Diplomasi Januari 2011
Diplomasi Januari 2011
TABLOID
No. 21, Tgl. 15- Juli - 14 Agustus No. 39 Tahun IV,Tahun Tgl. 15II, Januari 14 Februari 2011 2009
Presiden RI :
Menlu RI :
Kontribusi Islam Kesenjangan Pembangunan Politik Dan Demokrasi Dapat Diatasi dengan Pemahaman Dalam Membangun Demokrasi yang Baik Indonesia
Menyelesaikan Persoalan TKI di Malaysia Dengan Kepala Dingin
Kebudayaan, Fondasi Untuk Memperkuat Hubungan RI - Suriname
Dai Bachtiar :
Nia Zulkarnaen :
KING
ISSN 1978-9173
www.tabloiddiplomasi.org
9
Mempertajam Diplomasi Ekonomi untuk Memberi Kontribusi Nyata 771978 917386 771978 917386 Bagi Pembangunan Nasional
Email: diplomasi_ri@yahoo.com
Diplomasi
TABLOID
Daftar Isi
>4 >9 > 10 > 12 > 13 > 14 > 15 > 16
FOKUS
Perhelatan Bali Democracy Forum III Bali Democracy Forum Forum Dunia yang Membahas Demokrasi
Lensa Lensa
FOKUS
BDF III Menggali Sistem Demokratis yang dapat Menciptakan Perdamaian dan Stabilitas Politik
Bilateral
LENSA
Bilateral
LENSA
LENSA
Dibutuhkan Kebijakan Yang Dapat Melindungi TKI
LENSA
LENSA
Perlindungan TKI Cenderung Menggunakan Pendekatan Kuratif bukan Pendekatan Preventif
LENSA
10
LENSA
11
FOKUS
\dailytelegraph.com
Diplomasi
Teras Diplomasi
Kementerian Luar Negeri terus melakukan langkah dan upaya penanganan akar permasalahan yang terjadi di dalam negeri melalui pembentukan grand design sebagai suatu policy paper yang dapat digunakan sebagai guidance oleh seluruh stakeholder, termasuk Perwakilan RI. Kemlu RI juga melakukan koordinasi dan harmonisasi dengan Kementerian/ Lembaga terkait, parlemen, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media massa dan stakeholder terkait lainnya melalui forum kelompok kerja (Pokja) yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan sehingga seluruh unsur masyarakat well informed terhadap permasalahan yang ada serta upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh Kemlu maupun Perwakilan RI di luar negeri. Forum Pokja ini merupakan wadah bagi peran serta aktif seluruh unsur masyarakat sehingga pengananan terhadap permasalahan WNI di luar negeri tidak lagi dilakukan secara parsial namun secara komprehensif. Pembangunan dan pengembangan jejaring (networking) dengan counterpart masing-masing, bagi Kemlu RI merupakan sarana pendekatan second track yang pada akhirnya diharapkan mampu menghilangkan hambatan-hambatan birokrasi dalam penanganan permasalahan WNI/TKI di luar negeri. Di sisi lain, peningkatan public awareness campaign melalui welcoming program , adalah upaya Kemlu dan Perwakilan RI untuk memberikan perlindungan kepada WNI/TKI yang mengalami permasalahan dan dilakukan pada kesempatan pertama (immediate response) serta tidak melimpahkannya kepada pihak ketiga. Perwakilan RI secara langsung dan cepat merespon dan memberikan perlindungan dengan berbagai pendekatan, baik hukum, kemanusiaan, maupun politis. Di era demokrasi dan reformasi saat ini, kebijakan politik luar negeri Indonesia tentunya harus ditopang oleh rasa kepemilikan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan guna memberikan jaminan atas efektifitas kebijakan politik luar negeri. Menyongsong tahun 2011, Kementerian Luar Negeri berkomitmen untuk meningkatkan upaya menjangkau seluruh elemen masyarakat melalui berbagai program diplomasi publik dan diseminasi informasi guna membangun dan memperkuat konstituen politik luar negeri, khususnya di kalangan pemuda sebagai generasi masa depan Indonesia berupaya untuk melaksanaan politik luar negeri di tahun 2011 ini dengan komitmen, niat dan kesungguhan yang kuat. Bukan hanya untuk melanjutkan dan meningkatkan hasil yang telah dicapai pada tahun lalu, namun juga mengidentifikasi peluang-peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru serta menjalankan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam lingkungan regional dan global yang semakin kompleks.[]
Pemimpin Umum / Pemimpin Redaksi KHArIrI MAmuN Redaktur Pelaksana CAHYONO Staf Redaksi SAIFuL AmIN ArIF HIDAYAT TAuFIk REsAmAILI DIAN HArJA IrANA Tata Letak dan Artistik TsABIT LATIEF Distribusi MArDHIANA S.D. Kontributor M. DIHAr Alamat Redaksi JL. KALIBATA TImur I NO. 19 PANcOrAN, JAkArTA SELATAN 12740 TELp. 021-68663162, FAX : 021-86860256, Surat Menyurat : Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email : diplomasi_ri@yahoo.com Diterbitkan oleh DIrEkTOrAT DIpLOmAsI PuBLIk KEmENTErIAN LuAr NEGErI R.I BEkErJAsAmA DENGAN PILAr INDO MEDITAmA Sumber Gambar Cover : presidensby.info
Di penghujung tahun 2010 Indonesia kembali menyelenggarakan pertemuan rutin tahunan Bali Democracy Forum. Tema penyelenggaraan BDF ke-3 tahun ini adalah Demokrasi dan Pengembangan Perdamaian serta Stabilitas, ini menunjukkan perkembangan peran Indonesia yang aktif di dalam menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di dunia. Tahun demi tahun, penyelenggaraan BDF semakin terkonsolidasi sebagai bagian dari arsitektur di kawasan, khususnya di kawasan Asia. Hal ini terlihat dari segi jumlah maupun tingkatan pesertanya yang terus meningkat. Melalui penyelenggaraan BDF ini, demokrasi bukan saja dilihat sebagai suatu konsep di dalam negara, melainkan sebuah hubungan yang sifatnya didorong oleh semangat demokrasi antarnegara, sehingga tercipta saling menghormati, menjunjung tinggi proses demokrasi, menjunjung tinggi prinsip penyelesaian konflik secara damai, yang pada gilirannya juga bisa membawa dan mencegah terjadinya konflik di kawasan. Memasuki awal tahun 2011, Indonesia semakin memantapkan posisinya sebagai bagian penting yang memiliki peran kunci dalam berbagai persoalan global, sejalan dengan keketuaan Indonesia di ASEAN yang mengusung tema ASEAN Community in a Global Community of Nations. Dengan terbentuknya Komunitas ASEAN di tahun 2015, maka tanggung jawab ASEAN akan menjadi lebih besar lagi. ASEAN dituntut untuk memperkuat kontribusi kolektifnya dalam penanganan berbagai isu dan tantangan global. Indonesia bertekad memberikan kontribusi konkrit dan bermanfaat melalui pemikiran ASEAN beyond 2015 sebagai visi ASEAN setelah terbentuknya ASEAN Community di tahun 2015. Landasan ke depan ini akan diupayakan oleh Indonesia dengan tetap menjaga keberlangsungan proses menuju pembentukan Komunitas ASEAN di tahun 2015. Bagi Indonesia, Komunitas ASEAN merupakan inti dari pengembangan arsitektur kawasan, sebagai suatu tatanan regional yang mengedepankan dynamic equilibrium, yang secara strategis tercermin pada perkembangan East Asia Summit. Dalam hal ini Indonesia juga akan terus berupaya mewujudkan People-Oriented and People-Centered ASEAN, dimana segala hasil dan manfaat ASEAN yang diperoleh harus dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat ASEAN secara luas. Dalam hal penanganan permasalahan WNI/TKI , pelayanan dan perlindungan WNI/TKI di luar negeri,
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
diplomasi_ri@yahoo.com
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Diplomasi
TABLOID
Diplomasi
F O K U S
Refleksi Diplomasi 2010 & Proyeksi 2011 Mempertajam Diplomasi Ekonomi untuk Memberi Kontribusi Nyata bagi Pembangunan Nasional
DR. R.M Marty M. Natalegawa
Menlu RI MEmASUki awal tahun dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia, pertama-tamakami sampaikan apresiasi dan penghargaan yang mendalam atas seluruh kepedulian dan dukungan yang diberikan selama tahun 2010. Sebagaimana yang telah kami tekankan dalam pernyataan di awal tahun 2010 yang lalu, kebijakan politik luar negeri, terlebih dalam era demokrasi di Indonesia saat ini, harus ditopang oleh rasa kepemilikan dan partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan. Untuk menjamin efektifitas kebijakan politik luar negeri, partisipasi dan kepemilikan seluruh pemangku kepentingan merupakan suatu keniscayaan. Pada tahun 2011, Kementerian Luar Negeri memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan upaya menjangkau seluruh elemen masyarakat, antara lain melalui program diplomasi publik dan diseminasi informasi. Untuk membangun dan memperkuat konstituen politik luar negeri, khususnya di kalangan pemuda sebagai generasi masa depan. Kita memulai pelaksanaan politik luar negeri di tahun baru ini dengan komitmen, niat dan kesungguhan yang kuat. Bukan hanya untuk melanjutkan dan meningkatkan hasil yang telah dicapai pada tahun lalu, namun juga mengidentifikasi peluang-peluang dan kemungkinan-kemungkinan baru. Untuk menjalankan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dalam lingkungan regional dan global yang semakin kompleks. Agar Indonesia tidak hanya dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi, melainkan juga dapat terus maju dan berkembang dalam konstelasi geopolitik yang baru dan kompleks;Untuk mempertahankan kepentingan nasional Indonesia; aktif mengupayakan solusi, menjembatani kesepahaman dan mendorong adanya konsensus. Pada awal tahun 2010, kita berkomitmen untuk secara aktif berupaya meningkatkan ke tataran yang lebih tinggi hubungan yang telah terjalin dengan negara-negara di seluruh penjuru dunia Asia Pasifik, Afrika, Eropa dan Amerika. Sepanjang tahun 2010, kita telah memfokuskan upaya merevitalisasi dan lebih mengoptimalkan mekanisme hubungan Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa menyampaikan Pernyataan Pers Tahunan dihadapan Insan Media, bilateral dengan Korps Diplomatik dan Kosnstituen Kemlu di Ruang Nusantara Kemlu (07/01). berbagai negara; untuk meninjau seluruh aspek hubungan bilateral secara keamanan dan kemakmuran krisis keuangan global, pangan dan komprehensif dan mengidentifikasi Indonesia. Dan juga untuk energi, serta masalah kesehatan peluang-peluang baru. berkontribusi dalam menciptakan dan bencana alam adalah contoh Mekanisme score card perdamaian dan stabilitas nyata yang terus menerus menjadi hubungan bilateral dilakukan untuk internasional. tantangan bagi seluruh negara, memastikan adanya perkembangan Sesungguhnya, perkembangan baik Negara maju maupun dan kemajuan dalam hubungan yang terjadi pada tahun 2010 berkembang. Kejahatan lintas bilateral antara Indonesia dengan menguatkan beberapa kenyataan batas yang terorganisir seperti berbagai negara. yang telah kita antisipasi secara terorisme, penyelundupan manusia, Dengan Malaysia misalnya, bersama, yaitu bahwa Tantangan dan korupsi akan terus menjadi mekanisme Komisi Bilateral abad ke-21 tidak dapat diselesaikan ancaman. tingkat Menteri Luar Negeri telah oleh satu Negara secara sendiri, Mengingat seluruh tantangan dihidupkan kembali setelah melainkan menuntut adanya tersebut membutuhkan pertemuan terakhir pada tahun kerjasama dan kemitraan di antara kerjasama antar negara untuk 2004. Pada perkembangannya, Negara- yang terkadang telah mengatasinyanya, maka dalam 6 bulan terakhir telah mengaburkan perbedaan antara kesemuanya itu memiliki dimensi dilakukan setidaknya 4 kali apa yang disebut sebagai isu kebijakan politik luar negeri. pertemuan tingkat Menteri Luar nasional, regional ataupun global; Oleh karenanya, diplomasi dapat Negeri antara kedua negara. Selain Tantangan yang saling terkait memberikan kontribusi. Mengatasi itu, terdapat konsultasi tahunan antara satu dengan yang lain, tantangan dan bahkan menciptakan pada tingkat Kepala Negara/ dimana solusi terhadap sesuatu peluang. Hal ini sesungguhnya Pemerintahan untuk mengkaji isu memiliki dampak bagi yang berlaku pada pelaksanaan politik perkembangan hubungan bilateral lainnya, sehingga menuntut adanya luar negeri Indonesia sepanjang kedua negara. upaya penyelesaian masalah secara tahun 2010. Dengan Singapura, Indonesia komprehensif. Dalam menghadapi berbagai telah menetapkan adanya Tahun 2010, tentunya, tetap isu internasional tersebut, politik mekanisme pertemuan reguler meninggalkan beban berat luar negeri Indonesia, tidak dapat pada tingkat Menteri Luar Negeri, berupa berbagai tantangan dan tidak akan pernah tertinggal. baik secara formal maupun yang bersifat lintas batas yang Dengan pendekatan yang prinsipil, informal, setiap enam bulan sekali. dihadapi masyarakat internasional. visioner, namun pragmatis, Pada tingkat Kepala Negara/ Pembangunan, perubahan iklim, polugri akan senantiasa secara
dok. diplomasi
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
F
Pemerintahan, Kedua Kepala Pemerintahan bertemu dalam format leaders retreat setiap tahun. Pada tahun 2010, Komisi Bersama tingkat Menteri juga telah dihidupkan kembali dengan Thailand, Papua Nugini, Timor Leste, dan Selandia Baru, dimana Komisi Bersama dengan masing-masing negara tersebut terakhir dilakukan pada tahun 2007, 2003, 2005 dan 2008. Dengan Australia, pada tahun 2010 i disepakati pula pertemuan tahunan tingkat Kepala Negara/ Pemerintahan dalam bentuk Annual Leaders Dialogue. Terdapat pula forum tingkat Menteri yang melibatkan Menlu dan Menhan kedua Negara, serta forum tahunan seluruh pemangku kepentingan hubungan Indonesia dan Australia. Dengan Amerika Serikat, untuk pertama kalinya pada tahun 2010 telah dilakukan pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri dalam format Komisi Bersama. Mekanisme ini akan menjadi forum tahunan yang secara komprehensif mengkaji hubungan kemitraan Indonesia-AS. Kita terus mengembangkan bentuk kemitraan strategis dan komprehensif dalam hubungan bilateral antara Indonesia dengan Rusia, Tiongkok, India, Jepang dan Korea Selatan. Negara kawasan Eropa, dan Uni Eropa khususnya, juga tidak luput dari perhatian Indonesia, sebagaimana tercerminkan dalam penandatanganan Comprehensive Partnership Agreement antara Indonesia dan Uni Eropa. Latar belakang sejarah serta potensi hubungan antara Indonesia dan Afrika serta Amerika Selatan juga terus dikembangkan sehingga semakin relevan dalam era masa kini. Tidak kalah penting, politik luar negeri sepanjang 2010 semakin menitikberatkan pentingnya kawasan Pasifik dengan memperdalam hubungan, baik dengan negara yang bertetangga langsung seperti Timor Leste dan Papua Nugini, maupun di kawasan yang lebih luas seperti Selandia Baru dan Negara pasifik lainnya. Upaya untuk memajukan berbagai aspek hubungan bilateral dengan negara sahabat juga tercerminkan dalam 121 perjanjian baik, dalam bentuk MOU maupun agreement dengan 44 negara, yang telah dicapai sepanjang tahun 2010. Pada tahun 2010 ini pula, Indonesia telah membuka 10 perwakilan Republik Indonesia di negara sahabat dan 1 Perwakilan Tetap RI untuk ASEAN di Jakarta. Sebaliknya, Indonesia juga telah menerima rencana sejumlah negara sahabat untuk membuka perwakilan diplomatiknya di Jakarta. Pada tahun 2011, kita akan melakukan konsolidasi dan semakin memperdalam hubungan bilateral dengan berbagai negara. Berlandaskan pada hubungan persahabatan yang telah terjalin selama ini, terutama di bidang politik, maka fokus utama akan diberikan pada upaya meningkatkan hubungan antar-masyarakat dan mempertajam diplomasi ekonomi yang akan memberi kontribusi nyata bagi pembangunan nasional. Selain itu, pada tahun 2011, Pemerintah RI, sesuai prosedur yang ada, merencanakan untuk memulai proses pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara anggota PBB. Tentunya, Indonesia selama ini telah menjalin kerjasama yang erat dengan negara-negara tersebut, terutama dalam kerangka multilateral. Dengan dibukanya hubungan diplomatik dengan ke21 negara PBB dimaksud, maka
Bagi Indonesia, kesemuanya ini bertujuan untuk memastikan terus dipeliharanya kondisi di kawasan yang damai dan stabil; keamanan untuk semua (common security) dan kemakmuran untuk semua (common prosperity) suatu kondisi yang kita namakan dynamic equilibrium.
Indonesia secara formal akan memiliki hubungan diplomatik dengan seluruh negara anggota PBB yang berjumlah 192 negara, kecuali Israel. Seiring dengan komitmen Indonesia untuk memperdalam dan memperluas hubungan bilateral dengan berbagai negara di seluruh penjuru dunia, komitmen Indonesia untuk memelihara perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasannya sendiri Asia Tenggara sangat tinggi. Pada awal tahun 2010, Indonesia telah menegaskan komitmennya untuk senantiasa berkontribusi bagi terwujudnya Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang bertumpu pada 3 pilarnya secara paralel dan seimbang. Sepanjang tahun 2010, Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan komitmen tersebut. Baik melalui pelaksanaan cetak biru Komunitas ASEAN dan Piagam ASEAN, maupun melalui langkah-langkah, tidak jarang melalui quiet diplomacy, untuk memastikan kawasan Asia Tenggara tetap ditandai oleh perdamaian dan hubungan persahabatan, sesuai prinsip yang terkandung dalam Treaty of Amity and Cooperation. Demikian pula, sepanjang tahun 2010, Indonesia memberikan kontribusi nyata dan secara proaktif terhadap pembahasan mengenai pembentukan tatanan kawasan (regional architecture building) sehingga ASEAN dapat secara nyata mewujudkan prinsip ASEAN sebagai penggerak utama (ASEAN as a driving force). Penambahan keanggotaan East Asia Summit, dengan diterimanya Federasi Rusia dan Amerika Serikat secara bersamaan, merupakan salah satu wujud nyata hasil upaya tersebut. Bagi Indonesia, kesemuanya ini bertujuan untuk memastikan terus dipeliharanya kondisi di kawasan yang damai dan stabil; keamanan untuk semua (common security) dan kemakmuran untuk semua (common prosperity) suatu kondisi yang kita namakan dynamic equilibrium.[]
Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa berpose dengan para pimpinan media usai penyerahan Adam Malik Award 2011. tahun ini Adam Malik Award diberikan kepada tiga media, yaitu Harian Kompas, TVRI, dan detikcom. Kompas mendapat penghargaan kategori surat kabar, TVRI kategori media elektronik, dan detikcom kategori media online. Adam Malik Award juga diberikan kepada jurnalis The Jakarta Post. (Kemlu)
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
F O K U S
Presiden SBY didampingi sultan Hasanal Bulkiah (Sultan Brunei), Lee Myung -Bak (Presiden Republik Korsel) dan Xanana Gusmao (Presiden Timor Leste) melakukan pengambilan gambar dengan seluruh delegasi peserta BDF III usai acara Pembukaan di Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010).
tahun 2008 dihadiri oleh 40 negara dan peninjau, dan pada BDF II tahun 2009 dihadiri 48 negara dan peninjau. Menanggapi antusiasme peserta BDF ini, Menlu Marty Natalegawa mengatakan bahwa tentu saja ini merupakan sesuatu yang tahun demi tahun semakin terkonsolidasi sebagai bagian dari arsitektur di kawasan, khususnya di kawasan Asia. Konsolidasi arsitektur demokrasi di kawasan ini terlihat dari segi jumlah peserta yang terus meningkat, dan juga tingkat pesertanya, dimana semakin banyak menteri yang hadir. Disamping itu, penyelenggaraan BDF ini juga berkembang dari segi substansi. Pada tahun pertama (2008) substansinya masih bersifat umum, tahun kedua (2009) berkaitan dengan masalah pembangunan, dan pada tahun ketiga (2010) ini berkaitan dengan masalah pencegahan konflik. Menurut Menlu Marty Natalegawa, berbagai referensi tersebut memperlihatkan betapa
Bali Democracy Forum ini sudah semakin menjadi bagian yang sangat penting dari arsitektur kawasan. Menlu Marty Natalegawa juga menjelaskan bahwa pembebasan Aung San Su Kyi di Myanmar juga tidak terlepas dari dialog-dialog di BDF pada 2008 silam. Tahun ini, meskipun tidak menggunakan istilah kemajuan, paling tidak ada perkembangan dengan adanya pemilihan di Myanmar. Meskipun dengan masih belum 100 persen tanpa cacat, namun juga disertai dengan pembebasan Aung San Su Kyi. Tentunya dialog-dialog seperti BDF ini memberikan encouragement pada pihak-pihak tertentu bahwa proses demokrasi itu adalah proses yang tidak mungkin dilakukan dengan sesaat atau sekejap, melainkan secara bertahap. Oleh karenanya, Menlu Marty Natalegawa meyakini bahwa BDF 2010 ini juga bisa menyelesaikan konflik di Semenanjung Korea. Dengan sifat prosesnya yang bertahap, dan tidak melakukan jalan pintas, dengan
berbagi pengalaman, berbagi praktik yang dilakukan secara bersama, termasuk perkembangan di Semenanjung Korea. BDF III ingin memberi pengertian terhadap konflik Korea, bahwa demokrasi bukan saja sebagai suatu konsep di dalam negara, tapi hubungan yang sifatnya didorong oleh semangat demokrasi antarnegara. Saling menghormati, menjunjung tinggi proses demokrasi, menjunjung tinggi prinsip penyelesaian konflik secara damai, itu juga bisa membawa, bisa mencegah konflik di kawasan, jelas Menlu. Seperti pada pelaksanaan BDF sebelumnya, para kepala negara/ pemerintahan juga memberikan Chairmans Statement yang berisi rekomendasi komprehensif terkait peran demokrasi dalam mengembangkan perdamaian dan stabilitas. Chairmans Statement ini akan menjadi panduan program dan aktivitas Institute for Peace and Democracy (IPD) di 2011 dengan dukungan dari para peserta BDF.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
F
Dr. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden RI :
Kesenjangan Pembangunan Politik dapat Diatasi dengan Pemahaman Demokrasi yang Baik
umat manusia. Demokrasi harus dapat menciptakanrasa aman, tenteram, dan damai bagi masyarakatnya.Demokrasi, jika dijalankan dengan benar dan sungguh-sungguh, dapat menciptakan perdamaian dan stabilitas yang hakiki. Inilah sesungguhnya esensi dari demokrasi yang kita jalankan bersama. Saya ingin berbagi pengalaman, mengenai perkembangan yang telah dijalani dan dirasakan selama lebih dari satu dekade di Indonesia. Sejak menjalani reformasi di tahun 1998/1999, Indonesia mengalami sebuah proses demokratisasi.Reformasi telah mengubah tatanan politik, tata kelola pemerintahan dan etika bernegara. Buah reformasi yang dapat dirasakan adalah perubahan sistem politik yang semula sentralistik, menjadi desentralistik. Pemilihan umum berlangsung jujur, adil, terbuka, dan transparan. Presiden danWakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat. Demikian pula para kepala daerah, mulai dari Gubernur, Bupati, dan Walikota juga dipilih secara langsung. Dinamika demokrasi tumbuh subur dan kian semarak. Demokrasi, juga telah berkontribusi dalam mengatasi konflik yang berkepanjangan.Pendekatan dialog dan solusi damai, ternyatadapat menyelesaikan masalah Aceh, setelah dilanda konflik lebih dari tiga dekade. Kami sadar, bahwa pendekatan militer saja tidak akanpernah dapat menyelesaikan masalah.Harus ada solusi politik melalui cara dialog yang persuasif. Alhamdulillah, dengan pendekatan win-win solution, konflik bersenjata di Aceh dapat diselesaikan secara damai dan bermartabat. Dalam perspektif serupa, demokrasi juga dapat berkontribusi bagi penyelesaian konflik dan beban sejarah dalam hubungan antar bangsa. Sebagai sesama negara demokrasi, Indonesia dan Timor Leste bersepakat membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP), untuk menyelesaikan berbagai permasalahan atau residual issues yang mengemuka, menjelang dan segera sesudah jajak pendapat di tahun 1999, dengan berorientasi ke masa depan. Indonesia juga dapat menangani permasalahan terorisme dengan cara yang konsisten dengan prinsip-prinsip demokrasi.Terorisme adalah kejahatan yang extra-ordinary, karenanya harus dicegah dan diberantas.Namun, upaya penanggulangan terorisme ini tidak boleh meniadakan nilai-nilai
Presiden SBY memberikan sambutan pada pembukaan Bali Democracy Forum III di Hotel Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010)
HAri ini, kita kembali dapat menghadiri Bali Democracy Forum, yang diselenggarakan untuk ketiga kalinya di Pulau Dewata yang indah ini. Pulau Bali kembali menjadi saksi sejarah bagi tekad dan komitmen kita bersama, untuk memajukan nilai-nilai demokrasi di kawasan Asia, melalui saling berbagi pengalaman dalam berdemokrasi. Pada waktunya nanti, Bali akan menjadi ikon dan pusat nilai-nilai demokrasi di Asia, melengkapi citra Bali yang dikenal dari keindahannya, dan dari kearifan lokal masyarakatnya. MelaluiBali Democracy Forum kita dapat bertukar fikiran,berdialog, dan memecahkan berbagai hambatan mengenai demokrasi. Kita juga akan banyak saling belajar dengan mendengar pengalaman, kemajuan, dan penerapan demokrasi di berbagai negara di Asia. Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan ucapan selamat datang dan selamat mengikuti forum yang sangat penting dan terhormat ini, kepada para delegasi dari negaranegara di Asia, dan para pengamat dari dalam dan luar negeri. Demokrasi dan Upaya Mendorong Perdamaian dan Stabilitas yang menjadi tema sentral pada
dok. presidensby.info
forum ini, saya nilai tepat dan relevan. Tepat, karena memang salah satu tantangan utama bagi sebagian besar demokrasi di dunia adalah, bagaimana mencapai stabilitas, yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan didambakan oleh masyarakat kita.Dan memang tidak ada formula yang baku tentangbagaimana demokrasi dapat bergandengan dengan stabilitas, karena setiap negara mempunyai caranya sendiri.Selain itu, kita masih menghadapi situasi ekonomi dan politik internasional yang masih labil dan terus bergulir, dan kita semua perlu terus menjaga solidaritas untuk menyikapinya dengan arif dan bijaksana. Demokrasi terus tumbuh dan berkembang, dengan dinamikanya yang khas dan unik di berbagai negara.Tidak ada istilah demokrasi telah selesai. Dan relevan, karena demokrasi harus menghasilkan democratic dividend, yang dirasakan langsung utamanya oleh masyarakat di negara masing-masing, dan berimbas ke berbagai kawasan lainnya. Demokrasi merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kesejahteraan, keadilan, serta kesamaan hak dan kebebasan setiap
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
fokus
21harus kita jalankansecaratransparan dan demokratis. Arsitektur yang demokratis akan berdampak terhadap tansparansi kebijakan dan predictable behavior, yang dapat menjamin terciptanya rasa saling percaya atau confidence building.Ketegangan yang terjadi dalam hubungan internasional dewasa ini, banyak yang disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan atau bahkan kesalahpahaman. Melihat realitas yang ada di kawasan, dapat saya katakan, bahwa selama inikerjasama dan integrasi kawasan Asia pada berbagai tingkatannya - khususnya di kawasan Asia Timur dan Asia Pasifik- lebih terfokus pada aspek ekonomi, yaitu upaya untuk mengatasi kesenjangan pembangunan (development gap). Padahal, pada kenyataannya terdapat keperluan mendesak untuk mengatasi political development gap yang belum banyak disentuh. Jika tidak diantisipasi secara cermat, kesenjangan pembangunan politik itu dapat berujung pada gangguan pembangunan, lembaga-lembaga keuangan internasional ini. Dan pada tataran global, saya sungguh berharap adanya reformasi Dewan Keamanan PBB yang lebih demokratis, transparan, dan representtatif. Ini sangat penting untuk dapat secara efektif menjalankan mandatnya, bagi terciptanya perdamaian dan keamanan dunia. Reformasi badan PBB lainnya yang lebih adaptif, responsif dan efektif harus dilanjutkan, untuk memastikan masyarakat dunia mampu mengatasi berbagai permasalahan global, seperti kebutuhan pangan dan energi, pengurangan kemiskinan serta pencapaian MDGs,dan dampak perubahan iklim. Pendek kata, sistem yang demokratis dan transparan sangat diperlukan juga pada tingkat regional dan global. Hanya dengan menerapkan asas yang berkeadilan, persamaan, dan transparansi, maka perdamaian dan stabilitas baik pada tingkat kawasan dan global dapat kita wujudkan dan kita pelihara bersama. Dari apa yang saya kemukakan tadi, maka sesungguhnyasalah satu esensi dari demokrasi
sistem yang demokratis dan transparan sangat diperlukan juga pada tingkat regional dan global. Hanya dengan menerapkan asas yang berkeadilan, persamaan, dan transparansi, maka perdamaian dan stabilitas baik pada tingkat kawasan dan global dapat kita wujudkan dan kita pelihara bersama.
demokrasi dan penghormatan terhadap hak-hak kebebasan individu. Berbagai fakta perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia telah menghasilkan stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan rakyat yang signifikan. Belajar dari pengalaman itulah, dapat saya katakan, bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya.Bukan pula sesuatu yang dapat dipaksakan dari luar. Demokrasi harus ditumbuhkan dari dalam masyarakat itu sendiri (home grown), melalui pemberian kesempatan dan ruang yang lebih luas serta pemberdayaan mereka.Demokrasi yang dipaksakan dari luar, bisa menimbulkan komplikasi politik, dan dalam perkembangannya bisa kehabisan tenaga dan daya dorongnya. Berangkat dari pengalaman Indonesia, pada tingkat nasional, setidaknya terdapat tiga poin penting yang dapat kita petik: Pertama, demokrasi memberikan ruang bagi seluruh elemen bangsa, untuk dapat berdialog dan menyelesaikan permasalahan dengan cara damai; Kedua, alam demokrasi memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menyampaikan aspirasinya, sesuai aturan main yang berlaku. Demokrasi membuka peluang kepada siapapun untuk berbicara dan berpendapat, sesuai koridor dan kesepakatan bersama. Demokrasi merupakan sarana untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa; dan Ketiga, alam demokrasi menuntut berfungsinya secara efektif seluruh pilar demokrasi.Perangkat hukum harus dapat berfungsi efektif. Keseimbangan antara peran legislatif, eksekutif, dan yudikatif harus berjalan pada arah yang benar. Penegakan hukum harus konsisten dan tidak boleh pandang bulu. Tata kelola pemerintahan (good governance) harus berfungsi dengan baik. Dan, kebebasan harus berjalan bergandengan dengan rule of law. Seluruh pilar dan elemen itulah, yang dapat memastikan terpeliharanya kehidupan bernegara yang demokratis, damai dan stabil. Pada tingkat regional dan global, saya berpendapat, bahwa penyelesaian berbagai permasalahan dan tantangan di abad ke-
Presiden SBY dan Presiden Lee Myung-Bak melakukan konperensi Pers usai Pembukaan Bali Democracy Forum III di Hotel Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010).
instabilitas politik, dan ancaman keamanan di kawasan. Disinilah titik penting bagi adanya pemahaman atas perdamaian dan demokrasi secara lebih baik yangharus diangkat sebagai bagian dari kerjasama di kawasan. Sama pentingnya dengan itu, reformasi arsitektur keuangan dan ekonomi global yang demokratis, dan yang juga didorong oleh forum G-20, harus dilakukan. Hal ini saya nilai penting guna memastikan pertumbuhan ekonomi global yang kuat, seimbang dan berkelanjutan. Pengambilan keputusan dalam lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia,harus mencerminkan asas transparansi dan demokrasi. Representasi suara dari negara berkembang, juga harus terus ditingkatkan di
adalah, bagaimana kita dapat memberdayakan seluruh elemen bangsa, untuk meningkatkan harkat dan martabat rakyat kita semua.Kita juga harus memastikan,agar segenap komponen bangsa dapat berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, dan pencapaian kesejahteraan bagikita semua. Akhirnya, saya sungguh berharap forumyang penting ini dapat memberikan rekomendasi yang komprehensif, terhadap peran demokrasi bagi penciptaan perdamaian dan stabilitas.Perdamaian dan stabilitas merupakan prasyarat utama bagi upaya kita semua untuk mensejahterakan rakyat. (Sumber : Sambutan Presiden RI Pada Pembukaan Bali Democracy Forum III).[]
No. 39 Tahun IV
dok. infomed
Diplomasi
fokus
DR. R.M Marty M. Natalegawa
Menlu RI : BAGi Indonesia, merupakan kehormatan dan sebuah bentuk tanggung jawab menjadi penggagas dan tuan rumah pertemuan Bali Democracy Forum ini. Hal ini merupakan pencerminan dari komitmen Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional untuk senantiasa mempromosikan nilainilai luhur demokrasi. Bali Democracy Forum ke-3 ini menjadi wujud semakin terkonsolidasinya Forum tersebut sebagai bagian dari arsitektur demokrasi di Asia. Tahun lalu, Bali Democracy Forum dihadiri oleh 35 negara peserta dan 13 peninjau. Tahun ini, Bali Democracy Forum dihadiri oleh 42 negara peserta dan 29 peninjau. Tahun lalu, selain 3 Kepala Negara/Pemerintahan, 8 menteri hadir dalam pertemuan BDF ke-2. Tahun ini pertemuan tetap dihadiri oleh 3 Kepala Negara/Pemerintahan namun juga dihadiri oleh 27 ketua delegasi setingkat Menteri. Peningkatan tingkat partisipasi ini mencerminkan setidaknya 2 hal yaitu; Pertama, perkembangan demokrasi di kawasan Asia dan Pasifik substansial dan positif. Kedua, mencerminkan komitmen yang tinggi negara di kawasan Asia dan Pasifik terhadap nilai demokrasi. Demokrasi yang didasari nilai-nilai inklusif, kesetaraan, dan partisipasi yang terbuka bagi seluruh negara. Nilai demokrasi yang universal namun tetap tumbuh dan berkembang dari keinginan masyarakatnya. Pertemuan BDF kali ini telah memasuki tahun yang ketiga. Sebagaimana dimaklumi, Bali Democracy Forum merupakan forum antar pemerintah di kawasan Asia. Sejak diadakan pada tahun 2008, Forum ini senantiasa konsisten mempromosikan sebuah platform dimana antar pemerintah dapat berbagi pengalaman dan bertukar pikiran mengenai demokrasi. Selain itu, forum juga dimaksudkan untuk mendorong kerjasama antara negara dalam memajukan demokrasi di kawasan. Pada tahun pertama, tema
BDF III Menggali Sistem Demokratis yang dapat Menciptakan Perdamaian dan Stabilitas Politik
dok. infomed
Menlu RI, DR. Marty M. Natalegawa memimpin sesi pertama BDF III yang mengambil tema Democracy and Promotion of Peace and Stability di Hotel Westin, Nusa Dua Bali (9/12/2010).
pertemuan ini memfokuskan pada upaya negara di kawasan untuk menyepakati demokrasi sebagai agenda strategis di kawasan Asia. Selanjutnya, pada tahun kedua, forum ini memfokuskan pada upaya mensinergikan antara demokrasi dan pembangunan serta prospek kerjasama di kawasan. Demokrasi merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Forum ini telah menyepakati bahwa demokrasi dan pembangunan dapat berjalan beriringan. Bahkan dengan sistem yang demokratis, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dengan lebih merata. Pada pertemuan kali ini, tema yang akan diangkat adalah Demokrasi dan Upaya Mendorong Perdamaian dan Stabilitas. Dalam diskusi dua hari ke depan, Forum akan menggali lebih dalam bagaimana sistem yang demokratis dapat menciptakan perdamaian serta stabilitas politik sehingga
masyarakat dapat hidup dalam rasa aman dan tenteram. Tema ini merupakan bagian dari komitmen kita bersama untuk bagaimana demokrasi dapat memberikan manfaat kongkrit di masyarakat. Melalui Institute for Peace and Democracy (IPD) sebagai implementing agency dari Forum ini, beberapa kegiatan internasional termasuk seminar, kuliah umum, lokakarya dan pelatihan, penelitian, program magang, serta kunjungan terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum di beberapa negara di kawasan Asia dan Pasifik seperti di Filipina, Jepang dan Australia telah dilakukan. Pelatihan, penelitian dan menjadi observer dalam Pemilihan Umum di beberapa negara telah melibatkan aparatur negara di kawasan Asia dan Pasifik. Hal ini dimaksudkan tidak lain untuk meningkatkan kapasitas dan kerja sama untuk terus menumbuhkembangkan sistem
demokrasi di negara, khususnya yang baru tumbuh dan berkembang nilai demokrasinya. Kami menghargai dukungan dan kerjasama yang diberikan oleh negara sahabat dan mitra dalam pelaksanaan programprogram tersebut di atas. Ini merupakan bagian dari kemitraan yang tulus dan positif dalam menumbuhkembangkan nilai demokrasi di kawasan ini. Ini juga merupakan bagian dari komitmen kita bersama untuk mendorong nilai demokrasi yang dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat kita semua. Dapat menciptakan perdamaian, mencegah terjadinya konflik, menyelesaikan konflik dengan cara dialog dan rekonsiliasi serta menciptakan stabilitas politik dan keamanan baik di tingkat nasional, regional dan global. []
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
10
F O K U S
Lee Myung-Bak
terus menerus berada dalam ancaman yang disebabkan adanya pemisahan semenanjung Korea. Ancaman yang lebih serius terhadap keamanan nasional seringkali cenderung mengarahkan kami pada jebakan rezim otoritarian. Bagaimanapun juga meski terjadi konfrontasi di Semenanjung Korea, Republik Korea Selatan telah melakukan pencapaian pada sektor indsutrialisasi dan demokratisasi hanya dalam satu generasi. Pencapaian negara kami tersebut merupakan suatu kebanggaan utama rakyat Republik Korea Selatan. Dalam jangka waktu 60 tahun sejak pemisahan Semenanjung Korea, perekonomian Republik Korea Selatan telah tumbuh menjadi 38 kali lebih besar daripada Korea Selatan. Saya yakin jika pengalaman ini akan memberikan contoh yang jelas terhadap keterkaitan antara perkembangan demokrasi dan ekonomi. Sepanjang perkembangan demokrasi dan ekonomi, Korea Selatan telah melakukan akselerasi yang sangat signifikan untuk menjadi negara ekonomi maju. Hasilnya adalah, Korea Selatan telah bertransformasi dari menjadi negara penerima donor menjadi negara pemberi donor, dan menjadi anggota dari OECD DAC (Komite Pengembang Bantuan) Hal ini akan mustahil terjadi tanpa adanya usaha yang tak mengenal lelah untuk mengatasi tantangan dan cobaan. Demokrasi dan Kerjasama di Asia Sejauh ini kita telah berbagi pengalaman proses demokratisasi di tiap negara. Akan tetapi, saat ini tiba saatnya untuk mempertimbangkan sebuah program kerjasama untuk menemukan metode perkembangan demokrasi dan ekonomi. Yang mana hal tersebut akan tumbuh melalui perkembangan, dan akan menjadi kunci dalam
mempromosikan peningkatan demokrasi di wilayah Asia. Korea Selatan telah mengajukan inklusi agenda perkembangan tersebut pertama kali pada KTT G20 di Seoul yang diselenggarakan bulan lalu. Lebih jauh, kami memasukkan rencana tindakan pada Kesepakatan Bersama (Joint Statement). Lebih jauh lagi sebagai bagian dari usaha untuk Asia agar mencapai agenda perkembangan, kami telah meluncurkan Asia Development Cooperation Meeting untuk para pemberi donor di Asia. Bagi negara-negara berkembang di Asia dalam rangka mencapai pertumbuhan bersama, terdapat sebuah kebutuhan investasi yang kuat di sektor infrastruktur, dana dalam skala besar, dan metodologi yang tepat bagi wilayah dan negara. Bersama dalam dukungan kami untuk perkembangan sosial, seperti mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan kesehatan, kita saat ini harus memfokuskan pada potensi negara-negara berkembang dan memberdayakan mereka untuk mencapai independensi ekonomi. Selain memperluas cakupan ODA yang kami miliki, sebagai negara donor kami akan aktif mengeksplorasi berbagai macam cara untuk menyediakan ruang kerjasama ekonomi dan dukurngan yang merefleksikan pada realita yang terjadi pada negara penerima donor. Kami juga akan melanjutkan eksplorasi kami terhadap berbagai macam pendekatan untuk mendukung terbangunnya sistem pemerintahan yang demokratis.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
fokus
11
Kevin Rudd
negeri ataupun oleh komunitas internasional luar negeri. Dengan demikian, demokrasi adalah sesuatu yang ideal, suatu praktek yang dikembangkan dan dilestarikan. Demokrasi adalah nilai-nilai universal. Sementara lembagalembaga yang demokratis, menjadi efektif, harus tumbuh dari dalam, sebagamaimana Presiden Indonesia telah mengingatkan kita di awal sambutannya. Australia, sebagai negara yang beragam dan multi budaya, dengan 180 perwakilan komunitas dari belahan dunia dan berbagai benua, kami memahami dengan baik akan pentingnya untuk memastikan semua elemen masyarakat ini memiliki hak suara dan terwakili secara efektif. Akan tetapi perlu menyadari bahwa demokrasi bagi kita semuanya adalah suatu pekerjaan yang terus menerus. Demokrasi bukan garis pemberhentian yang kita sebrangi pada satu titik tertentu dalam sejarah. Itu juga bukan suatu kotak yang kita tandai untuk mewaliki misi pencapaian. Demokrasi bukan suatu keputusan yang tidak dapat diubah. Demokrasi dapat dirusak oleh ketidakmerataan, akibat korupsi dan pemerintahan yang lemah. Kita harus bersama-
sama melanjutkan pekerjaan ini terus menerus untuk memastikan bahwa demokrasi mempunyai masa depan yang baik. Akan tetapi dalam pengamatan kami untuk berbuat lebih banyak, penting juga mengakui sejauh mana kita telah menempuhnya. Dunia telah menjadi tempat yang lebih demokratis dan demokrasi telah mengukuhkan dasar bagi stabilitas dan kemakmuran. Sebagaimana presiden Korea mengingatkan kita pagi ini, pada awal tahun 70-an, 29 persen dari negara-negara dunia dinilai tidak demkratis, tapi sekarang, 2009, angka terbaru tumbuh menjadi 46 persen. Asia telah membuat kemajuan yang pesat selama 40 tahun terakhir dengan 31 dari 39 negara di wilayah ini menjadi Negara yang demkratis. Unsur penting dari demokrasi, seperti aturan hukum, penegakan hukum, masyarakat sipil yang aktif, pemerintahan yang terbuka dan kebebasan media, adalah bukti akan tetapi belum jadi aturan bagi wilayah kita. Sejak 1998 Indonesia berkembang pesat dan menjadi contoh demokrasi di wilayah kita. Perkembangan Indonesia dari demokrasi multi partai sungguh suatu hal yang luar biasa. Semenjak transisi dimulai, lebih dari 500
pemilu umum langsung telah diadakan di Rebuplik ini. Indonesia mempercayai demokrasi. Poling terakhir menunjukkan bahwa 70 persen mengatakan demokrasi adalah sistem politik terbaik bagi negara. Rakyat Indonesia memanfaatkan hak pilihnya, 70 persen dari pemilih yang terdaftar menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum di tahun 2009. Ini berada diantara rata-rata partisipasi tertinggi negara demokrasi dunia yang tidak memiliki kewajiban untuk memilih. Rakyat Indonesia juga percaya akan kekuatan pilihan mereka. 78 persen setuju bahwa pemilihan umum memberikan mereka kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Masyarakat Indonesia mempraktekan hak mereka untuk memilih secara damai. Pemilihan demokratis juga mengantarkan pada suatu perubahan generasi. 68 persen dari anggota DPR Indonesia berumur di bawah 50 tahun meningkat dari dari 38 persen tahun 1999. Dan perempuan sekarang terwakili lebih baik dari pada sebelumnya. Hampir 18 persen di DPR Indonesia adalah perempuan naik dari 10 persen tahun 2004. Ini adalah pertanda baik untuk kemajuan. Terakhir, pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa dalam demokrasi politik dan Islam adalah dapat didamaikan secara sempurna. Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia dan menjadi negara domokrasi ketiga di dunia. Dibangun atas dasar yang kokoh dengan toleransi dan pluralism yang menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi dapat tumbuh bersama. Indonesia dengan demikian mempunyai banyak hal yang bisa ditawarkan kepada dunia seperti model dialog dan pemahaman perbedaan agama seluruh dunia.[]
\dailytelegraph.com
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
12
L ensa
Rostiawati
memperoleh gaji yang luar biasa besarnya. Ketika mereka kita undang bertemu dengan Menaker, ternyata 99 % masyarakat Indonesia yang ada disana adalah TKI kita yang bekerja di sektor formal sebagai tenaga profesional, sehingga KBRI kita penuh dengan mobil-mobil mewah. Dalam hal ini kita coba menyentuh mereka untuk peduli dengan temanteman TKI, terutama yang bekerja di sektor domestik. Mereka kadangkadang memang share kepada teman-teman kita di KBRI untuk bisa memberikan bantuan kepada teman-teman TKI lainnya yang sedang mengalami persoalan dan ditampung di shelter KBRI, baik itu berupa pemberian makanan atau berkumpul bersama memecahkan persoalan. Itu merupakan satu hal yang positif dalam membangun network sesama TKI yang bekerja di luar negeri. Kemudian kita juga berupaya meningkatkan penempatan melalui koridor G to G seperti yang kita lakukan di Korea dan Jepang. Kita tahu bagaimana sulitnya menempatkan TKI ke Jepang karena standar kualifikasinya cukup tinggi. Tetapi alhamdulillah melalui koridor Economic Partnership Agreement (EPA) antara Indonesia dan Jepang,
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
L
TEnAGA kerja wanita (Nakerwan) Indonesia yang bekerja di luar negeri memang sangat rentan mengalami penyiksaan dari majikannya. Oleh karena itu diperlukan sebuah kebijakan yang bisa melindungi dan menyelamatkan para nakerwan yang bekerja di sektor domestik ini. Mereka juga harus mempunyai wacana live out domestic worker, yaitu pekerja sektor domestik yang tinggal di luar rumah user (majikan). Karena kalau tinggal selama 24 jam di rumah majikan, tentunya mereka akan terisolasi dan sangat sulit untuk melakukan komunikasi. Saya yakin konsep live out domestic worker ini akan meminimalisir terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh majikan terhadap nakerwan sektor domestik. Konsep ini perlu direalisasikan secara bertahap mengingat cukup banyak negara penerima yang tidak memiliki regulasi tentang tenaga kerja di sektor domestik. Hubungan antara pengguna dengan pekerja itu sangat subjektif, dimana satu pekerja bisa menghadapi beberapa majikan, yakni suami, istri, anak, dan lain-lainnya. Apalagi UU tentang perburuhan di setiap negara itu tidak mampu menjangkau pekerja di sektor rumah tangga ini. Di Indonesia sendiri, UU tentang Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) itu tidak ada, yang ada hanya UU tentang buruh. Di luar negeri, kebanyakan juga seperti itu. Oleh karena itu, kita harus melakukan perlindungan yang sempurna dan paripurna bagi para nakerwan di sektor domestik ini. Mereka harus tinggal di asrama dan menjadi tenaga outsourcing yang didatangkan ke rumah. Waktu kerja mereka ditentukan selama 8 jam, dan setelah selesai bekerja, mereka kembali pulang ke asrama. Kalau ternyata tenaga mereka masih dibutuhkan setelah melewati jam kerja, maka mereka berhak mendapatkan lembur sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Saya rasa konsep ini cukup memadai dalam upaya kita memberikan keamanan kepada nakerwan. Jadi dengan demikian status mereka bukan sebagai buruh informal melainkan buruh formal. Konsep ini kita laksanakan secara bertahap, dan diperkirakan akan
ensa
13
Jumhur Hidayat
Kepala BNP2TKI
tetapi juga sebagai pusat informasi. Dengan demikian para calon TKI dapat memperoleh informasi yang lengkap jika ingin bekerja ke luar negeri dan tidak berhubungan dengan calo. Jadi bagi para calon TKI yang berminat untuk bekerja ke luar negeri, mereka bisa datang ke kelompok berlatih ini untuk mengikuti pelatihan dari pagi hingga sore dan kemudian kembali ke rumah. Setelah mereka terlatih dengan baik, selanjutnya barulah diproses dokumentasinya. Keberadaan calo itu dikarenakan adanya jarak antara pelayanan publik dengan masyarakat. Oleh karena itu, maka jarak ini kita persempit melalui pembentukan tempat-tempat pelatihan semacam itu. Sekarang ini, kelompok-kelompok berlatih tersebut sudah ada di 90 desa, dan target kami adalah 1.000 desa pada 2014-2015. Kita akan buat tempat-tempat pelatihan itu di kantong-kantong daerah pengirim bekerjasama dengan dinas-dinas di Kabupaten agar tetap terkontrol. Disamping itu kita juga sudah mulai menerapkan online system, yang kita awali dari Provinsi Jawa Barat, dimana pemprosesan data TKI dari Dinas Kabupaten/Kota ke BNP2TKI dilakukan secara online. Dengan demikian, maka data di
daerah itu sama dengan data di kita, dan tidak bisa dipalsukan. Kita hanya akan memproses data yang terkirim secara online dari dinas, karena biasanya calo itu suka membuat cap dinas palsu walaupun dokumen-dokumen dari dinas itu dilindungi dengan security printing. Tapi dengan online system ini prosesnya menjadi lebih aman dan mudah. Dalam hal besaran upah, tentunya kita juga menerapkan upah minimum bagi para TKI. Misalnya di Timur Tengah, sebelumnya mereka menerima upah sebesar 600 Riyal dan sejak 2007 naik menjadi 800 Riyal. Sementara di Singapura, upah mereka sebelumnya adalah S$ 280, dan sekarang naik menjadi S$ 350. Sekarang ini ada sekitar 550 PJTKI yang beroperasi, dimana sebagian dari mereka cukup patuh dengan ketentuan yang berlaku, disamping juga cukup banyak yang bermasalah. Seluruhnya akan kita evaluasi, termasuk juga agen-agen penerima di luar negeri. Sekarang ini ada sekitar 5 (lima) juta TKI kita yang bekerja di luar negeri, baik yang legal maupun illegal. Tentunya kita akan memberikan perhatian yang penuh terhadap mereka semua, agar tidak ada lagi berita-berita yang menyedihkan dari mereka.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
14
L ensa
WALAUpUn secara teknis, permasalahan TKI itu merupakan tanggungjawab jajaran Kemenaker, tetapi dalam hal diplomasi untuk advokasi kepentingan warga negara, Kemlu dimana dalam hal ini KBRI, harus kita perkuat dengan keberadaan Atase Tenaga Kerja. Kami sangat mendorong agar Atase Tenaga Kerja ini segera ditempatkan di KBRI-KBRI, terutama yang selama ini memang menjadi tempat penempatan TKI dalam jumlah besar. Yang kedua, kami juga mendorong Kemlu untuk mengembangkan MoU atau agreement yang sifatnya G to G. Dengan Arab Saudi dan Malaysia misalnya, selama ini kita belum memiliki agreement tentang TKI, karena di Arab Saudi hal ini merupakan private sector. Dalam jumlah yang besar rasanya Kemlu akan sulit berperan banyak, kecuali jika memang sudah dicapai suatu agreement yang sifatnya G to G, dan inilah yang akan terus kita dorong. Yang ketiga, terkait dengan pengembangan hubungan multilateral dan bilateral Indonesia dengan negara-negara lain. Saya melihat bahwa kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah sekarang ini memiliki potensi politik dan ekonomi yang sangat besar, termasuk Irak, dimana dalam lima atau sepuluh tahun kedepan mungkin mereka bisa memiliki potensi yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia harus mengambil langkah-langkah yang lebih definitif dan terukur untuk penguatan kerjasama dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah melalui pembukaan perwakilan RI secara resmi disana. Dan kami berharap agar ini bisa dilakukan secara lebih progresif. Satu hal yang menjadi catatan kami, bahwa negara-negara Timur Tengah ini memiliki budaya diplomasi yang khas, dan inilah yang harus dikembangkan dan dimodifikasi oleh jajaran Kemlu, terutama dengan mengaktivasi semacam special envoy dari tokohtokoh tertentu yang secara informal bisa mengembangkan akses-akses terkait dengan hal ini. Selama ini sebenarnya special
envoy itu sudah ada, seperti misalnya bapak Alwi Shihab, tetapi saya kira kita bisa membuat sebuah tim, dimana ada lebih banyak orangorang di Indonesia yang sebenarnya memiliki akses yang bagus dalam hal pendekatan kultural informal ini. Mereka bisa membantu untuk mempermudah dan memperlancar upaya-upaya yang dilakukan oleh Kemlu terkait pencapaian MoU atau agreement tentang TKI. Sasaran kita terutama adalah negara-negara seperti Malaysia, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab, karena hal ini sangat penting. Apalagi sebenarnya memang banyak persoalan yang bisa diselesaikan melalui diplomasi informal sebelum melakukan diplomasi formal. Hampir 80% masalah TKI itu sifatnya permisif dan imbasnya banyak problem di dalam negeri. Jika kemudian kita tempatkan Atase Tenaga Kerja di KBRI, maka secara finansial itu akan di backup dari anggaran Kemenaker. Jadi dalam anggaran Kemenaker, termasuk BNP2TKI, mungkin memang akan ada alokasi anggaran untuk penyelesaian dan perlindungan warga, khususnya TKI di luar negeri. Hal ini yang memang belum signifikan, padahal pemasukan
Kemenaker dan BNP2TKI dari TKI itu sangat besar. Kemenaker dan BNP2TKI harus melakukan kerjasama secara teknis terkait perlindungan warga di luar negeri. Di dalam negeri, kerjasama teknis ini bersifat preventif, sementara di luar negeri mereka harus melakukan edukasi dan advokasi bersama-sama dengan Kemlu, dan kemudian melakukan upaya penguatan terhadap pola-pola kerjasama tersebut, karena hal itu tidak mungkin bisa dilakukan hanya oleh pejabat dari Kemlu. Jika ada Atase Teknis Tenaga Kerja, maka merekalah yang akan menangani hal ini secara lebih teknis. Dalam hal kerjasama secara bilateral, kita bisa ambil contoh dari Singapura, dimana mereka membuat suatu persyaratanpersyaratan rekrutmen dan juga kerjasama yang sudah sangat sistematis, sehingga tidak ada yang namanya TKI illegal disana. Sementara di beberapa negara seperti Malaysia, mereka memang memiliki kepentingan dengan keberadaan TKI illegal ini, karena dengan begitu mereka bisa membayar dengan murah, dan jika ada permasalahan mereka juga bisa berlepas tangan. Inilah
yang harus kita atasi, dan hal ini tidak saja menuntut komitmen dari Kemenaker dan BNP2TKI, tetapi Kemlu juga harus membuka jalan agar pemerintah Malaysia bersedia secara terbuka untuk melakukan kerjasama yang lebih sistematis. Segala permasalahan mengenai TKI itu akan dapat di minimalisir kalau yang kita kirim itu merupakan tenaga-tenaga yang terampil, dimana dalam hal ini secara otomatis ada standarisasi pendidikan, baik formal maupun informal. Sementara ini hal itu tidak ada, sedangkan sebagian besar atau sekitar 60 % TKI itu bekerja di sektor informal. Dari sisi ini saja, ini sudah merupakan suatu permasalahan. Tentunya masalah penegakan hukum juga harus kita perhatikan, tetapi yang paling penting dalam hal ini adalah komitmen dari Kemenaker dan BNP2TKI, karena kalau tidak maka Kemlu akan cuci piring terus. Jika semuanya sudah kita benahi, maka kalaupun kemudian Kemlu masih harus cuci piring, setidaknya hanya piringpiring yang kecil dan bukan piringpiring yang besar.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
Lensa
15
KiTA harus memahami bahwa peluang kerja di daerah itu relatif terbatas, dan oleh karena itu maka pilihannya adalah melakukan migrasi, dimana dalam hal ini sebagian masyarakat di desa-desa itu memilih untuk menjadi buruh migran. Jadi pilihan ini sebenarnya lebih kepada faktor ekonomi, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, baik itu bagi yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Mereka sebenarnya bisa saja memilih bekerja di kota-kota besar, tetapi tentu saja image-nya akan berbeda jika mereka bekerja di luar negeri. Jadi saya rasa, dalam hal ini mereka bukan hanya mencari pekerjaan semata, tetapi juga terkait dengan image, karena bagi sebagian TKW, bekerja di luar negeri itu lebih membanggakan ketimbang bekerja di Jakarta, misalnya. Selain itu juga ada referensi, bahwa kalau mereka bekerja di Timur Tengah nanti bisa naik haji, meskipun sekarang ini juga sudah banyak yang bekerja di Taiwan dan Hong Kong. Oleh karena itu sekarang ini ada sebutan TKW Ringgit, TKW Dinar dan sebagainya. Negara yang mereka tuju, umumnya juga sangat ditentukan oleh latar belakang pendidikan mereka. Ada indikasi bahwa TKW yang bekerja di Timur Tengah memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah daripada TKW yang bekerja di Hong Kong. Di sisi lain, pilihan negara tujuan itu juga terkait dengan jaringan atau social network. Misalnya mereka yang berasal dari Malang Selatan akan cenderung memilih bekerja ke Hong Kong, karena di sana mereka memiliki banyak teman. Figur keberhasilan teman-teman mereka juga menjadi inspirasi bagi sebagian buruh migran. Sementara pengalaman negatif sebagian orang, itu tidak membuat mereka takut untuk tetap bekerja ke luar negeri, karena hal ini berkaitan dengan sikap mental mereka. Banyak dari mereka yang memaknai bahwa pengalaman negatif itu merupakan nasib atau memang sudah rezekinya. Kalau ada TKW yang
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
16
L ensa
Suasana pelayanan ke-konsuleran di KBRI Singapura yang cepat, ramah dan nyaman sehingga memperoleh ISO 9001. Optimalisasi pelayanan ini merupakan hasil dari benah diri Kemlu yang dilakukan secara konsisten sejak 2002.
PAdA tingkat pusat, Kementerian Luar Negeri terus melakukan langkah dan upaya untuk menangani akar permasalahan WNI/TKI yang terjadi di dalam negeri. Berbagai upaya dan langkah strategis yang dilakukan, antara lain dengan membentuk grand design sebagai suatu policy paper yang dapat digunakan sebagai guidance oleh seluruh stakeholder, termasuk Perwakilan RI, dalam memberikan pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri. Melakukan koordinasi dan harmonisasi dengan Kementerian/ Lembaga terkait, parlemen, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media massa dan stakeholder terkait lainnya melalui forum kelompok kerja (Pokja) yang terdiri dari: (i) Pokja Penguatan Koordinasi Antar Kementerian/Lembaga; (ii) Pokja Trans-national Crime; (iii) Pokja Penanganan Kasus-Kasus Hukum WNI di Luar Negeri; (iv) Pokja Public Awareness Campaign; dan (v) Pokja Repatriasi. Forum Pokja dimaksud diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan sehingga
seluruh unsur masyarakat well informed terhadap permasalahan yang ada serta upaya-upaya penanganan yang dilakukan oleh Kemlu maupun Perwakilan RI di luar negeri. Dalam hal ini, forum Pokja ini diharapkan dapat dijadikan wadah peran serta aktif seluruh unsur masyarakat sehingga pengananan terhadap permasalahan WNI di luar negeri tidak lagi dilakukan secara parsial namun secara komprehensif. Secara berkala (setiap tiga bulan sekali), Kementerian Luar Negeri juga akan melakukan pertemuan dengan unsur Kementerian/ Lembaga terkait di tingkat Eselon II guna sinkronisasi informasi maupun kebijakan di bidang perlindungan WNI di luar negeri. Melalui forum ini diharapkan dapat terbentuk keselarasan informasi, tupoksi, plan of action, alokasi anggaran, maupun upaya penanganan permasalahan yang terjadi. Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri, diperlukan adanya sinergi diantara Perwakilan RI dan Pusat guna menerapkan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan
bagi penanganan permasalahan terkait WNI di luar negeri, terutama hal-hal yang telah dirumuskan bersama dalam forum-forum tersebut di atas. Sinergi antara pusat dan Perwakilan RI di luar negeri dalam hal ini dapat dibentuk dengan suatu komunikasi yang intensif dan berkesinambungan dalam penanganan setiap isu perlindungan. Sesuai dengan arahan Menteri Luar Negeri, terkait dengan upaya pelayanan dan perlindungan WNI di luar negeri, Perwakilan RI secara konsisten dan persisten dapat melakukan langkah-langkah, antara lain: Membangun dan mengembangkan jejaring (networking) dengan counterpartnya masing-masing, khususnya yang terkait dengan perlindungan WNI di luar negeri. Networking tersebut kiranya dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendekatan second track kepada unsurunsur terkait di wilayah akreditasi yang pada akhirnya diharapkan mampu menghilangkan hambatanhambatan birokrasi dalam
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
L ensa
17
Para TKW bermasalah mendapat pengarahan dari pejabat KBRI Kuwait. Setiap tahun rata-rata Kedutaan Besar RI Kuwait menampung sekitar 2.000 tenaga kerja wanita bermasalah yang kabur dari majikan.
JUmLAh TKI yang berada di luar negeri sekarang ini, tercatat sebanyak 3.294.009 orang, dengan rincian berada di Afrika sebanyak 4.439 orang atau 1%, di Eropa 59.735 orang atau 2%, di Amerika 130.851 orang atau 4%, di Pasifik 55.591 orang atau 2%, di Asia Tenggara 249.100 orang atau 7%, di Malaysia 1.410.787 orang atau 42%, di Asia Timur 359.844 orang atau 11%, di Asia Selatan 2.760 orang atau 1%, di Timur Tengah 379.963 orang atau 11% dan di Arab Saudi 641.039 orang atau 19%. Di Arab Saudi, tenaga kerja Indonesia (TKI) lebih banyak terkonsentrasi di Riyadh dan Jeddah, masing-masing berjumlah 225.453 orang (35%) dan 415.586 orang (65%). Sementara di Malaysia, sebaran TKI lebih banyak terkonsentrasi di Kuala Lumpur, yaitu sebanyak 620.817 orang (44%), di Penang sebanyak 298.318 orang (21%), di Johor Bahru sebanyak 202 352 orang (14%), di Kuching sebanyak 254.111 orang (18%) dan di Kota Kinabalu sebanyak 35.189 orang (3%).
Sementara itu, jumlah WNI/ TKI yang berada di penampungan Perwakilan RI di berbagai negara pada tahun 2010, tercatat sebesar 15.766 orang. Dengan digalakannya upaya pelayanan warga, maka pada akhir tahun 2010 atau tepatnya pertanggal 12 Desember 2010, jumlahnya berhasil diturunkan menjadi 1.398 orang. Perwakilan RI yang menampung WNI/TKI bermasalah adalah ; KBRI Amman (220 orang), KBRI Bandar Sri Begawan (52 orang), KBRI Damaskus (45 orang), KBRI Doha (44 orang), KBRI Singapura (106 orang), KBRI Abu Dhabi (88 orang), KBRI Kuala Lumpur (115 orang), KBRI Kuwait City (195 orang), KBRI Riyadh (176 orang), KJRI Dubai (65 orang), KJRI Hongkong (2 orang), KJRI Jeddah (118 orang), KJRI Johor Bahru (55 orang), KJRI Kota Kinabalu (18 orang), KJRI Kuching (51 orang), dan KJRI Penang (48 orang). Kasus WNI/TKI bermasalah di luar negeri pada tahun 2010 berjumlah 16.064 kasus, dimana di Afrika sebanyak 101 kasus, di Eropa 67 kasus, di Amerika 37 kasus,
di Pasifik 93 kasus, di Asia 3.113 kasus, di Malaysia 2.066 kasus, di Timur Tengah 6.345 kasus, dan di Arab Saudi 4.242 kasus. Untuk kasus-kasus WNI/TKI bermasalah yang terjadi di wilayah Afrika, Eropa, Amerika dan Pasifik, pada umumnya adalah berupa kasus ABK dan overstayers. Jumlah kasus WNI/TKI bermasalah yang telah ditangani oleh Perwakilan RI dan Kementerian Luar Negeri RI pada tahun 2010, khusus untuk kawasan Asia dan Timur Tengah adalah sebanyak 15.766 kasus, masing-masing sebanyak 5.179 kasus di Asia dan 10.587 kasus di Timur Tengah. Dari sejumlah 3.113 kasus yang ada di Asia, sebanyak 2.953 kasus (95%) sudah diselesaikan, dan sebanyak 160 kasus (5%) masih dalam proses penyelesaian. Sementara di Malaysia, dari 2.066 kasus yang ada, sebanyak 1.779 (86%) sudah diselesaikan dan yang masih dalam proses penyelesaian sebanyak 287 kasus (14%). Kasus-kasus yang telah diselesaikan pada umumnya dibagi dalam tiga jenis kasus, yaitu kasus
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
18
L ensa
Mekanisme Perlindungan Kepentingan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Badan Hukum Indonesia (BHI) di Luar Negeri
MEkAniSmE pemberian bantuan perlindungan yang dilakukan oleh Direktorat PWNI/BHI Kemlu RI adalah sebagai berikut: Pihak Pemerintah Daerah (Pemda) yang memerlukan perlindungan bagi warganya dapat segera menyampaikan permintaan kepada Departemen Luar Negeri dengan tembusan kepada Perwakilan RI di luar negeri. Setelah diterimanya permintaan sebagaimana dimaksud dalam butir di atas, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengkoordinasikan langkahlangkah pemberian perlindungan WNI dan BHI di luar negeri dengan Perwakilan RI di luar negeri dan dengan instansi terkait di dalam negeri. Dalam hal diperlukan bantuan penasehat hukum bagi WNI/BHI yang memerlukan perlindungan, Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri berkoordinasi dengan penasihat hukum yang ditunjuk untuk mendampingi dan menjamin hak-hak WNI/BHI terkait selama dalam pemeriksaan secara hukum baik di dalam maupun di luar negeri. Bagi WNI/BHI yang mendapat ancaman hukuman, menjalani hukuman maupun yang akan dideportasi karena pelanggaran hukum yang dilakukan di luar negeri, Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri mengupayakan langkah-langkah bantuan hukum dan kemanusiaan melalui sistem hukum yang berlaku maupun melalui jalur diplomatik. Dalam hal kematian WNI di luar negeri, Kemlu RI dan Perwakilan RI mengupayakan hak-hak WNI tersebut tetap terjamin, seperti asuransi, pemulangan jenazah ke dalam negeri serta untuk pemakaman secara patut bagi WNI tersebut, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Untuk kegiatan penanganan, perlindungan yang memerlukan biaya besar serperti biaya penasehat hukum, pengobatan, pemulangan WNI dan pemulangan jenazah WNI di luar negeri ke daerah asal di Indonesia, Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri mengupayakan dana dari WNI bersangkutan atau keluarganya, Pemda asal WNI, atau instansi terkait dan sumber dana lainnya yang tidak mengikat. Kemlu RI dan Perwakilan RI di luar negeri senantiasa memantau perkembangan setiap WNI/BHI yang tercatat di Perwakilan RI serta memberikan perlindungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada WNI/BHI tersebut, sedangkan bagi yang tidak tercatat, Kemlu RI dan Perwakilan RI akan mengupayakan diperolehnya data yang bersangkutan melalui instansi terkait di luar negeri untuk kemudian diberikan perlindungan sebagaimana mestinya. Kemlu RI memberitahukan perkembangan keadaan WNI/BHI yang dimintakan perlindungan kepada Pemda terkait. Berdasarkan masukan lembaga/instansi pemerintah terkait, Kemlu RI melakukan evaluasi terhadap tindak lanjut dan pelaksanaan perlindungan. Instansi yang terkait dengan pemberian perlindungan kepada WNI dan BHI di dalam maupun di luar negeri adalah: Kementerian Luar Negeri; Kantor Menko Polhukam dan Kantor Menko Kesra; Kementerian Dalam Negeri, khususnya Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota; Kementerian Kehakiman dan HAM, khususnya Direktorat Jenderal Imigrasi, dan kantor imigrasi daerah; Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Provinsi, Kabupaten dan Kota; Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi, Kabupaten dan Kota; Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Daerah; Asosiasi Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja; dan Instansi terkait lainnya.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
L ensa
19
materi pembelajaran sebanyak 320 jam, sementara pelatihan yang diberikan di Kemenakertrans hanya 200 jam. Perlindungan terhadap TKI sektor rumah tangga ini merupakan kewajiban negara, dimana dalam hal ini dilakukan oleh perwakilan yang ada di negara penempatan. Selama ini memang cukup banyak TKI bermasalah yang tidak dapat ditangani secara cepat oleh KBRI/ KJRI di luar negeri. Ini dikarenakan belum adanya koneksitas data antara perwakilan dengan instansi penempatan terkait di tanah air. Namun sekarang ini, setiap TKI yang ditempatkan ke luar negeri oleh BNP2TKI, mereka memiliki Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN). Dengan adanya KTKLN ini, maka akan sangat memudahkan dalam penyelesaian kasus TKI bermasalah di luar negeri. Beberapa kantor perwakilan kita sekarang ini juga sudah ada yang terhubung langsung dengan BNP2TKI. Ke depan, BNP2TKI juga akan mengkoneksikan KTKLN ini dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di tanah air.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
20
S osok
SEbEnArnyA tidak pernah terpikir oleh Direktur Infomed Kemlu RI, Agustinus Sumartono, untuk menjadi pegawai negeri, selain karena dilarang oleh ayahnya, dia juga tidak begitu suka bekerja di belakang meja. Sang ayah menginginkan agar sarjana Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Indonesia (UI) ini menjadi wartawan. Sewaktu masih kuliah, mahasiswa yang pernah membayar makan di warteg dengan celana jeans ini, sudah bekerja di Lembaga Penelitian dan Pengembangan Komunikasi Massa (LPPKM) yang didirikan oleh UI untuk memberikan pendidikan praktis tentang ilmu komunikasi kepada masyarakat. Pak Tono, demikian dia biasa disapa oleh rekan-rekan wartawan, sangat menyukai pekerjaan sebagai peneliti di lembaga tersebut karena lebih banyak bekerja di lapangan. Pak Tono bergabung ke Kemlu
Agustinus Sumartono
dok. google
Kusuma Habir
Image Indonesia
SEwAkTU menyusun skripsi, Kusuma Habir, Direktur Diplomasi Publik, memang sudah memilih untuk bekerja di Kemlu atau media berbahasa Inggris, karena background nya adalah Sastra Inggris UI. Sebenarnya, Kusuma Habir lebih condong untuk bekerja di media, tetapi ayahnya yang pensiun pada 1977 adalah mantan diplomat, dan mendorongnya untuk menjadi diplomat. Pastinya Kusuma Habir sudah sangat memahami bagaimana kehidupan seorang diplomat, karena itulah dia menginginkan sesuatu yang beda. Namun karena pengumuman lulus test di Kemlu lebih dulu diterimanya, maka Kusuma Habir memutuskan untuk bekerja di Kemlu pada 1988 dan menjadi alumni Sekdilu angkatan XIV. Tugas pertamanya di Kemlu adalah di Sesditjen Protkons, selanjutnya di Direktorat Sosbud dan Setmen. Diplomat yang masih terlihat cantik di usianya sekarang ini, menjalankan tugas penempatan pertamanya di KBRI London. Ada hal yang menarik dan berkesan baginya, karena saat itu Kusuma Habir bersama-sama dengan Dino Patidjalal ditugaskan menghadiri seminar di Glasgow, Scotlandia. Mereka diundang sebagai wakil dari KBRI dan menjadi pembicara di seminar yang membahas mengenai Timor Timur. Waktu itu Kusuma Habir adalah diplomat junior, tetapi di seminar itu namanya ditulis sebagai Dr. Kusuma. Kembali dari London, Kusuma Habir ditempakan di Direktorat Polkam ASEAN. Selanjutnya, diplomat yang gemar membaca buku ini melaksanakan tugas penempatan keduanya di Pensosbud KBRI Denhag. Setelah itu kembali bertugas di Direktorat Kerjasama Fungsional ASEAN, dimana ketika itu Dirjen Kerjasama ASEAN dijabat oleh Dr. Marty Natalega. Pada penempatan ketiga, Kusuma Habir ditugaskan di KBRI Paris, setelah selesai dan kembali ke Jakarta, penggemar olah raga renang dan joging ini kemudian dipercaya untuk memimpin Direktorat Diplomasi Publik. Menurutnya hampir di semua penempatan dan tugas itu berkesan baginya, terutama karena suasana kerjanya yang berbeda. Diplomasi Publik memiliki elemen-elemen yang beragam, dan yang sudah cukup lama dipromosikan adalah interfaith dialogue dan demokrasi, yang pada intinya adalah people to people contact. Elemen-elemen besar inilah yang akan diupayakan untuk terus dikembangkan oleh Diplik, karena merupakan image Indonesia yang diterima dengan sangat baik di dunia global, jelas Kusuma Habir. Input dari perwakilan negara lain yang ada di Jakarta maupun perwakilan RI di luar negeri, menyatakan bahwa Indonesia memiliki cukup banyak good story. Bali Democracy Forum dan interfaith dialogue adalah bagian dari good story itu, dan sangat perlu dan layak untuk dikembangkan dengan berbagai negara, baik bilateral maupun regional. Secara bilateral people to people itu dikembangkan melalui kerjasama seni budaya dan pemuda, karena kita ingin adanya suatu conection dengan masyarakat asing mulai dari generasi mudanya. Sehingga dengan demikian kita harapkan ikatan mereka dengan Indonesia akan tumbuh berkembang sampai nanti, jelas Kusuma Habir. Diplik dikenal memiliki banyak kegiatan, jadi ketika ditempatkan di Diplik seluruh staf sudah siap mental untuk bekerja ekstra hingga larut malam, bahkan hari libur saja terkadang tetap bekerja. Ini merupakan suatu proses pengalaman, karenanya staf dan pimpinan harus memiliki visi yang sama didalam pekerjaan dan menjadi satu kesatuan teamwork. Itulah yang ingin diterapkan oleh Kusuma Habir, sebuah team work yang perlu terus ditingkatkan dan diperkuat serta digerakkan agar tetap memiliki satu visi.[]
penyampaian informasi secara cepat adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihambat. Oleh karena itu kita harus mampu untuk memagari arus informasi yang jelek agar tidak terus berkembang menjadi bola liar. Seluruh jajaran di Infomed harus siap menghadapi hal ini kedepan, termasuk merubah mindset, terutama bagi teman-teman yang sudah terbiasa dan terlalu lama bekerja dengan pola lama pegawai negeri. Kita harus mengikuti perkembangan yang terjadi, baik suka atau tidak, jelas Pak Tono. Semua media yang ada harus kita pantau untuk mengetahui bagaimana mereka menangkap dan mempersepsikan kebijakan Kemlu dan polugri RI. Dalam situasi dimana masyarakat disuguhi dengan begitu banyak informasi, maka kita harus bisa mencuri perhatian, agar masyarakat membaca apa yang kita sampaikan. Di sisi lain Infomed akan terus melakukan perubahan tampilan website Kemlu yang dikunjungi oleh sekitar 2.700 pengunjung per hari, sebagai upaya untuk lebih memasyarakatkan kebijakan dan kegiatan Kemlu. Dalam hal ini kita harus lebih banyak menyampaikan informasi kepada masyarakat supaya mereka memahami dan memiliki gambaran secara utuh, terhadap setiap permasalahan luar negeri, papar diplomat yang sangat terkesan dengan penempatan pertamanya di Canberra.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
sosok
21
Michael Tene
dok. diplomasi
Kemitraan Setara
MiChAEL TEnE bergabung ke Kemlu pada 1994 dan merupakan alumni Sekdilu Angkatan XX. Tugas pertamanya adalah sebagai staf di kantor pelaksana GNB, yang dipimpin oleh Dubes Nana Sutresna, selama tiga bulan. Selanjutnya ditugaskan di Seknas ASEAN sebagai staf Biro Ekonomi dan kemudian di Sekretaris Dirjen Setnas ASEAN. Pada 1997 hingga awal 2001, diplomat tampan ini ditempatkan di KBRI London. Saat itu isu Timtim cukup keras di London dan Michael Tene ditunjuk sebagai observer pada pelaksanaan jajak pendapat mengenai Timtim di wilayah Eropa yang dilaksanakan di Lisbon. Dari London, Michael Tene kemudian ditugaskan di Direktorat Polkam, Dirjen Kerjasama ASEAN selama satu tahun. Pada 2002-2003, Michael Tene menetap di Tokyo karena memperoleh program menyampaikan pesan-pesan tersebut kepada masyarakat secara efektif. Bagaimana BAM bisa lebih efektif dalam mendukung kepentingan Menlu. Menurut Michael Tene, sekarang ini semuanya sudah berjalan dengan baik, tetapi tentunya diharapkan adanya peningkatan, perbaikan dan hal-hal yang perlu lebih dikembangkan. Dalam menjalankan tugasnya, Michael Tene mengharapkan seluruh staf BAM untuk menjunjung profesionalisme dan semangat untuk tetap bekerja secara profesional. Dalam konteks ini tentunya adalah semangat untuk mengembangkan kapasitas pribadi dan dedikasi terhadap pekerjaan. Saya kira kalau kapasitas pribadi dan dedikasi yang kuat itu sudah dimiliki dan selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan, baik secara pribadi maupun unit kerjanya, saya kira itu akan sangat bermanfaat, jelas Micahel. Diplomat yang gemar membaca ini, mengaku tidak memiliki waktu untuk aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, karena tugasnya sebagai Jubir sudah sangat menyita waktu bahkan hingga waktu luangnya. Praktis waktu yang tersisa hanya tinggal untuk keluarga. Menurut Michael Tene, hubungan antara Kemlu dengan wartawan adalah kemitraan yang saling membutuhkan dan saling mengisi. Kemlu memiliki kebutuhan untuk menyampaikan dan menjelaskan apa yang menjadi kebijakannya, sementara wartawan membutuhkan informasi dan penjelasan terhadap apa yang dilakukan oleh Kemlu. Saya kira kemitraan yang berdasarkan kepentingan bersama ini perlu terus kita kembangkan melalui hubungan kerja yang profesional, setara dan saling mengisi jelas Michael Tene.[]
beasiswa. Selesai menempuh pendidikan S2, diplomat yang hoby renang dan joging ini kembali ke posnya semula, bersamaan dengan disandangnya jabatan ketua ASEAN oleh Indonesia. Menurut Michael Tene, periode ini cukup berkesan baginya, karena saat itu Indonesia meluncurkan gagasan mengenai Komunitas ASEAN. Dirinya banyak terlibat didalam penyusunan plan of action, khususnya di bidang politik dan keamanan ASEAN. Akhir 2005, Michael Tene ditempatkan di KBRI Washington DC dengan tugas utamanya adalah menjalin hubungan dengan Kongres AS. Melakukan berbagai pertemuan dengan anggota Kongres AS adalah hal yang juga cukup berkesan baginya, karena pada umumnya pengetahuan mengenai Indonesia tidak terlalu banyak dikuasai oleh anggota Kongres AS, dan Michael Tene lebih kepada salesman yang memperkenalkan Indonesia. Akhir 2009, Ayah dari dua orang putri ini kembali ke Jakarta dan ditempatkan di Direktorat HAM. Awal Agustus 2010 Michael Tene mulai bertugas di BAM dan dipercaya sebagai Jubir Kemenlu. Tugas utamanya adalah mengkomunikasikan kepentingan dan pandangan Kemlu mengenai berbagai isu yang menjadi tanggungjawab dan kewenangan Kemlu, dan
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
22
BILATERAL
Disaksikan oleh Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq Msi, Menlu RI, DR. Marty M. Natalegawa meresmikan pembukaan 11 Perwakilan Indonesia di sejumlah Negara (29/12/2010).
SESUAi dengan amanat UUD 1945 dan berlandaskan UU no. 37 tahun 1999 mengenai Hubungan Luar Negeri, yang menyebutkan antara lain bahwa pembukaan dan pemutusan hubungan diplomatik atau konsuler dengan negara lain ditetapkan oleh Presiden dengan memperhatikan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Oleh karenanya, proses rencana pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara sahabat mulai kita gulirkan bersama, antara Pemerintah dan DPR RI. Seluruh proses pembahasan dengan negara sahabat akan segera dimulai setelah mendengarkan pandangan, pendapat dan pertimbangan DPR, khususnya anggota Komisi I DPR RI. Pada paruh kedua abad ke-21 ini perkembangan dunia berubah dengan sangat cepat. Substansi permasalahan yang dihadapi dalam hubungan internasional semakin luas dan kompleks. Tantangan yang dihadapi masyarakat internasional tidak dapat diselesaikan secara sendiri oleh satu negara. Tentunya, kerjasama internasional dengan seluruh negara mutlak dibutuhkan. Hal ini semakin menuntut politik luar negeri Indonesia untuk lebih aktif, cepat, dan tanggap untuk memastikan kerjasama internasional yang kuat dan efektif baik di tingkat bilateral, regional maupun multilateral. Pada tingkat multilateral
misalnya, pelaksanaan polugri dalam kerjasama multilateral dilakukan melalui peningkatan peran aktif dan kepemimpinan Indonesia dalam berbagai isu global. Peran Indonesia senantiasa diarahkan untuk menjadi bagian dari solusi (part of the solution) bagi permasalahan global. Pada tingkat kawasan, dengan semakin mengemukanya peran kawasan Asia dan Pasifik, Indonesia sangat menyakini bahwa kiprah dan kontribusi Indonesia di kawasan akan berdampak positif terhadap peran dan kiprah Indonesia di dunia. Indonesia senantiasa memberikan kontribusi pemikiran yang kongkrit intellectual leadership untuk kemajuan keamanan dan kesejahteraan di kawasan yang pada gilirannya memberikan kontribusi nyata bagi perdamaian dan keamanan internasional. Pada tingkat bilateral, Indonesia senantiasa menjalin persahabatan dengan berbagai negara di belahan dunia saat ini. Indonesia senantiasa menjalankan politik bebas aktif yang semata didasarkan pada kepetingan nasional Indonesia. Sebagaimana dimaklumi, saat ini telah terdapat 192 negara anggota PBB. Dari jumlah tersebut, Indonesia telah memiliki hubungan diplomatik dengan 169 negara. Dengan demikian tinggal 21 negara anggota PBB lainnya yang masih belum memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Selaras dengan semakin meningkatnya peran politik luar negeri Indonesia, maka Pemerintah pada kesempatan ini menyampaikan kepada DPR RI rencana pembukaan hubungan diplomatik dengan 21 negara yaitu; Nauru, Kiribati dan Tuvalu (Wilayah Pasifik); Bhutan (Wilayah Asia); Mauritania, Niger, Chad, Republik Afrika Tengah, Equatorial Guinea, Sao Tome & Principe, Malawi, dan Botswana (Wilayah Afrika); Belize, El Salvador (Wilayah Amerika);
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
sorot
dok. batamku.com
23
Laode Ida
apa kata
Joko Suprapto
Konjen RI Bidang Sosial Budaya dan Penerangan di Kuching, Sarawak, Malaysia
mereka ?
KASUS kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang terus berulang menunjukkan pemerintah belum mampu melindungi warga negaranya yang bekerja di luar negeri. Masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dan masukan kepada pemerintah mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia di luar negeri ini. Saran dan masukan dari masyarakat bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk menilai kinerja Menteri Tenaga Kerja yang dinilai belum bekerja dengan baik. Saran dan kritik dari masyarakat ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi Presiden. DPD sudah memberikan saran dan masukan kepada pemerintah pada beberapa waktu yang lalu agar pemerintah mengambil sikap tegas soal pengiriman TKI. DPD mengusulkan agar pemerintah mendesak negara penerima TKI untuk membuat perjajian tertulis mengenai perlindungan terhadap TKI. Realitasnya saat ini terjadi lagi tindak kekerasan terhadap TKI. Ini menunjukkan pemerintah belum bekerja maksimal melindungi TKI. Pemerintah harus bersikap tegas dalam melindungi TKI di luar negeri, termasuk melakukan moratium untuk mendesak negara penerima TKI menandatangani perjanjian kerjasama.[]
PEnGirimAn Tenaga Kerja Indonesia atau TKI ke luar negeri yang dilakukan sejumlah agen Pengerah Jasa TKI di tanah air sulit dikontrol karena sebagian tanpa izin. Hal itu berdampak terhadap minimnya perlindungan dan pengawasan negara terhadap para buruh migran dari tanah air yang bekerja di luar negeri terutama di negeri Jiran, Malaysia. Cukup sulit dalam memberikan perlindungan secara menyeluruh terhadap WNI yang berada di Malaysia. Selama ini untuk memperkecil dan membantu serta melindungi para WNI bermasalah di negeri jiran Sarawak Malaysia, Konjen RI di Kuching menyediakan fasilitas pengaduan komunikasi on line. Kami sudah melakukan berbagai upaya untuk melindungi WNI bemasalah yang mengadu ke Konjen RI. Selain itu, untuk meningkatkan kewaspadaan bagi WNI yang tinggal di Sarawak,kami minta agar WNI selalau membawa dokumen resmi, seperti Paspor RI, Pas Lintas Batas, dan yang paling penting Permit Kerja saat bekerja dan setiap melakukan aktivitas diluar tempat tinggal di wilayah Sarawak, Malaysia.[]
MASALAh yang menimpa TKI di luar negeri itu bersumber dari lemahnya kontrol pemerintah terhadap lembaga-lembaga penyalur buruh migran tersebut, padahal seharusnya ada kontrol ketat. Cukup banyak kami menemukan masalah unik terkait TKI yang didapat dari penelitian mahasiswa, yakni banyak lembaga penyalur yang ternyata tidak jelas dan misterius, misalnya dari letak kantornya. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jateng sebelumnya menyerahkan data lembaga penyalur TKI, setelah ditelusuri banyak yang kantornya ternyata sudah beralih fungsi dan pengurusnya tidak bisa dihubungi. Tidak jelasnya lembaga penyalur tenaga kerja tersebut, tentunya berimplikasi terhadap rumitnya penanganan masalah yang menimpa TKI di negara asing, karena itu pemerintah harus bersikap tegas.[]
No. 39 Tahun IV
Diplomasi
No. 39 Tahun IV, Tgl. 15 Januari - 14 Februari 2011 http://www.tabloiddiplomasi.org
TABLOID
Menlu RI :
Indonesia di Tawau, Malaysia. Pembukaan perwakilan Indonesia di Bosnia Herzegovina, Kroasia, Panama dan Ekuador serta Mozambique, juga memiliki arti penting. Pembukaan perwakilan Indonesia di kawasan Eropa Tengah, Amerika Tengah dan Selatan, serta Afrika Timur tersebut membuka peluang untuk menembus pasar non-tradisional Indonesia di kawasan dimaksud. Dan tidak kalah penting, pembukaan ke-11 perwakilan tersebut akan menjadi pendorong utama dalam membangun hubungan antar masyarakat (people to people relations), termasuk melalui promosi pariwisata. Dimensi dimaksud merupakan fondasi penting dalam setiap hubungan antar bangsa. Tentunya, keberadaan perwakilan RI tersebut juga sejalan dengan komitmen untuk meningkatkan kerjasama pada berbagai forum multilateral dalam kerangka PBB, OKI, G-77 maupun Gerakan Non Blok misalnya.
Dai Bachtiar :
Nia Zulkarna
Direktorat Diplomasi Publik
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3513094
http://www.tabloiddiplomasi.org diplomasi_ri@yahoo.com
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
KIN
dok. infomed