Anda di halaman 1dari 43

BAB I ANATOMI TELINGA TENGAH

Telinga tengah merupakan suatu ruangan yang berisi udara yang dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam sisi, dengan dinding posterior yang lebih luas dari dinding anteriornya sehingga membentuk sebuah kotak seperti baji. Ada beberapa bangunan yang turut menyusun telinga tengah:1 1. 2. 3. Membran timpani, Tulang pendengaran Kavum timpani.

isamping itu, terdapat pula beberapa struktur yang terdapat dalam telinga tengah, diantaranya : syara! !asialis, tuba eusta"hius, m. tensor timpani dan m. stapedius. 1.1. Membran Timpani Membran timpani memisahkan kavum timpani dari kanalis akustikus eksternus pada daerah lateral dari telinga tengah. #ada anak letak membran timpani hampir hori$ontal, sedangkan pada orang de%asa membentuk sudut &&' dengan dasar kanalis akustikus eksternus.2 (agian utama dan terbesar dari membran timpani adalah pars tensa, sedangkan bagian atas dari membran timpani adalah pars !laksida )membran shrapnell* yang melekat langsung pada daerah prosessus lateralis malleus antara

kedua daerah ujung tympanic notch of Rinivus, sampai daerah annular rim sehingga membentuk segitiga ke"il yang ditutupi oleh membran tipis dan longgar. (agian medial dari pars !laksida sampai medial dari leher malleus disebut dengan +uangan Prussak, dimana ruangan ini merupakan tempat utama terjadinya ekstensi dari kolesteatom. idaerah lateral inkus sampai dengan bagian lateral

dari atik terdapat ruangan yang merupakan tempat sering terdapatnya kolesteatom kedua setelah ruangan #russak. #ars tensa normalnya translu"ent, sehingga kita dapat prosessus longus dari inkus dan sendi in"udistapedial pada kuadran posterior dari membran timpani.2,3 (agian atap dari membran timpani adalah tegmen timpani, yang merupakan lapisan tulang tipis yang memisahkan rongga telinga tengah dengan rongga kranial. ibagian depannya akan terdapat saluran kanal untuk keluarnya

m. Tensor timpani.

,ambar 1. Anatomi Membran Timpani-

1.2. Tulang Pendengaran #ada daerah telinga tengah terdapat 3 buah tulang pendengaran yang ber!ungsi sebagai pada transmisi energi suara dengan proses vibrasi dan memperkuat energi suara tersebut selama proses di telinga tengah sebelum dilanjutkan ke telinga bagian dalam melalui !oramen ovale. Tulang.tulang pendengaran tersebut adalah : 1. Malleus: Tulang pendengaran yang berbentuk seperti kampak )hammer* 2. /nkus: Tulang pendengaran ke.2, berbentuk seperti anvil 3. 0tapes: Tulang pendengaran ke.3 dan merupakan tulang terke"il dari tubuh, berbentuk seperti sanggurdi2,1

,ambar 2 Tulang 2 tulang #endengaran

1.3. Kavum Timpani Merupakan suatu ruangan di telinga tengah yang terletak di dalam tulang temporalis, berbentuk irreguler yang berisi udara, yang berasal dari ruang naso!aring melalui tuba eusta"hius. Kavum timpani pada bagian anteriornya akan berhubungan dengan tuba eusta"hius untuk selanjutnya ke naso!aring dan pada bagian posteriornya akan berhubungan dengan sistim sel udara dari rongga mastoid dan bagian petrosus dari tulang temporal. #ada bagian lateral akan berbatasan dengan membran timpani. 2,1 Kavum timpani dilapisi oleh suatu membran mukosa yang merupakan lanjutan dari saluran perna!asan. Mukosanya pu"at, tipis dan kaya akan vaskularisasi. 0elnya mempunyai beberapa tipe, diantaranya sel bersilia, sel nonsilia dengan atau tanpa kelenjar sekretorius, dan sel goblet. 3pitel yang berbentuk epitel kolumnar silindris bertingkat bersilia terutama umumnya terdapat pada daerah mukosa kavum timpani, sedangkan yang berbatasan dengan ori!isium tuba, yang merupakan kelanjutan dari epitel mukosa saluran na!as bagian atas, yaitu sel jenis kolumnar pseudostrati!ied bersilia. Terutama terdapat pada daerah. daerah atap, anterior, sebagian promontorium dan hipotimpanum. 4apisan sel tersebut mengandung sel goblet dan kelenjar yang mensekresi mu"us. 4apisan mukus yang terdapat diantara silia dihasilkan oleh sel.sel goblet. 0emakin kebelakang lapisan mukosa tersebut akan berubah menjadi sel kuboid dan epitel berlapis, yang tidak mengandung kelenjar untuk sekresi. 0ilia ber!ungsi untuk

menyapu lendir atau benda asing kearah naso!aring dan gerakannya mela%an gravitasi. 2 ! Kavum timpani berdasarkan bentuk topogra!inya dibagi atas 3 ruangan: 1. 3pitimpanum )atik* : didaerah batas atas membran timpani. 2. Mesotimpanum 3. 5ipotimpanum : diantara membran timpani dan promontorium : diba%ah batas ba%ah membran timpani.

3pitimpanum berisi beberapa organ seperti: kepala malleus, incudomalleal joint, badan dari inkus dengan berbagai ma"am ligamen yang melekat padanya. #ada bagian anterior akan berhubungan langsung dengan sistim sel udara dari tulang $igoma dan pada bagian superiornya akan berbatasan dengan tegmen timpani. #ada bagian posteriornya akan berhubungan dengan aditus ad antrum, sel.sel udara dari mastoid. #ada bagian medial akan berhubungan dengan bagian anterior dari kanalis semisirkularis superior dan lateral dan bagian segmen hori$ontal dari kanalis !asialis. #ada bagian lateral akan berhubungan dengan pars !laksida dan tepi posterosuperior dari liang telinga )scutum*. #ada bagian depan dari kepala malleus terdapat anterior epitympanic recess (supratubal recess). imana resessus ini sangat penting untuk dilihat pada saat operasi, terutama untuk mengangkat penyakit se"ara utuh, terutama adalah kolesteatom. 2 !

&

,ambar 3. inding 4ateral Kavum Timpani

Kavum timpani terdiri dari 1 dinding, atap dan lantai : 1. 0uperior 2. /n!erior 3. #osterior 1. Anterior : Tegmen timpani : (ulbus jugularis : facial recess, sinus timpani, pyramidal eminence. : 0ebagai Landmark utama adalah semikanal untuk otot tensor timpani, dinding untuk a. karotis interna dan ori!i"ium tuba. &. Medial : #romontorium, !oramen ovale dan %indo%, kanalis !asialis untuk segmen hori$ontal dan perlekatan untuk tendon otot tensor timpani. 6. 4ateral : Membran timpani.

,ambar 1. (atas Kavum Timpani 4apisan mukosa yang melapisi sel.sel mastoid merupakan lapisan mukosa kelanjutan dari antrum mastoid dan rongga timpani. 5ubungan antara antrum mastoid dan "avum timpani terlihat pada gambar. 0el.sel udara tersebut mengisi seluruh rongga yang ada dalam prosessus mastoid, sampai dengan ke ujung mastoid )tip mastoid*. +ongga mastoid terpisah dengan sinus sigmoid dan !ossa kranialis posterior hanya oleh tulang yang tipis. 2 !

,ambar &. 5ubungan Aditus dan Antrum 1.!. "#ru$#ur %ang #erdapa# pada #elinga #enga& 1.!.1. "ara' 'a(iali( (erasal dari arkus brakhialis kedua, yang berisi serabut sara! e!!erent yang mempersara!i m. !asialis, m. stilohyoid, venter posterior m. digastrikus dan m. stapedius. 0erabut sara! #reganglionik #arasimpatis akan mempersara!i kelenjar lakrimalis, kelenjar seromu"ous didaerah rongga hidung, kelenjar submandibular dan sublingual. 0edangkan serabut a!!eren akan mempersara!i duapertiga bagian depan dari lidah2,1,&

,ambar 6. 0kema #erjalanan 9ervus :asialis 0ara! !asialis keluar melalui pons, melintang melalui cerebellopontine angle, dan masuk kedalam kanalis auditorius internus bersama.sama dengan sara! vestibulokokhlearis. 2

,ambar 7. (agian 0ara! :asialis Melalui ;#A

0egmen labirin dari sara! !asialis terletak antara bagian lateral dari kanalis akustikus internus sampai ganglion genikulatum. #ada bagian ganglion genikulatum inilah sara! akan memutar kearah posterior dan masuk ke ruangan mesotimpanum bagian atas. 0egmen hori$ontal atau segmen timpani terletak dibagian superior dari !oramen ovale yang kemudian akan berbelok kearah in!erior di dekat kanalis semisirkularis hori$ontal. 2,&

,ambar 8. 0egmen Timpani" 9ervus :asialis

<ntuk selanjutnya sara! !asialis akan masuk kedalam sistem mastoid dan disebut segmen verti"al atau segmen mastoid. #ada akhirnya sara! ini akan keluar kedaerah parotis setelah melalui !oramen stilomastoid. 2

1=

,ambar -. 0egmen Mastoid 9ervus :asialis

1.!.2. Tuba Eu(#a)&iu( Tuba eusta"hius mempunyai panjang sekitar 3.& "m, yang terdiri dari sepertiga lateral adalah tulang sedangkan duapertiga bagian medialnya adalah tulang ra%an. Tuba menghubungkan daerah nasopharing dengan telinga tengah. (agian tulang dari tuba tersebut mempunyai bentuk seperti keru"ut, dengan pun"ak pada daerah isthmus )daerah paling sempit dari tuba eusta"hius yang terletak pada pertemuan antara sepertiga lapisan tulang dibagian lateral dengan duapertiga bagian tulang ra%an di medial*. isisi medial akan membuka kearah

lateral dari naso!aring pada daerah resessus !aringealis ) Fossa Rosenmuller). imana pada bagian superomedialnya dikelilingi oleh tulang ra%an yang berbentuk seperti haru! ;, yang menjadi perlekatan 2 buah otot yaitu, m. Tensor velli palatini )lateral* dan m. levator velli palatini )medial*. 2,1,&

11

,ambar 1=. >tot pada Tuba 3usta"hius Tidak seperti bagian tulang disisi lateral yang selalu terbuka, pada bagian medial ini biasanya akan selalu dalam keadaan tertutup karena "i"in kartilago yang tidak lengkap mengelilinginya tersebut. #ada saat beberapa keadaan seperti menelan, mengunyah, menguap, ataupun berbi"ara, saluran tuba sisi medial tersebut akan terbuka, karena konstraksi dari m. levetor velli palatini. Mukosa pada daerah tuba eusta"hius merupakan kelanjutan dari mukosa kavum timpani, dan sangat kaya akan silia. 0el.sel goblet terdapat disemua bagian tuba eusta"hius, hanya distribusinya saja yang tidak merata. #ada anak, letak dari tuba eusta"hius ini lebih pendek dibandingkan de%asa, sehingga memudahkan terjadinya re!luks otitis media, terutama pada posisi supine. 2,1,&

12

,ambar 11. Tuba 3usta"hius pada Anak ? e%asa

13

BAB II OTITI" ME*IA "+PP+,ATI- K,ONIK


>titis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba 3usta"hius, antrum mastoid, dan sel.sel mastoid. #enyakit ini terbagi menjadi otitis media supurati! dan otitis media non supurati!. Masing.masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, sehingga se"ara rin"i penyakit ini terbagi menjadi otitis media supurati! akut )>MA*, otitis media supurati! kronis )>M0K*, otitis media serosa akut, dan otitis media serosa kronis. 0elain itu, terdapat juga otitis media tuberkulosa, otitis media si!ilitika, dan otitis media adhesiva.6 #ada makalah ini, akan dibahas tentang otitis media supurati! kronik. (agan 1 : #embagian otitis media 6
Otitis Media Supuratif Otitits Media Supuratif Akut (OMA)

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) Otitis Media

Otitis Media Non Supuratif

Otitis Media Serosa Akut (barotrauma)

Otitis Media Serosa Kronis

2.1.

La#ar Bela$ang
>titis media supurati! kronis )>M0K*, dahulu disebut otitis media

per!orata )>M#* atau dalam bahasa a%am disebut sebagai congek, ialah in!eksi kronis di telinga tengah dengan per!orasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah, baik terus.menerus atau hilang timbul. #enyakit ini mun"ul

11

sebagai kelanjutan dari >MA yang rekuren, namun dapat pula mun"ul sebagai kelanjutan dari penyakit lain dan trauma. >MA dengan per!orasi membran timpani akan menjadi >M0K apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. (ila proses in!eksi kurang dari 2 bulan, maka disebut >M0 subakut. #erbedaan >M0K dengan otitis media serosa kronis adalah bah%a pada otitis media serosa kronis tidak disertai adanya per!orasi membran timpani.6,7,8 #enyakit ini sudah dikenal sejak jaman dahulu di berbagai belahan dunia. >rang Mesir kuno mengenal >M0K sebagai penyakit telinga dan mengobatinya dengan lemak bebek, boraks, dan susu sapi. 0ementara ahli pengobatan tradisional /ndia mengobati penyakit ini melalui pendekatan medis dan perilaku. Mereka menganggap bah%a mengkonsumsi mentega, bersikap diam, dan men"egah kelelahan, dapat mengobati >M0K. 5ippo"rates memahami bah%a >M0K dapat bersi!at rekuren dan menempatkan pasien pada terapi medis dan perilaku yang berbeda tergantung dari supurasi yang terjadi. ia akan meresepkan air hangat, air susu ibu, dan minuman anggur manis, serta menyarankan kepada pasiennya untuk menghindari sinar matahari, angin ken"ang, dan ruangan berasap. <ntuk kasus rekuren, 5ippo"rates akan menambahkan serbuk topikal berisi timbal oksida dan timbal karbonat.

2.2.

Epidemi.l.gi
/nsidensi >M0K tampaknya tergantung pada ras dan !aktor sosioekonomi.

>M0K lebih sering ditemukan pada orang 3skimo, /ndian Amerika ):airbanks, 1-81*, Alaska )Ts"hopp, 1-77*, anak.anak Aborigin Australia )M";a!!erty, 1-77*, dan kulit hitam A!rika 0elatan )Meyri"k, 1-&1*.2.2.1. :rekuensi i Amerika 0erikat, terdapat lebih dari satu juta pemasangan saluran ventilasi pada membran timpani sebagai penatalaksanaan terhadap otitis media dan otitis media serosa, dan dilaporkan bah%a pada 1 2 3 @ yang mendapatkan pemasangan saluran ventilasi tersebut, akan mengalami >M0K. 0elain itu, beberapa penelitian menunjukkan bah%a insidensi >M0K men"apai 3- kasus per

1&

1==.=== anak.anak dan remaja berusia 1& tahun ke ba%ah. =,=3- @ anak.anak yang terkena penyakit ini.8

i /nggris, =,- @

anak.anak dan =,& @ orang de%asa menderita >M0K. 0ementara di /srael, hanya (eberapa penelitian yang berupaya menunjukkan hubungan antara !rekuensi penyakit dengan pendidikan orang tua, perokok pasi!, pola menyusui, status sosioekonomi, dan jumlah in!eksi saluran perna!asan atas dalam setahun, tidak memberikan hasil yang memuaskan.8 2.2.2. +as (eberapa populasi ras tertentu memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita >M0K. >rang /ndian Amerika dan 3skimo menunjukkan ke"enderungan peningkatan risiko untuk terkena in!eksi ini. 0ekira 8 @ orang /ndian Amerika dan hingga 12 @ orang 3skimo menderita >M0K. Anatomi dan !isiologi tuba 3usta"hius memiliki peran penting pada peningkatan risiko ini. Tuba 3usta"hius pada kedua populasi tersebut lebih lebar dan lebih terbuka dibandingkan dengan populasi lainnya, sehingga mereka lebih berisiko untuk mengalami re!luks bakteri melalui nasal yang biasa terjadi pada >MA yang dapat berkembang lebih lanjut menjadi >M0K. 0elain kedua populasi tersebut, populasi lainnya yang memiliki peningkatan risiko terkena >M0K adalah anak.anak dari ,uam, 5ong Kong, A!rika 0elatan, dan Kepulauan 0olomon.8 2.2.3. Aenis Kelamin #revalensi >M0K tampaknya terbagi rata antara pria dan %anita, sehingga diduga penyakit ini tidak memiliki ke"enderungan untuk diderita oleh jenis kelamin tertentu.8 2.2.1. <sia #revalensi yang tepat dari >M0K terhadap berbagai kelompok usia belum diketahui se"ara pasti. 9amun beberapa penelitian menunjukan insidensi tahunan >M0K men"apai 3- kasus per 1==.=== anak.anak dan remaja berusia 1& tahun ke ba%ah.8

2.3.

E#i.l.gi

16

Mekanisme in!eksi saluran telinga tengah terjadi akibat translokasi bakteri dari saluran telinga luar melalui per!orasi memban timpani kemudian masuk ke telinga tengah. (eberapa ahli menduga bah%a organisme patogen masuk melalui re!luks tuba 3usta"hius, namun data.data yang mendukung teori ini kurang memuaskan. 0ebagian besar bakteri patogen yang masuk adalah bakteri yang terdapat pada saluran telinga luar.8 #asien dengan anomali kranio!asial merupakan populasi khusus yang berisiko untuk menderita >M0K. ;elah palatum, sindrom o%n, sindrom ;ri du ;hat, atresia khoana, "elah bibir, dan mikrose!al adalah berbagai kelainan yang dapat meningkatkan risiko >M0K. 5al ini diduga karena adanya perubahan anatomi dan !ungsi tuba 3usta"hius pada berbagai kelainan tersebut.8 Aenis bakteri penyebab >M0K berbeda dengan jenis bakteri penyebab >MA. >rganisme yang biasa ditemukan pada >M0K meliputi Pseudomonas aeruginosa, spesies Proteus, Staphylococcus aureus, lebsiella pneumoniae, di!teroid, dan in!eki anaerobik "ampuran. (akteri anaerob dan jamur dapat pula berkembang bersama dengan bakteri aerob se"ara simbiotik.7,8 Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada >M0K. (erbagai ahli selama beberapa dekade terakhir menemukan bakteri ini pada 18 2 -8 @ pasien dengan >M0K. Stafilokokus aureus merupakan organisme tersering keduaB data menunjukkan bah%a bakteri ini ditemukan pada 1& 2 3= @ pasien dengan >M0K. >M0K juga disebabkan oleh berbagai jenis bakteri gram negati!. (akteri spesies lebsiella )1= 2 21 @* dan Proteus )1= 2 1& @* sedikit lebih sering ditemukan pada >M0K dibandingkan dengan bakteri gram negati! lainnya.8 (erdasarkan penelitian 5ardianti )2==-* pada pasien >M0K di poliklinik bagian T5T.K4 +0<#. +. 5asan 0adikin yang diambil sekret telinga tengahnya )Ayu, 2=1=* ditemukan bakteri gram positi! kokus menjadi etiologi tersering )&&@* yang terdiri dari Stafilokokus aureus )38@*, Staphylococcus epidermidis )1@*, dan Streptococcu pyogenes )13@*, sedang bakteri gram negati! batang )1&@*, yang ditemukan adalah Pseudomonas aeroginosa )17@*, lebsiella pneumoniae )8@*, !scherichia coli )8@*, Proteus mirabilis )8@*, dan

17

!nterobackter aerogenes )1@*. 0ehingga berdasarkan hasil penelitian ini, bakteri penyebab >M0K terbanyak di poli T5T.K4 +050 adalah S" #ureus, dan diikuti dengan S epidermidis, P" #eroginosa, " Pneumoniae, !" $oli, P" %irabilis, dan !" aerogenes.1= 0elain !aktor bakteri, status sosioekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang tinggi, gi$i buruk, dan penyakit in!eksi )seperti "ampak*, turut berperan dalam perkembangan >M0K. >M0K dapat pula merupakan hasil dari predisposisi genetik, terutama berkaitan dengan dis!ungsi tuba 3usta"hius. is!ungsi ini dapat dilihat pada berbagai populasi, seperti pada orang 3skimo dan /ndian Amerika, dan juga pada orang dengan "elah palatum. 5ipertro!i adenoid dan sinustis kronis juga berperan pada perkembangan >M0K.-

2.!.

Pa#.'i(i.l.gi
>M0K timbul sebagai kelanjutan dari in!eksi akut yang berulang.

#ato!isiologi >M0K dia%ali dengan iritasi dan in!lamasi subsekuen pada mukosa telinga tengah. +espon in!lamasi menyebabkan edema mukosa. #roses peradangan yang berlangsung pada akhirnya menyebabkan ulserasi mukosa dan kerusakan epitel. <paya tubuh untuk menanggulangi in!eksi atau peradangan menghasilkan jaringan granulasi yang dapat berkembang menjadi polip dalam rongga telinga tengah. 0iklus in!lamasi, ulserasi, in!eksi, dan pembentukan jaringan granulasi dapat terus berlanjut, sehingga menyebabkan kerusakan tulang di sekitarnya dan akhirnya menyebabkan berbagai komplikasi dari >M0K.1=

18

,ambar 11. #eradangan pada Telinga Tengah

Calaupun belum terbukti, kepentingan hubungan antara bakteri anaerob dengan bakteri aerob pada >M0K diduga meningkatkan virulensi in!eksi ketika kedua jenis bakteri tersebut berkembang di telinga tengah. engan memahami mikrobiologi penyakit ini, ahli kesehatan dapat mengembangkan suatu ren"ana penatalaksanaan dengan e!ikasi terbaik dan morbiditas terendah.7,8

2./.

Kla(i'i$a(i
>M0K dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu >M0K tipe benigna )tipe

mukosa D tipe aman* dan >M0K tipe EmalignaE )tipe tulang D tipe bahaya*. (erdasarkan akti!itas sekret yang keluar, dikenal juga >M0K akti! dan >M0K tenang. >M0K akti! ialah >M0K dengan sekret yang keluar dari kavum timpani se"ara akti!, sedangkan >M0K tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.6 #roses peradangan pada >M0K tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. #er!orasi terletak di sentral. <mumnya >M0K tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. #ada >M0K tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.6

1-

,ambar 12. ,ambaran Klinik >M0K (enigna Fang dimaksud dengan >M0K tipe maligna ialah >M0K yang disertai dengan kolesteatoma. >M0K ini dikenal juga dengan >M0K tipe bahaya atau >M0K tipe tulang. #er!orasi pada >M0K tipe maligna letaknya marginal atau di atik, terkadang terdapat juga kolesteatoma pada >M0K dengan per!orasi subtotal. 0ebagian besar komplikasi yang berbahaya timbul pada >M0K tipe maligna.6

,ambar 13. ,ambaran Klinik >M0K Maligna

2.0.

*iagn.(i(0 1
2=

iagnosis >M0K ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan !isik. Apabila diperlukan, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. 2.6.1. Anamnesis <ntuk menegakkan diagnosis >M0K melalui anamenis, maka pemeriksa perlu menanyakan G mengetahui hal.hal sebagai berikut:6,8 1. 0ekret keluar dari telinga tengah, baik terus.menerus atau hilang timbul. 0ekret mungkin en"er atau kental, bening atau berupa nanah. 2. ,angguan pendengaran pada telinga yang terkena. 3. +i%ayat >MA rekuren, per!orasi karena trauma, atau pemasangan saluran ventilasi. 1. Adanya demam, vertigo, atau nyeri dapat menunjukkan adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial. &. +i%ayat >M0K persisten harus di"urigai sebagai adanya kolesteatoma. 2.6.2. #emeriksaan :isik #ada pemeriksaan !isik, akan ditemukan hal.hal sebagai berikut:6,8 1. Kanalis akustikus eksterna dapat terlihat edema dan biasanya tampak keras. 2. 0ekret dapat berupa en"er atau kental, bening atau berupa nanah. 3. #er!orasi membran timpani. 1. Adanya jaringan granulasi yang terlihat pada kanalis media atau rongga telinga tengah. &. Mukosa telinga tengah yang terlihat melalui per!orasi membran timpani, dapat terlihat edema atau polipoid, pu"at atau edema.

Gambar 1! Tipe.tipe per!orasi pada membran timpani se"ara skematis 2.6.3. #emeriksaan #enunjang 4aboratorium

21

. . .

#enatalaksanaan >M0K dapat dilakukan tanpa pemeriksaan laboratorium. 0ebelum terapi sistemik dilakukan, pemeriksaan kultur harus dilakukan untuk mengetahui sensiti!itas. #en"itraan ;T 0"an 1. Aika >M0K tidak responsi! terhadap terapi medikamentosa, maka ;T s"an terhadap tulang temporal dapat memberikan penjelasan. Alasan yang mungkin terjadi pada kegagalan terapi termasuk kolesteatoma atau adanya benda asing. 2. ;T s"an perlu dilakukan apabila pemeriksa "uriga adanya proses 3. neoplastik pada telinga tengah atau untuk mengantisipasi komplikasi intratemporal atau intrakranial. ;T s"an dapat menunjukkan adanya erosi tulang akibat kolesteatoma, erosi osikular, keterlibatan apeks petrosus, mastoiditis koalesen, erosi saluran :allopi, dan abses subperiosteal.

M+/ 1. 2. 4akukan pemeriksaan M+/ pada tulang temporal dan otak jika diduga adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial. M+/ pun dapat menunjukkan adanya peradangan dura, trombosis sinus sigmoid, labirintitis, serta abses bakteri, ekstradural, dan intrakranial.

4ain.lain Audiogram sebaiknya juga dilakukan. #ada pasien dengan >M0K, pasien diduga akan menderita tuli kondukti!. 9amun jika pasien menderita tuli "ampuran, maka hal ini menunjukkan penyakit tersebut berada dalam keadaan lebih ekstensi!, sehingga pemeriksa harus sadar terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.

2.2.

Pena#ala$(anaan

22

Terapi >M0K tidak jarang memerlukan %aktu lama, serta harus berulang. ulang. 0ekret yang keluar tidak "epat mengering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh beberapa keadaan, yaitu:6 1. Adanya per!orasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar. 2. Terdapat sumber in!eksi di !aring, naso!aring, hidung, dan sinus paranasal. 3. 0udah terbentuk jaringan patologis yang ireversibel dalam rongga mastoid. 1. ,i$i dan higienis yang kurang. (erikut adalah algoritma penatalaksanaan >M0K:

23

2.7.1. Medikamentosa #rinsip terapi >M0K tipe benigna ialah konservati! atau dengan medikamentosa. (ila sekret yang keluar terus.menerus, maka diberikan obat pen"u"i telinga berupa larutan 52>2 3 @ selama 3 2 & hari. 0etelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. (anyak ahli berpendapat bah%a semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang

21

bersi!at ototoksik. >leh sebab itu,

jaa!ar )2==1* menganjurkan agar obat tetes

telinga tidak diberikan terus.menerus lebih dari 1 atau 2 minggu, atau pada >M0K yang sudah tenang. 0e"ara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin )bila pasien alergi terhadap penisilin*, sebelum tes hasil resistensi diterima. #ada in!eksi yang di"urigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.6 2.7.2. #embedahan /ndikasi pembedahan pada >M0K adalah sebagai berikut:11 #er!orasi yang bertahan lebih dari 6 minggu. >tore yang berlangsung lebih dari 6 minggu setelah menggunakan antibiotik. #embentukan kolesteatoma. (ukti radiogra!i adanya mastoiditis kronis. Aenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya in!eksi atau kolesteatoma, sarana yang tersedia, serta pengalaman operator. (eberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada >M0K dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:6 2.7.2.1 Mastoidektomi sederhana )simple mastoidectomy*. >perasi ini dilakukan pada >M0K tipe benigna yang dengan pengobatan konservati! tidak sembuh. engan tindakan operasi ini, dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologis. Tujuannya ialah agar in!eksi tenang dan telinga tidak berair lagi. #ada operasi ini, !ungsi pendengaran tidak diperbaiki. 6 2.7.2.2 Mastoidektomi radikal. >perasi ini dilakukan pada >M0K maligna dengan in!eksi atau kolesteatoma yang sudah meluas, #ada operasi ini, rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologis. inding batas antara lubang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan

2&

patologis dan men"egah komplikasi ke intrakranial. :ungsi pendengaran tidak diperbaiki. 6 Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. #asien harus datang dengan teratur untuk kontrol agar tidak terjadi in!eksi kembali. #endengaran berkurang sekali sehingga dapat menghambat pendidikan atau karir pasien. 6 Modi!ikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur )graft* pada rongga operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat "a"at anatomi, yaitu meatus luar lubang telinga menjadi lebar. 6 2.7.2.3 Mastoidektomi radikal dengan modi!ikasi. )>perasi (ondy*. >perasi ini dilakukan pada >M0K dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. 0eluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior lubang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologis dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. 6 2.7.2.1 Miringoplasti. >perasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe /. +ekonstruksi hanya dilakukan pada membrana timpani. Tujuan operasi ialah untuk men"egah berulangnya in!eksi telinga tengah pada >M0K tipe benigna dengan per!orasi yang menetap. >perasi ini dilakukan pada >M0K tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh per!orasi membran timpani. 6 2.7.2.& Timpanoplasti. >perasi ini dikerjakan pada >M0K tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau >M0K tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. 6 #ada operasi ini, dilakukan rekonstruksi membran timpani dan rekonstruksi tulang pendengaran. (erdasarkan bentuk rekonstruksi tulang

26

pendengaran yang dilakukan, maka dikenal istilah timpanoplasti tipe //, ///, /H, dan H. 0ebelum rekonstruksi dikerjakan, dilakukan terlebih dahulu eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak %aktu 6 2 12 bulan. 6 2.7.2.6 #endekatan tympanoplasty*. >perasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus >M0K tipe maligna atau >M0K tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal )tanpa meruntuhkan dinding posterior lubang telinga*. #embersihan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan ) combined approach*, yaitu melalui lubang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada >M0K tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, karena sering terjadi kolesteatoma kambuh kembali. 6 kombinasi timpanoplasti );ombined approa"h

27

BAB III KOMPLIKA"I OTITI" ME*IA "+PP+,ATI- K,ONI"


Komplikasi >M0K biasanya terjadi pada tipe bahayaGskuamosa, tetapi juga dapat terjadi pada !ase akti! tipe mukosa. >titis media supurati!, baik yang akut maupun kronis mempunyai potensi menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengan"am kesehatan dan menyebabkan kematian. Terjadinya komplikasi tergantung pada kelainan patologik penyebab otorea. <mumnya komplikasi terjadi pada pasien >M0K tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman virulen pada >M0K tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi. 12 3.1. 3ara Pen%ebaran In'e$(i Ada beberapa jalan yang dapat menyebabkan terjadinya proses penyebaran in!eksi tersebut, diantaranya : 2,12 1. 3kstensi melalui tulang yang telah mengalami demineralisasi selama in!eksi akut atau karena terjadi resorpsi oleh kolestetatom atau osteitis pada penyakit kronis yang destrukti! 2. #enyebaran melalui darah yang terin!eksi melalui vena mele%ati tulang dan dura ke sinus venosus 2 petrosus lateral dan superior 2 struktur intrakranial. 3. Melalui jalur anatomi yang normal 2 oval %indo% atau round %indo% ke meatus 1. Melalui de!ek tulang yang non anatomis, yang disebabkan trauma, operasi, atau erosi karena keganasan. &. Melalui de!ek karena pembedahan, misalnya !enestrasi ke semisirkular kanal lateral pada operasi stapedektomi. 6. Ke dalam jaringan otak sepanjang ruang periarteriolar Hir"ho%.+obin. #enyebaran ini tidak mempengaruhi arteri di kortikal, sehingga

28

menjelaskan pembentukan abses hanya di %hite area tanpa terlihat in!eksi di permukaan otak iagram yang menggambarkan rute penyebaran in!eksi dari telinga tengah, dapat dilihat pada gambar berikut.

,ambar 11 +ute #enyebaran /n!eksi dari Telinga Tengah 0elain dari beberapa !aktor diatas, ada !aktor lain yang dapat menimbulkan terjadinya komplikasi dari penyakit tersebut, 9elly menggolongkannya dalam & kategori : 1. (akteriologi 2. Terapi antibiotika 3. +esistensi tubuh penderita 1. #ertahanan anatomi &. rainase ua !aktor pertama berhubungan dengan mikrobiologi, dan tiga !aktor terakhir berhubungan dengan tubuh pasien 3.2. Kla(i'i$a(i K.mpli$a(i OM"K 9elly, membagi komplikasi >M0K berdasarkan anatominya yaitu dapat dibagi menjadi 3:12 1. In#ra#emp.ral iantaranya :

2-

a. Mastoiditis b. 4abirintitis ". 0ensorineural &earing Loss d. #etrositis e. #aralisis !asialis !. Kolesteatoma g. :istula labirinti 2. In#ra$ranial iantaranya : a. Abses epidural b. Trombosis sinus lateralis ". >titi" hydro"ephalus d. Meningitis e. Abses otak !. Abses subdural 3. E$(#ra#emp.ral dan $ranial iantaranya : a. Abses (e$old b. Abses subperiosteal 0edangkan Adams, dkk mengemukakan klasi!ikasi sebagai berikut : A. Komplikasi di telinga tengah : 1. #er!orasi persisten 2. 3rosi tulang pendengaran 3. #aralisis sara! !asialis (. Komplikasi di telinga dalam : 1. :istel labirin 2. 4abirintitis supurati! 3. Tuli sara! )sensorineural* ;. Komplikasi di ekstradural : 1. Abses ekstradural

3=

2. Trombosis sinus lateralis 3. #etrositis . Komplikasi ke susunan sara! pusat : 1. Meningitis 2. Abses otak 3. 5idrose!alus otitis #aparella dan 0humri"k )1-8=* membaginya dalam : A. Komplikasi otologik : 1. Mastoiditis koalesen 2. #etrositis 3. #aresis !asial 1. 4abirintitis (. Komplikasi intrakranial : 1. Abses ekstradural 2. Trombosis sinus lateralis 3. Abses subdural 1. Meningitis &. Abses otak

,ambar 31. Tempat Terjadinya /n!eksi pada Komplikasi >titis Media

31

Komplikasi intrakranial yang sering terjadi adalah meningitis )31@*, abses otak )2&@* lobus temporalis )1&@*, serebelum )1=@*, labyrintitis )12@*, otiti" hydro"ephalus )12@*, thrombosis sinus duramater )1=@*, abses ekstradural )3@*, petrositis )3@*, abses ekstradural )3@*, dan subdural abses )1@*. Terjadinya komplikasi intrakranial sudah jauh berkurang seiring dengan adanya penggunaan antibiotik, dari 3&@ menjadi &@. (erikut ini akan dibahas pato!isiologi dan terapi dari beberapa komplikasi2 /.3. K.mpli$a(i In#ra#emp.ral 2,6 /.3.1. Ma(#.idi#i( *iagn.(a Mastoiditis ditandai dengan gejala sbb: 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. &. emam 9yeri ,angguan pendengaran Membran timpani yang menonjol inding kanalis posterior yang menggantung #embengkakan daerah telinga bagian belakang, sehingga mendorong pinna keluar dan ke depan. 9yeri tekan daerah mastoid, terutama pada posterior dan sedikit diatas liang telinga )segitiga M" 3%en* ari pemeriksaan radiologis dan ;T 0"an didapatkan gambaran : destruksi se"ara hebat dari sel.sel udara mastoid, opasi!ikasi sel.sel udara mastoid oleh "airan dan hilangnya trabekulasi normal dari se.sel tersebut. Mastoiditis kronis ditandai dengan adanya "airan purulen kronis yang berbau busuk ber%arna kuning kehijauan atau keabu.abuan yang menandakan adanya kesan kolesteatom dan produk degenerasinya, nyeri pada daerah belakang telinga yang telah berlangsung lama. 9yeri merupakan suatu hal yang patut di%aspadai, karena nyeri ini dapat menimbulkan suatu kesan adanya proses terkenanya duramater, sinus lateralis, ataupun pembentukan abses otak. isertai

ari pemeriksaan !isik, didapatkan :

32

pula dengan adanya gangguan !ungsi pendengaran yang bersi!at kondukti! maupun "ampuran. 2,1 ari pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya gambaran lesi yang irregular didaerah mastoid dan daerah sinus sigmoid dikelilingi oleh daerah hyperostotic. #ada pamariksaan dengan ;T 0"an seringkali tidak didaptkan gambaran yang signi!ikan dan seringkali yang dipakai adalah yang sesuai dengan gambaran klinis. M+/ didapatkan gambaran nonspesi!ik, dengan gambaran peradangan yang persisten. 2,1,6 Pena#ala$(anaan Tindakan mastoidektomi !.3.2. Lab%rin#i#i(2,1,6 Terjadinya penyebaran pada labirin diakibatkan oleh adanya pnyebaran se"ara langsung dari in!eksi telinga tengah kronis, yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada !ungsi keseimbangan maupun pendengaran. 4abirintitis yang disebabkan oleh virus jarang sekali berakibat !atal. Ada 2 jenis labirintitis yang terjadi, yaitu labitintitis purulen dan serous labirintitis.#emeriksaan dapat kita lakukan dengan melakukan tes !istel. *iagn.(i( iagnosis pasti dari kedua hal ini sulit dibedakan, hal ini disebabkan mun"ulnya gejala yang hampir sama, tidak ada satu tes pun yang dapat membedakan kedua kelainan tersebut. iagnosis serous labirintitis dapat dibuat retrospekti!, yang ditandai dengan adanya pemulihan gejala vertigo dan gangguan pendengaran. 0edangkan jika terkena supurati! labirintitis biasanya kedua gejala tersebut akan menetap %alaupun telah diambil tindakan operasi. Pena#ala$(anaan #enanganan dari labirintitis yang diakibatkan oleh >MK adalah dengan tindakan kultur dan dilakukan tindakan drainase. #ada in!eksi akut "ukup kita lakukan tindakan miringotomi dan pemakaian timpanostomi tube, disamping pemberian antibiotika. 0edangkan pada kasus yang kronis, diperlukan tindakan

33

masteidektomi. #emberian antibiotika selama masih dalam pera%atan di +0 dilakukan intravena. Tindakan operasi labirintektomi dilakukann jika terdapat gangguan total dari !ungsi labirin tersebut atau meningitis setelah pasien mendapatkan terapi yang adekuat dengan antibiotik. !.3.3. Pe#r.(i#i(2,1,6 Merupakan proses peradangan bagian petrosus dari tulang temporal yang ditandai dengan timbulnya sindrom ,radenigo, yang terdiri dari trias klasik: 1* 9yeri di belakang mata atau telinga yang hebat 2* Keluarnya "airan dari telinga 3* Kelumpuhan dari sara! kranialis ke.6 )'" #bducens* yang terletak pada orelloIs "anal, pada sisi ipsilateral sehingga timbul keluhan diplopia. Pena#ala$(anaan #enanganan kasus petrositis yang akut adalah dengan menggunakan intravena antibiotika yang tepat dan tindakan masteidektomi. #ada pasien petrositis yang disebabkan oleh >MK seringkali diikuti dengan adanya osteomielitis pada tulang petrosus yang menjadi resisten terhadap tindakan terapi konservati! antibiotika. 0ehingga diperlukan tindakan eksplorasi dari tulang apeJ petrosus disamping tindakan masteidektomi. !.3.!. Parali(i( -a(iali(2,1,6 #osisi kanalis !asialis yang "ukup panjang sepanjang tulang temporal, menyebabkan sara! !asialis ini mudah mengalami in!eksi atau gangguan lainya jika terdapat penyakit yang mengenai tulang temporal. #ada >MK, terjadinya in!eksi dan peradangan dapat mengenai sara! !asialis setelah terlebih dahulu mengerosi tulang yang membentuk kanalis !asialis, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya paresis dan paralysis. #enanganan yang perlu dilakukan jika kita mendapatkan adanya paralisis sara! !asialis yang diakibatkan oleh adanya >MK adalah dengan melakukan eksplorasi segera daerah telinga tengah dengan melakukan tindakan

31

masteidektomi untuk menghilangkan semua jaringan patologik, baik tulang yang terin!eksi maupun kolesteatom0elama proses operasi sebaiknya dilakukan juga tindakan pengambilan "ontoh jaringan untuk dilakukan tes kultur dan setelah operasi diberikan antibiotik yang adekuat. 2,1,6

,ambar 31. Tes Topogra!i 9ervus :asialis !.3./. K.le(#ea#.ma Kolesteatoma menyerupai kista, merupakan lesi yang berkembang didaerah tulang temporal, dibatasi oleh epitel strati!ied skuamosa dan berisi keratin yang terdeskuamasi dan purulen. Kolesteatom mempengaruhi telinga tengah dan mastoid, tetapi pada prinsipnya kolesteatom dapat timbul dimanapun daerah tulang temporal yang mengalami pneumatisasi atau yang berisi sel.sel udara. Kolesteatom dapat berasal dari kongenital ataupun didapat. #ada kolesteatom yang didapat, teori terbentuknya masih merupakan hal yang kontraversial. diduga kolesteatom merupakan hasil dari komplikasi >MK, dimana >MK dapat mengakibatkan terjadinya trans!ormasi mukosa dan epitel. #roses yang terjadi adalah metaplasia dari epitel kolumnar pseudostrati!ied

3&

bersilia menjadi epitel skuamosa berlapis, yang memegang peranan penting untuk terbentuknya kolesteatom. 2,1,6

0kema Kolesteatom di Telinga Tengah #asien >MK dengan kolesteatom akan mengeluhkan seringkali terjadi pengeluaran "airan dari telinga yang sangat berbau dan adanya penurunan pendengaran yang progresi!. Kolesteatom dapat mengakibatkan terjadinya erosi pada tulang pendengaran daerah kanalis akustikus eksternus.

,ambar 38. Kolesteatom pada Telinga Tengah ari pemeriksaan !isik didapatkan bah%a pada keadaan membran timpani yang utuh, didapatkan gambaran massa putih dibelakang membran timpani yang sulit dibedakan dari plak karena timpanosklerotik. Fang mana hal ini dapat

36

dibuktikan dengan pemeriksaan pneumatoskopi.

ari pemeriksaan garputala

didapatkan kesan adanya gangguan tuli kondukti! pada sebagian besar pasien. ari pemeriksaan radiologis didapatkan adanya gambaran erosi pada tulang dan daerah radiolusen yang menyerupai perluasan antrum, dimana sel.sel udara antrum dan mastoid telah mengalami destruksi. ;T s"an diperlukan untuk mengetahui sejauh mana lokasi dan perluasan dari kolesteatom tersebut. 2,1,6 !. !. K.mpli$a(i In#ra$ranial 2,6,12 #ada masa sekarang ini, insidensi terjadinya komplikasi intrakranial dari >M0K sudah jauh berkurang, seiring dengan membaiknya kesadaran masyarakan akan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pengobatan yang tepat. #emakaian antibiotik yang tepat dan "epat, juga mempengaruhi >MK sehingga dapat mempengaruhi insidensi komplikasi intrakranial. Terjadinya proses penyebaran penyakit ke intrakranial melalui 3 tahapan : 1. ari telinga tengah ke lapisan meningen 2. Melintasi meningen 3. Masuk kedalam lapisan otak. #enyebaran komplikasi terjadi melalui proses hematogenous juga dapat terjadi, %alaupun jarang. 0ebagian besar proses komplikasi intrakranial terjadi melalui in!eksi langsung dari telinga tengah ataupun mastoid. !.!.1. Meningi#i( Meningitis merupakan komplikasi intrakranial yang paling sering terjadi. /nsidensinya sekitar &=@. Meningitis merupakan masalah in!eksi yang sering terjadi. 0ebagian besar kejadian dari meningitis terjadi melalui proses penyebaran in!eksi se"ara hematogenous kedaerah subarakhnoid dan selaput otak )meningen*. >togenik daerah in!eksi daerah disus merupakan sumber yang sering menyebabkan hal ini. >MA, terutama pada anak, lebih sering menyebabkan meningitis dari pada >MK. ,ejala yang timbul dari hal ini dalah timbulnya demam yang sering disertai dengan kekakuan daerah leher )kaku kuduk*, kenaikan suhu tubuh, mual,

37

muntah proyektil, tanda Kernig dan (rud$inski positi! dan perubahan status mental. engan menggunakan ;T 0"an atau M+/ yang diberi kontras maka kita dapat melihat adanya penguatan daerah meningen se"ara luas. Aika kita tidak menjumpai adanya massa, maka tindakan untuk melakukan pemeriksaan pungsi lumbal dan ;0: adalah suatu keharusan. ;0: yang bersi!at leukositosis, disertai dengan kadar glukosa yang rendah, peningkatan kadar protein dan laktat. 0elain itu, pada saat melakukan pemeriksaan ;0: sebaiknya kita juga melakukan pemeriksaan gram stain, kultur dan antigen bakteri. 2,1,12 #enanganan utamanya adalah dengan menggunakan antibiotik dosis tinggi yang dapat yang dapat menembus ;0:. #ada pasien >MK, seringkali didapatkan adanya bakteri gram negati!. 0ebagai first lined therapy adalah dengan menggunakan "e!triaJone atau "e!otaJime yang dikombinasikan dengan ampi"illin atau peni"illin ,. Aika terdapat tanda.tanda peningkatan tekanan intrakranial, dapat dilakukan tindakan dekompresi dan pen"egahan gejala sisa neurologis dengan melakukan lumbal pungsi dan pemberian deksametason. 2,6,12 !.!./. Ab(e( .#a$ Abses otak adalah akumulasi dari pus, yang dikelilingi oleh daerah yang mengalami ense!alitis di dalam "ere"rum atau "erebellum. Abses otak sering terjadi pada pria terutama pada usia dekade ke tiga, tetapi abses otak ini dapat terjadi pada usia berapapun. 3tiologi dari abses otak ini banyak ditemukan berasal dari otogenik. #ada anak 3& @ abses otak berasal dari in!eksi telinga, hidung dan tenggorok. Abses otak menempati peringkat pertama dalam hal komplikasi yang disebabkan oleh >MK ke intrakranial yang akan menyebabkan kematian. 2,6 *iagn.(i( ,ejala klasik dari abses otak adalah : demam, kesadaran terganggu, nyeri kepala, vomiting, kaku kuduk, !o"al motor sei$ures dan papil edema. Tetapi tidak selalu semua gejala ini mun"ul pada penderita abses otak.,ejala yang mun"ul adalah sesuai dengan !ase dari penyakit tersebut. Tanda spesi!ik lainya berhubungan dengan lokalisasi dari abses tersebut.

38

#emeriksaan neurologi diperlukan untuk mengetahui lokalisasi dari abses tersebut. #emeriksaan laboratorium rutin hanya sedikit membantu dalam penegakan diagnosisnya. iagnosis standar pada saat sekarang ini adalah dengan menggunakan ;T 0"an dan M+/ dengan menggunakan kontras. #ada pemeriksaan ;T 0"an akan didapatkan gambaran hipodens yang dikelilingi sema"am "in"in, daerah abses tersebut merupakan material yang bersi!at piogenik. 2,6

,ambar 18. ;T s"an pada Kasus Abses >tak 21 Pena#ala$(anaan Terapi harus dilakukan dengan segera. #asien dira%at di rumah sakit, diberika antibiotik yang dapat menembus sa%ar darah otak, pemberian kortikosteroid. Telinga diberikan antibiotik topikal. #emberian antibiotika segera setelah diketahui in!eksi daerah otak. (eberapa penulis mengemukakan bah%a pemakaian obat golongan na!"illin atau oJa"illin dan kloram!enikol dosis tinggi sambil menunggu hasil kultur resistensi terbukti "ukup e!ekti!. #asien segera dilakukan operasi, sebelumnya diberikan in!us manitol.#ada saat operasi, perlu dilakukan aspirasi abses untuk kepentingan kultur dan resistensi, pada rongga abses dilakukan irigasi dengan saline dan antibiotik. 2,6,12 !./. K.mpli$a(i e$(#ra$ranial dan e$(#ra#emp.ral !./.1. "ubperi.(#eal ab(e(

3-

0ubperisosteal abses terjadi karena penumpukan pus yang berhubungan dengan mastoid, yang disebabkan akut atu kronik otitis media dengan mastoiditis dan destruksi tulang. 0ubperiosteal abses tampak seperti massa !luktuati! yang menunjukkan tanda in!lamasi, biasanya disertai ottorhea. Tanda klasik dapat berupa massa di belakang telinga, aurikel tampak terdorong ke depan.
2,6

,ambar &1. Abses 0ubperiosteal Pena#ala$(anaan ilakukan insisi drainase, untuk mengevakuasi pus. Aaringan sekitar yang berbentuk nekrotik memerlukan juga debridement6

1=

BAB I4 PEN+T+P

engan memperhatikan pembahasan pada bab sebelumnya, kita menjadi sadar bah%a >M0K merupakan salah satu penyakit pada telinga yang dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada berbagai organ lain apabila tidak ditangani sejak dini se"ara tepat. >leh karena itu, setelah memperhatikan pembahasan pada makalah ini, kita diharapkan mampu untuk mengenali penyakit tersebut agar dapat melakukan pen"egahan serta melakukan penatalaksaan sedini dan seoptimal mungkin.

11

*A-TA, P+"TAKA

1. 5ashisaki ,T., ;ompli"ations o! ;hroni" >titis Media. Cilliams ? Cilkins., #hiladelphia. 2===: 26: 133.1&

alam The 3ar

;omprehensive >tology., 3dited by ;analis +:., 4ambert #+., 4ippin"ott 2. 9eely A,., Arts 5A., /ntratemporal ? /ntra"ranial ;ompli"ations o! >titis Media., alam 5ead ? 9e"k 0urgery 2 >tolaryngology. 1th edition., 3dited by (ailey (A., 4ippin"ott Cilliams ? Cilkins., #hiladelphia. 2==6: 138: 2=11.&6 3. ,ray 5., The Auditory and Hestibular Apparatus., 37th edition . 3dited by Cilliams #4., Car%i"k +., Te#ress. 4ondon. 1--2: 121-.13 1. (allenger AA., ;ompli"ations o! 3ar &7: 117=.-6 &. #aparella MM., Adams ,4., 4evine 0;., Mastoid., 6. isease o! the Middle 3ar and alam (oeis :undamental o! >tolaryngology., 6th edition. C( elainan (elinga (engah. alam 3.A. 0oepardi dan 9. isease., alam isease o! the 9ose, Throat, 3ar, 5ead, and 9e"k., 13th edition., 4ea ? :ebiger. #hiladelphia. 1-8&: alam ,rayIs Anatomy., yson M., et all. 34(0.

0aunders ;ompany. #hiladelphia. 1-8-: 6: 88.118 jaa!ar, K.A. 2==1. /skandar, (uku Ajar /lmu Kesehatan Telinga 2 5idung 2 Tenggorok . Kepala 2 4eher. 3disi H ;etakan /H. Aakarta: (alai #enerbit :K</. 7. Aa"kler, +.K.B Kaplan, M.A. 2==2. !ar, 'ose, ) (hroat. alam 4.M. Tierney, iagnosis ? Ar., 0.A. M"#hee, dan M.A. #apadakisB ;urrent Medi"al

Treatment 2==2. 0an :ransis"o: 4ange Medi"al (ooks G M",ra%.5ill. 8. #arry, .B +oland, #.0. 2==&. Middle 3ar, ;hroni" 0uppurative >titis, Medi"al Treatment. %%%.emedi"ine."om: situs internet. -. Aain, A.B Knight, A.+. 2==3. Middle 3ar, ;hroni" 0uppurative >titis, 0urgi"al Treatment. %%%.emedi"ine."om: situs internet.

12

1=. 5ardianti A. #ola (akteri Aerob #ada #asien >titis Media 0upurati! Kronis e%asa di #oliklinik T5T.K4 +0<#. + 5asan 0adikin (andung periode 31 Maret 2 11 Maret. 2==11. Aones, M.B Cilson, 4. 2==1. >titis Media. %%%.emedi"ine."om: situs internet. 12. jaa!ar KA., Kelainan Telinga Tengah., alam (uku Ajar /. # Telinga 5idung Tenggorok., 3disi &., editor 0oepardi 5A., /skandar 9., (alai #enerbitan :K </. Aakarta. 2==6: //: 1-.62.12

13

Anda mungkin juga menyukai