Anda di halaman 1dari 11

Penyakit Jantung Bawaan Atrial Septal Defect (ASD)

Definisi Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menutup secara sempurna dan membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur. Anatomi

Aliran pirau kiri ke kanan melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan beban volume pada atrium kanan ventrikel kana dan sirkulasi pulmonal. Volume pirau dapat dihitung dari curah jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada atrium kanan pada stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat terjadi perubahan vascular pulmonal. Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi pada hipertensi pulmonal berat. Etiologi Angka kejadian ASD berkisar 1 dari 1500 kelahiran hidup. Lubang septum tersebut dapat terjadi di bagian mana saja dari septum namun bagian tersering adalah pada bagian foramen ovale yang disebut dengan ostium sekundum ASD. Kelainan in terjadi akibat dari resorpsi atau penyerapan berlebihan atau tidak adekuatnya pertumbuhan dari septum. Patent Foramen Ovale (PFO) yang terjadi pada 20% dari populasi bukanlah ASD yang sebenarnya. Foramen ovale merupakan lubang pada janin yang terdapat diantara rongga atrium. Pada saat lahir, lubang ini akan akan menutup secara alami dan secara anatomis akan menutup sempurna pada bayi usia 6 bulan dengan cara bergabung dengan septum atrial. PFO terjadi apabila didapatkan kegagalan penutupan atau penggabungan dengan septum atrial Patofisiologi Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang pada atrium kanan 5 mmHg) Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beben pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta. Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alatalat tersebut naik., dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis relative katup pulmonal ). Juga pada valvula trikuspidalis ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadistenosis relative katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolic. Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II. Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup

trikuspidal, sehingga darah dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD II. Tanda dan Gejala Beberapa anak tidak mempunyai gejala atau tanda-tanda, dimana yang lainnya mengembangkan sesak napas, cyanosis (warna kulit yang biru disebabkan berkurangnya oksigen didalam darah), nyeri dada, syncope, kurang gizi atau kurang pertumbuhannya. Kerusakan atrial septal (sebuah lubang didinding antara atria kanan dan kiri), misalnya, dapat menyebabkan sedikit atau sama sekali tidak ada gejala. Kerusakan dapat berlangung tanpa terdeteksi untuk puluhan tahun.

LAPORAN STATUS KLINIK

A. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT I. Diagnosa Medis : Arterial Septal Defect II. Catatan Klinis : Atrium dan ventrikel kanan membesar Adanya Dispnea Kardiomegali

B. SEGI FISIOTERAPI I. ASSESMENT FISIOTERAPI a. Ananmnesis (Auto/Hetero) 1. Identitas Pasien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Nama Ibu Nama Ayah Alamat 2. Riwayat Penyakit 2.1. Keluhan Utama

: Rian : 5 tahun : Laki-laki : Katolik : Ny. Sulastri : Tn. Tono : Jl. Kemang timur 17 no 136 Jakarta selatan

: sesak napas dan nyeri pada dada kiri

2.2. Riwayat Penyakit Sekarang: anak mengeluh sesak napas, nyeri dada kiri dan rasa capek saat melakukan aktivitas ataupun saat berabaring di bed 2.3. Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada 2.4. Riwayat Pribadi 2.5. Riwayat Keluarga : tidak ada :tidak ada

b. Pemeriksaan Fisik 1. Vital Sign dan Keadaan Umum 1.1. Tekanan darah 1.2. Denyut nadi 1.3. Pernapasan 1.4. Temperatur 1.5. Tinggi badan 1.6. Berat badan 1.7. Tingkat kesadaran

: 120 / 80 mmHg : 83x/ menit : 23x/ menit : 37 C : 109 cm : 19 kg : compos mentis

2. Inspeksi 2.1. Statis : Raut wajah anak tidak ceria, anak masih dalam ruang perawatan, masih menggunakan o2 dan terpasang alat monitoring 2.2. Dinamis : Saat duduk di bed nafas anak tersengal-sengal

3. Palpasi 4. Perkusi 5. Auskultasi

: Dada anak berbentuk tong atau barrel chest : Tidak dilakukan : Ditemukan bising sistolik

6. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD) 6.1. Gerak Aktif : Gerak aktif pada setiap extremitas normal 6.2. Gerak Pasif : Gerak pasif pada setiap extremitas normal 6.3. Gerak Isometrik Melawan Tahanan: Gerak isometrik melawan tahanan normal

c. Pemeriksaan Khusus (Spesific Test) Uji jalan 6 menit Pelaksanaan

1. Pemanasan sebelum uji tidak harus dilakukan 2. Pasien duduk istirahat di kursi dekat tempat start 10 menit sebelum dilakukan uji. Perhatikan ulang adakah kontraindikasi , ukur nadi dan tekanan darah ,serta membuat nyaman pakaian dan sepatu yang dipakai. 3. Tentukan derajat sesak penderita sesuai dengan skala borg sebelum latihan. 4. Set stop watch untuk 6 menit. 5. Sebelumnya penderita diperhatikan cara jalan dari tempat start sampai kembali ke tempat start lagi. 6. Posisikan pasien pada garis start kemudian mulai berjalan bersamaan dengan stop watch dihidupkan . Awasi penderita dan jangan jalan disebelahnya. 7. Pasien diperintahkan untuk : Berjalan dikoridor sepanjang 30 m bolak-balik. Menempuh jarak sejauh mungkin yang dapat dikerjakan selama 6 menit. Lakukan penilaian skala borgs selama melakukan uji. Penderita harus dapat mengatur sendiri kecepatan jalannya agar nyaman dan tidak kelelahan/sesak (skala VAS) Jika sesak/lelah (skala VAS), penderita dapat menurunkan langkahnya, istirahat bersandar dinding dan dapat meneruskan kembali jika sesak berkurang.

Jarak tempuh os : 530m (selama 6 menit),umur : 5 tahun, BB: 19 kg. TB:109cm VO2= (0,06 x jarak tempuh) (0,104 x usia ) + 0,052 x BB) + 2,9 3,5

= (0,06 x 530) (0,104 x 5 ) + (0,052 x19) + 2,9 3,5 =10,34 Mets

Vital sign (setelah jalan 6 menit) Keterangan HR RR Tekanan Darah Skala VAS Sebelum 84 24 120/80 3cm Sesudah 130 35 140/90 6cm

d. Pemeriksaan Tambahan/Pendukung

: Laboratorium Foto thorax EKG :

e. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal

Kognitif: anak mampu memahami perintah terapis dan melakukan setiap instruksi dengan cukup baik. Intrapersonal: tidak ada hambatan. Interpersonal: anak cukup baik berinteraksi dengan orang lain.

f. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas : 1. Fungsional Dasar : pasien merasa sesak 2. Fungsional Aktivitas : pasien dapat melakukan aktivitas 3. Lingkungan Aktivitas : pasien dapat berekspolarasi dengan lingkungan sosial cukup baik.

g. Problematik Fisioterapi

: sesak nafas mudah lelah saat melakukan aktivitas

II. DIAGNOSA FISIOTERAPI : sesak nafas yang berkaitan dengan penyakit arterosklerosis. III. RENCANA PROGRAM FISIOTERAPI (PLANNING) PRE OPERASI a. Tujuan

: Mengurangsi sesak nafas Mengurangi nyeri dada

Mencegah deformitas lain yang mungkin dapat ditimbulkan Persiapan operasi b. Modalitas Fisioterapi 1. Modalitas Alternatif Breathing exercise Postural drainage ROM exercise Chest fisioterapi 2. Modalitas Terpilih : Breathing exercise ROM exercise Chest fisioterapi 3. Modalitas Yang Dilaksanakan (Jelaskan argumentasi/alasan anda) : Breathing exercise Tujuan : Mengurangi sesak Mengurangi frekuensi pernapasan Mengurangi kerja otot pernapasan ROM exercise Tujuan: untuk melancarkan sirkulasi darah Chest fisioterapi Tujuan: memberikan efek rileks pada jantung POST OPERASI Tujuan: Memperbaiki pola nafas yang tidak normal Pengusahaan rileksasi Memperbaiki ventilasi Memperbaiki kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot pernafasan :

Modalitas Fisioterapi Modalitas Alternatif : Breathing exercise Postural drainage ROM exercise Chest fisioterapi

Modalitas Terpilih

:Breathing exercise ROM exercise

Chest fisioterapi Modalitas Yang Dilaksanakan (Jelaskan argumentasi/alasan anda) : Breathing exercise Tujuan : Memperbaiki pola nafas yang tidak normal Pengusahaan rileksasi Memperbaiki ventilasi Memperbaiki kekuatan, daya tahan dan koordinasi otot-otot pernafasan ROM exercise Tujuan: untuk melancarkan sirkulasi darah Chest fisioterapi Tujuan: memberikan efek rileks pada jantung Incentive Spirometry Tujuan: mengurangi komplikasi post operasi c. Rencana Evaluasi 1. Evaluasi Rutin/sesaat 2. Evaluasi Periodik sign 3. Evaluasi Kumulatif vital sign d. Prognosis Quo ad vitam Quo ad sanam Quo ad cosmeticam Quo ad functionam

: keadaan umum dan vital sign :setiap 3x terapi ukur sesak, nyeri, keadaan umum dan vital :setelah 6x terapi ukur sesak, nyeri, keadaan umum dan

: baik : baik : baik : baik

IV. PELAKSANAAN PROGRAM FISIOTERAPI (INTERVENSI) a. Implementasi (Jelaskan prosedur/teknis pelaksanaan program fisioterapi): PRE OPERASI Breathing exercise dengan Purse lips Breathing Prosedur pelaksanaan: a. Posisi pasien rileks

b. Pasien diminta tarik nafas melalui hidung kemudian tahan selama 2-3 detik c. Kemudian hembuskan nafas perlahan selama 6-8 detik dengan kedua bibir mencucu (seperti meniup lilin) secara pasif d. Perhatikan jangan ada kontraksi otot perut ROM exercise Pasien berbaring di bed kemudian lakukan gerakan free active Shoulder: gerakan Abduksi, adduksi Elbow: gerakan fleksi ekstensi Wrist: gerakan fleksi, ekstensi, deviasi ulna, deviasi radial Angkle: gerakan plantar flexsi, dosro flexi, inversi, eversi. Knee : gerakan flexi dan ekstensi. Hip : gerakan abduksi, adduksi, flexi, ekstensi Gerakan free aktif ini dilakukan 6-8 hitungan 3x repetisi Chest Fisioterapi Clapping, shaking, vibration Lakukan teknik clapping, shaking, vibration dengan kedua tangan,tepat dilakukan pada dada dan punggung pasien. Selama 5-10 menit. POST OPERASI Breathing exercise dengan Purse lips Breathing Prosedur pelaksanaan: a. Posisi pasien rileks b. Pasien diminta tarik nafas melalui hidung kemudian tahan selama 2-3 detik c. Kemudian hembuskan nafas perlahan selama 6-8 detik dengan kedua bibir mencucu (seperti meniup lilin) secara pasif d. Perhatikan jangan ada kontraksi otot perut ROM exercise Pasien berbaring di bed kemudian lakukan gerakan free active Shoulder: gerakan Abduksi, adduksi Elbow: gerakan fleksi ekstensi Wrist: gerakan fleksi, ekstensi, deviasi ulna, deviasi radial Angkle: gerakan plantar flexsi, dosro flexi, inversi, eversi. Knee : gerakan flexi dan ekstensi. Hip : gerakan abduksi, adduksi, flexi, ekstensi Gerakan free aktif ini dilakukan 6-8 hitungan 3x repetisi

Chest Fisioterapi Clapping, shaking, vibration Lakukan teknik clapping, shaking, vibration dengan kedua tangan,tepat dilakukan pada dada dan punggung pasien. Selama 5-10 menit. Incentive Spirometry Pasien mengambil napas dengan perlahan dengan bibir rapat pada mouthpiece dan di motivasi dengan visual feedback. Pasien diminta menghasilkan aliran yang di tetapkan atau untuk menerima preset volume dianjurkan untul menahan napasnya 3-5 detik pada full inspirasi Koreksi Postur Tujuannya untuk mencegah terjadinya salah posisi akibat terasa sakit mengadakan salah posisi yang salah Uji jalan 6 menit Pelaksanaan 1. Pemanasan sebelum uji tidak harus dilakukan 2. Pasien duduk istirahat di kursi dekat tempat start 10 menit sebelum dilakukan uji. Perhatikan ulang adakah kontraindikasi , ukur nadi dan tekanan darah ,serta membuat nyaman pakaian dan sepatu yang dipakai. 3. Tentukan derajat sesak penderita sesuai dengan skala borg sebelum latihan. 4. Set stop watch untuk 6 menit. 5. Sebelumnya penderita diperhatikan cara jalan dari tempat start sampai kembali ke tempat start lagi. 6. Posisikan pasien pada garis start kemudian mulai berjalan bersamaan dengan stop watch dihidupkan . Awasi penderita dan jangan jalan disebelahnya. 7. Pasien diperintahkan untuk : Berjalan dikoridor sepanjang 30 m bolak-balik. Menempuh jarak sejauh mungkin yang dapat dikerjakan selama 6 menit. Lakukan penilaian skala borgs selama melakukan uji. Penderita harus dapat mengatur sendiri kecepatan jalannya agar nyaman dan tidak kelelahan/sesak (skala VAS)

Jika sesak/lelah (skala VAS), penderita dapat menurunkan langkahnya, istirahat bersandar dinding dan dapat meneruskan kembali jika sesak berkurang.

Post op hari 1: Chest fisioterapi, ROM exercise, breathing exercise, incentive spirometry Post op hari 2: chest fisioterapi, ROM exercise, breathing exercise, incentive spirometry, jalan sekitar tempat tidur, jalan ke kamar mandi Post op hari ke 3: chest fisioterapi, ROM exercise, breathing exercise, incentive spirometry, koreksi postur Post op hari ke 4: ROM exercise, breathing exercise, incentive spirometry, jalan 100-200 meter koreksi postur Post op hari ke 5: aktif ROM, koreksi postur, uji jalan 6 menit V. EVALUASI/RE-EVALUASI/RE-ASSESMENT

Keterangan Sesak (dengan VAS)

Pre Op 3cm

Post op hari Post op hari Post op hari Post op hari Post op hari ke 1 ke 2 ke 3 ke 4 ke 5 3 cm 3 cm 2 cm 1 cm (-)

a. Pola nafas efektif kembali b. Perfusi jaringan mengalami perbaikan c. Nyeri (akut) dapat teratasi d. Terjadi peningkatan toleransi aktivitas

Anda mungkin juga menyukai