Anda di halaman 1dari 28

Makalah Bahasa Indonesia

Oleh

Kelompok IV Kelas C Farmasi SI


Siti Aliana Oktaviani C. Rumape Hairuddin 821413104 821413092 821413093

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahsa Indonesia yang berkaitan dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan mahasiswa tentang pengetahuan Bahasa Indonesia secara meluas. Harapan kami, makalah ini dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca. Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang membangun agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Dan semoga adanya makalah ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin Wassalamualaikum Wr.Wb.

Gorontalo Maret 2014

Kelompok VI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .. i DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ................................................................................................. 2 2.2 Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia ............................................................... 2 2.3 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan ............................................. 3 BAB III PENUTUP Kesimpulan ..................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam

etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan ramburambu ketata bahasaan Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam

ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di pahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD? Bagaimana sejarah perkembangan EYD? Bagaimana ruang lingkup EYD?

1.3 TUJUAN 1. 2. 3. Untuk mengetahui pengertian EYD Untuk Mengetahui sejarah EYD. Untuk mengetahui Ruang lingkup EYD.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan. 2.2 SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA Berdasarkan sejarahnya Bahasa Indonesia telah mengalami tiga kali peerubahan pemakaian ejaan, Berikut ini deskripsi secara garis besar perkembangan ejaan bahasa Indonesia. 1. Ejaan Van Ophuysen Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini sebagai hasil kerja sama Prof. Ch. Van Ophuijsen dengan bantuan Engku Namawi dan Moh. Thaib Sultan Ibrahim, hasil rumusan mereka dihimpun dalam buku Kitab Logat Melajoe. 2. Ejaan Soewandi Ejaan Soewandi atau ejaan Republik, yaitu ejaan yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Soewandi sehingga ejaan yang sebenarnya bernama Ejaan Republik yang lebih dikenal dengan nama Ejaan Soewandi

3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yaitu ejaan yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1972. Proses penyusunan EYD terutama dilakukan oleh tim dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil kerja tersebut dibukukan dalam buku Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA Ejaan Ophuysen (1901) Tjoekoep Choesoes Djoeal Ejaan Soewandi (19 Maret1947) Tjukup Chusus Djual EYD (17 Agustus 1972) Cukup Khusus Jual

2.3

RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan melipuri lima aspek , yaitu (1) pemakaian huruf, (2) pemakaian huruf kapital dan miring , (3) penulisan kata (4) penulisan unsur serapan , (5) pemakaian tanda baca

1. Pemakaian Huruf Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah. a. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas hurufhuruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya. Huruf Aa Bb Cc Nama a be ce Huruf Jj Kk Ll Nama je ka el Huruf Ss Tt Uu Nama es te u

Dd Ee Ff Gg Hh Ii

de e ef ge ha i

Mm Nn Oo Pp Qq Rr

em en o pe ki er

Vv Ww Xx Yy Zz

ve we eks ye zet

b. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Contoh pemakaian dalam kata Huruf Vokal Di awal A e i o u api enak itu oleh ulang Di tengah padi petak simpan kota bumi Di akhir lusa sore murni radio ibu

c. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Contoh pemakaian dalam kata Huruf konsonan Di awal B c d f g h bahasa cakap dua fakir guna hari Di tengah sebut kaca ada kafan tiga saham Di akhir adab abad maaf balig tuah

j k l m n p q r s t v w x y z

jalan kami lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xenon yakin zeni

manja paksa alas kami anak apa Furqan bara asli mata lava hawa payung lazim

mikraj politik kesal diam daun siap putar lemas rapat juz

d. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh pemakaian dalam kata Huruf Diftong Di awal Ai au oi ain aula Di tengah syaitan saudara boikot Di akhir pandai harimau amboi

e. Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dansy. Masing-masing

melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan huruf konsonan Kh ng ny sy Di awal khusus ngilu nyata syarat

Contoh pemakaian dalam kata Di tengah akhir bangun hanyut isyarat Di akhir tarikh senang arasy

f. Pemenggalan Kata 1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut : 1. Jika ditengah kata ada vocal yang berurutan, pemenggalan itu diantara kedua huruf vokal itu. Misalnya : Au-la bukan a-u-la Sau-da-ra bukan sa-u-da-ra Am-boi bukan am-bo-i 2. Jika ditengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemanggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : Ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nang, mu-ta-khir. 3. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara dua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya : Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, ap-ril, bang-sa, makh-luk. 4. Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertamadan huruf konsonan yang kedua. Misalnya : In-stru-men, pul-tra, in-tra, bang-krut, ben-trok, ikh-las. 2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalantermasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris. Misalnya : Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring Dua hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut : a. Penulisan Huruf Besar (Kapital) Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu : 1. Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya : Dia mengantuk. Kita harus bekerja keras. 2. Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya : Adik bertanya, Kapan kita pulang? Bapak menasehatkan, Berhati-hatilah, nak 3. Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya : Allah Yang Maha kuasa lagi Maha penyayang. Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah. 4. Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya : Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin 5. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya : Wakil Presiden B.J. Habibie Perdana Menteri Nelson Mandela 6. Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang.

Misalnya : Hairuddin Abdul Syahinsya Mampa 7. Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Misalnya : bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris 8. Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya : tahun Hijriyah bulan Agustus Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 9. Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya : Asia Tenggara Danau Toba hari Jumat hari Lebaran

10. Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung. Misalnya : Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat 11. Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan. Misalnya : Surat Saudara sudah saya terima. Mereka pergi ke rumah Pak Lurah. 12. Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya :

Surat Anda telah saya balas. Sudahkah Anda sholat? 13. Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. Misalnya : Dr. S.H. doktor sarjana hukum

14. Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. 15. Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. Misalnya : Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Hukum Perdata. b. Penulisan Huruf Miring Huruf miring digunakan untuk : 1. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya : Buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majalah Bahasa dan Kesusastra. Surat kabar Suara Karya. 2. Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata. Misalnya : Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.

3. Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing. Misalnya : Nama ilmiah buah manggis ialah Carsinia manggostana Politik devideet et impera pernah merajalela di Indonesia. 3. Penulisan Kata Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu : a. Kata Dasar Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Misalnya : Dia teman baik saya, Ibu percaya bahwa kau tau. b. Kata Turunan (Kata berimbuhan) 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : bergeletar, dikelola, penetapan, menengok. 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya : bertepuk tangan, menganak sungai, garis bawahi, sebar luaskan. 3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsure gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : menggaris bawahi, dilipat gandakan, menyebarluaskan, penghancurleburan. 4. Jika salah satu unsurgabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : mahasiswa, mancanegara, dasawarsa, biokimia. c. Bentuk Ulang Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenisjenis kata ulang yaitu : 1. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal, Misalnya : laki menjadi lelaki 2. Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya : rumah menjadi rumah-rumah 3. Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.Misalnya : sayur menjadi sayur-mayur

4. Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya : main menjadi bermain-main d. Gabungan Kata 1. Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah. Misalnya : mata pelajaran, orang tua, duta besar. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan. Misalnya : ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, orangtua-muda. 3. Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata ditulis serangkai. Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali. e. Kata Ganti (ku, mu, nya, kau) Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu, sepatunya, f. Kata Depan (di, ke, dari) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan kata yang

mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya : Jangan bermian di jalan, Saya pergi ke kampung halaman. Dewi baru pulang dari kampus. g. Kata Sandang (si dan sang) Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas. Anjing bermusuhan dengan sang kucing. Harimau itu marah sekali kepada sang kancil. h. Partikel Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :

1. Partikel lah, -kah,

dan tah ditulis

serangkai

dengan

kata

yang

mendahuluinya. Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik!, Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia, siapakah gerangan dia. 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu. Misalnya : Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. 3. Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester. i. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih. 1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat, diikuti dengan tanda titik. Misalnya : Muh. Yamin, S.Farm, Sdr.. 2) Singkatan nama ressmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nam dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Mislanya : DPR, PGRI, SMTP. 3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya : dll., dsb., dst.. 4) Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya : Cu, TNT, cm, kg. 2. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. 5) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya : ABRI, LAN, SIM. 6) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya : Akabri, Bappenas, Iwapi. 7) Akronim yang bukan nam diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya : pemilu, radar, rapim, rudal, tilang.

j. Angka dan Lambang Bilangan Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X. Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut : 1) Bilangan utuh. Misalnya : 15 = lima belas 2) Bilangan pecahan. Misalnya : = tiga perempat 3) Bilangan tingkat. Misalnya : Abad II = Abad ke-2 4) Kata bilagan yang mendapat akhiran an. Misalnya : tahun 50-an 5) lima puluhan

Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca. Misalnya : Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.

6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama. Misalnya : Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar) 55 siswa SMA 1 tidak lulus. (salah) 7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau pemaparan. Misalnya : Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.

4. Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baikdari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda,Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock , dan de l'homme parl'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih

mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam halitu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut. aa (Belanda) menjadi a Paal Baal Octaaf pal bal oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerodinamics q menjadi k aquarium frequency oo (Inggris) menjadi u cartoon proof pool uu menjadi u prematuur vacuum premature vakum kartun pruf pul akuarium frekuensi aerobe aerodinamika

i, pada awal suku kata di muka vocal, tetap i imbus ion iota ee (Belanda) menjadi e stratosfeer system 5. Pemakaian Tanda Baca 1. Tanda Titik (.) stratosfer sistem imbus ion iota

a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan seruan. Misalnya : Ayahku tinggal di Solo. b) Tanda titik dipakai dibelakang angka atau

atau

huruf dalam satu bagan,

ikhtisar, atau daftar. Misalnya : 1.1.1 Gambar Tangan c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya : Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam , menit dan detik yang menunjukkan jangka waktu.. Misalnya : 1.32.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik). e) Tanda titik dipakai diantara para penulis judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbitdalam daftar pustaka. Misalnya : Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden : Balai Pustaka. f. a. Tanda titik untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya

Misalnya : Desa itu berpenduduk 24.200 orang b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya : Ia lahir pada tahun 1999 di Bandung g. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepal karangan atau kepala ilustrasi, table dan sebagainya. Misalnya : Acar Kunjungan Yusuf Kalla h. Tanda titik tidak dipakai dibelakang alamat (1) alamat pengirim dan tanggal surat (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya : Jalan Diponegoro 82 Jakarta April 2007 1. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimatsetara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali. Misalnya: Saya akan membeli buku-buku puisi,tetapi kau yang memilihnya. Ini bukan buku saya,melainkan buku ayah saya Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota. 3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu. Misalnya: Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh ,dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati hati, ya 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian." 7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?"

8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat,(c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yangditulis berurutan. Misalnya: Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor. 10 Mei 1960Tokyo, Jepang 9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Gunawan, Ilham. 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa. 10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir. Misalnya: Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25 11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. 12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan senyang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5m, 27,3 kg, Rp 500,50 13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. 14. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih. 2. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

Misalnya: Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.. 2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan. Misalnya: Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini: (1) berkewarganegaraan Indonesia; (2) berijazah sarjana S1 sekurangkurangnya; (3) berbadan sehat; (4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia. 3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk. 3. Tanda Titik Dua ( : ) 1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan

yang memerlukan pemerian. Misalnya: Tempat : Ruang Sidang Nusantara

Pembawa Acara : Bambang S. Hari, tanggal Waktu : Selasa, 28 Oktober 2008 : 09.00-10.30

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : "Bawa kopor ini, Nak!" Amir : "Baik, Bu."

Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik baik!" 4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Surah Yasin: 9 5. Tanda Pisah () 1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. Misalnya: Kemerdekaan ituhak segala bangsaharus dipertahankan. b. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan

aposisi atauketerangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan inievolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atomtelah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Misalnya: Tahun 19282008 Tanggal 510 April 2008 JakartaBandung. i. Tanda Hubung (-) a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh

pergantian baris. Misalnya: Di samping cara lama diterapkan juga ca- ra baru

....Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga- ding yang tak retak. b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang

mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. c. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur

kata ulang. Misalnya:anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan d. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal

dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.Misalnya:8-4-2008 p-a-n-i-t-i-a

e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagianbagiankata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi dua-puluh ribuan (20 x 1.000) f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:a.se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b.ke- dengan angka,c.angka dengan-an d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f. gabungan kata yang merupakan kesatuan. Misalnya: se-Indonesia peringkat ke-2tahun 1950-anhari-Hsinar-XmemPHK-kanciptaan-Nya atas rahmat-Mu. g. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia

dengan unsur bahasa asing.Misalnya: di-smash di- mark-up 7. Tanda Tanya (?) h. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:Kapan dia berangkat? Saudara tahu, bukan? i. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan

kebenarannya. Misalnya:Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. 8. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupaseruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,

ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. Misalnya:Alangkah indahnya taman laut ini! 9. Tanda Elipsis (...) a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu ..., marilah kita laksanakan. Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan. b. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat ataunaskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:Sebab-sebab

kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. Pengetahuan dan pengalaman kita ... masih sangat terbatas.

10. Tanda Petik (" ") a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang

berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yangdipakai dalam kalimat. Misalnya: Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 5 buku itu. c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal ataukata yang mempunyai arti khusus.Misalnya:Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama"cutbrai". 11. Tanda Petik Tunggal (' ') a. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.Misalnya: Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi b. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan. Misalnya: terpandai 'paling' pandairetina 'dinding mata sebelah dalam'mengambil langkah seribu 'lari pontang panting''sombong, angkuh' c. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau

ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing Misalnya: feed-back 'balikan' 12. Tanda Kurung (( )) a. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi). b. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal diBali) ditulis pada tahun 1962.Keterangan itu menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.

c. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya didalam teks dapat dihilangkan.Misalnya:Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya. d. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja. 13. Tanda Kurung Siku ([ ]) a. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulisorang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itumemang terdapat di dalam naskah asli.Misalnya: Ia memberikan uang [kepada] anaknya. Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hariSelasa. b. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam BabII [lihat halaman 3538]) perlu dibentangkan di sini. 14. Tanda Garis Miring (/) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran. Misalnya: No. 7/PK/2008 15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (') Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Dia 'kan sudah kusurati. ('kan = bukan) Malam 'lah tiba. ('lah = telah) ('08 = 1988) 1 Januari '08

BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Pengertian EYD Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna 2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia Berdasarkan sejarahnya Bahasa Indonesia telah mengalami tiga kali peerubahan pemakaian ejaan, Berikut ini deskripsi secara garis besar perkembangan ejaan bahasa Indonesia. a. Ejaan Van Ophuysen Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1901. Ejaan ini sebagai hasil kerja sama Prof. Ch. Van Ophuijsen dengan bantuan Engku Namawi dan Moh. Thaib Sultan Ibrahim, hasil rumusan mereka dihimpun dalam buku Kitab Logat Melajoe. b. Ejaan Soewandi Ejaan Soewandi atau ejaan Republik, yaitu ejaan yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Soewandi sehingga ejaan yang sebenarnya bernama Ejaan Republik yang lebih dikenal dengan nama Ejaan Soewandi c. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yaitu ejaan yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden RI pada tanggal 17 Agustus 1972.

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA Ejaan Ophuysen (1901) Tjoekoep Choesoes Djoeal Ejaan Soewandi (19 Maret1947) Tjukup Chusus Djual EYD (17 Agustus 1972) Cukup Khusus Jual

3. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) 1. Pemakaian Kata 2. Penulisan Huruf 3. Penulisan Kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Penulisan Tanda Baca

DAFTAR PUSTAKA Ntelu, A., dkk, 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Gorontalo : Ideas Publishing

Anda mungkin juga menyukai