Anda di halaman 1dari 24

BAB 1 LEMBAR KASUS

1.1 Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Pekerjaan Agama Status Perkawinan : Ny. S : Perempuan : 62 Tahun : Weru Lor : Ibu Rumah Tangga : Islam : Menikah

1.2 Anamnesa Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan penurunan kesadaran + 10 jam SMRS, pasien mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba. sebelumnya menurut pengakuan keluarga pasien, pasien mengeluh adanya nyeri kepala yang dirasakan berdenyut dan terasa pada kedua belah sisi.Hal ini sudah sering dirasakan oleh pasien + sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri kepala dirasakan hilang timbul, dengan frekuensi 10X/hari. Ketika nyeri kepala datang pasien mengkonsumsi obat warung untuk meredakan nyeri kepala tersebut.

1 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien mengaku keluhan nyeri di kepala makin bertambah sering dan luas, Nyeri dirasakan dominan tidak menentu baik di kiri maupun di kanan. Pasien juga merasakan kemampuan pengelihatannya makin lama makin menurun baik pada mata kiri maupun mata kanan. Pasien sudah terdapat penurunan aktivitas dan harus ditemani oleh keluarga oleh karena pasien menglami penurunan pengelihatan. Tidak ditemukan gangguan bicara serta angota gerak pasien, dan tidak ditemukan adanya gangguan

memory pada pasien, hanya kadang kala pasien lupa akan nama keluarga jauh. Pasien terkadang merasa mual diikuti dengan muntah, tetapi hal ini jarang terjadi. Sebelumnya pasien pernah di rawat dengan gejala yang sama dan terdapat penurunan kesadaran. Tetapi pasien hanya membaik pada saat dirawat di rumah sakit dan setelah itu gejala nyeri kepala dirasakan terus-menerus dan semakin memberat.

6 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengatakan nyeri yang terus bertambah dan semakin kuat. Lalu pasien meminum obat-obatan warung tetapi keluhan nyeri kepala tidak bida dihilangkan sempurna. Keluhan pada bagian mata kanan dan kiri juga dirasakan oleh pasien yang lama kelamaan dirasakan memberat akhirnya pasien tidak dapat melihat. Kedua mata pasien juga terlihat lebih menonjol dibandingkan sebelumnya. Pasien mengaku mengalami penurunan pendengaran pada kedua telinga pasien. Tidak ditemukan adanya gangguan penghinduan dan gangguan bicara, Tetapi pasien mengaku kadang kala terasa sekujur tubuhnya lemas, Sehingga pasien lebih banyak beraktivitas di tempat tidur.Ingatan pasien juga mengalami penurunan pasien hanya mengenal orang terdekat saja. Keluhan mual dan muntah jarang dirasakan oleh pasien.

3 Minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan nyeri kepala yang terus bertambah dan semakin kuat. Keluhan nyeri tidak dapat hilang hanya dengan meminum obatobatan warung. Keluhan nyeri pada kedua mata juga dirasakan oleh pasien dan mata semakin menonjol kedepan, pada kedua mata pasien sering keluar air mata. Pasien masih bisa memejamkan kedua kelopak mata pasien. Proses pendengaran pada kedua telinga pasien juga terganggu oleh karena sering mendengar bunyi mengi. Kemampuan aktivitas pasien sudah sangat berkurang dan selalu di damping oleh keluarga dalam menjalankan semua aktivitas sehari-hari. Tidak ditemukan adanya gangguan penghinduan dan gangguan berbicara. Tetapi ingatan pasien makin lama semakin menurun, pasien hanya ingat dengan keluarga yang dekat saja dan pasien sering mengalami gangguan emosi dan mental.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada anamnesa, Pasien mengaku tidak pernah mengalami cidera pada daerah kepala pasien. Riwayat kejang disangkal oleh pasien. Penurunan berat badan yang drastis disangkal. Riwayat darah tinggi disangkal oleh pasien. Riwayat diabetes disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal oleh pasien. Riwayat darah tinggi di keluarga disangkal oleh pasien. Riwayat diabetes mellitus disangkal oleh pasien.

1.3 Pemeriksaan Fisik 1. Status generalis a. Keadaan umum b. Tanda vital Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu : Bentuk Simetris Nyeri tekan : normocephal : simetris : tidak ada d. Mata: Exoftalmus +/+, edema palpebra -/-, Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RL -/-, RTL -/e. Leher Sikap Gerakan Pulsasi a. carotis Limfanodi : : normal : bebas, Kaku kuduk (-) : teraba : tidak teraba membesar : tampak sakit berat : : 170/90 mmHg : 84 x/menit : 26 x/menit : 36.5oC

c. Kepala

f. Thorax g. Jantung

: normochest : iktus cordis teraba di pertengahan axillaris anterior kiri sela iga 5, bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

h. Paru i. Abdomen j. Hepar k. Lien l. Ekstremitas

: bunyi nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/: supel, datar, nyeri tekan -, BU+ : tidak teraba pembesaran hepar : tidak teraba pembesaran lien : akral hangat, capillary refill time kurang dari 2 detik, edema (-), sianosis (-).

2. Status neurologis a. Kesadaran b. GCS 9 c. Sikap tubuh d. Cara berjalan e. Gerakan abnormal : stupor : (E3M6Vx) : berbaring terlentang : sulit dinilai : tidak ada

Gejala rangsang meningeal: a. Kaku kuduk b. Laseque c. Kernig d. Brudzinsky I e. Brudzinsky II : -/: -/: -/: -/: -/-

Syaraf kranialis: a. Nervus I (N. olfactorius) Daya penghidu: normosmia/ normosmia

b. Nervus II (N. opticus) Ketajaman penglihatan Pengenalan warna Lapang pandang Funduskopi : menurun/ menurun : menurun/ menurun : menurun/menurun : sulit dilakukan
4

c. Nervus III (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens) Ptosis Strabismus Nistagmus Eksoftalmus Enoptalmus : -/: -/: -/: +/+ : -/-

Gerakan bola mata Sulit dinilai Pupil: Bentuk pupil Isokor/ anisokor Posisi Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung : bulat/ bulat : isokor : di tengah/ di tengah : -/: -/-

Refleks akomodasi/ konvergensi : sulit dinilai

d. Nervus IV (N. Trochlearis) Gerakan bola mata (bawah lateral) : sulit dinilai

e. Nervus V (N. trigeminus) Motorik Menggigit Membuka mulut : baik : simetris

Sensorik Rasa nyeri Rasa raba Rasa suhu : baik : baik : baik

Refleks Refleks masseter Refleks kornea : sulit dinilai : +/+

f. Nervus VI (N. Abdusen) Pergerakan bola mata (lateral) : sulit dinilai

g. Nervus VII (N. fasialis) Pasif Kerutan kulit dahi Kedipan mata Lipatan nasolabial Sudut mulut : simetris : simetris : simetris : simetris

Aktif Mengerutkan dahi Menutup mata Meringis Menggembungkan pipi Gerakan bersiul : simetris : simetris : simetris : sulit dinilai : sulit dinilai

Daya pengecapan lidah 2/3 depan: sulit dinilai Hiperlakrimasi Lidah kering : tidak ada : tidak ada

h. Nervus VIII (N. acusticus) Suara gesekan jari tangan Mendengarkan detik jam arloji Tes rinne Tes weber Tes swabach : Sulit dinilai : Sulit dinilai : Sulit dinilai : Sulit dinilai : Sulit dinilai

i. Nervus IX (N. glossopharyngeus) Arkus faring Posisi uvula Daya pengecap lidah 1/3 belakang Refleks muntah : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai

j. Nervus X (N. vagus) Sulit dinilai

k. Nervus XI (N. assesorius) Memalingkan kepala : baik Sikap bahu Mengangkat bahu : simetris : sulit dinilai

l. Nervus XII (N. hipoglosus) Menjulurkan lidah Atrofi lidah Artikulasi Tremor lidah : deviasi (-) : tidak ada : Sulit dinilai : tidak ada

Motorik: a. Gerakan : Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas b. Kekuatan : 5 5 5 Normotonus Normotonus 5

c. Tonus otot : Normotonus Normotonus d. Trofi : Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

Refleks fisiologis: a. Refleks tendon: Refleks biseps Refleks triseps Refleks patella Refleks archilles : +/+ : +/+ : +/+ : +/+

Refleks Patologis: a. Hoffman Trommer b. Babinski c. Chaddock d. Oppenheim e. Gordon f. Schaefer g. Gorda : -/: -/: -/: -/: -/: -/: -/-

Sensibilitas: a. Eksteroseptif: Nyeri : +/+ Suhu : +/+ Taktil : +/+

b. Propioseptif: Posisi Vibrasi Tekanan dalam : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai

Koordinasi dan keseimbangan: a. Tes Romberg b. Disdiadokinesis c. Rebound phenomen d. Tes telunjuk hidung e. Tes tumit lutut : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai : sulit dinilai

1.4 Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium Hematologi Rutin a. WBC : 10.5 (4 - 12 103 /L) b. LYM : 1,5 (1 - 5 103 /L) c. MON : 0.5 (0.1 - 1 103 /L) d. GRA : 8.5 (2 - 8 %) e. LYM%: 14,5(25 - 50 %) f. MON%: 4.7 (2-10 %) g. GRA% : 80.6 (50 - 80 %) : 4.66 (4 - 6.2 103 /L)

h. RBC

i. HGB : 12,6 (11 - 17 g/dl) j. HCT : 39,1 (35 - 55%) k. MCV : 83,2 (80 - 100 m3) l. MCH : 27,4 (26 - 34 pg) m. MCHC : 34,8 (31 - 35.5 g/dl) n. RDW : 13,0 (10 16 %) : 340 (150 400 103 /L)

o. PLT

p. MPV : 7,5 (7 11 m3) q. PCT : 0.255 (0.200 - 0.500 %) r. PDW : 14.8 (10 18 %)

Kimia Klinik a. Glukosa Glukosa sewaktu : 109 (80-110 mg/dl)

CT scan kepala, tanggal 21 Maret 2014 1. Susp massa meningioma di region frontalis yang meluas ke sinus etmoidalis dengan detruksi fossa anterior dan dinding medialis orbitae bilateral, disertai penyempitan ventrikel lateralis cornu anterior dan penyempitan ventrikel lateralis sinistra. 2. Edema cerebri paraventrikel lateralis bilateral, sup adanya nodular intracerebral metastasis.

1.5 Resume Ny. S 62 tahun diantar oleh keluarganya ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan penurunan kesadaran + 10 jam secara tiba-tiba SMRS,Sebelumnya pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala yang tidak tertahankan. 1 tahun SMRS nyeri kepala dirasakan memberat dan luas, keluhan nyeri juga pada kedua mata pasien, penurunan pengelihatan dirasakan oleh pasien, penurunan memory atau daya ingat juga diasakan, pasien mengaku pernah mual dan muntah beberapa kali, pasien mengaku pernah dirawat karena penurunan kesadaran. 6 bulan SMRS, Nyeri kepala memberat, pasien tidak dapat melihat serta kedua mata menonjol, penurunan pendengaran dan penurunan daya ingat. 3 minggu SMRS keluhan semakin bertambah berat, Nyeri kepala berat dan tidak spesifik pada kedua sisi, penurunan visus, penurunan fungsi pendengaran, penurunan daya ingat. Dari anamnesa pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit seperti ini dalam keluarga, tidak ada riwayat hipertensi, diabetrs maupun penyakit jantung dan ginjal.

Kesadaran GCS 9 Tanda vital Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu

: stupor : (E3M6Vx) : : 170/90 mmHg : 84 x/menit : 26 x/menit : 36.5oC : (-)

Tanda rangsang meningeal

10

Nervus Kranialis 1. Nervus II (N. opticus)

Ketajaman penglihatan Pengenalan warna Lapang pandang

: menurun/ menurun : menurun/ menurun : menurun/menurun

2. Nervus III (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens) Eksoftalmus Pupil: Motorik : : Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas b. Kekuatan : 5 5 Hasil Lab : a. GRA b. LYM% c. GRA% CT scan kepala 1. Susp massa meningioma di region frontalis yang meluas ke sinus etmoidalis dengan detruksi fossa anterior dan dinding medialis orbitae bilateral, disertai penyempitan ventrikel lateralis cornu anterior dan penyempitan ventrikel lateralis sinistra. 2. Edema cerebri paraventrikel lateralis bilateral, sup adanya nodular intracerebral metastasis. : 8.5 (2 - 8 %) : 14,5(25 - 50 %) : 80.6 (50 - 80 %) 5 5 Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung : -/: -/: +/+

a. Gerakan

11

1.6 Diagnosis Diagnosis Klinis Chepalgia Exophtalmus Hipertensi grade 2 : Masa pada lobus frontal dan temporo oksipital : Space Occupying Lession (SOL) :

Diagnosis Topis Diagnosis Etiologi

1.7 Diagnosis Banding Astrositoma Meningioma Meduloblastoma

1.8 Penatalaksanaan 1. IVRL 20 tpm 2. Manitol 4 x 125 3. Ranitidin 2 x 25 4. Neurobat 1 x 1 5. Ketorolac 2 x 500 mg 6. Dexametason 3 x 8 7. Amlodipin 1 x 10 8. Captopril 3 x 50 9. Pro ICU 10. Konsul Bedah Saraf

1.9 Prognosis Quo ad vitam : ad malam

Quo ad functionam : ad malam Quo ad sanam : ad malam

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial. Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesilesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali halhal seperti diatas. Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atau herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI digunakan untuk menegakkan diagnosa.

13

2.2 Etiologi Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu: Herediter: Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest). Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Radiasi: Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Virus: Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. Substansi-substansi Karsinogenik: Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan. 2.3 Klasifikasi Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi : a. Jinak Acoustic neuroma a. Meningioma b. Pituitary adenomaAstrocytoma ( grade I )

14

b. MalignantAstrocytoma ( grade 2,3,4 ) a. Oligodendroglioma b. Apendymoma Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi : a. Tumor intradural Ekstramedular a. Cleurofibroma b. Meningioma intramedural c. Apendimoma d. Astrocytoma e. Oligodendroglioma f. Hemangioblastoma

b. Tumor ekstradural Merupakan metastase dari lesi primer.

2.4 Gejala Klinis a. Peningkatan tekanan intracraniala Nyeri kepala Nyeri bersifat dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang- kadang bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk dan mengejan. b. Nausea dan muntah Akibat rangsangan pada medual oblongata. c. Papil edema Statis vena menimbulkan pembengkakan papila saraf optikus.

15

Lokasi Lobus Frontalis

Manifestasi Klinis Kelemahan lengan dan tungkai kontralateral, afasia motorik Perubahan kepribadian, emosional, tingkah laku dan fungsi intelektual

Lobus Oksipitalis Lobus temporalis

Gangguan lapang pandang Afasia sensorik (jika terkena lobus temporalis dominan), gangguan lapang pandang (kuadrananopsia homonym atas)

Lobus Parietalis

Gangguan sensorik, gangguan lapang pandang, agnosia jari, akalkualia, agrafia, apraksia

Korpus Kalosum Hipotalamus Batang Otak

Sindrom diskoneksi Gangguan endokrin Penurunan kesadaran, cekukan, tremor, Kelainan gerakan bola mata dan abnormalitas pupil

Cerebellum

Ataksia berjalan, tumor intesional, Distrasia, nistagismus Tabel 1. Manifestasi gangguan otak

2.5 Patofisiologi Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal Hidrosefalus Gangguan fungsi hipofisis

Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit/ melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari faseawal terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas ke seluruh otak dan bisa timbul meningitis.

Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervus (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat disekitarnya mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (Gangguan Fokal Akibat Tumor Dan Peningkatan TIK).

16

Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari penyebab semua kematian kanker. Tumor-tumor otak biasanya manifestasi dari paru-paru, payudara, cairan gastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit (melanoma).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengan tingginya insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia (sel untuk membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan supratentorial (Terletak diatas penutup cerebellum) jelasnya neoplastik dalam palastik menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanya peningkatan TIK.

2.6 Diagnosis 1. CT Scan Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem vaskuler 2. MRI Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan CT Scan 3. Biopsi stereotaktik Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar pengobatan 4. Angiografi Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor 5. Elektroensefalografi ( EEG ) Mendeteksi gelombang otak abnormal. 2.7 Komplikasi a. Gangguan fungsi neurologis b. Gangguan kognitif c. Gangguan tidur dan mood d. Disfungsi seksual

17

2.8 Penatalaksanaan Dasar penatalaksanaan : Infus 2A yang isinya glukosa 5% dan natrium klorida 0,45% yang berguna untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori, dan mengembalikan keseimbangan elektrolit. Dexamethasone merukapan steroid untuk mengurangi edema di sekitar tumor. Dexamathasone 10 mg IV/ p.odilanjutkan dengan 4mg setiap 6 jam Ranitidine Suatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36 94 mg/ml. kadar tersebut bertahan selama 6 8 jam setelah pemberian dosis 50 mg IM/IV. Neurobion 5000 Drip berisi Vitamin B1 yang berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat. Vitamin B6 didalam tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme protein dan asam amino. Vitamin B12 berperan dalam sintesa asam nukeat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas jaringan saraf. Ikaneuron 1 beisi Vitamin B1 100 mg, Vitamin B6 200 mg, Vitamin B12 200 g. indikasinya untuk Polineuritis (degenerasi saraf-saraf tepi secara serentak dan simetris), neuralgia (nyeri pada saraf)

Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.Jika memungkinkan, maka tumor diangkat melalui pembedahan.Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis tumor serta pengobatan

18

lainnya. Beberapa tumor jinak harus diangkat melalui pembedahan karena mereka terus tumbuh di dalam rongga sempit dan bisa menyebabkan kerusakan yang lebih parah atau kematian. Meningioma, schwannoma dan ependimoma biasanya diangkat melalui pembedahan. Setelah pembedahan kadang dilakukan terapi penyinaran untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa. Tumor ganas diobati dengan pembedahan, terapi penyinaran dan kemoterapi. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Terapi penyinaran tidak dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga tumor dapat dikendalikan. Kemoterapi digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi. Jika terjadi peningkatan tekanan di dalam otak, diberikan suntikan mannitol dan kortikosteroid untuk mengurangi tekanan dan mencegah herniasi. Pengobatan kanker metastatik tergantung kepada sumber kankernya. Sering dilakukan terapi penyinaran. Jika penyebarannya hanya satu area, maka bisa dilakukan pembedahan. Terapi Steroid Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap tumor. Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan risiko efek samping yang tak diharapkan. Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlindungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan anestetik atau operatif. Tindakan Operatif Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya antara lain sebagai berikut: 1. Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan melipat. 2. Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
19

3. Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa pituitari. 4. Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odontoid dan klivus memberikan jalan mencapai aspek anterior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digunakan. Biasanya untuk tumor letak depan seperti neurofibroma, khordoma. 5. Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang sekitarnya untuk memperluas

bukaan, rutin digunakan untuk pendekatan pada fossa posterior. 6. Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi internal atau pengangkatan total tumor tergantung asal dan lokasi tumor. Tumor ganas primer yang infiltratif mencegah pengangkatan total dan sering operasi dilakukan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor. Prospek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti

meningioma atau kraniofaringioma; bila banyak tumor yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur dalam, bisa berakibat rekurensi.

Radioterapi Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial menggunakan salah satu dari cara berikut: 1. sinar-x megavoltase 2. sinar gama dari kobalt60 3. berkas elektron dari akselerator linear 4. partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti Sebagai alternatif, tumor ditindak neutron, nuklei dari helium, proton. dalam (brakhiterapi) dengan dengan metoda tua

dari

mengimplantasikan butir

radioaktif seperti ytrium90. Kontras

dengan 'terapi sinar-x dalam', tehnik modern memberikan penetrasi jaringan lebih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap permukaan kulit. Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan durasi pengobatan. Harus terdapat Umumnya, makin

keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal sekitar.

cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pengelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis, medulloblastoma dan germinoma, namun juga berperan penting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari, kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui jalur CSS seperti

20

medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat. Komplikasi Radioterapi :

Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi karena beberapa hal: selama tindakan: peningkatan edema, reversible setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu hingga dua tahun) Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah iradiasi tumor spinal. Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari proses destruktif adalah konversi oksigen ke ion hidroksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan tumor menambah radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel hipoksik seperti misonidazol, bertujuan

meningkatkan sensitivitas didalam regio ini. Manfaat zat ini masih dalam pengamatan. Khemoterapi Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan metotreksat. Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tak dapat

dihindarkan, dosis tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam praktek, kegagalan menimbulkan tanda depresi 'marrow' (antara lain leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak adekuat. Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada tumor jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien dengan tumor ganas, beberapa penelitian menunjukkan terapi tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi tumor, namun penelitian terkontrol acak

memperlihatkan hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna, BCNU mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma, terapi kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat rekurensi

21

Antibodi Monoklonal Tehnik produksi antibodi monoklonal memberi harapan yang lebih baik dalam mengelola tumor ganas, walau pengangkutan dan lokalisasinya masih merupakan masalah. Antibodi monoklonal berperan sebagai karier, radionuklida langsung kedaerah tumor. Komplikasi Penatalaksanaan 1. herniasi otak (sering fatal) 2. herniasi unkal 3. herniasi Foramen magnum 4. kerusakan neurologis permanen, progresif, dan amat besar 5. kehilangan kemampuan untuk berinteraksi atau berfungsi 6. efek samping medikasi, termasuk kemoterapi 7. efek samping penatalaksanan radiasi 8. rekurensi pertumbuhan tumor yang membawa obat sitotoksik, toksin atau

2.9 Prognosis Tergantung jenis tumor spesifik. Meskipun diobati, hanya sekitar 25% penderita kanker otak yang bertahan hidup setelah 2 tahun. Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma, dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan. Sekitar 50% penderita meduloblastoma yang diobati bertahan hidup lebih dari 5 tahun. Berdasarkan data di Negara-negara maju dengan diagnosis dini dan juga penangan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%. Beberapa hal yang merupakan prognosis buruk tumor otak metastase adalah usia lanjut, gejala-gejala muncul kurang dari 1 minggu, dan adanya penurunan kesadaran. Pengobatan untuk kanker otak lebih efektif dilakukan pada:

22

Penderita yang berusia dibawah 45 tahun Penderita astrositoma anaplastik Penderita yang sebagian atau hampir seluruh tumornya telah diangkat melalui pembedahan.

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006. 2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Adams and Victors Principles of Neurology. 8th edition. USA: Mc Graw Hill, 2005. 546-91. 3. Kleinberg LR.Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York: Demos Medical. 4. Syaiful. Tumor Otak. http://syaiful.blogdetik.com/2008/07/19/ Diakses tanggal 26 Maret 2014 5. Wilkinson I, Lennox G. Brain tumor in Essential neurology. 4th edition. USA: Blackwell Publishing, 2005. 40-54. 6. Ilmubedah.info. Tumor Otak. http://ilmubedah.info/tumor-otak-20110208.html Diakses tanggal 26 Maret 2014 7. Cancerhelps.com. Tumor otak. http://www.cancerhelps.com/tumor-otak.html tanggal 26 Maret 2014 8. Haddad S. Meningioma. www.emedicine.medscape.com Diakses tanggal 26 Maret 2014 9. Maradona FY. Meningioma. www.usulib.org Diakses tanggal 26 Maret 2014 10. Zachariah SB. Sphenoid wing meningioma. www.emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 26 Maret 2014 Diakses

24

Anda mungkin juga menyukai