Anda di halaman 1dari 4

BAB V PEMBAHASAN

Pada kesempatan kali ini, akan dibahas tentang keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dan hambatan yang ditemukan selama melakukan implementasi, serta cara penyelesaiannya. Pembahasan dilakukan berdasarkan prioritas masalah dan tindakan yang telah dilakukan. A. Diagnosa I Isolasi sosial: menarik diri Masalah isolasi sosial diangkat sesuai dengan data yang ditemukan pada Tn. N. Tanda dan gejala yang muncul adalah Klien mengatakan selama di rumah klien tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan rumah. Di RS, klien lebih senang sendiri. Klien mengatakan ia minder jika berteman di lingkungannya. Sedangkan data objekti yang diobser!asi adalah klien tampak tidak bergaul dengan orang lain, jarang terlihat bercakap"cakap dengan orang lain, kontak mata ada tetapi sebentar"sebentar, dalam interaksi klien sering meninggalkan pera#at tanpa alasan yang jelas, a ek tumpul, klien sering tidak berespons saat interaksi bahkan meninggalkan pera#at, bicara singkat, lambat dan pelan, klien tampak lesu, akti!itas sangat kurang. Setelah dilakukan tindakan kepera#atan, kemampuan yang diperoleh klien adalah terbinanya hubungan saling percaya, klien mau menyebutkan penyebab menarik diri pada klien meskipun hanya satu penyebab. Klien belum secara spontan mengungkapkan man aat berhubungan dengan orang lain ataupun akibat tidak berhubungan dengan orang lain. Klien mau terlibat dalam situasi sosial yang melibatkan pera#at termasuk T$K, meskipun klien belum secara akti terlibat

didalamnya. Kemampuan interpersonal lain yang berhasil dicapai klien adalah klien mulai mau meminta sesuatu kepada pera#at dengan menyebutkan nama pera#at dan mengucapkan kalimat permintaan lengkap. %ambatan yang ditemukan dalam pemberian asuhan kepera#atan pada klien Tn.N adalah kurangnya dukungan keluarga, sehingga !alidasi data dan optimalisasi pemberian asuhan kepera#atan yang melibatkan sistem pendukung dalam keluarga dirasakan sangat kurang. Keberhasilan tindakan perlu sistem pendukung yang adekuat, maka diperlukan kerjasama dengan keluarga pada a#al klien masuk, dan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pentingnya sistem pendukung keluarga bagi klien. &eratnya kondisi isolasi sosial' menarik diri klien membuat kelompok perlu memodi ikasi pencapaian tujuan khusus antara lain T(K satu, tidak meminta sampai klien dapat mengungkapkan perasaannya, menurunkan target pencapaian sampai klien mau duduk dan bicara dengan pera#at dengan singkat. Pencapaian T(K lain juga dicapai dengan menurunkan kriteria pencapaian, T(K) klien hanya mampu menyebutkan satu penyebab menarik diri, T(K * klien belum spontan, perlu panduan dalam mengungkapkan man aat berhubungan dengan orang lain dan T(K + sampai klien mau terlibat dalam T$K meskipun tidak terlibat di dalamnya. &anyaknya rein orcement yang realistis, akan membantu klien menemukan harga dirinya untuk dapat berhubungan dengan orang lain secara bermakna.

B. Diagnosa II HDR Dalam melakukan tindakan kepera#atan pada klien Tn.N dengan masalah yaitu harga diri rendah, mahasis#a telah berusaha melakukan tindakan sesuai dengan

tujuan khusus yang telah ditetapkan dalam rencana asuhan kepera#atan. Pada e!aluasi hasil untuk diagnosa harga diri rendah, mahasis#a telah berhasil melakukan tindakan kepera#atan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya. Kelompok melakukan tindakan kepera#atan sesuai dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengidenti ikasi kemampuan dan aspek positi yang dimiliki serta klien dapat memberikan penilaian terhadap kemampuan yang dapat digunakan. Pada saat kelompok melakukan tindakan sesuai dengan tujuan khusus, kelompok melakukan diskusi dengan klien dan memberikan rein orcement positi pada klien. Kelompok juga mengalami sedikit hambatan dalam menggali aspek positi dalam diri klien, karena Menurut Stuart dan ,araia, -)../0 indi!idu yang mengalami harga diri rendah cenderung untuk menilai dirinya negati!e dan merasa lebih rendah dari orang lain, begitu pula dengan klien Tn.N setiap kali ditanya, klien lebih sering menja#ab dengan kata 1sama saja1. Perasaan klien juga cepat berubah jika ada pembicaraan yang menjadi pengalaman traumatik bagi klien. Klien mengatakan malu karena hanya tamatan SD dan tidak memiliki keterampilan khusus. Solusi yang dilakukan oleh kelompok untuk meningkatkan harga diri klien dengan cara memoti!asi dan mendiskusikan aspek positi yang dimilikinya. Pera#at juga

mengorientasikan kembali tujuan interaksi, yaitu demi kepentingan klien bukan untuk memenuhi kebutuhan kelompok. Kelompok kemudian melakukan tindakan kepera#atan yang sesuai dengan tujuan khusus yaitu klien dapat mengidenti i askep positi yang dimiliki oleh klien. (ntuk tercapai tujuan itu, kelompok membantu klien mengidenti ikasi hal positi dan merencanakan bersama dengan klien akti itas yang dapat klien lakukan setiap hari

dengan kemampuan klien yaitu dengan menuliskan rencana kegiatan harian klien diatas kertas. Meskipun menemukan beberapa hambatan selama praktek diruangan merak kelompok telah melakukan tindakan kepera#atan dari sp satu ampai dengan sp dua. Dalam pelaksanaan tindakan kepera#atan, telah mendapatkan hasil yang baik, hal ini ditunjukkan dengan klien bisa merubah pandangan negati!e terhadap dirinya, dan klien mau menggunakan kemampuan yang dimiliki.

C. Diagnosa III : Resiko Gsp hal sinasi Dalam melakukan tindakan kepera#tan pada klien Tn.N dengan masalah utama harga diri reendah, mahasis#a telah melakukan tindakan sesuai dengan tujuan kusus yang telah ditetapkan dalam rencana asuhan kepera#atan. Pada saat a#al membina hubungan saling percaya, kelompok mengalami hambatan yaitu dengan sering ditinggal pergi oleh klien saat diajak berbicara. Ketika berinteraksi dengan kelompok, klien bersikap kooperati , hal yang ditunjukkan dengan klien mau menja#ab salam dan mau berjabat tangan serta mau mengungkapkan perasaan dan masalahnya kepada kelompok. Pada e!aluasi hasil untuk diagnosa resiko gangguan sensori persepsi' halusinasi pendengaran mahasis#a telah melakukan tindakan kepera#atan sampai kepada tujuan khusus yaitu klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara minum obat secaa teratur.

Anda mungkin juga menyukai