Anda di halaman 1dari 24

Diplomasi

TABLOID

No. 21, Tgl. 15- Juli - 14 Agustus No. 39 Tahun IV,Tahun Tgl. 15II, Januari 14 Februari 2011 2009

Media Komunikasi dan Interaksi


www.tabloiddiplomasi.org

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

Presiden RI :

Menlu RI :

Kontribusi Islam Kesenjangan Pembangunan Politik Dan Demokrasi Dapat Diatasi dengan Pemahaman Dalam Membangun Demokrasi yang Baik Indonesia
Menyelesaikan Persoalan TKI di Malaysia Dengan Kepala Dingin
Kebudayaan, Fondasi Untuk Memperkuat Hubungan RI - Suriname

Mengenang Seratus Tahun Mohammad Roem

Dai Bachtiar :

Nia Zulkarnaen :

Film Bertema Bulutangkis Pertama di Dunia


Email: diplomasi_ri@yahoo.com Email: diplomasi_ri@yahoo.com

KING

ISSN 1978-9173
www.tabloiddiplomasi.org
9

Mempertajam Diplomasi Ekonomi untuk Memberi Kontribusi Nyata 771978 917386 771978 917386 Bagi Pembangunan Nasional

Email: diplomasi_ri@yahoo.com

ISSN 1978-9173 Refleksi Diplomasi 2010 & Proyeksi 2011

Departemen Luar Negeri Republik Indonesia

Diplomasi
TABLOID

Media Komunikasi dan Interaksi

Daftar Isi
>4 >9 > 10 > 12 > 13 > 14 > 15 > 16
FOKUS

Perhelatan Bali Democracy Forum III Bali Democracy Forum Forum Dunia yang Membahas Demokrasi

> 18 > 19 > 22 > 24

Lensa Lensa

Data Kasus WNI di Luar Negeri

FOKUS

Memperbaiki Masalah TKI dengan Sistem Informasi Terkoneksi

BDF III Menggali Sistem Demokratis yang dapat Menciptakan Perdamaian dan Stabilitas Politik

RI Akan Membuka Hubungan Diplomatik dengan 21 Negara

Bilateral

LENSA

Indonesia Melangkah Menuju Demokrasi yang Damai dan Harmonis

Bilateral

Pembukaan Sebelas Perwakilan Indonesia

Upaya Perbaikan Mekanisme Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri

LENSA

LENSA
Dibutuhkan Kebijakan Yang Dapat Melindungi TKI

Meminimalisir Permasalahan TKI

LENSA

LENSA
Perlindungan TKI Cenderung Menggunakan Pendekatan Kuratif bukan Pendekatan Preventif

Optimalisasi Pelayanan dan Perlindungan WNI di Luar Negeri

LENSA

10

LENSA

11

FOKUS
\dailytelegraph.com

Indonesia Melangkah Menuju Demokrasi yang Damai dan Harmonis

Indonesia Memiliki Banyak Hal yang Bisa Ditawarkan kepada Dunia


Kevin Rudd
Menteri Luar Negeri Australia

Diplomasi

Teras Diplomasi
Kementerian Luar Negeri terus melakukan langkah dan upaya penanganan akar permasalahan yang terjadi di dalam negeri melalui pembentukan grand design sebagai suatu policy paper yang dapat digunakan sebagai guidance oleh seluruh stakeholder, termasuk Perwakilan RI. Kemlu RI juga melakukan koordinasi dan harmonisasi dengan Kementerian/ Lembaga terkait, parlemen, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media massa dan stakeholder terkait lainnya melalui forum kelompok kerja (Pokja) yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan sehingga seluruh unsur masyarakat well informed terhadap permasalahan yang ada serta upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh Kemlu maupun Perwakilan RI di luar negeri. Forum Pokja ini merupakan wadah bagi peran serta aktif seluruh unsur masyarakat sehingga pengananan terhadap permasalahan WNI di luar negeri tidak lagi dilakukan secara parsial namun secara komprehensif. Pembangunan dan pengembangan jejaring (networking) dengan counterpart masing-masing, bagi Kemlu RI merupakan sarana pendekatan second track yang pada akhirnya diharapkan mampu menghilangkan hambatan-hambatan birokrasi dalam penanganan permasalahan WNI/TKI di luar negeri. Di sisi lain, peningkatan public awareness campaign melalui welcoming program , adalah upaya Kemlu dan Perwakilan RI untuk memberikan perlindungan kepada WNI/TKI yang mengalami permasalahan dan dilakukan pada kesempatan pertama (immediate response) serta tidak melimpahkannya kepada pihak ketiga. Perwakilan RI secara langsung dan cepat merespon dan memberikan perlindungan dengan berbagai pendekatan, baik hukum, kemanusiaan, maupun politis. Di era demokrasi dan reformasi saat ini, kebijakan politik luar negeri Indonesia tentunya harus ditopang oleh rasa kepemilikan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan guna memberikan jaminan atas efektifitas kebijakan politik luar negeri. Menyongsong tahun 2011, Kementerian Luar Negeri berkomitmen untuk meningkatkan upaya menjangkau seluruh elemen masyarakat melalui berbagai program diplomasi publik dan diseminasi informasi guna membangun dan memperkuat konstituen politik luar negeri, khususnya di kalangan pemuda sebagai generasi masa depan Indonesia berupaya untuk melaksanaan politik luar negeri di tahun 2011 ini dengan komitmen, niat dan kesungguhan yang kuat. Bukan hanya untuk melanjutkan dan meningkatkan hasil yang telah dicapai pada tahun lalu, namun juga mengidentifikasi peluang-peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru serta menjalankan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam lingkungan regional dan global yang semakin kompleks.[]

Pemimpin Umum / Pemimpin Redaksi KHArIrI MAmuN Redaktur Pelaksana CAHYONO Staf Redaksi SAIFuL AmIN ArIF HIDAYAT TAuFIk REsAmAILI DIAN HArJA IrANA Tata Letak dan Artistik TsABIT LATIEF Distribusi MArDHIANA S.D. Kontributor M. DIHAr Alamat Redaksi JL. KALIBATA TImur I NO. 19 PANcOrAN, JAkArTA SELATAN 12740 TELp. 021-68663162, FAX : 021-86860256, Surat Menyurat : Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email : diplomasi_ri@yahoo.com Diterbitkan oleh DIrEkTOrAT DIpLOmAsI PuBLIk KEmENTErIAN LuAr NEGErI R.I BEkErJAsAmA DENGAN PILAr INDO MEDITAmA Sumber Gambar Cover : presidensby.info

Di penghujung tahun 2010 Indonesia kembali menyelenggarakan pertemuan rutin tahunan Bali Democracy Forum. Tema penyelenggaraan BDF ke-3 tahun ini adalah Demokrasi dan Pengembangan Perdamaian serta Stabilitas, ini menunjukkan perkembangan peran Indonesia yang aktif di dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di dunia. Tahun demi tahun, penyelenggaraan BDF semakin terkonsolidasi sebagai bagian dari arsitektur di kawasan, khususnya di kawasan Asia. Hal ini terlihat dari segi jumlah maupun tingkatan pesertanya yang terus meningkat. Melalui penyelenggaraan BDF ini, demokrasi bukan saja dilihat sebagai suatu konsep di dalam negara, melainkan sebuah hubungan yang sifatnya didorong oleh semangat demokrasi antarnegara, sehingga tercipta saling menghormati, menjunjung tinggi proses demokrasi, menjunjung tinggi prinsip penyelesaian konflik secara damai, yang pada gilirannya juga bisa membawa dan mencegah terjadinya konflik di kawasan. Memasuki awal tahun 2011, Indonesia semakin memantapkan posisinya sebagai bagian penting yang memiliki peran kunci dalam berbagai persoalan global, sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN yang mengusung tema ASEAN Community in a Global Community of Nations. Dengan terbentuknya Komunitas ASEAN di tahun 2015, maka tanggung jawab ASEAN akan menjadi lebih besar lagi. ASEAN dituntut untuk memperkuat kontribusi kolektifnya dalam penanganan berbagai isu dan tantangan global. Indonesia bertekad memberikan kontribusi konkrit dan bermanfaat melalui pemikiran ASEAN beyond 2015 sebagai visi ASEAN setelah terbentuknya ASEAN Community di tahun 2015. Landasan ke depan ini akan diupayakan oleh Indonesia dengan tetap menjaga keberlangsungan proses menuju pembentukan Komunitas ASEAN di tahun 2015. Bagi Indonesia, Komunitas ASEAN merupakan inti dari pengembangan arsitektur kawasan, sebagai suatu tatanan regional yang mengedepankan dynamic equilibrium, yang secara strategis tercermin pada perkembangan East Asia Summit. Dalam hal ini Indonesia juga akan terus berupaya mewujudkan People-Oriented and People-Centered ASEAN, dimana segala hasil dan manfaat ASEAN yang diperoleh harus dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat ASEAN secara luas. Dalam hal penanganan permasalahan WNI/TKI , pelayanan dan perlindungan WNI/TKI di luar negeri,

Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:

diplomasi_ri@yahoo.com
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.

Diplomasi
TABLOID

Media Komunikasi dan Interaksi

Diplomasi

F O K U S

Refleksi Diplomasi 2010 & Proyeksi 2011 Mempertajam Diplomasi Ekonomi untuk Memberi Kontribusi Nyata bagi Pembangunan Nasional
DR. R.M Marty M. Natalegawa
Menlu RI MEmASUki awal tahun dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia, pertama-tamakami sampaikan apresiasi dan penghargaan yang mendalam atas seluruh kepedulian dan dukungan yang diberikan selama tahun 2010. Sebagaimana yang telah kami tekankan dalam pernyataan di awal tahun 2010 yang lalu, kebijakan politik luar negeri, terlebih dalam era demokrasi di Indonesia saat ini, harus ditopang oleh rasa kepemilikan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan. Untuk menjamin efektifitas kebijakan politik luar negeri, partisipasi dan kepemilikan seluruh pemangku kepentingan merupakan suatu keniscayaan. Pada tahun 2011, Kementerian Luar Negeri memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan upaya menjangkau seluruh elemen masyarakat, antara lain melalui program diplomasi publik dan diseminasi informasi. Untuk membangun dan memperkuat konstituen politik luar negeri, khususnya di kalangan pemuda sebagai generasi masa depan. Kita memulai pelaksanaan politik luar negeri di tahun baru ini dengan komitmen, niat dan kesungguhan yang kuat. Bukan hanya untuk melanjutkan dan meningkatkan hasil yang telah dicapai pada tahun lalu, namun juga mengidentifikasi peluang-peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. Untuk menjalankan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam lingkungan regional dan global yang semakin kompleks. Agar Indonesia tidak hanya dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi, melainkan juga dapat terus maju dan berkembang dalam konstelasi geopolitik yang baru dan kompleks;Untuk mempertahankan kepentingan nasional Indonesia; aktif mengupayakan solusi, menjembatani kesepahaman dan mendorong adanya konsensus. Pada awal tahun 2010, kita berkomitmen untuk secara aktif berupaya meningkatkan ke tataran yang lebih tinggi hubungan yang telah terjalin dengan negara-negara di seluruh penjuru dunia Asia Pasifik, Afrika, Eropa dan Amerika. Sepanjang tahun 2010, kita telah memfokuskan upaya merevitalisasi dan lebih mengoptimalkan mekanisme hubungan Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa menyampaikan Pernyataan Pers Tahunan dihadapan Insan Media, bilateral dengan Korps Diplomatik dan Kosnstituen Kemlu di Ruang Nusantara Kemlu (07/01). berbagai negara; untuk meninjau seluruh aspek hubungan bilateral secara keamanan dan kemakmuran krisis keuangan global, pangan dan komprehensif dan mengidentifikasi Indonesia. Dan juga untuk energi, serta masalah kesehatan peluang-peluang baru. berkontribusi dalam menciptakan dan bencana alam adalah contoh Mekanisme score card perdamaian dan stabilitas nyata yang terus menerus menjadi hubungan bilateral dilakukan untuk internasional. tantangan bagi seluruh negara, memastikan adanya perkembangan Sesungguhnya, perkembangan baik Negara maju maupun dan kemajuan dalam hubungan yang terjadi pada tahun 2010 berkembang. Kejahatan lintas bilateral antara Indonesia dengan menguatkan beberapa kenyataan batas yang terorganisir seperti berbagai negara. yang telah kita antisipasi secara terorisme, penyelundupan manusia, Dengan Malaysia misalnya, bersama, yaitu bahwa Tantangan dan korupsi akan terus menjadi mekanisme Komisi Bilateral abad ke-21 tidak dapat diselesaikan ancaman. tingkat Menteri Luar Negeri telah oleh satu Negara secara sendiri, Mengingat seluruh tantangan dihidupkan kembali setelah melainkan menuntut adanya tersebut membutuhkan pertemuan terakhir pada tahun kerjasama dan kemitraan di antara kerjasama antar negara untuk 2004. Pada perkembangannya, Negara- yang terkadang telah mengatasinyanya, maka dalam 6 bulan terakhir telah mengaburkan perbedaan antara kesemuanya itu memiliki dimensi dilakukan setidaknya 4 kali apa yang disebut sebagai isu kebijakan politik luar negeri. pertemuan tingkat Menteri Luar nasional, regional ataupun global; Oleh karenanya, diplomasi dapat Negeri antara kedua negara. Selain Tantangan yang saling terkait memberikan kontribusi. Mengatasi itu, terdapat konsultasi tahunan antara satu dengan yang lain, tantangan dan bahkan menciptakan pada tingkat Kepala Negara/ dimana solusi terhadap sesuatu peluang. Hal ini sesungguhnya Pemerintahan untuk mengkaji isu memiliki dampak bagi yang berlaku pada pelaksanaan politik perkembangan hubungan bilateral lainnya, sehingga menuntut adanya luar negeri Indonesia sepanjang kedua negara. upaya penyelesaian masalah secara tahun 2010. Dengan Singapura, Indonesia komprehensif. Dalam menghadapi berbagai telah menetapkan adanya Tahun 2010, tentunya, tetap isu internasional tersebut, politik mekanisme pertemuan reguler meninggalkan beban berat luar negeri Indonesia, tidak dapat pada tingkat Menteri Luar Negeri, berupa berbagai tantangan dan tidak akan pernah tertinggal. baik secara formal maupun yang bersifat lintas batas yang Dengan pendekatan yang prinsipil, informal, setiap enam bulan sekali. dihadapi masyarakat internasional. visioner, namun pragmatis, Pada tingkat Kepala Negara/ Pembangunan, perubahan iklim, polugri akan senantiasa secara
dok. diplomasi

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
F
Pemerintahan, Kedua Kepala Pemerintahan bertemu dalam format leaders retreat setiap tahun. Pada tahun 2010, Komisi Bersama tingkat Menteri juga telah dihidupkan kembali dengan Thailand, Papua Nugini, Timor Leste, dan Selandia Baru, dimana Komisi Bersama dengan masing-masing negara tersebut terakhir dilakukan pada tahun 2007, 2003, 2005 dan 2008. Dengan Australia, pada tahun 2010 i disepakati pula pertemuan tahunan tingkat Kepala Negara/ Pemerintahan dalam bentuk Annual Leaders Dialogue. Terdapat pula forum tingkat Menteri yang melibatkan Menlu dan Menhan kedua Negara, serta forum tahunan seluruh pemangku kepentingan hubungan Indonesia dan Australia. Dengan Amerika Serikat, untuk pertama kalinya pada tahun 2010 telah dilakukan pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri dalam format Komisi Bersama. Mekanisme ini akan menjadi forum tahunan yang secara komprehensif mengkaji hubungan kemitraan Indonesia-AS. Kita terus mengembangkan bentuk kemitraan strategis dan komprehensif dalam hubungan bilateral antara Indonesia dengan Rusia, Tiongkok, India, Jepang dan Korea Selatan. Negara kawasan Eropa, dan Uni Eropa khususnya, juga tidak luput dari perhatian Indonesia, sebagaimana tercerminkan dalam penandatanganan Comprehensive Partnership Agreement antara Indonesia dan Uni Eropa. Latar belakang sejarah serta potensi hubungan antara Indonesia dan Afrika serta Amerika Selatan juga terus dikembangkan sehingga semakin relevan dalam era masa kini. Tidak kalah penting, politik luar negeri sepanjang 2010 semakin menitikberatkan pentingnya kawasan Pasifik dengan memperdalam hubungan, baik dengan negara yang bertetangga langsung seperti Timor Leste dan Papua Nugini, maupun di kawasan yang lebih luas seperti Selandia Baru dan Negara pasifik lainnya. Upaya untuk memajukan berbagai aspek hubungan bilateral dengan negara sahabat juga tercerminkan dalam 121 perjanjian baik, dalam bentuk MOU maupun agreement dengan 44 negara, yang telah dicapai sepanjang tahun 2010. Pada tahun 2010 ini pula, Indonesia telah membuka 10 perwakilan Republik Indonesia di negara sahabat dan 1 Perwakilan Tetap RI untuk ASEAN di Jakarta. Sebaliknya, Indonesia juga telah menerima rencana sejumlah negara sahabat untuk membuka perwakilan diplomatiknya di Jakarta. Pada tahun 2011, kita akan melakukan konsolidasi dan semakin memperdalam hubungan bilateral dengan berbagai negara. Berlandaskan pada hubungan persahabatan yang telah terjalin selama ini, terutama di bidang politik, maka fokus utama akan diberikan pada upaya meningkatkan hubungan antar-masyarakat dan mempertajam diplomasi ekonomi yang akan memberi kontribusi nyata bagi pembangunan nasional. Selain itu, pada tahun 2011, Pemerintah RI, sesuai prosedur yang ada, merencanakan untuk memulai proses pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara anggota PBB. Tentunya, Indonesia selama ini telah menjalin kerjasama yang erat dengan negara-negara tersebut, terutama dalam kerangka multilateral. Dengan dibukanya hubungan diplomatik dengan ke21 negara PBB dimaksud, maka

Bagi Indonesia, kesemuanya ini bertujuan untuk memastikan terus dipeliharanya kondisi di kawasan yang damai dan stabil; keamanan untuk semua (common security) dan kemakmuran untuk semua (common prosperity) suatu kondisi yang kita namakan dynamic equilibrium.
Indonesia secara formal akan memiliki hubungan diplomatik dengan seluruh negara anggota PBB yang berjumlah 192 negara, kecuali Israel. Seiring dengan komitmen Indonesia untuk memperdalam dan memperluas hubungan bilateral dengan berbagai negara di seluruh penjuru dunia, komitmen Indonesia untuk memelihara perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasannya sendiri Asia Tenggara sangat tinggi. Pada awal tahun 2010, Indonesia telah menegaskan komitmennya untuk senantiasa berkontribusi bagi terwujudnya Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang bertumpu pada 3 pilarnya secara paralel dan seimbang. Sepanjang tahun 2010, Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan komitmen tersebut. Baik melalui pelaksanaan cetak biru Komunitas ASEAN dan Piagam ASEAN, maupun melalui langkah-langkah, tidak jarang melalui quiet diplomacy, untuk memastikan kawasan Asia Tenggara tetap ditandai oleh perdamaian dan hubungan persahabatan, sesuai prinsip yang terkandung dalam Treaty of Amity and Cooperation. Demikian pula, sepanjang tahun 2010, Indonesia memberikan kontribusi nyata dan secara proaktif terhadap pembahasan mengenai pembentukan tatanan kawasan (regional architecture building) sehingga ASEAN dapat secara nyata mewujudkan prinsip ASEAN sebagai penggerak utama (ASEAN as a driving force). Penambahan keanggotaan East Asia Summit, dengan diterimanya Federasi Rusia dan Amerika Serikat secara bersamaan, merupakan salah satu wujud nyata hasil upaya tersebut. Bagi Indonesia, kesemuanya ini bertujuan untuk memastikan terus dipeliharanya kondisi di kawasan yang damai dan stabil; keamanan untuk semua (common security) dan kemakmuran untuk semua (common prosperity) suatu kondisi yang kita namakan dynamic equilibrium.[]

Adam Malik Award 2011


dok. detik.com

15 JANUARI - 14 februari 2011

Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa berpose dengan para pimpinan media usai penyerahan Adam Malik Award 2011. tahun ini Adam Malik Award diberikan kepada tiga media, yaitu Harian Kompas, TVRI, dan detikcom. Kompas mendapat penghargaan kategori surat kabar, TVRI kategori media elektronik, dan detikcom kategori media online. Adam Malik Award juga diberikan kepada jurnalis The Jakarta Post. (Kemlu)

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

F O K U S

Perhelatan Bali Democracy Forum III

Bali Democracy Forum Forum Dunia yang Membahas Demokrasi


IndOnESiA kembali menyelenggarakan pertemuan Bali Democracy Forum (BDF) III pada tanggal 9-10 Desember 2010 lalu di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali dengan mengambil tema Demokrasi dan Pengembangan Perdamaian serta Stabilitas. Dalam perkembangannya Bali Democracy Forum sekarang ini telah menunjukkan peran Indonesia yang aktif di dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di dunia. Dalam penyelenggaraan BDF III kali ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengundang Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, selaku co-chair. Menurut Menteri Luar Negeri RI, Dr. RM. Marty M. Natalegawa, tema BDF III ini sangat khas, keterkaitannya dengan pencegahan konflik sangat tepat waktu karena melihat situasi kondisi Korea Selatan. Dr. RM. Marty M. Natalegawa meyakini bahwa BDF akan menjadi forum utama dunia yang membahas demokrasi. Karena BDF adalah satusatunya forum di kawasan dimana negara-negara dan pemerintahpemerintah, yang meskipun berbeda sistem politiknya, bisa duduk bersama, bertukar pandangan, bertukar pengalaman, mengenai masalah demokrasi. Sebanyak 71 negara dan peninjau hadir dalam BDF III kali ini. Selain Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kepala negara/ pemerintahan yang hadir dalam forum ini adalah Sultan Brunei Darussalam, Yang Dipertuan Sultan Hassanal Bolkiah, Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak; Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao. Sementara itu, Australia, India, Iran, Jepang, Yordania, Malaysia, Selandia Baru, Palestina, Korea Selatan, Singapura, dan Vanuatu mengirim perwakilan setingkat menteri. Jumlah negara yang hadir di BDF ini dari tahun ke tahun terus bertambah, dimana pada BDF I
dok. presidensby.info

Presiden SBY didampingi sultan Hasanal Bulkiah (Sultan Brunei), Lee Myung -Bak (Presiden Republik Korsel) dan Xanana Gusmao (Presiden Timor Leste) melakukan pengambilan gambar dengan seluruh delegasi peserta BDF III usai acara Pembukaan di Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010).

tahun 2008 dihadiri oleh 40 negara dan peninjau, dan pada BDF II tahun 2009 dihadiri 48 negara dan peninjau. Menanggapi antusiasme peserta BDF ini, Menlu Marty Natalegawa mengatakan bahwa tentu saja ini merupakan sesuatu yang tahun demi tahun semakin terkonsolidasi sebagai bagian dari arsitektur di kawasan, khususnya di kawasan Asia. Konsolidasi arsitektur demokrasi di kawasan ini terlihat dari segi jumlah peserta yang terus meningkat, dan juga tingkat pesertanya, dimana semakin banyak menteri yang hadir. Disamping itu, penyelenggaraan BDF ini juga berkembang dari segi substansi. Pada tahun pertama (2008) substansinya masih bersifat umum, tahun kedua (2009) berkaitan dengan masalah pembangunan, dan pada tahun ketiga (2010) ini berkaitan dengan masalah pencegahan konflik. Menurut Menlu Marty Natalegawa, berbagai referensi tersebut memperlihatkan betapa

Bali Democracy Forum ini sudah semakin menjadi bagian yang sangat penting dari arsitektur kawasan. Menlu Marty Natalegawa juga menjelaskan bahwa pembebasan Aung San Su Kyi di Myanmar juga tidak terlepas dari dialog-dialog di BDF pada 2008 silam. Tahun ini, meskipun tidak menggunakan istilah kemajuan, paling tidak ada perkembangan dengan adanya pemilihan di Myanmar. Meskipun dengan masih belum 100 persen tanpa cacat, namun juga disertai dengan pembebasan Aung San Su Kyi. Tentunya dialog-dialog seperti BDF ini memberikan encouragement pada pihak-pihak tertentu bahwa proses demokrasi itu adalah proses yang tidak mungkin dilakukan dengan sesaat atau sekejap, melainkan secara bertahap. Oleh karenanya, Menlu Marty Natalegawa meyakini bahwa BDF 2010 ini juga bisa menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea. Dengan sifat prosesnya yang bertahap, dan tidak melakukan jalan pintas, dengan

berbagi pengalaman, berbagi praktik yang dilakukan secara bersama, termasuk perkembangan di Semenanjung Korea. BDF III ingin memberi pengertian terhadap konflik Korea, bahwa demokrasi bukan saja sebagai suatu konsep di dalam negara, tapi hubungan yang sifatnya didorong oleh semangat demokrasi antarnegara. Saling menghormati, menjunjung tinggi proses demokrasi, menjunjung tinggi prinsip penyelesaian konflik secara damai, itu juga bisa membawa, bisa mencegah konflik di kawasan, jelas Menlu. Seperti pada pelaksanaan BDF sebelumnya, para kepala negara/ pemerintahan juga memberikan Chairmans Statement yang berisi rekomendasi komprehensif terkait peran demokrasi dalam mengembangkan perdamaian dan stabilitas. Chairmans Statement ini akan menjadi panduan program dan aktivitas Institute for Peace and Democracy (IPD) di 2011 dengan dukungan dari para peserta BDF.[]

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
F
Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden RI :

Kesenjangan Pembangunan Politik dapat Diatasi dengan Pemahaman Demokrasi yang Baik
umat manusia. Demokrasi harus dapat menciptakanrasa aman, tenteram, dan damai bagi masyarakatnya.Demokrasi, jika dijalankan dengan benar dan sungguh-sungguh, dapat menciptakan perdamaian dan stabilitas yang hakiki. Inilah sesungguhnya esensi dari demokrasi yang kita jalankan bersama. Saya ingin berbagi pengalaman, mengenai perkembangan yang telah dijalani dan dirasakan selama lebih dari satu dekade di Indonesia. Sejak menjalani reformasi di tahun 1998/1999, Indonesia mengalami sebuah proses demokratisasi.Reformasi telah mengubah tatanan politik, tata kelola pemerintahan dan etika bernegara. Buah reformasi yang dapat dirasakan adalah perubahan sistem politik yang semula sentralistik, menjadi desentralistik. Pemilihan umum berlangsung jujur, adil, terbuka, dan transparan. Presiden danWakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Demikian pula para kepala daerah, mulai dari Gubernur, Bupati, dan Walikota juga dipilih secara langsung. Dinamika demokrasi tumbuh subur dan kian semarak. Demokrasi, juga telah berkontribusi dalam mengatasi konflik yang berkepanjangan.Pendekatan dialog dan solusi damai, ternyatadapat menyelesaikan masalah Aceh, setelah dilanda konflik lebih dari tiga dekade. Kami sadar, bahwa pendekatan militer saja tidak akanpernah dapat menyelesaikan masalah.Harus ada solusi politik melalui cara dialog yang persuasif. Alhamdulillah, dengan pendekatan win-win solution, konflik bersenjata di Aceh dapat diselesaikan secara damai dan bermartabat. Dalam perspektif serupa, demokrasi juga dapat berkontribusi bagi penyelesaian konflik dan beban sejarah dalam hubungan antar bangsa. Sebagai sesama negara demokrasi, Indonesia dan Timor Leste bersepakat membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP), untuk menyelesaikan berbagai permasalahan atau residual issues yang mengemuka, menjelang dan segera sesudah jajak pendapat di tahun 1999, dengan berorientasi ke masa depan. Indonesia juga dapat menangani permasalahan terorisme dengan cara yang konsisten dengan prinsip-prinsip demokrasi.Terorisme adalah kejahatan yang extra-ordinary, karenanya harus dicegah dan diberantas.Namun, upaya penanggulangan terorisme ini tidak boleh meniadakan nilai-nilai

Presiden SBY memberikan sambutan pada pembukaan Bali Democracy Forum III di Hotel Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010)

HAri ini, kita kembali dapat menghadiri Bali Democracy Forum, yang diselenggarakan untuk ketiga kalinya di Pulau Dewata yang indah ini. Pulau Bali kembali menjadi saksi sejarah bagi tekad dan komitmen kita bersama, untuk memajukan nilai-nilai demokrasi di kawasan Asia, melalui saling berbagi pengalaman dalam berdemokrasi. Pada waktunya nanti, Bali akan menjadi ikon dan pusat nilai-nilai demokrasi di Asia, melengkapi citra Bali yang dikenal dari keindahannya, dan dari kearifan lokal masyarakatnya. MelaluiBali Democracy Forum kita dapat bertukar fikiran,berdialog, dan memecahkan berbagai hambatan mengenai demokrasi. Kita juga akan banyak saling belajar dengan mendengar pengalaman, kemajuan, dan penerapan demokrasi di berbagai negara di Asia. Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat datang dan selamat mengikuti forum yang sangat penting dan terhormat ini, kepada para delegasi dari negaranegara di Asia, dan para pengamat dari dalam dan luar negeri. Demokrasi dan Upaya Mendorong Perdamaian dan Stabilitas yang menjadi tema sentral pada

dok. presidensby.info

forum ini, saya nilai tepat dan relevan. Tepat, karena memang salah satu tantangan utama bagi sebagian besar demokrasi di dunia adalah, bagaimana mencapai stabilitas, yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan didambakan oleh masyarakat kita.Dan memang tidak ada formula yang baku tentangbagaimana demokrasi dapat bergandengan dengan stabilitas, karena setiap negara mempunyai caranya sendiri.Selain itu, kita masih menghadapi situasi ekonomi dan politik internasional yang masih labil dan terus bergulir, dan kita semua perlu terus menjaga solidaritas untuk menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Demokrasi terus tumbuh dan berkembang, dengan dinamikanya yang khas dan unik di berbagai negara.Tidak ada istilah demokrasi telah selesai. Dan relevan, karena demokrasi harus menghasilkan democratic dividend, yang dirasakan langsung utamanya oleh masyarakat di negara masing-masing, dan berimbas ke berbagai kawasan lainnya. Demokrasi merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kesejahteraan, keadilan, serta kesamaan hak dan kebebasan setiap

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

fokus
21harus kita jalankansecaratransparan dan demokratis. Arsitektur yang demokratis akan berdampak terhadap tansparansi kebijakan dan predictable behavior, yang dapat menjamin terciptanya rasa saling percaya atau confidence building.Ketegangan yang terjadi dalam hubungan internasional dewasa ini, banyak yang disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan atau bahkan kesalahpahaman. Melihat realitas yang ada di kawasan, dapat saya katakan, bahwa selama inikerjasama dan integrasi kawasan Asia pada berbagai tingkatannya - khususnya di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik- lebih terfokus pada aspek ekonomi, yaitu upaya untuk mengatasi kesenjangan pembangunan (development gap). Padahal, pada kenyataannya terdapat keperluan mendesak untuk mengatasi political development gap yang belum banyak disentuh. Jika tidak diantisipasi secara cermat, kesenjangan pembangunan politik itu dapat berujung pada gangguan pembangunan, lembaga-lembaga keuangan internasional ini. Dan pada tataran global, saya sungguh berharap adanya reformasi Dewan Keamanan PBB yang lebih demokratis, transparan, dan representtatif. Ini sangat penting untuk dapat secara efektif menjalankan mandatnya, bagi terciptanya perdamaian dan keamanan dunia. Reformasi badan PBB lainnya yang lebih adaptif, responsif dan efektif harus dilanjutkan, untuk memastikan masyarakat dunia mampu mengatasi berbagai permasalahan global, seperti kebutuhan pangan dan energi, pengurangan kemiskinan serta pencapaian MDGs,dan dampak perubahan iklim. Pendek kata, sistem yang demokratis dan transparan sangat diperlukan juga pada tingkat regional dan global. Hanya dengan menerapkan asas yang berkeadilan, persamaan, dan transparansi, maka perdamaian dan stabilitas baik pada tingkat kawasan dan global dapat kita wujudkan dan kita pelihara bersama. Dari apa yang saya kemukakan tadi, maka sesungguhnyasalah satu esensi dari demokrasi

sistem yang demokratis dan transparan sangat diperlukan juga pada tingkat regional dan global. Hanya dengan menerapkan asas yang berkeadilan, persamaan, dan transparansi, maka perdamaian dan stabilitas baik pada tingkat kawasan dan global dapat kita wujudkan dan kita pelihara bersama.
demokrasi dan penghormatan terhadap hak-hak kebebasan individu. Berbagai fakta perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia telah menghasilkan stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan rakyat yang signifikan. Belajar dari pengalaman itulah, dapat saya katakan, bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya.Bukan pula sesuatu yang dapat dipaksakan dari luar. Demokrasi harus ditumbuhkan dari dalam masyarakat itu sendiri (home grown), melalui pemberian kesempatan dan ruang yang lebih luas serta pemberdayaan mereka.Demokrasi yang dipaksakan dari luar, bisa menimbulkan komplikasi politik, dan dalam perkembangannya bisa kehabisan tenaga dan daya dorongnya. Berangkat dari pengalaman Indonesia, pada tingkat nasional, setidaknya terdapat tiga poin penting yang dapat kita petik: Pertama, demokrasi memberikan ruang bagi seluruh elemen bangsa, untuk dapat berdialog dan menyelesaikan permasalahan dengan cara damai; Kedua, alam demokrasi memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menyampaikan aspirasinya, sesuai aturan main yang berlaku. Demokrasi membuka peluang kepada siapapun untuk berbicara dan berpendapat, sesuai koridor dan kesepakatan bersama. Demokrasi merupakan sarana untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa; dan Ketiga, alam demokrasi menuntut berfungsinya secara efektif seluruh pilar demokrasi.Perangkat hukum harus dapat berfungsi efektif. Keseimbangan antara peran legislatif, eksekutif, dan yudikatif harus berjalan pada arah yang benar. Penegakan hukum harus konsisten dan tidak boleh pandang bulu. Tata kelola pemerintahan (good governance) harus berfungsi dengan baik. Dan, kebebasan harus berjalan bergandengan dengan rule of law. Seluruh pilar dan elemen itulah, yang dapat memastikan terpeliharanya kehidupan bernegara yang demokratis, damai dan stabil. Pada tingkat regional dan global, saya berpendapat, bahwa penyelesaian berbagai permasalahan dan tantangan di abad ke-

Presiden SBY dan Presiden Lee Myung-Bak melakukan konperensi Pers usai Pembukaan Bali Democracy Forum III di Hotel Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010).

instabilitas politik, dan ancaman keamanan di kawasan. Disinilah titik penting bagi adanya pemahaman atas perdamaian dan demokrasi secara lebih baik yangharus diangkat sebagai bagian dari kerjasama di kawasan. Sama pentingnya dengan itu, reformasi arsitektur keuangan dan ekonomi global yang demokratis, dan yang juga didorong oleh forum G-20, harus dilakukan. Hal ini saya nilai penting guna memastikan pertumbuhan ekonomi global yang kuat, seimbang dan berkelanjutan. Pengambilan keputusan dalam lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia,harus mencerminkan asas transparansi dan demokrasi. Representasi suara dari negara berkembang, juga harus terus ditingkatkan di

adalah, bagaimana kita dapat memberdayakan seluruh elemen bangsa, untuk meningkatkan harkat dan martabat rakyat kita semua.Kita juga harus memastikan,agar segenap komponen bangsa dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, dan pencapaian kesejahteraan bagikita semua. Akhirnya, saya sungguh berharap forumyang penting ini dapat memberikan rekomendasi yang komprehensif, terhadap peran demokrasi bagi penciptaan perdamaian dan stabilitas.Perdamaian dan stabilitas merupakan prasyarat utama bagi upaya kita semua untuk mensejahterakan rakyat. (Sumber : Sambutan Presiden RI Pada Pembukaan Bali Democracy Forum III).[]

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

dok. infomed

Diplomasi
fokus
DR. R.M Marty M. Natalegawa
Menlu RI : BAGi Indonesia, merupakan kehormatan dan sebuah bentuk tanggung jawab menjadi penggagas dan tuan rumah pertemuan Bali Democracy Forum ini. Hal ini merupakan pencerminan dari komitmen Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional untuk senantiasa mempromosikan nilainilai luhur demokrasi. Bali Democracy Forum ke-3 ini menjadi wujud semakin terkonsolidasinya Forum tersebut sebagai bagian dari arsitektur demokrasi di Asia. Tahun lalu, Bali Democracy Forum dihadiri oleh 35 negara peserta dan 13 peninjau. Tahun ini, Bali Democracy Forum dihadiri oleh 42 negara peserta dan 29 peninjau. Tahun lalu, selain 3 Kepala Negara/Pemerintahan, 8 menteri hadir dalam pertemuan BDF ke-2. Tahun ini pertemuan tetap dihadiri oleh 3 Kepala Negara/Pemerintahan namun juga dihadiri oleh 27 ketua delegasi setingkat Menteri. Peningkatan tingkat partisipasi ini mencerminkan setidaknya 2 hal yaitu; Pertama, perkembangan demokrasi di kawasan Asia dan Pasifik substansial dan positif. Kedua, mencerminkan komitmen yang tinggi negara di kawasan Asia dan Pasifik terhadap nilai demokrasi. Demokrasi yang didasari nilai-nilai inklusif, kesetaraan, dan partisipasi yang terbuka bagi seluruh negara. Nilai demokrasi yang universal namun tetap tumbuh dan berkembang dari keinginan masyarakatnya. Pertemuan BDF kali ini telah memasuki tahun yang ketiga. Sebagaimana dimaklumi, Bali Democracy Forum merupakan forum antar pemerintah di kawasan Asia. Sejak diadakan pada tahun 2008, Forum ini senantiasa konsisten mempromosikan sebuah platform dimana antar pemerintah dapat berbagi pengalaman dan bertukar pikiran mengenai demokrasi. Selain itu, forum juga dimaksudkan untuk mendorong kerjasama antara negara dalam memajukan demokrasi di kawasan. Pada tahun pertama, tema

BDF III Menggali Sistem Demokratis yang dapat Menciptakan Perdamaian dan Stabilitas Politik
dok. infomed

Menlu RI, DR. Marty M. Natalegawa memimpin sesi pertama BDF III yang mengambil tema Democracy and Promotion of Peace and Stability di Hotel Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010).

pertemuan ini memfokuskan pada upaya negara di kawasan untuk menyepakati demokrasi sebagai agenda strategis di kawasan Asia. Selanjutnya, pada tahun kedua, forum ini memfokuskan pada upaya mensinergikan antara demokrasi dan pembangunan serta prospek kerjasama di kawasan. Demokrasi merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Forum ini telah menyepakati bahwa demokrasi dan pembangunan dapat berjalan beriringan. Bahkan dengan sistem yang demokratis, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dengan lebih merata. Pada pertemuan kali ini, tema yang akan diangkat adalah Demokrasi dan Upaya Mendorong Perdamaian dan Stabilitas. Dalam diskusi dua hari ke depan, Forum akan menggali lebih dalam bagaimana sistem yang demokratis dapat menciptakan perdamaian serta stabilitas politik sehingga

masyarakat dapat hidup dalam rasa aman dan tenteram. Tema ini merupakan bagian dari komitmen kita bersama untuk bagaimana demokrasi dapat memberikan manfaat kongkrit di masyarakat. Melalui Institute for Peace and Democracy (IPD) sebagai implementing agency dari Forum ini, beberapa kegiatan internasional termasuk seminar, kuliah umum, lokakarya dan pelatihan, penelitian, program magang, serta kunjungan terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum di beberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik seperti di Filipina, Jepang dan Australia telah dilakukan. Pelatihan, penelitian dan menjadi observer dalam Pemilihan Umum di beberapa negara telah melibatkan aparatur negara di kawasan Asia dan Pasifik. Hal ini dimaksudkan tidak lain untuk meningkatkan kapasitas dan kerja sama untuk terus menumbuhkembangkan sistem

demokrasi di negara, khususnya yang baru tumbuh dan berkembang nilai demokrasinya. Kami menghargai dukungan dan kerjasama yang diberikan oleh negara sahabat dan mitra dalam pelaksanaan programprogram tersebut di atas. Ini merupakan bagian dari kemitraan yang tulus dan positif dalam menumbuhkembangkan nilai demokrasi di kawasan ini. Ini juga merupakan bagian dari komitmen kita bersama untuk mendorong nilai demokrasi yang dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat kita semua. Dapat menciptakan perdamaian, mencegah terjadinya konflik, menyelesaikan konflik dengan cara dialog dan rekonsiliasi serta menciptakan stabilitas politik dan keamanan baik di tingkat nasional, regional dan global. []

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

10

F O K U S

Indonesia Melangkah Menuju Demokrasi Yang Damai dan Harmonis


SETELAh diluncurkan di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Forum Demokrasi Bali telah muncul menjadi sebuah mekanisme yang signifikan untuk memfasilitasi kerjasama dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi negara-negara di Asia Pasifik untuk berbagi pengalaman tentang pertumbuhan demokrasi serta kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif untuk meningkatkan kerjasama pada sektor ini. Saya yakin jika perkembangan demokrasi di beberapa negara di Asia Pasifik sangatlah menjanjikan. Menurut statistik yang dikeluarkan oleh Freedom House, pada tahun 1972 di wilayah Asia Pasifik hanya terdapat 21 dari 31 negara yang terkategorikan demokratis dan semi demokratis. Pada tahun ini jumlah tersebut telah berkembang menjadi 31 dari 39 negara. Secara khusus saya ingin memberikan komentar terhadap perkembangan demokrasi di Republik Indonesia. Indonesia telah mengakhiri sistem otoritarian dan telah meletakkan fondasi demokrasi hanya dalam jangka waktu sepuluh tahun setelah memulai proses ini pada tahun 1998. Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri lebih dari seribu pulau, Indonesia juga merupakan sebuah negara dengan budaya dan suku yang beragam yang terdiri lebih dari 200 juta penduduk. Fakta tersebut sepertinya sangat kontras dengan realita pada saat ini yang mana Indonesia sedang melangkah menuju demokrasi yang damai dan harmonis serta merangkul seluruh elemen dalam masyarakat. Saya yakin Indonesia akan menjadi role model untuk negara-negara yang lain. Saya yakin jika Indonesia akan menjadi contoh yang baik untuk proses simbiosis mutualisme antara perkembangan demokrasi dan ekonomi, hal ini terbukti dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan selama kepemimpinan demokratis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam pengalaman Korea Selatan, saat perkembangan ekonomi mencapai tingkatan tertentu, maka perkembangan tersebut akan mempercepat pertumbuhan demokrasi yang mana hal ini juga akan memicu momentum perkembangan ekonomi yang lebih jauh. Faktor lain yang harus kita ingat pada sejarah Korea dalam perkembangan demokrasi dan ekonomi adalah adanya pemisahan semenanjung Korea. Sejak Perang Korea terjadi pada tahun 1950, perdamaian di Republik Korea Selatan secara
dok. infomed

Presiden Republik Korea Selatan

Lee Myung-Bak

terus menerus berada dalam ancaman yang disebabkan adanya pemisahan semenanjung Korea. Ancaman yang lebih serius terhadap keamanan nasional seringkali cenderung mengarahkan kami pada jebakan rezim otoritarian. Bagaimanapun juga meski terjadi konfrontasi di Semenanjung Korea, Republik Korea Selatan telah melakukan pencapaian pada sektor indsutrialisasi dan demokratisasi hanya dalam satu generasi. Pencapaian negara kami tersebut merupakan suatu kebanggaan utama rakyat Republik Korea Selatan. Dalam jangka waktu 60 tahun sejak pemisahan Semenanjung Korea, perekonomian Republik Korea Selatan telah tumbuh menjadi 38 kali lebih besar daripada Korea Selatan. Saya yakin jika pengalaman ini akan memberikan contoh yang jelas terhadap keterkaitan antara perkembangan demokrasi dan ekonomi. Sepanjang perkembangan demokrasi dan ekonomi, Korea Selatan telah melakukan akselerasi yang sangat signifikan untuk menjadi negara ekonomi maju. Hasilnya adalah, Korea Selatan telah bertransformasi dari menjadi negara penerima donor menjadi negara pemberi donor, dan menjadi anggota dari OECD DAC (Komite Pengembang Bantuan) Hal ini akan mustahil terjadi tanpa adanya usaha yang tak mengenal lelah untuk mengatasi tantangan dan cobaan. Demokrasi dan Kerjasama di Asia Sejauh ini kita telah berbagi pengalaman proses demokratisasi di tiap negara. Akan tetapi, saat ini tiba saatnya untuk mempertimbangkan sebuah program kerjasama untuk menemukan metode perkembangan demokrasi dan ekonomi. Yang mana hal tersebut akan tumbuh melalui perkembangan, dan akan menjadi kunci dalam

mempromosikan peningkatan demokrasi di wilayah Asia. Korea Selatan telah mengajukan inklusi agenda perkembangan tersebut pertama kali pada KTT G20 di Seoul yang diselenggarakan bulan lalu. Lebih jauh, kami memasukkan rencana tindakan pada Kesepakatan Bersama (Joint Statement). Lebih jauh lagi sebagai bagian dari usaha untuk Asia agar mencapai agenda perkembangan, kami telah meluncurkan Asia Development Cooperation Meeting untuk para pemberi donor di Asia. Bagi negara-negara berkembang di Asia dalam rangka mencapai pertumbuhan bersama, terdapat sebuah kebutuhan investasi yang kuat di sektor infrastruktur, dana dalam skala besar, dan metodologi yang tepat bagi wilayah dan negara. Bersama dalam dukungan kami untuk perkembangan sosial, seperti mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesehatan, kita saat ini harus memfokuskan pada potensi negara-negara berkembang dan memberdayakan mereka untuk mencapai independensi ekonomi. Selain memperluas cakupan ODA yang kami miliki, sebagai negara donor kami akan aktif mengeksplorasi berbagai macam cara untuk menyediakan ruang kerjasama ekonomi dan dukurngan yang merefleksikan pada realita yang terjadi pada negara penerima donor. Kami juga akan melanjutkan eksplorasi kami terhadap berbagai macam pendekatan untuk mendukung terbangunnya sistem pemerintahan yang demokratis.[]

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
fokus

11

Indonesia Memiliki Banyak Hal Untuk Ditawarkan Kepada Dunia


SAyA mencatat suatu kebanggaan dimana kami hadir pada kelahiran demokrasi Indonesia modern sebagai pengawas perlemen pemilu Indonesia tahun 1999 di tempat pemungutan suara di Jawa Timur, pinggir kota Surabaya. Seperti kita dengar tentang demokrasi di Indonesia telah tumbuh berkembang sejak 1999 dan sekarang kita bisa mendengarkan presentasi dari kepala negara dan perwakilan dari domokrasi yang sedang berkembang. Pengalaman Indonesia, pengalaman dari temanteman kita di Republik Korea, pengalaman dari tetangga-tetangga kita dan sahabat-sahabat di Timor Leste dan tantangan-tantangan yang mereha hadapi. Di korea, tentu saja, kita telah melihat pemimpin yang kuat dan bersemangat menangani tantangan dari suatu negara otoriter. Presdien Lee Myung-bak, anda telah melakukan hal yang luar biasa membela atas nama demokrasi Negara anda. Australia berada disini karena komitmen kami untuk menyebarkan semangat demokrasi lintas wilayah. Wilayah kita mempunyai sejarah dan pengalaman yang berbeda tentang demokrasi. Akan tetapi ini jelas bahwa demokrasi adalah suatu dorongan yang banyak disampaikan dengan cara yang cepat dan stabil bagi wilayah kita yang semakin meluas. Kita adalah hasil dari suatu wilayah yang lebih stabil, aman dan sejahtera. Hal lain karena perang diantara negara-negara demokrasi yang mapan sangatlah jarang terjadi. Karena demokrasi mengembangkan nilai HAM baik di dalam ataupun di luar negeri. Ini juga karena demokrasi melindungi keragaman dan seperti Indonesia yang memiliki kekayaan tradisi dan budaya di dalamnya. Demokrasi juga menjunjung tinggi kemakmuran dan mengurangi kemiskinan. Para pemimpin dari negara demokrasi menikmati pengesahan yang lebih luas baik dari masyarakat di dalam

Kevin Rudd

Menteri Luar Negeri Australia

negeri ataupun oleh komunitas internasional luar negeri. Dengan demikian, demokrasi adalah sesuatu yang ideal, suatu praktek yang dikembangkan dan dilestarikan. Demokrasi adalah nilai-nilai universal. Sementara lembagalembaga yang demokratis, menjadi efektif, harus tumbuh dari dalam, sebagamaimana Presiden Indonesia telah mengingatkan kita di awal sambutannya. Australia, sebagai negara yang beragam dan multi budaya, dengan 180 perwakilan komunitas dari belahan dunia dan berbagai benua, kami memahami dengan baik akan pentingnya untuk memastikan semua elemen masyarakat ini memiliki hak suara dan terwakili secara efektif. Akan tetapi perlu menyadari bahwa demokrasi bagi kita semuanya adalah suatu pekerjaan yang terus menerus. Demokrasi bukan garis pemberhentian yang kita sebrangi pada satu titik tertentu dalam sejarah. Itu juga bukan suatu kotak yang kita tandai untuk mewaliki misi pencapaian. Demokrasi bukan suatu keputusan yang tidak dapat diubah. Demokrasi dapat dirusak oleh ketidakmerataan, akibat korupsi dan pemerintahan yang lemah. Kita harus bersama-

sama melanjutkan pekerjaan ini terus menerus untuk memastikan bahwa demokrasi mempunyai masa depan yang baik. Akan tetapi dalam pengamatan kami untuk berbuat lebih banyak, penting juga mengakui sejauh mana kita telah menempuhnya. Dunia telah menjadi tempat yang lebih demokratis dan demokrasi telah mengukuhkan dasar bagi stabilitas dan kemakmuran. Sebagaimana presiden Korea mengingatkan kita pagi ini, pada awal tahun 70-an, 29 persen dari negara-negara dunia dinilai tidak demkratis, tapi sekarang, 2009, angka terbaru tumbuh menjadi 46 persen. Asia telah membuat kemajuan yang pesat selama 40 tahun terakhir dengan 31 dari 39 negara di wilayah ini menjadi Negara yang demkratis. Unsur penting dari demokrasi, seperti aturan hukum, penegakan hukum, masyarakat sipil yang aktif, pemerintahan yang terbuka dan kebebasan media, adalah bukti akan tetapi belum jadi aturan bagi wilayah kita. Sejak 1998 Indonesia berkembang pesat dan menjadi contoh demokrasi di wilayah kita. Perkembangan Indonesia dari demokrasi multi partai sungguh suatu hal yang luar biasa. Semenjak transisi dimulai, lebih dari 500

pemilu umum langsung telah diadakan di Rebuplik ini. Indonesia mempercayai demokrasi. Poling terakhir menunjukkan bahwa 70 persen mengatakan demokrasi adalah sistem politik terbaik bagi negara. Rakyat Indonesia memanfaatkan hak pilihnya, 70 persen dari pemilih yang terdaftar menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum di tahun 2009. Ini berada diantara rata-rata partisipasi tertinggi negara demokrasi dunia yang tidak memiliki kewajiban untuk memilih. Rakyat Indonesia juga percaya akan kekuatan pilihan mereka. 78 persen setuju bahwa pemilihan umum memberikan mereka kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Masyarakat Indonesia mempraktekan hak mereka untuk memilih secara damai. Pemilihan demokratis juga mengantarkan pada suatu perubahan generasi. 68 persen dari anggota DPR Indonesia berumur di bawah 50 tahun meningkat dari dari 38 persen tahun 1999. Dan perempuan sekarang terwakili lebih baik dari pada sebelumnya. Hampir 18 persen di DPR Indonesia adalah perempuan naik dari 10 persen tahun 2004. Ini adalah pertanda baik untuk kemajuan. Terakhir, pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa dalam demokrasi politik dan Islam adalah dapat didamaikan secara sempurna. Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia dan menjadi negara domokrasi ketiga di dunia. Dibangun atas dasar yang kokoh dengan toleransi dan pluralism yang menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi dapat tumbuh bersama. Indonesia dengan demikian mempunyai banyak hal yang bisa ditawarkan kepada dunia seperti model dialog dan pemahaman perbedaan agama seluruh dunia.[]

\dailytelegraph.com

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

12

L ensa

Upaya Perbaikan Mekanisme Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri


TErkAiT dengan permasalahan kekerasan terhadap TKI, masyarakat selalu melihat Arab Saudi sebagai momok utama, dan menganggap bahwa persoalan itu luar biasa. Ternyata TKI yang bermasalah di Arab Saudi itu hanya 0,6 % di tahun 2009, namun inilah yang di blowup oleh pers kita, sedangkan 99,4% lainnya yang berhasil tidak pernah ditampilkan secara berimbang. Keberhasilan itu bahkan terjadi di beberapa sektor. Di sektor hotel misalnya, Arab Saudi telah memanfaatkan tenaga kerja dari Indonesia sebesar 35%, mulai dari level manajer hingga bellboy. Tetapi hal ini tidak pernah di blowup oleh media kita. Jadi 99,4% yang berhasil itu tidak pernah di ketahui oleh masyarakat kita, karena yang menjadi ajang pemberitaan adalah yang 0,6% ini. Kami berterimakasih bahwa ini menjadi alat kontrol bagi kita untuk terus memperbaiki mekanisme dan sistem yang ada agar upaya perlindungan bagi warna negara kita menjadi semakin lebih baik. Namun demikian kita tetap tidak akan mungkin membuat hal itu menjadi 0% accident, karena dalam hal ini kita berhadapan dengan human being. Ketika kita membina suatu perusahaan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja, kita selalu memberikan reward kepada perusahaan yang bisa melakukan zero accident. Mereka bisa mencapai itu, karena yang mereka hadapi lebih banyak berupa benda-benda dan sebagainya. Meskipun sasarannya adalah orang, tetapi bentuk standard kemampuannya adalah berupa komitmen terhadap penggunaan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja. Di sektor formal hal itu mudah untuk di pantau, tetapi kalau di sektor domestik pemantauan itu sulit dilakukan. Namun demikian kita akan berupaya menekan angka tersebut agar menjadi 0,00 sekian, dalam artian bahwa kita berupaya ke arah yang lebih baik. Di Kuwait ada seorang manajer asal Indonesia yang gajinya mencapai 12 ribu Dirham (1 Dirham setara dengan 3,5 $US). Kemudian di Qatar, paka pekerja asal Indonesia juga dibawah koordinasi Menteri Perdagangan, kita bisa menembus pasar Jepang di sektor tenaga kerja terdidik, yaitu untuk perawat dan petugas rumahsakit. Kemampuan tenaga kerja kita dibidang tersebut diakui oleh Jepang, hanya saja masih terkendala dalam hal penguasaan bahasa. Kita kemudian minta agar mereka memperoleh pendidikan bahasa, yang kemudian diberikan selama 6 bulan dan biayanya ditanggung oleh pemerintah Jepang. Ini merupakan capaian yang luar biasa, walaupun memang angkanya masih kecil. Sesudah 6 bulan kemudian mereka diperbolehkan untuk mengikuti test register nurse di Jepang. Memang di prediksi bahwa mereka tidak dalam satu kali test bisa berhasil lulus, karena bahasa Jepang itu memang cukup sulit, tetapi paling tidak mereka tetap diberikan kesempatan untuk bekerja sesudah 6 bulan sebagai asisten hingga mereka lulus. Dan meskipun angkanya kecil, saya yakin sudah ada TKI kita yang lulus di Jepang, artinya kalau dia lulus maka dia bisa tinggal di Jepang sampai pensiun dengan hak dan kewajiban yang sama dengan perawat asal Jepang yang bekerja disana. Jadi sebetulnya sumberdaya manusia kita itu mampu untuk itu. Sebenarnya pendekatan seperti inilah yang harus kita lakukan dengan teman-teman dari asosiasi profesi. Ketika angka tenaga kerja kita paralel untuk bisa mengisi kesempatan kerja yang masih lowong, mereka bisa mengisi pembangunan di tanah air. Tetapi ketika lulusan ataupun fresh graduate untuk skill worker atau profesional ini tidak tertampung di dalam negeri, kita bisa membuka peluang di luar negeri. Yang akan kita lakukan adalah metode intelijen market di luar negeri, dan tentunya melalui kerjasama dengan semua perwakilan kita. Oleh karenanya, penempatan Atase Tenaga Kerja itu sangat diperlukan bagi kami. Di satu sisi dia bisa melihat dan membantu perwakilan didalam penyelesaian permasalahan yang bersifat labour. Di luar negeri itu ada dua jenis besar permasalahan tenaga kerja, yaitu yang menyangkut labour cases dan non-labour cases. Kalau sudah mengarah ke kriminal, tentunya teman-teman di konsuler yang menyelesaikan. Tetapi ketika itu menyangkut persoalan-persoalan labour, apalagi jika negara penempatan juga sebagai anggota ILO, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikannya. Jadi memperkuat sistem manajemen ketenagakerjaan secara makro itu harus dapat dilakukan di perwakilan, disamping upaya untuk mencari peluang kerja yang sebesar-besarnya dan menginformasikannya kepada masyarakat. Kami di dalam negeri mempersiapkan dengan membangun networking dengan berbagai asosiasi, katakanlah sektor konstruksi, perawat, enginer, elektronik, migas dan lainlainnya, semuanya memiliki asosiasi. Kita menginginkan angka TKI di sektor ini juga ter blowup di masyarakat, sehingga masyarakat tidak selalu hanya melihat kasus saja setiap harinya. Jadi ada balancing berita, ini yang harus kita lakukan. Dan saya juga happy terhadap perbaikan di dalam negeri, karena sudah ada pihak perbankan swasta nasional yang peduli dengan TKI melalui pembuatan film edukasi tentang TKI, terutama mereka yang bekerja di sektor domestik. Program itu memang sudah digarap sejak dua tahun yang lalu, mereka berdiskusi dengan kami untuk dapat menyampaikan satu titik edukasi background mengenai bagaimana menjadi tenaga kerja yang baik di sektor domestik. Dalam hal ini kita juga melakukan kerjasama dengan KBRI Hongkong, Konjen dan Atase Tenaga Kerja disana dan filmnya sudah selesai digarap dan sudah di putar di layar lebar pada tanggal 10 Juli 2010. Melalui film tersebut kita mensosialisasikan tentang TKI dan melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai bagaimana sebaiknya kita berangkat dan bagaimana sebaiknya kita berposisi untuk menentukan sikap, apakah sudah waktunya bagi kita untuk berangkat atau belum. Itulah policypolicy makro yang kita lakukan selama ini dalam upaya perbaikan mekanisme penempatan dan perlindungan TKI kita di luar negeri.[]
dok. diplomasi

Rostiawati

Direktur Penempatan Luar Negeri, Kemenakertrans

memperoleh gaji yang luar biasa besarnya. Ketika mereka kita undang bertemu dengan Menaker, ternyata 99 % masyarakat Indonesia yang ada disana adalah TKI kita yang bekerja di sektor formal sebagai tenaga profesional, sehingga KBRI kita penuh dengan mobil-mobil mewah. Dalam hal ini kita coba menyentuh mereka untuk peduli dengan temanteman TKI, terutama yang bekerja di sektor domestik. Mereka kadangkadang memang share kepada teman-teman kita di KBRI untuk bisa memberikan bantuan kepada teman-teman TKI lainnya yang sedang mengalami persoalan dan ditampung di shelter KBRI, baik itu berupa pemberian makanan atau berkumpul bersama memecahkan persoalan. Itu merupakan satu hal yang positif dalam membangun network sesama TKI yang bekerja di luar negeri. Kemudian kita juga berupaya meningkatkan penempatan melalui koridor G to G seperti yang kita lakukan di Korea dan Jepang. Kita tahu bagaimana sulitnya menempatkan TKI ke Jepang karena standar kualifikasinya cukup tinggi. Tetapi alhamdulillah melalui koridor Economic Partnership Agreement (EPA) antara Indonesia dan Jepang,

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
L
TEnAGA kerja wanita (Nakerwan) Indonesia yang bekerja di luar negeri memang sangat rentan mengalami penyiksaan dari majikannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah kebijakan yang bisa melindungi dan menyelamatkan para nakerwan yang bekerja di sektor domestik ini. Mereka juga harus mempunyai wacana live out domestic worker, yaitu pekerja sektor domestik yang tinggal di luar rumah user (majikan). Karena kalau tinggal selama 24 jam di rumah majikan, tentunya mereka akan terisolasi dan sangat sulit untuk melakukan komunikasi. Saya yakin konsep live out domestic worker ini akan meminimalisir terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh majikan terhadap nakerwan sektor domestik. Konsep ini perlu direalisasikan secara bertahap mengingat cukup banyak negara penerima yang tidak memiliki regulasi tentang tenaga kerja di sektor domestik. Hubungan antara pengguna dengan pekerja itu sangat subjektif, dimana satu pekerja bisa menghadapi beberapa majikan, yakni suami, istri, anak, dan lain-lainnya. Apalagi UU tentang perburuhan di setiap negara itu tidak mampu menjangkau pekerja di sektor rumah tangga ini. Di Indonesia sendiri, UU tentang Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) itu tidak ada, yang ada hanya UU tentang buruh. Di luar negeri, kebanyakan juga seperti itu. Oleh karena itu, kita harus melakukan perlindungan yang sempurna dan paripurna bagi para nakerwan di sektor domestik ini. Mereka harus tinggal di asrama dan menjadi tenaga outsourcing yang didatangkan ke rumah. Waktu kerja mereka ditentukan selama 8 jam, dan setelah selesai bekerja, mereka kembali pulang ke asrama. Kalau ternyata tenaga mereka masih dibutuhkan setelah melewati jam kerja, maka mereka berhak mendapatkan lembur sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Saya rasa konsep ini cukup memadai dalam upaya kita memberikan keamanan kepada nakerwan. Jadi dengan demikian status mereka bukan sebagai buruh informal melainkan buruh formal. Konsep ini kita laksanakan secara bertahap, dan diperkirakan akan

ensa

13

Dibutuhkan Kebijakan Yang Dapat Melindungi TKI


dapat diimplementasikan secara penuh pada tiga hingga lima tahun kedepan. Sementara ini, konsep ini sudah kita lakukan untuk sektor pekerja sosial, seperti para perawat jompo di Kuwait. Pagi-pagi mereka datang ke rumah user untuk bekerja merawat jompo, dan kembali pulang ke asrama pada sore harinya setelah pekerjaan mereka selesai. Konsep ini juga bisa dilakukan dengan menggunakan mekanisme shift, dan sudah berjalan selama beberapa tahun ini. Untuk mereka yang tinggal di kompleks perkotaan yang padat, tentunya harus ada tempat tinggal yang memungkinkan bagi mereka untuk bisa dimobilisasi dengan mudah, misalnya di satu kompleks apartemen. Dengan demikian, perusahaan (agen) mereka disana dapat melakukan aktifitas antarjemput terhadap mereka. Selanjutnya bisa juga dipikirkan mengenai penggunaan rumah pribadi, dan ini harus segera dimulai. Jadi mereka bisa bekerja seperti halnya para pekerja di pabrik. Ini harus bisa dilakukan oleh para agen di luar negeri, dan kalau mereka tidak bisa maka mereka tidak boleh merekrut nakerwan kita. Syarat-syarat seperti ini memang harus kita terapkan. Di beberapa negara penerima, seperti misalnya di Arab Saudi, paspor PLRT itu memang ditahan oleh user. Menurut kami, boleh saja paspor para nakerwan ini ditahan oleh majikannya, tetapi mereka harus diberikan kompensasi berupa pemberian handphone. Hal ini memang belum diatur, tetapi kita akan coba untuk masuk secara perlahan. Yang jelas, sekarang ini BNP2TKI tengah melakukan pelatihan berupa kelompok berlatih berbasis masyrakat. Pelatihan ini kita lakukan di desa-desa untuk para calon TKI. Kelompok berlatih ini bukan hanya sebagai tempat pelatihan,
dok. diplomasi

Jumhur Hidayat
Kepala BNP2TKI

tetapi juga sebagai pusat informasi. Dengan demikian para calon TKI dapat memperoleh informasi yang lengkap jika ingin bekerja ke luar negeri dan tidak berhubungan dengan calo. Jadi bagi para calon TKI yang berminat untuk bekerja ke luar negeri, mereka bisa datang ke kelompok berlatih ini untuk mengikuti pelatihan dari pagi hingga sore dan kemudian kembali ke rumah. Setelah mereka terlatih dengan baik, selanjutnya barulah diproses dokumentasinya. Keberadaan calo itu dikarenakan adanya jarak antara pelayanan publik dengan masyarakat. Oleh karena itu, maka jarak ini kita persempit melalui pembentukan tempat-tempat pelatihan semacam itu. Sekarang ini, kelompok-kelompok berlatih tersebut sudah ada di 90 desa, dan target kami adalah 1.000 desa pada 2014-2015. Kita akan buat tempat-tempat pelatihan itu di kantong-kantong daerah pengirim bekerjasama dengan dinas-dinas di Kabupaten agar tetap terkontrol. Disamping itu kita juga sudah mulai menerapkan online system, yang kita awali dari Provinsi Jawa Barat, dimana pemprosesan data TKI dari Dinas Kabupaten/Kota ke BNP2TKI dilakukan secara online. Dengan demikian, maka data di

daerah itu sama dengan data di kita, dan tidak bisa dipalsukan. Kita hanya akan memproses data yang terkirim secara online dari dinas, karena biasanya calo itu suka membuat cap dinas palsu walaupun dokumen-dokumen dari dinas itu dilindungi dengan security printing. Tapi dengan online system ini prosesnya menjadi lebih aman dan mudah. Dalam hal besaran upah, tentunya kita juga menerapkan upah minimum bagi para TKI. Misalnya di Timur Tengah, sebelumnya mereka menerima upah sebesar 600 Riyal dan sejak 2007 naik menjadi 800 Riyal. Sementara di Singapura, upah mereka sebelumnya adalah S$ 280, dan sekarang naik menjadi S$ 350. Sekarang ini ada sekitar 550 PJTKI yang beroperasi, dimana sebagian dari mereka cukup patuh dengan ketentuan yang berlaku, disamping juga cukup banyak yang bermasalah. Seluruhnya akan kita evaluasi, termasuk juga agen-agen penerima di luar negeri. Sekarang ini ada sekitar 5 (lima) juta TKI kita yang bekerja di luar negeri, baik yang legal maupun illegal. Tentunya kita akan memberikan perhatian yang penuh terhadap mereka semua, agar tidak ada lagi berita-berita yang menyedihkan dari mereka.[]

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

14

L ensa

WALAUpUn secara teknis, permasalahan TKI itu merupakan tanggungjawab jajaran Kemenaker, tetapi dalam hal diplomasi untuk advokasi kepentingan warga negara, Kemlu dimana dalam hal ini KBRI, harus kita perkuat dengan keberadaan Atase Tenaga Kerja. Kami sangat mendorong agar Atase Tenaga Kerja ini segera ditempatkan di KBRI-KBRI, terutama yang selama ini memang menjadi tempat penempatan TKI dalam jumlah besar. Yang kedua, kami juga mendorong Kemlu untuk mengembangkan MoU atau agreement yang sifatnya G to G. Dengan Arab Saudi dan Malaysia misalnya, selama ini kita belum memiliki agreement tentang TKI, karena di Arab Saudi hal ini merupakan private sector. Dalam jumlah yang besar rasanya Kemlu akan sulit berperan banyak, kecuali jika memang sudah dicapai suatu agreement yang sifatnya G to G, dan inilah yang akan terus kita dorong. Yang ketiga, terkait dengan pengembangan hubungan multilateral dan bilateral Indonesia dengan negara-negara lain. Saya melihat bahwa kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah sekarang ini memiliki potensi politik dan ekonomi yang sangat besar, termasuk Irak, dimana dalam lima atau sepuluh tahun kedepan mungkin mereka bisa memiliki potensi yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia harus mengambil langkah-langkah yang lebih definitif dan terukur untuk penguatan kerjasama dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah melalui pembukaan perwakilan RI secara resmi disana. Dan kami berharap agar ini bisa dilakukan secara lebih progresif. Satu hal yang menjadi catatan kami, bahwa negara-negara Timur Tengah ini memiliki budaya diplomasi yang khas, dan inilah yang harus dikembangkan dan dimodifikasi oleh jajaran Kemlu, terutama dengan mengaktivasi semacam special envoy dari tokohtokoh tertentu yang secara informal bisa mengembangkan akses-akses terkait dengan hal ini. Selama ini sebenarnya special

Meminimalisir Permasalahan TKI


dok. dakwatuna.com

Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si.


Ketua Komisi I DPR RI

envoy itu sudah ada, seperti misalnya bapak Alwi Shihab, tetapi saya kira kita bisa membuat sebuah tim, dimana ada lebih banyak orangorang di Indonesia yang sebenarnya memiliki akses yang bagus dalam hal pendekatan kultural informal ini. Mereka bisa membantu untuk mempermudah dan memperlancar upaya-upaya yang dilakukan oleh Kemlu terkait pencapaian MoU atau agreement tentang TKI. Sasaran kita terutama adalah negara-negara seperti Malaysia, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, karena hal ini sangat penting. Apalagi sebenarnya memang banyak persoalan yang bisa diselesaikan melalui diplomasi informal sebelum melakukan diplomasi formal. Hampir 80% masalah TKI itu sifatnya permisif dan imbasnya banyak problem di dalam negeri. Jika kemudian kita tempatkan Atase Tenaga Kerja di KBRI, maka secara finansial itu akan di backup dari anggaran Kemenaker. Jadi dalam anggaran Kemenaker, termasuk BNP2TKI, mungkin memang akan ada alokasi anggaran untuk penyelesaian dan perlindungan warga, khususnya TKI di luar negeri. Hal ini yang memang belum signifikan, padahal pemasukan

Kemenaker dan BNP2TKI dari TKI itu sangat besar. Kemenaker dan BNP2TKI harus melakukan kerjasama secara teknis terkait perlindungan warga di luar negeri. Di dalam negeri, kerjasama teknis ini bersifat preventif, sementara di luar negeri mereka harus melakukan edukasi dan advokasi bersama-sama dengan Kemlu, dan kemudian melakukan upaya penguatan terhadap pola-pola kerjasama tersebut, karena hal itu tidak mungkin bisa dilakukan hanya oleh pejabat dari Kemlu. Jika ada Atase Teknis Tenaga Kerja, maka merekalah yang akan menangani hal ini secara lebih teknis. Dalam hal kerjasama secara bilateral, kita bisa ambil contoh dari Singapura, dimana mereka membuat suatu persyaratanpersyaratan rekrutmen dan juga kerjasama yang sudah sangat sistematis, sehingga tidak ada yang namanya TKI illegal disana. Sementara di beberapa negara seperti Malaysia, mereka memang memiliki kepentingan dengan keberadaan TKI illegal ini, karena dengan begitu mereka bisa membayar dengan murah, dan jika ada permasalahan mereka juga bisa berlepas tangan. Inilah

yang harus kita atasi, dan hal ini tidak saja menuntut komitmen dari Kemenaker dan BNP2TKI, tetapi Kemlu juga harus membuka jalan agar pemerintah Malaysia bersedia secara terbuka untuk melakukan kerjasama yang lebih sistematis. Segala permasalahan mengenai TKI itu akan dapat di minimalisir kalau yang kita kirim itu merupakan tenaga-tenaga yang terampil, dimana dalam hal ini secara otomatis ada standarisasi pendidikan, baik formal maupun informal. Sementara ini hal itu tidak ada, sedangkan sebagian besar atau sekitar 60 % TKI itu bekerja di sektor informal. Dari sisi ini saja, ini sudah merupakan suatu permasalahan. Tentunya masalah penegakan hukum juga harus kita perhatikan, tetapi yang paling penting dalam hal ini adalah komitmen dari Kemenaker dan BNP2TKI, karena kalau tidak maka Kemlu akan cuci piring terus. Jika semuanya sudah kita benahi, maka kalaupun kemudian Kemlu masih harus cuci piring, setidaknya hanya piringpiring yang kecil dan bukan piringpiring yang besar.[]

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
Lensa

15

Perlindungan TKI Cenderung Menggunakan Pendekatan Kuratif bukan Pendekatan Preventif


dianiaya, maka dikatakan bahwa nasib dan rezekinya TKW tersebut memang seperti itu. Para pekerja migran sektor domestik kita, selama ini sifatnya memang lebih kepada emosional dan jaringan, berbeda dengan para pekerja migran dari Filipina yang lebih rasional. Kasus yang menimpa buruh migran kita terkait dengan misunderstanding ataupun cross culture communication, semua ini terkait dengan kesiapan mental dan kemampuan bekerja mereka yang masih terbatas. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kita bisa menumbuhkan kinerja itu sebagai dasar dari profesionalitas. Filipina sudah menjual profesional ini, tapi kalau kita masih belum. Oleh karenanya maka UU Penempatan Tenaga Kerja itu terus diperjuangkan. Di Hong Kong, orang-orang disana lebih profesional, karena disana ada kontrak kerja yang baik. Tenaga kerja kita diberi happy hour dan juga jam kerja yang jelas. Oleh karena itu kita harus dorong mereka sebagai pekerja rumah tangga dan bukan sebagai pembantu yang membuat posisi mereka menjadi lemah. Mereka itu bukan domestic servant, tetapi pekerja rumah tangga yang memiliki hak yang jelas. Sebenarnya ini merupakan perbudakan zaman modern, karena komoditi yang laku di pasar adalah tenaga kerja. Oleh sebab itu pula maka ada perempuan-perempuan yang menjadi korban perdagangan orang, karena kultur masih mengenal hal tersebut. Malaysia mungkin tidak memiliki kultur perbudakan, tapi TKW kita banyak yang diperbudak, karena TKW kita dikenal kuat bekerja dengan gaji rendah. Disamping itu juga ada faktor kedekatan budaya, dimana dibanding Filipina, mereka lebih suka menggunakan TKW kita. Namun posisi tawar TKW kita lemah, karena perlindungan yang diberikan juga lemah. Kalau TKW ini hanya dilihat sebagai penambah devisa dan tidak dianggap sebagai pekerja, maka hal ini akan menimbulkan permasalahan yang berlarut-larut, karena perlindungan terhadap mereka memang masih lemah. Dalam hal ini kita cenderung menggunakan pendekatan kuratif dan bukan pendekatan preventif, sehingga hanya bersifat reaksioner. Kalau kita memiliki sistem yang cukup memadai, seperti misalya aturan main yang jelas dari sejak rekrutmen, pelatihan, pembekalan, pemberangkatan hingga kembali ke tanah air, maka tidak akan ada kasus. Saya melihat sendiri, bagaimana buruh migran itu kesulitan dalam mengisi data di imigrasi, itu dikarenakan mereka under qualified. Kalau masalahnya seperti ini, maka dengan sendirinya itu akan merendahkan martabat bangsa. Memang benar bahwa kita juga mengirim yang skilled worker seperti misalnya perawat. Tapi yang sering bermasalah itu adalah yang unskilled worker, karena hanya sebagai pembantu maka difikirnya hanya akan melakukan pekerjaan perempuan seperti memasak dan menyetrika dan menganggap tidak perlu melakukan pelatihan yang memadai, dan pada akhirnya hanya dilatih ala kadarnya. Ini sangat berbeda dengan tenaga perawat yang dibekali dengan kursus bahasa dan dilengkapi dengan sertifikasi. Jika TKW ini masih dilihat sebagai komoditi yang menguntungkan bagi sebagian pihak, ini merupakan pemikiran jangka pendek dan tidak mempunyai orientasi jangka panjang, oleh karena itu maka sistem manajemennya tidak cukup memadai untuk menangani buruh migran. Kalau yang kita kirim itu low skilled worker, maka kesannya adalah kita yang membutuhkan pekerjaan itu. Padahal faktanya negara-negara penerima itu juga membutuhkan kita. Seharusnya hal ini dilihat sebagai kebutuhan bersama, sehingga tidak terjadi perlakuan yang semena-mena. Kita harus melakukan moratorium sebagai bentuk ketegasan, dan reaksi-reaksi yang muncul karena hal ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi. Ketika kita berbicara tentang buruh migran, maka pemerintah mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan. Kalau kemudian nasib mereka di sana tidak jelas, maka cara untuk melindunginya adalah dengan menghentikan pengiriman. Apalagi para buruh migran perempuan ini juga menjadi korban di beberapa level. Di daerahnya mereka terlilit utang karena sebagian besar meminjam uang kepada rentenir untuk bisa berangkat bekerja ke luar negeri. Lalu di PJTKI ada yang mengalami masalah keterbatasan makanan, karena terkadang yang difikirkan itu hanya bagaimana mengirim TKW sebanyak-banyaknya tapi tidak memperhatikan masalah kualitas dan profesionalitas TKW itu sendiri. Masalah buruh migran ini memang sangat kompleks dan memiliki multiplier effect mulai dari hulu sampai hilir. Tetapi yang jelas dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam upaya perlindungan mereka dan jangan dibiarkan berlarut-larut sehingga tidak ada penyelesaian. Selanjutnya pemerintah juga harus melakukan penguatan ekonomi masyarakat, karena selama tawaran bekerja ke luar negeri itu tampak menguntungkan, maka masih banyak orang yang berpikir untuk bekerja ke luar negeri, apalagi didorong oleh kebutuhan ekonomi yang besar. Kalau kita tetap ingin melakukan pengiriman, maka sistemnya harus dibenahi dan paradigmanya juga dirubah, karena bagaimanapun para migrant worker itu adalah ujung tombak dan duta bangsa. Mereka adalah manusia yang bisa meningkatkan potensi bangsa lain.[]

Ida Ruwaida Sosiolog dan Pengajar di UI

KiTA harus memahami bahwa peluang kerja di daerah itu relatif terbatas, dan oleh karena itu maka pilihannya adalah melakukan migrasi, dimana dalam hal ini sebagian masyarakat di desa-desa itu memilih untuk menjadi buruh migran. Jadi pilihan ini sebenarnya lebih kepada faktor ekonomi, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, baik itu bagi yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Mereka sebenarnya bisa saja memilih bekerja di kota-kota besar, tetapi tentu saja image-nya akan berbeda jika mereka bekerja di luar negeri. Jadi saya rasa, dalam hal ini mereka bukan hanya mencari pekerjaan semata, tetapi juga terkait dengan image, karena bagi sebagian TKW, bekerja di luar negeri itu lebih membanggakan ketimbang bekerja di Jakarta, misalnya. Selain itu juga ada referensi, bahwa kalau mereka bekerja di Timur Tengah nanti bisa naik haji, meskipun sekarang ini juga sudah banyak yang bekerja di Taiwan dan Hong Kong. Oleh karena itu sekarang ini ada sebutan TKW Ringgit, TKW Dinar dan sebagainya. Negara yang mereka tuju, umumnya juga sangat ditentukan oleh latar belakang pendidikan mereka. Ada indikasi bahwa TKW yang bekerja di Timur Tengah memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada TKW yang bekerja di Hong Kong. Di sisi lain, pilihan negara tujuan itu juga terkait dengan jaringan atau social network. Misalnya mereka yang berasal dari Malang Selatan akan cenderung memilih bekerja ke Hong Kong, karena di sana mereka memiliki banyak teman. Figur keberhasilan teman-teman mereka juga menjadi inspirasi bagi sebagian buruh migran. Sementara pengalaman negatif sebagian orang, itu tidak membuat mereka takut untuk tetap bekerja ke luar negeri, karena hal ini berkaitan dengan sikap mental mereka. Banyak dari mereka yang memaknai bahwa pengalaman negatif itu merupakan nasib atau memang sudah rezekinya. Kalau ada TKW yang

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

16

L ensa

Optimalisasi Pelayanan dan Perlindungan WNI di Luar Negeri


penanganan permasalahan WNI di negara setempat. Melakukan upayaupaya pencegahan terhadap permasalahan yang mungkin timbul terhadap WNI di negara setempat. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan public awareness campaign dengan sasaran WNI yang berada di wilayah akreditasi. Salah satu contoh manifestasi public awareness campaign ini adalah welcoming program bagi para TKI yang baru tiba di negara tujuan penempatan sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa Perwakilan RI. Perwakilan RI kiranya dapat secara fleksibel melakukan upaya pencegahan dimaksud sesuai dengan karakteristik wilayah akreditasinya masing-masing. Mengefektifkan early detection terhadap permasalahan yang mungkin menimpa WNI di wilayah akreditasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberdayakan unsur masyarakat setempat, seperti perkumpulan masyarakat, perhimpunan mahasiswa, maupun organisasi kemasyarakatan yang ada. Informasi yang diperoleh dari unsur-unsur masyarakat tersebut kiranya dapat diidentifikasi, diolah dan direspon oleh Perwakilan sehingga potensi permasalahan yang mungkin timbul dapat diredam sedini mungkin. Memberikan perlindungan kepada WNI yang mengalami permasalahan di wilayah akreditasnya pada kesempatan pertama (immediate response) dan tidak melimpahkannya kepada pihak ketiga. Perwakilan RI secara langsung dengan cepat merespon dan memberikan perlindungan dengan berbagai pendekatan, baik hukum, kemanusiaan, maupun politis. Upaya perlindungan tersebut, termasuk di dalamnya pengelolaan penampungan (shelter) Perwakilan RI, khususnya pada negara-negara yang menjadi tujuan penempatan TKI.[] (Sumber : Dit. PWNI/BHI Kemlu)
dok. kbrisingapura

Suasana pelayanan ke-konsuleran di KBRI Singapura yang cepat, ramah dan nyaman sehingga memperoleh ISO 9001. Optimalisasi pelayanan ini merupakan hasil dari benah diri Kemlu yang dilakukan secara konsisten sejak 2002.

PAdA tingkat pusat, Kementerian Luar Negeri terus melakukan langkah dan upaya untuk menangani akar permasalahan WNI/TKI yang terjadi di dalam negeri. Berbagai upaya dan langkah strategis yang dilakukan, antara lain dengan membentuk grand design sebagai suatu policy paper yang dapat digunakan sebagai guidance oleh seluruh stakeholder, termasuk Perwakilan RI, dalam memberikan pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri. Melakukan koordinasi dan harmonisasi dengan Kementerian/ Lembaga terkait, parlemen, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media massa dan stakeholder terkait lainnya melalui forum kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari: (i) Pokja Penguatan Koordinasi Antar Kementerian/Lembaga; (ii) Pokja Trans-national Crime; (iii) Pokja Penanganan Kasus-Kasus Hukum WNI di Luar Negeri; (iv) Pokja Public Awareness Campaign; dan (v) Pokja Repatriasi. Forum Pokja dimaksud diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan sehingga

seluruh unsur masyarakat well informed terhadap permasalahan yang ada serta upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh Kemlu maupun Perwakilan RI di luar negeri. Dalam hal ini, forum Pokja ini diharapkan dapat dijadikan wadah peran serta aktif seluruh unsur masyarakat sehingga pengananan terhadap permasalahan WNI di luar negeri tidak lagi dilakukan secara parsial namun secara komprehensif. Secara berkala (setiap tiga bulan sekali), Kementerian Luar Negeri juga akan melakukan pertemuan dengan unsur Kementerian/ Lembaga terkait di tingkat Eselon II guna sinkronisasi informasi maupun kebijakan di bidang perlindungan WNI di luar negeri. Melalui forum ini diharapkan dapat terbentuk keselarasan informasi, tupoksi, plan of action, alokasi anggaran, maupun upaya penanganan permasalahan yang terjadi. Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri, diperlukan adanya sinergi diantara Perwakilan RI dan Pusat guna menerapkan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan

bagi penanganan permasalahan terkait WNI di luar negeri, terutama hal-hal yang telah dirumuskan bersama dalam forum-forum tersebut di atas. Sinergi antara pusat dan Perwakilan RI di luar negeri dalam hal ini dapat dibentuk dengan suatu komunikasi yang intensif dan berkesinambungan dalam penanganan setiap isu perlindungan. Sesuai dengan arahan Menteri Luar Negeri, terkait dengan upaya pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri, Perwakilan RI secara konsisten dan persisten dapat melakukan langkah-langkah, antara lain: Membangun dan mengembangkan jejaring (networking) dengan counterpartnya masing-masing, khususnya yang terkait dengan perlindungan WNI di luar negeri. Networking tersebut kiranya dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendekatan second track kepada unsurunsur terkait di wilayah akreditasi yang pada akhirnya diharapkan mampu menghilangkan hambatanhambatan birokrasi dalam

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
L ensa

17

Data Kasus WNI di Luar Negeri


repatriasi, meninggal dunia dan kasus-kasus lainnya, seperti kembali lagi ke majikan awal, pindah ke majikan lain, dan dikirim ke kantor polisi untuk di deportasi (khususnya di wilayah Timur Tengah). Kasus repatriasi yang telah diselesaikan sebanyak 6.287 kasus atau 44%, meninggal dunia sebanyak 1.297 kasus atau 9%, dan kasus lain-lain sebanyak 6.784 atau 47%. Jumlah WNI/TKI yang meninggal dunia di luar negeri karena kecelakaan kerja sepanjang 20092010 adalah sebanyak 1.297 orang. Sebagian, yaitu sebanyak 882 jiwa (68%) dimakamkan di luar negeri, sementara sebagian lagi, yaitu sebanyak 415 jiwa (32%), dimakamkan di dalam negeri. Kasus repatriasi dan deportasi terhadap WNI/TKI di luar negeri sepanjang Januari hingga Desember 2010, adalah sebanyak 6.287 kasus repatriasi dan 2.872 kasus deportasi. Jika dilihat berdasarkan kawasan, maka kasus repatriasi yang terjadi di Timur Tengah (minus Arab Saudi), berjumlah 1.397 kasus atau 22%. Sementara yang terjadi di Arab Saudi sebanyak 1.236 kasus atau 20%, dan di Malaysia sebanyak 3.322 kasus atau 53%, dan di kawasan lainnya sejumlah 332 kasus atau 5%. Sementara untuk kasus deportasi berdasarkan kawasan sepanjang tahun 2010, di Malaysia sebanyak 15.021 kasus atau 51%, di Arab Saudi sebanyak 13.660 atau 48%, dan di kawasan lainnya sebanyak 40 kasus atau 1%. Jumlah WNI/TKI yang terancam hukuman mati di luar negeri, yaitu berjumlah 210 orang. Di Arab Saudi sejumlah 23 orang, di Malaysia sejumlah 176 orang, dan di China sejumlah 11 orang. Jumlah WNI/ TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia dibedakan dalam dua kategori, yaitu hukuman mati karena kasus narkoba dan kasus non narkoba, masing-masing adalah sejumlah 141 orang (80 %) karena kasus narkoba, dan 35 orang (20%) karena kasus non narkoba.[] (Sumber : Dit. PWNI/BHI Kemlu)
dok. wordpress.com

Para TKW bermasalah mendapat pengarahan dari pejabat KBRI Kuwait. Setiap tahun rata-rata Kedutaan Besar RI Kuwait menampung sekitar 2.000 tenaga kerja wanita bermasalah yang kabur dari majikan.

JUmLAh TKI yang berada di luar negeri sekarang ini, tercatat sebanyak 3.294.009 orang, dengan rincian berada di Afrika sebanyak 4.439 orang atau 1%, di Eropa 59.735 orang atau 2%, di Amerika 130.851 orang atau 4%, di Pasifik 55.591 orang atau 2%, di Asia Tenggara 249.100 orang atau 7%, di Malaysia 1.410.787 orang atau 42%, di Asia Timur 359.844 orang atau 11%, di Asia Selatan 2.760 orang atau 1%, di Timur Tengah 379.963 orang atau 11% dan di Arab Saudi 641.039 orang atau 19%. Di Arab Saudi, tenaga kerja Indonesia (TKI) lebih banyak terkonsentrasi di Riyadh dan Jeddah, masing-masing berjumlah 225.453 orang (35%) dan 415.586 orang (65%). Sementara di Malaysia, sebaran TKI lebih banyak terkonsentrasi di Kuala Lumpur, yaitu sebanyak 620.817 orang (44%), di Penang sebanyak 298.318 orang (21%), di Johor Bahru sebanyak 202 352 orang (14%), di Kuching sebanyak 254.111 orang (18%) dan di Kota Kinabalu sebanyak 35.189 orang (3%).

Sementara itu, jumlah WNI/ TKI yang berada di penampungan Perwakilan RI di berbagai negara pada tahun 2010, tercatat sebesar 15.766 orang. Dengan digalakannya upaya pelayanan warga, maka pada akhir tahun 2010 atau tepatnya pertanggal 12 Desember 2010, jumlahnya berhasil diturunkan menjadi 1.398 orang. Perwakilan RI yang menampung WNI/TKI bermasalah adalah ; KBRI Amman (220 orang), KBRI Bandar Sri Begawan (52 orang), KBRI Damaskus (45 orang), KBRI Doha (44 orang), KBRI Singapura (106 orang), KBRI Abu Dhabi (88 orang), KBRI Kuala Lumpur (115 orang), KBRI Kuwait City (195 orang), KBRI Riyadh (176 orang), KJRI Dubai (65 orang), KJRI Hongkong (2 orang), KJRI Jeddah (118 orang), KJRI Johor Bahru (55 orang), KJRI Kota Kinabalu (18 orang), KJRI Kuching (51 orang), dan KJRI Penang (48 orang). Kasus WNI/TKI bermasalah di luar negeri pada tahun 2010 berjumlah 16.064 kasus, dimana di Afrika sebanyak 101 kasus, di Eropa 67 kasus, di Amerika 37 kasus,

di Pasifik 93 kasus, di Asia 3.113 kasus, di Malaysia 2.066 kasus, di Timur Tengah 6.345 kasus, dan di Arab Saudi 4.242 kasus. Untuk kasus-kasus WNI/TKI bermasalah yang terjadi di wilayah Afrika, Eropa, Amerika dan Pasifik, pada umumnya adalah berupa kasus ABK dan overstayers. Jumlah kasus WNI/TKI bermasalah yang telah ditangani oleh Perwakilan RI dan Kementerian Luar Negeri RI pada tahun 2010, khusus untuk kawasan Asia dan Timur Tengah adalah sebanyak 15.766 kasus, masing-masing sebanyak 5.179 kasus di Asia dan 10.587 kasus di Timur Tengah. Dari sejumlah 3.113 kasus yang ada di Asia, sebanyak 2.953 kasus (95%) sudah diselesaikan, dan sebanyak 160 kasus (5%) masih dalam proses penyelesaian. Sementara di Malaysia, dari 2.066 kasus yang ada, sebanyak 1.779 (86%) sudah diselesaikan dan yang masih dalam proses penyelesaian sebanyak 287 kasus (14%). Kasus-kasus yang telah diselesaikan pada umumnya dibagi dalam tiga jenis kasus, yaitu kasus

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

18

L ensa

Mekanisme Perlindungan Kepentingan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) di Luar Negeri
MEkAniSmE pemberian bantuan perlindungan yang dilakukan oleh Direktorat PWNI/BHI Kemlu RI adalah sebagai berikut: Pihak Pemerintah Daerah (Pemda) yang memerlukan perlindungan bagi warganya dapat segera menyampaikan permintaan kepada Departemen Luar Negeri dengan tembusan kepada Perwakilan RI di luar negeri. Setelah diterimanya permintaan sebagaimana dimaksud dalam butir di atas, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengkoordinasikan langkahlangkah pemberian perlindungan WNI dan BHI di luar negeri dengan Perwakilan RI di luar negeri dan dengan instansi terkait di dalam negeri. Dalam hal diperlukan bantuan penasehat hukum bagi WNI/BHI yang memerlukan perlindungan, Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri berkoordinasi dengan penasihat hukum yang ditunjuk untuk mendampingi dan menjamin hak-hak WNI/BHI terkait selama dalam pemeriksaan secara hukum baik di dalam maupun di luar negeri. Bagi WNI/BHI yang mendapat ancaman hukuman, menjalani hukuman maupun yang akan dideportasi karena pelanggaran hukum yang dilakukan di luar negeri, Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri mengupayakan langkah-langkah bantuan hukum dan kemanusiaan melalui sistem hukum yang berlaku maupun melalui jalur diplomatik. Dalam hal kematian WNI di luar negeri, Kemlu RI dan Perwakilan RI mengupayakan hak-hak WNI tersebut tetap terjamin, seperti asuransi, pemulangan jenazah ke dalam negeri serta untuk pemakaman secara patut bagi WNI tersebut, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk kegiatan penanganan, perlindungan yang memerlukan biaya besar serperti biaya penasehat hukum, pengobatan, pemulangan WNI dan pemulangan jenazah WNI di luar negeri ke daerah asal di Indonesia, Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri mengupayakan dana dari WNI bersangkutan atau keluarganya, Pemda asal WNI, atau instansi terkait dan sumber dana lainnya yang tidak mengikat. Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri senantiasa memantau perkembangan setiap WNI/BHI yang tercatat di Perwakilan RI serta memberikan perlindungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada WNI/BHI tersebut, sedangkan bagi yang tidak tercatat, Kemlu RI dan Perwakilan RI akan mengupayakan diperolehnya data yang bersangkutan melalui instansi terkait di luar negeri untuk kemudian diberikan perlindungan sebagaimana mestinya. Kemlu RI memberitahukan perkembangan keadaan WNI/BHI yang dimintakan perlindungan kepada Pemda terkait. Berdasarkan masukan lembaga/instansi pemerintah terkait, Kemlu RI melakukan evaluasi terhadap tindak lanjut dan pelaksanaan perlindungan. Instansi yang terkait dengan pemberian perlindungan kepada WNI dan BHI di dalam maupun di luar negeri adalah: Kementerian Luar Negeri; Kantor Menko Polhukam dan Kantor Menko Kesra; Kementerian Dalam Negeri, khususnya Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota; Kementerian Kehakiman dan HAM, khususnya Direktorat Jenderal Imigrasi, dan kantor imigrasi daerah; Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Provinsi, Kabupaten dan Kota; Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi, Kabupaten dan Kota; Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Daerah; Asosiasi Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja; dan Instansi terkait lainnya.[]

Sekolah TKW untuk TKW Bermasalah


PAdA Januari-Juni 2011, KJRI Dubai merencanakan penyelenggaraan Sekolah TKW bagi para TKW bermasalah yang berada di penampungan sementara KJRI dan sedang menunggu penyelesaian permasalahannya. Sekolah TKW ini bertujuan untuk meningkatkan peran Perwakilan dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat Indonesia, terutama kepada para Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT/TKW). Sekolah TKW itu sendiri telah dibuka secara resmi oleh Konjen RI, Mansyur Pangeran pada 21 Desember 2010. Materi pelajaran yang akan diberikan di Sekolah tersebut antara lain berupa pelajaran bahasa Inggris, menjahit, membuat aksesoris, menata meja dan menghidangkan makanan, serta didukung oleh para pengajar yang berasal dari ibu-ibu masyarakat yang juga merupakan anggota DWP KJRI Dubai. Selain itu Sekolah TKW tersebut juga diharapkan dapat memberikan pembekalan keterampilan kepada para TKW saat mereka kembali ke tanah air. Dalam sambutannya, Konjen RI, Mansyur Pangeran, meminta agar para TKW bermasalah yang berada di penampungan sementara KJRI Dubai dapat memanfaatkan sekolah itu dengan sebaik-baiknya, karena pengetahuan dan pelatihan yang diperoleh di sekolah tersebut nantinya dapat dijadikan modal bagi para TKW untuk memulai usaha mandiri di tanah air tanpa harus mencoba kembali mengadu nasib sebagai TKW di luar negeri. Sepanjang tahun 2010 lalu, KJRI Dubai telah berhasil menyelesaikan permasalahan dan memulangkan ratusan orang Nakerwan bermasalah yang dilaksanakan secara bertahap, sesuai dengan Standard Operating Procedure yang diterapkan. Sebelum dipulangkan, seluruh Nakerwan bermasalah yang selama ini menghuni penampungan sementara KJRI Dubai telah menjalani proses penyelesaian hukum dan administrasi dengan otoritas terkait (Kantor Imigrasi, Kepolisian, agen penyalur lokal dan majikan) di bawah bantuan dan mediasi KJRI Dubai. Pemulangan para Nakerwan bermasalah tersebut merupakan hasil kerjasama yang cukup erat antara KJRI Dubai dengan Direktorat Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Ditjen Binapenta Kemnakertrans dan BNP2TKI. Berdasarkan data statistik dan estimasi KJRI Dubai, yang wilayah kerjanya meliputi 6 (enam) Emirat (Negara Bagian) Negara Persatuan Emirat Arab bagian utara, saat ini diperkirakan terdapat sekitar 90 ribu lebih WNI, dimana sebagian besar merupakan Nakerwan yang berprofesi sebagai PLRT. Meskipun menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan, KJRI Dubai senantiasa terus berupaya untuk meningkatkan Sistem Pelayanan Warga (Citizen Service) yang bertujuan untuk memberikan bantuan pelayanan dan perlindungan kepada WNI dan BHI (Badan Hukum Indonesia) yang mengalami permasalahan di luar negeri. Citizen Service ini merupakan pelayanan terpadu yang bersifat cepat, tepat, murah, ramah, memuaskan, terbuka dan bertanggung-jawab, dengan melibatkan seluruh unsur yang ada di Perwakilan RI di luar negeri maupun instansi terkait di dalam negeri.[]

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
L ensa

19

Memperbaiki Masalah TKI


Persoalan yang menyelimuti Tenaga Kerja Indonesia sangat kompleks, oleh karena itu Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) sedang melakukan pembenahan terhadap TKI, mulai dari perekrutan, pemeriksaan kesehatan, pelatihan dan memastikan si calon TKI memiliki kemampuan untuk bekerja. Kami sedang membangun sebuah sistem, sebagai instrumen untuk mengawal semua proses tersebut.
Saat ini BNP2TKI sedang membangun sebuah sistem informasi yang terkoneksi ke semua stakeholder yang terlibat dalam proses penempatan TKI ke luar negeri, dimana sebagaian sudah kami lakukan dan sebagian lagi sedang dikembangkan. Sebenarnya ini sudah dilakukan oleh BNP2TKI sejak 2007, namun kami mulai kembali pada 2008-2009. BNP2TKI ini terdiri dari berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Luar Negeri, Kementerian Hukum dan HAM, Kesehatan, Imigrasi dan lain sebagainya, dan didesain untuk tidak mencampuri kewenangan antarinstansi masing-masing. BNP2TKI hanya melaksanakan berbagai aturan-aturan yang dilakukan oleh kementerian, dan merupakan sebuah institusi pemerintah. Terkait dengan penanganan persoalan TKI yang ada di Arab Saudi, BNP2TKI merupakan bagian dari tim yang dikirim oleh pemerintah ke Arab Saudi. Namun karena tim ini dipimpin oleh Kementerian, maka hal itu tidak menjadi porsi BNP2TKI. Tim ini yang menangani persoalan di Arab Saudi tersebut. Bagaimanapun tahun 2010 merupakan tahun peningkatan kualitas pelayanan penempatan bagi BNP2TKI. Seluruh BP3TKI sebagai ujung tombak pelayanan BNP2TKI di lapangan telah di instruksikan untuk meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait. Kata kuncinya adalah sinergi, tidak sekedar BP3TKI dengan BNP2TKI tetapi yang lebih penting BP3TKI dengan instansi-instansi terkait di daerah. Upaya peningkatan kualitas pelayanan ini termasuk sosialisasi terhadap masyarakat untuk mengikuti prosedur penempatan yang diatur oleh BNP2TKI, karena hal ini sangat penting. Sosialisasi ini perlu dilakukan secara wajar, dan karenanya harus ditentukan media apa yang paling efektif, dan seberapa lama sosialisasi ini diperlukan. Tugas utama BP3TKI adalah memfasilitasi pemberangkatan TKI, agar jangan sampai ada TKI yang berangkat ke luar negeri tanpa dokumen yang legal. Dan setiap kali ada TKI legal yang berangkat, maka setiap saat kita harus menerima resiko adanya kemungkinan perlakuan buruk yang akan dialami seorang calon TKI di luar negeri. Sulit bagi kita untuk mencapai zero TKI ilegal, karena keberangkatan seseorang ke luar negeri itu putusan akhirnya di luar kewenangan BP3TKI ataupun BNP2TKI. Namun dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada TKI, kecenderungan keberangkatan TKI ilegal ini akan bisa diminimalisir. Kalau prosedur untuk mengurus keberangkatan itu mudah, tidak berbelit-belit dan murah, tentunya calon TKI akan berpikir lebih baik menjadi TKI legal ketimbang TKI ilegal. Dalam hal ini BNP2TKI memberikan petunjuk prosedur kepengurusan keberangkatan ke luar negeri dalam bentuk buku paket tentang standar kualitas pelayanan. Buku ini diberikan dan disosialisasikan oleh jajaran BNP2TKI, baik di pusat maupun daerah, kepada calon TKI. Selain itu, BNP2TKI juga sudah membentuk Kelompok Berlatih Berbasis Masyarakat (KBBM) untuk mempersiapkan calon TKI sektor rumah tangga agar memiliki skill dan siap kerja di negara penempatan. Dengan adanya kesiapan skill, bahasa dan pemahaman budaya, yang dibuktikan dengan Sertifikat Pelatihan dan Sertifikat Uji Kompetensi, maka dijamin tidak akan banyak TKI yang mengalami masalah di tempat kerjanya. Penguasaan skill ini akan menjadi self protection yang utama bagi calon TKI yang akan bekerja di luar negeri. Sebenarnya dimanapun kita bekerja, resiko itu selalu ada. Apalagi jika bekerja di luar negeri yang jauh dari kerabat dan sanak saudara. Karena itu, Pemerintah berkeyakinan bahwa hanya TKI rumah tangga yang memiliki keterampilan dan kecakapan bahasa yang siap untuk bekerja di luar negeri. Pelatihan calon TKI di KBBM ini berupaya menyiapkan TKI untuk terlatih dalam menghadapi resiko bekerja di luar negeri, dengan
dok. mediaindonesia.com

dengan Sistem Informasi Terkoneksi

Ade Adam Noch

Deputi Penempatan BNP2TKI

materi pembelajaran sebanyak 320 jam, sementara pelatihan yang diberikan di Kemenakertrans hanya 200 jam. Perlindungan terhadap TKI sektor rumah tangga ini merupakan kewajiban negara, dimana dalam hal ini dilakukan oleh perwakilan yang ada di negara penempatan. Selama ini memang cukup banyak TKI bermasalah yang tidak dapat ditangani secara cepat oleh KBRI/ KJRI di luar negeri. Ini dikarenakan belum adanya koneksitas data antara perwakilan dengan instansi penempatan terkait di tanah air. Namun sekarang ini, setiap TKI yang ditempatkan ke luar negeri oleh BNP2TKI, mereka memiliki Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN). Dengan adanya KTKLN ini, maka akan sangat memudahkan dalam penyelesaian kasus TKI bermasalah di luar negeri. Beberapa kantor perwakilan kita sekarang ini juga sudah ada yang terhubung langsung dengan BNP2TKI. Ke depan, BNP2TKI juga akan mengkoneksikan KTKLN ini dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di tanah air.[]

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

20

S osok

SEbEnArnyA tidak pernah terpikir oleh Direktur Infomed Kemlu RI, Agustinus Sumartono, untuk menjadi pegawai negeri, selain karena dilarang oleh ayahnya, dia juga tidak begitu suka bekerja di belakang meja. Sang ayah menginginkan agar sarjana Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menjadi wartawan. Sewaktu masih kuliah, mahasiswa yang pernah membayar makan di warteg dengan celana jeans ini, sudah bekerja di Lembaga Penelitian dan Pengembangan Komunikasi Massa (LPPKM) yang didirikan oleh UI untuk memberikan pendidikan praktis tentang ilmu komunikasi kepada masyarakat. Pak Tono, demikian dia biasa disapa oleh rekan-rekan wartawan, sangat menyukai pekerjaan sebagai peneliti di lembaga tersebut karena lebih banyak bekerja di lapangan. Pak Tono bergabung ke Kemlu

Mengantisipasi Bola Liar


pada 1985 dan lulus Sekdilu Angkatan XI. Pertamakali, Pak Tono bertugas di Direktorat Protokol Konsuler dan kemudian ditempatkan ke Canberra, Australia. Kembali ke tanah air, penggemar olah raga joging ini kemudian ditugaskan di Direktorat Sosbud. Sekembali dari penempatan kedua di Vatikan, Pak Tono menjabat sebagai Kasubdit Kerjasama Kebudayaan, Direktorat Sosbud yang kemudian dilebur menjadi Direktorat Diplomasi Publik. Setelah penempatan ketiga di Korea Selatan, Pak Tono kemudian ditugaskan sebagai Direktur Infomed. Di era digital sekarang ini, yang penting bagi Infomed adalah bagaimana melengkapi diri, terus memperkaya dan memperdalam pengetahuan mengenai IT dan perkembangannya dengan segala kemampuan yang ada. Apalagi karena diplomasi itu sudah bukan domain Kemlu semata, melainkan sudah multitrack diplomacy, sementara
dok. diplomasi

Agustinus Sumartono

dok. google

Kusuma Habir

Image Indonesia
SEwAkTU menyusun skripsi, Kusuma Habir, Direktur Diplomasi Publik, memang sudah memilih untuk bekerja di Kemlu atau media berbahasa Inggris, karena background nya adalah Sastra Inggris UI. Sebenarnya, Kusuma Habir lebih condong untuk bekerja di media, tetapi ayahnya yang pensiun pada 1977 adalah mantan diplomat, dan mendorongnya untuk menjadi diplomat. Pastinya Kusuma Habir sudah sangat memahami bagaimana kehidupan seorang diplomat, karena itulah dia menginginkan sesuatu yang beda. Namun karena pengumuman lulus test di Kemlu lebih dulu diterimanya, maka Kusuma Habir memutuskan untuk bekerja di Kemlu pada 1988 dan menjadi alumni Sekdilu angkatan XIV. Tugas pertamanya di Kemlu adalah di Sesditjen Protkons, selanjutnya di Direktorat Sosbud dan Setmen. Diplomat yang masih terlihat cantik di usianya sekarang ini, menjalankan tugas penempatan pertamanya di KBRI London. Ada hal yang menarik dan berkesan baginya, karena saat itu Kusuma Habir bersama-sama dengan Dino Patidjalal ditugaskan menghadiri seminar di Glasgow, Scotlandia. Mereka diundang sebagai wakil dari KBRI dan menjadi pembicara di seminar yang membahas mengenai Timor Timur. Waktu itu Kusuma Habir adalah diplomat junior, tetapi di seminar itu namanya ditulis sebagai Dr. Kusuma. Kembali dari London, Kusuma Habir ditempakan di Direktorat Polkam ASEAN. Selanjutnya, diplomat yang gemar membaca buku ini melaksanakan tugas penempatan keduanya di Pensosbud KBRI Denhag. Setelah itu kembali bertugas di Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN, dimana ketika itu Dirjen Kerjasama ASEAN dijabat oleh Dr. Marty Natalega. Pada penempatan ketiga, Kusuma Habir ditugaskan di KBRI Paris, setelah selesai dan kembali ke Jakarta, penggemar olah raga renang dan joging ini kemudian dipercaya untuk memimpin Direktorat Diplomasi Publik. Menurutnya hampir di semua penempatan dan tugas itu berkesan baginya, terutama karena suasana kerjanya yang berbeda. Diplomasi Publik memiliki elemen-elemen yang beragam, dan yang sudah cukup lama dipromosikan adalah interfaith dialogue dan demokrasi, yang pada intinya adalah people to people contact. Elemen-elemen besar inilah yang akan diupayakan untuk terus dikembangkan oleh Diplik, karena merupakan image Indonesia yang diterima dengan sangat baik di dunia global, jelas Kusuma Habir. Input dari perwakilan negara lain yang ada di Jakarta maupun perwakilan RI di luar negeri, menyatakan bahwa Indonesia memiliki cukup banyak good story. Bali Democracy Forum dan interfaith dialogue adalah bagian dari good story itu, dan sangat perlu dan layak untuk dikembangkan dengan berbagai negara, baik bilateral maupun regional. Secara bilateral people to people itu dikembangkan melalui kerjasama seni budaya dan pemuda, karena kita ingin adanya suatu conection dengan masyarakat asing mulai dari generasi mudanya. Sehingga dengan demikian kita harapkan ikatan mereka dengan Indonesia akan tumbuh berkembang sampai nanti, jelas Kusuma Habir. Diplik dikenal memiliki banyak kegiatan, jadi ketika ditempatkan di Diplik seluruh staf sudah siap mental untuk bekerja ekstra hingga larut malam, bahkan hari libur saja terkadang tetap bekerja. Ini merupakan suatu proses pengalaman, karenanya staf dan pimpinan harus memiliki visi yang sama didalam pekerjaan dan menjadi satu kesatuan teamwork. Itulah yang ingin diterapkan oleh Kusuma Habir, sebuah team work yang perlu terus ditingkatkan dan diperkuat serta digerakkan agar tetap memiliki satu visi.[]

penyampaian informasi secara cepat adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihambat. Oleh karena itu kita harus mampu untuk memagari arus informasi yang jelek agar tidak terus berkembang menjadi bola liar. Seluruh jajaran di Infomed harus siap menghadapi hal ini kedepan, termasuk merubah mindset, terutama bagi teman-teman yang sudah terbiasa dan terlalu lama bekerja dengan pola lama pegawai negeri. Kita harus mengikuti perkembangan yang terjadi, baik suka atau tidak, jelas Pak Tono. Semua media yang ada harus kita pantau untuk mengetahui bagaimana mereka menangkap dan mempersepsikan kebijakan Kemlu dan polugri RI. Dalam situasi dimana masyarakat disuguhi dengan begitu banyak informasi, maka kita harus bisa mencuri perhatian, agar masyarakat membaca apa yang kita sampaikan. Di sisi lain Infomed akan terus melakukan perubahan tampilan website Kemlu yang dikunjungi oleh sekitar 2.700 pengunjung per hari, sebagai upaya untuk lebih memasyarakatkan kebijakan dan kegiatan Kemlu. Dalam hal ini kita harus lebih banyak menyampaikan informasi kepada masyarakat supaya mereka memahami dan memiliki gambaran secara utuh, terhadap setiap permasalahan luar negeri, papar diplomat yang sangat terkesan dengan penempatan pertamanya di Canberra.[]

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
sosok

21

Michael Tene
dok. diplomasi

Kemitraan Setara
MiChAEL TEnE bergabung ke Kemlu pada 1994 dan merupakan alumni Sekdilu Angkatan XX. Tugas pertamanya adalah sebagai staf di kantor pelaksana GNB, yang dipimpin oleh Dubes Nana Sutresna, selama tiga bulan. Selanjutnya ditugaskan di Seknas ASEAN sebagai staf Biro Ekonomi dan kemudian di Sekretaris Dirjen Setnas ASEAN. Pada 1997 hingga awal 2001, diplomat tampan ini ditempatkan di KBRI London. Saat itu isu Timtim cukup keras di London dan Michael Tene ditunjuk sebagai observer pada pelaksanaan jajak pendapat mengenai Timtim di wilayah Eropa yang dilaksanakan di Lisbon. Dari London, Michael Tene kemudian ditugaskan di Direktorat Polkam, Dirjen Kerjasama ASEAN selama satu tahun. Pada 2002-2003, Michael Tene menetap di Tokyo karena memperoleh program menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada masyarakat secara efektif. Bagaimana BAM bisa lebih efektif dalam mendukung kepentingan Menlu. Menurut Michael Tene, sekarang ini semuanya sudah berjalan dengan baik, tetapi tentunya diharapkan adanya peningkatan, perbaikan dan hal-hal yang perlu lebih dikembangkan. Dalam menjalankan tugasnya, Michael Tene mengharapkan seluruh staf BAM untuk menjunjung profesionalisme dan semangat untuk tetap bekerja secara profesional. Dalam konteks ini tentunya adalah semangat untuk mengembangkan kapasitas pribadi dan dedikasi terhadap pekerjaan. Saya kira kalau kapasitas pribadi dan dedikasi yang kuat itu sudah dimiliki dan selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan, baik secara pribadi maupun unit kerjanya, saya kira itu akan sangat bermanfaat, jelas Micahel. Diplomat yang gemar membaca ini, mengaku tidak memiliki waktu untuk aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, karena tugasnya sebagai Jubir sudah sangat menyita waktu bahkan hingga waktu luangnya. Praktis waktu yang tersisa hanya tinggal untuk keluarga. Menurut Michael Tene, hubungan antara Kemlu dengan wartawan adalah kemitraan yang saling membutuhkan dan saling mengisi. Kemlu memiliki kebutuhan untuk menyampaikan dan menjelaskan apa yang menjadi kebijakannya, sementara wartawan membutuhkan informasi dan penjelasan terhadap apa yang dilakukan oleh Kemlu. Saya kira kemitraan yang berdasarkan kepentingan bersama ini perlu terus kita kembangkan melalui hubungan kerja yang profesional, setara dan saling mengisi jelas Michael Tene.[]

beasiswa. Selesai menempuh pendidikan S2, diplomat yang hoby renang dan joging ini kembali ke posnya semula, bersamaan dengan disandangnya jabatan ketua ASEAN oleh Indonesia. Menurut Michael Tene, periode ini cukup berkesan baginya, karena saat itu Indonesia meluncurkan gagasan mengenai Komunitas ASEAN. Dirinya banyak terlibat didalam penyusunan plan of action, khususnya di bidang politik dan keamanan ASEAN. Akhir 2005, Michael Tene ditempatkan di KBRI Washington DC dengan tugas utamanya adalah menjalin hubungan dengan Kongres AS. Melakukan berbagai pertemuan dengan anggota Kongres AS adalah hal yang juga cukup berkesan baginya, karena pada umumnya pengetahuan mengenai Indonesia tidak terlalu banyak dikuasai oleh anggota Kongres AS, dan Michael Tene lebih kepada salesman yang memperkenalkan Indonesia. Akhir 2009, Ayah dari dua orang putri ini kembali ke Jakarta dan ditempatkan di Direktorat HAM. Awal Agustus 2010 Michael Tene mulai bertugas di BAM dan dipercaya sebagai Jubir Kemenlu. Tugas utamanya adalah mengkomunikasikan kepentingan dan pandangan Kemlu mengenai berbagai isu yang menjadi tanggungjawab dan kewenangan Kemlu, dan

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi

22

BILATERAL

DR. R.W. Marty M. Natalegawa Menlu RI :


dok. infomed

RI Akan Membuka Hubungan Diplomatik dengan 21 Negara


Haiti, Republik Dominica, Saint Kitts & Nevis, Antigua dan Barbuda, dan Barbados (Wilayah Karibia); serta San Marino dan Montenegro (Wilayah Eropa). Sebagaimana dimaklumi bersama, dalam 10 tahun terakhir ini, Indonesia telah membuka hubungan diplomatik dengan setidaknya 6 negara sahabat, yang terakhir dengan Marshall Islands, pada tanggal 21 Mei 2004 dan dengan Palau tanggal 6 Juli 2007. Usulan pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara ini semata didasari atas pertimbangan kepentingan nasional Indonesia. Secara umum, tentunya terdapat kepentingan politik bagi Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan ke-21 negara tersebut. Hal ini merupakan bentuk pengakuan secara de jure atas hubungan baik yang selama ini telah terjalin dengan ke-21 negara dimaksud dan akan semakin dapat dikukuhkan pada masa yang akan datang. Secara khusus, pembukaan hubungan diplomatik dengan 8 negara Afrika, 2 negara Amerika Tengah dan 2 negara Eropa memungkinkan Indonesia dapat secara proaktif untuk membuka perluasan akses pasar nontradisional bagi produk-produk ekspor Indonesia, khususnya di kawasan Afrika yang dapat dikategorikan sebagai pasar potensial di masa datang. Hal ini juga dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi diplomasi untuk mendukung tujuan pembangunan nasional untuk mensejahterakan rakyat Indonesia. Adapun pembukaan hubungan diplomatik dengan negara di kawasan Pasifik adalah antara lain untuk memperkukuh Look-East Policy Indonesia dengan seluruh negara di kawasan Pasifik. Hal ini guna memastikan tidak terbukanya ruang sedikitpun bagi upaya disintegrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indonesia juga memiliki kepentingan serupa menyangkut masalah perubahan iklim dan perikanan dengan negara-negara pulau di Pasifik. Adapun hubungan dengan negara di kawasan Karibia didasari atas kepentingan bersama antara Indonesia dan negara dimaksud dalam kerangka kerjasama negara berkembang kepulauan kecil (Small Island Developing State). Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kepentingan bersama dengan negara di kawasan tersebut dalam isu perubahan iklim misalnya, ketahanan pangan dan energi serta managemen penanggulangan bencana yang dapat terus diperkuat dengan negara-negara di Kepulauan Karibia. Yang juga tidak kalah penting dan ini merupakan prioritas pemerintah adalah pembukaan hubungan diplomatik diharapkan akan mempermudah Pemerintah RI dalam memberikan bantuan, perlindungan, termasuk pelayanan kekonsuleran kepada WNI yang berada di 21 wilayah negara dimaksud. Sebagaimana dimaklumi, dalam era globalisasi saat ini, adalah merupakan keniscayaan kemungkinan WNI berada di seluruh penjuru dunia saat ini. Pengalaman gempa di Haiti memberikan pelajaran berharga bagi kita semua khususnya kementerian Luar Negeri terhadap arti penting memiliki hubungan diplomatik dengan seluruh negara di dunia ini untuk memastikan komitmen kepedulian dan keberpihakan dapat langsung dirasakan oleh WNI kita yang sedang berada di luar negeri. Perlu kami sampaikan, bahwa pembukaan hubungan diplomatik dimaksud tidak harus segera dilanjutkan dengan pembukaan Perwakilan RI di negara-negara tersebut. Pelaksanaan hubungan diplomatik dapat dirangkap oleh Perwakilan RI di sekitarnya yang penetapannya akan diatur lebih lanjut oleh Kementerian Luar Negeri sesuai dengan asas kemanfaatan, efektifitas dan efisiensi.[]

Disaksikan oleh Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq Msi, Menlu RI, DR. Marty M. Natalegawa meresmikan pembukaan 11 Perwakilan Indonesia di sejumlah Negara (29/12/2010).

SESUAi dengan amanat UUD 1945 dan berlandaskan UU no. 37 tahun 1999 mengenai Hubungan Luar Negeri, yang menyebutkan antara lain bahwa pembukaan dan pemutusan hubungan diplomatik atau konsuler dengan negara lain ditetapkan oleh Presiden dengan memperhatikan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Oleh karenanya, proses rencana pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara sahabat mulai kita gulirkan bersama, antara Pemerintah dan DPR RI. Seluruh proses pembahasan dengan negara sahabat akan segera dimulai setelah mendengarkan pandangan, pendapat dan pertimbangan DPR, khususnya anggota Komisi I DPR RI. Pada paruh kedua abad ke-21 ini perkembangan dunia berubah dengan sangat cepat. Substansi permasalahan yang dihadapi dalam hubungan internasional semakin luas dan kompleks. Tantangan yang dihadapi masyarakat internasional tidak dapat diselesaikan secara sendiri oleh satu negara. Tentunya, kerjasama internasional dengan seluruh negara mutlak dibutuhkan. Hal ini semakin menuntut politik luar negeri Indonesia untuk lebih aktif, cepat, dan tanggap untuk memastikan kerjasama internasional yang kuat dan efektif baik di tingkat bilateral, regional maupun multilateral. Pada tingkat multilateral

misalnya, pelaksanaan polugri dalam kerjasama multilateral dilakukan melalui peningkatan peran aktif dan kepemimpinan Indonesia dalam berbagai isu global. Peran Indonesia senantiasa diarahkan untuk menjadi bagian dari solusi (part of the solution) bagi permasalahan global. Pada tingkat kawasan, dengan semakin mengemukanya peran kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia sangat menyakini bahwa kiprah dan kontribusi Indonesia di kawasan akan berdampak positif terhadap peran dan kiprah Indonesia di dunia. Indonesia senantiasa memberikan kontribusi pemikiran yang kongkrit intellectual leadership untuk kemajuan keamanan dan kesejahteraan di kawasan yang pada gilirannya memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dan keamanan internasional. Pada tingkat bilateral, Indonesia senantiasa menjalin persahabatan dengan berbagai negara di belahan dunia saat ini. Indonesia senantiasa menjalankan politik bebas aktif yang semata didasarkan pada kepetingan nasional Indonesia. Sebagaimana dimaklumi, saat ini telah terdapat 192 negara anggota PBB. Dari jumlah tersebut, Indonesia telah memiliki hubungan diplomatik dengan 169 negara. Dengan demikian tinggal 21 negara anggota PBB lainnya yang masih belum memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Selaras dengan semakin meningkatnya peran politik luar negeri Indonesia, maka Pemerintah pada kesempatan ini menyampaikan kepada DPR RI rencana pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara yaitu; Nauru, Kiribati dan Tuvalu (Wilayah Pasifik); Bhutan (Wilayah Asia); Mauritania, Niger, Chad, Republik Afrika Tengah, Equatorial Guinea, Sao Tome & Principe, Malawi, dan Botswana (Wilayah Afrika); Belize, El Salvador (Wilayah Amerika);

No. 39 Tahun IV

15 JANUARI - 14 februari 2011

Diplomasi
sorot
dok. batamku.com

23

Laode Ida

apa kata
Joko Suprapto
Konjen RI Bidang Sosial Budaya dan Penerangan di Kuching, Sarawak, Malaysia

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah

mereka ?

KASUS kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang terus berulang menunjukkan pemerintah belum mampu melindungi warga negaranya yang bekerja di luar negeri. Masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dan masukan kepada pemerintah mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia di luar negeri ini. Saran dan masukan dari masyarakat bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk menilai kinerja Menteri Tenaga Kerja yang dinilai belum bekerja dengan baik. Saran dan kritik dari masyarakat ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi Presiden. DPD sudah memberikan saran dan masukan kepada pemerintah pada beberapa waktu yang lalu agar pemerintah mengambil sikap tegas soal pengiriman TKI. DPD mengusulkan agar pemerintah mendesak negara penerima TKI untuk membuat perjajian tertulis mengenai perlindungan terhadap TKI. Realitasnya saat ini terjadi lagi tindak kekerasan terhadap TKI. Ini menunjukkan pemerintah belum bekerja maksimal melindungi TKI. Pemerintah harus bersikap tegas dalam melindungi TKI di luar negeri, termasuk melakukan moratium untuk mendesak negara penerima TKI menandatangani perjanjian kerjasama.[]

PEnGirimAn Tenaga Kerja Indonesia atau TKI ke luar negeri yang dilakukan sejumlah agen Pengerah Jasa TKI di tanah air sulit dikontrol karena sebagian tanpa izin. Hal itu berdampak terhadap minimnya perlindungan dan pengawasan negara terhadap para buruh migran dari tanah air yang bekerja di luar negeri terutama di negeri Jiran, Malaysia. Cukup sulit dalam memberikan perlindungan secara menyeluruh terhadap WNI yang berada di Malaysia. Selama ini untuk memperkecil dan membantu serta melindungi para WNI bermasalah di negeri jiran Sarawak Malaysia, Konjen RI di Kuching menyediakan fasilitas pengaduan komunikasi on line. Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi WNI bemasalah yang mengadu ke Konjen RI. Selain itu, untuk meningkatkan kewaspadaan bagi WNI yang tinggal di Sarawak,kami minta agar WNI selalau membawa dokumen resmi, seperti Paspor RI, Pas Lintas Batas, dan yang paling penting Permit Kerja saat bekerja dan setiap melakukan aktivitas diluar tempat tinggal di wilayah Sarawak, Malaysia.[]

Prof Agnes Widanti S


Koordinator Jaringan Peduli Perempuan dan Anak (JPPA) Jawa Tengah

MASALAh yang menimpa TKI di luar negeri itu bersumber dari lemahnya kontrol pemerintah terhadap lembaga-lembaga penyalur buruh migran tersebut, padahal seharusnya ada kontrol ketat. Cukup banyak kami menemukan masalah unik terkait TKI yang didapat dari penelitian mahasiswa, yakni banyak lembaga penyalur yang ternyata tidak jelas dan misterius, misalnya dari letak kantornya. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng sebelumnya menyerahkan data lembaga penyalur TKI, setelah ditelusuri banyak yang kantornya ternyata sudah beralih fungsi dan pengurusnya tidak bisa dihubungi. Tidak jelasnya lembaga penyalur tenaga kerja tersebut, tentunya berimplikasi terhadap rumitnya penanganan masalah yang menimpa TKI di negara asing, karena itu pemerintah harus bersikap tegas.[]

15 JANUARI - 14 februari 2011

No. 39 Tahun IV

Diplomasi
No. 39 Tahun IV, Tgl. 15 Januari - 14 Februari 2011 http://www.tabloiddiplomasi.org

No. 21, Tahun

TABLOID

Media Komunikasi dan Interaksi www.tabloiddiplomasi.com

Pembukaan Sebelas Perwakilan Indonesia


Menlu Marty Natalegawa
PAdA 29 Desember 2010 telah dilakukan peresmian pembukaan 11 perwakilan Indonesia secara serentak di berbagai negara di seluruh penjuru dunia, masing-masing adalah: Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk negara-negara: Azerbaijan, Bahrain, Oman, Mozambique, Panama, Ekuador, Bosnia Herzegovina, Kroasia, Kazakhstan; dan Konsulat Republik Indonesia di Tawau, Malaysia. Pemerintah Indonesia juga secara resmi membuka Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk ASEAN yang telah aktif selama ini. Dengan dibukanya 11 perwakilan Republik Indonesia tersebut, maka saat ini terdapat 130 perwakilan Indonesia yang tersebar di berbagai belahan dunia - dari Panama dan Ekuador di Tengah dan Selatan benua Amerika, hingga Bosnia dan Kroasia di Eropa Tengah; dari Mozambique di belahan Timur benua Afrika hingga Azerbaijan dan Kazakhstan di bagian Tengah benua Asia, serta Bahrain dan Oman di kawasan Teluk. Kehadiran perwakilan diplomatik termaksud tentunya merupakan salah satu bentuk konkrit kepentingan dan perhatian Indonesia di seluruh penjuru dunia; pencerminan komitmen kita sebagai bangsa untuk menjalin hubungan baik dengan negaranegara di seluruh penjuru dunia; wujud nyata kesadaran bahwa kerjasama internasional merupakan suatu keniscayaan bagi penyelesaian berbagai masalah global dewasa ini. Dan utamanya, adalah untuk memastikan kontribusi diplomasi dalam mencapai tujuan pembangunan nasional Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi demi kesejahteraan rakyat, mengkonsolidasikan demokrasi dan mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perwakilan Tetap Indonesia pada ASEAN akan mengkonsolidasikan kepentingan dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, khususnya di masa Keketuaan Indonesia tahun 2011 mendatang. Bersamaan dengan pembukaan perwakilan tetap negaranegara sahabat lainnya pada ASEAN, maka di tahun-tahun mendatang peran dan kontribusi kota Jakarta sebagai diplomatic capital atau hub di kawasan akan semakin menonjol. Sementara itu, kehadiran perwakilan RI di Khazakhstan dan Azerbaijan akan mempertajam kemampuan Indonesia untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai peluang yang terbentang di kawasan Asia Tengah. Sebagai kawasan dengan salah satu sumber cadangan energi terbesar di dunia misalnya, kerjasama di bidang energi dengan negara di kawasan tersebut memiliki arti penting dalam mengatasi masalah keamanan energi (energy security) yang kini menjadi perhatian bersama masyarakat internasional. Keberadaan perwakilan RI di Oman dan Bahrain akan semakin memperkokoh hubungan erat yang telah berkembang selama ini antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Teluk. Suatu kawasan yang semakin menunjukkan dinamisme yang tinggi sebagai sentra ekonomi dan investasi, serta hub perhubungan yang penting ke berbagai kawasan di dunia. Juga tanpa kecuali, kemampuan untuk mengoptimalkan perlindungan WNI menjadi salah satu prioritas utama pembukaan setiap Perwakilan RI. Hal ini juga menjadi dasar bagi pembukaan Konsulat Republik

Menlu RI :

Mengenang Seratus Tahun Moham

Kontribusi Isla Dan Demokras Dalam Memban Indonesia


Menlu RI, DR. Marty M. Natalegawa meresmikan pembukaan 11 Perwakilan Indonesia di sejumlah negara yaitu Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk negara-negara: Azerbaijan, Bahrain, Oman, Mozambique, Panama, Ekuador, Bosnia Herzegovina, Kroasia, Kazakhstan; dan Konsulat Republik Indonesia di Tawau, Malaysia. Acara peresmian tersebut dilakukan di Gedung pancasila Kemlu RI - Pejambon (29/12/2010).

Indonesia di Tawau, Malaysia. Pembukaan perwakilan Indonesia di Bosnia Herzegovina, Kroasia, Panama dan Ekuador serta Mozambique, juga memiliki arti penting. Pembukaan perwakilan Indonesia di kawasan Eropa Tengah, Amerika Tengah dan Selatan, serta Afrika Timur tersebut membuka peluang untuk menembus pasar non-tradisional Indonesia di kawasan dimaksud. Dan tidak kalah penting, pembukaan ke-11 perwakilan tersebut akan menjadi pendorong utama dalam membangun hubungan antar masyarakat (people to people relations), termasuk melalui promosi pariwisata. Dimensi dimaksud merupakan fondasi penting dalam setiap hubungan antar bangsa. Tentunya, keberadaan perwakilan RI tersebut juga sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan kerjasama pada berbagai forum multilateral dalam kerangka PBB, OKI, G-77 maupun Gerakan Non Blok misalnya.

Menyelesaikan Pers TKI di Malaysia Den Kepala Dingin


Revolusi teknologi komunikasi dan informasi telah membuat dunia seakan menjadi global village. Kejadian yang terjadi diberbagai belahan dunia lain di era saat ini dapat diketahui dan diikuti secara langsung pada saat yang hampir bersamaan. Sekarang ini adalah era 24/7 news cycle. Suatu kondisi yang dapat menciptakan paradox of plenty. Suatu kondisi yang ditandai bukan oleh kurangnya informasi melainkan oleh proliferasi informasi, baik dari segi sumber maupun bentuk. Hal ini menuntut kemampuan untuk menganalisa secara tajam dan tepat waktu makna dan arti setiap informasi; membedakan antara background noise dan actionable information; mengidentifikasi kemungkinan tantangan, dan tidak kalah penting, peluang. Dengan perkataan lain, di tengah revolusi bidang komunikasi tersebut, keberadaan suatu perwakilan diplomatik tetap merupakan suatu keniscayaan.[]

Dai Bachtiar :

Kebudayaan, Fondasi Memperkuat Hubunga RI - Suriname

Nia Zulkarna
Direktorat Diplomasi Publik
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3513094

Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:

http://www.tabloiddiplomasi.org diplomasi_ri@yahoo.com

Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:

Film Bertema Bulutang Pertama di Du

KIN

dok. infomed

Anda mungkin juga menyukai