonia pada balita di Rukun Warga 05 Desa Cilame Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan keluarga dalam pencegahan

penyakit Pneumonia pada balita di ruang perawatan dan poli anak RSUD Cibabat b. Untuk mengidentifikasi sikap keluarga dalam pencegahan penyakit Pneumonia pada balita di di ruang perawatan dan poli anak RSUD Cibabat 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada keluarga sehingga keluarga dapat mengetahui pencegahan pada Pneumonia yang dengan hal itu angka kejadian Pneumonia pada balita dapat berkurang.

1.4.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan telaah pengembangan kajian dan wawasan keilmuan , dan sebagai referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Keperawatan Bandung , menjadi bahan informasi bagi profesi dalam mengembangkan profesi keperawatan, terutama dalam pemberian pendidikan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan dan sikap positif keluarga mengenai pencegahan penyakit Pneumonia pada balita.

Anda mungkin juga menyukai