Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DEMENSIA

1. A. 2. 1.

KONSEP DASAR PENYAKIT Pengertian

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006) Sindrom demensia dapat didefinisikan sebagai deteriorasi kapasitas intelektual dapat diakibatkan oleh pnyakit di otak. Sindrom ini ditandai olah gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor. (Lumbantobing, 2006) Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau menggantikannya.(Kushariyadi, 2010) Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. (http://medicastore.com/penyakit/699/Demensia.html)

1. 2.

Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi. Kira-kira 5 % usia lanjut 65 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 15% atau sekitar 3 4 juta orang. Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 60 % dan 30 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer. 1. 3. Etiologi Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara

sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain. Tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia, misalnya : gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, gangguan metabolic, penyakit degenerative. Semua hal ini harus ditelusuri. Gejala atau kelainan yang menyertai demensia kita teliti. Sering diagnose etiologi dapat ditegakkan melalui atau dengan bantuan kelainan yang menyertai, seperti : hemiparese, gangguan sensibilitas, afasia, apraksia, rigiditas, tremor. (Lumbantobing, 2006) Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

1. 4. Klasifikasi 2. Demensia Tipe Alzheimer Dari semua pasien dengan demensia, 50 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama kali mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif, Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif, Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru, Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan), Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun pemeriksaan neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan bentuk fungsinya juga terjadi perubahan. 1. Demensia Vaskuler Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat gejala-gejala / tanda-tanda neurologis fokal seperti :

Peningkatan reflek tendon dalam, Respontar eksensor, Palsi pseudobulbar, Kelainan gaya berjalan,

Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu dibedakan dengan demensi Alzheimer. Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ; hipertensi, DM, merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral. Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

Terdapat gejala demensia Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

1. 5. Tanda dan Gejala Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb: 1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. 2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada 3. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali 4. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaanperasaan tersebut muncul. 5. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah 1. 6. Patofisiologi Penyakit Alzheimer mengakibatkan sedikitnya dua per tiga kasus demensia. Penyebab spesifik penyakit Alzheimer belum diketahui, meskipun tampaknya genetika berperan dalam hal itu. Teori-teori lain yang pernah popular, tetapi saat ini kurang mendukung, antara lain adalah efek toksik dari aluminium, virus yang berkembang perlahan sehingga menimbulkan respon atau imun, atau defisiensi biokimia. Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat yang menderita penyakit Alzheimer:plak amiloid dan kekusutan neurofibril trdapat juga penurunan neurotransmitter tertentu, terutama asetilkolin. Area otak yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi kognitif dan memori. Amiloid menyebabkan rusaknya jaringan otak. Plak amiloid berasal dari protei yang lebih besar, protein precursor amiloid (amyloid precursor protein[APP]). Keluarga-keluarga dngan awitan

dini penyakit Alzheimer yang tampak sebagaisesuatu yang diturunkan telah menjalani penelitian, dan beberapa diantaranya mengalami mutasi pada gen APP-nya. Mutasi genAPP lainnya yang berkaitan dengan awitan lambat AD dan penyakit serebrovaskular juga telah diidentifikasi. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19. Simpul neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel saraf yang saling berpilin,yang disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut pada penyakit ini sedang diteliti. Asetilkolin dan neurotransmiter merupakan zat kimia yang diperlukan untuk mengirim pesan melewati system saraf. Deficit neurotransmiter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang kompleks di antara sel-sel pada system saraf. Tau dalah protein dalam cairan srebrospinal yang jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer tahap awal. Temuan-temuan yang ada menunjukan bahwa penyakit Alzheimer dapat bermula di tingkat selular, dengan atau menjadi penanda molecular di sel-sel tersebut. Demensia multi-infark adalah penyebab demensia kedua yang paling banyak terjadi. Pasienpasien yang menderita penyakit serebrovaskular yang seperti namanya, berkembang menjadi infark multiple di otak. Namun, tidak semua orang yang menderita infark serebral multiple mengalami demensia. Dalam perbandingannya dengan penderita penyakit Alzheimer, orangorang dengan demensia multi infark mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukan beberapa perbaikan di antara peristiwa-peristiwa serebrovaskular. Sebagian besar pasien dengan penyakit Parkinson yang menderita perjalanan penyakiy yang lama dan parah akan mengalami demensia. Pada satu studi, pasien-pasien diamati selama 15 sampai 18 tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80% di antaranya menderita demensia sedang atau [parah sebelum akhirnya meninggal dunia. (Mickey Stanley, 2006) 1. 7. Pathway (terlampir) 1. 8. Diagnosis Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

Pembedaan antara delirium dan demensia Bagian otak yang terkena Penyebab yang potensial reversibel Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah) Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

1. 9. Penatalaksanaan Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional dapat menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat

medis yang lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi diarahkan untuk mengobati gangguan dasar. Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien selama periode waktu yang lama. Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti, karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif. v Obat untuk demensia 1. Cholinergic-enhancing agents Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks; pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem kardiovaskular. 1. Cholinedan lecithin Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter. Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen. 1. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH

Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum. 1. Nootropic agents Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku. 1. Dihydropyridine Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial 1. 10. Pencegahan dan Perawatan

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti : 1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan 2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. 3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi

1. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

1. B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. 1. Pengkajian Tanda dan Gejala yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian pada pasien dengan demensia adalah sebagai berikut : 1. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari 2. Pelupa 3. Sering mengulang kata-kata 4. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan 5. Cepat marah dan sulit di atur. 6. Kehilangan daya ingat 7. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru 8. Kurang konsentrasi 9. Kurang kebersihan diri 10. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh 11. Tremor 12. Kurang koordinasi gerakan. 1. 2. Diagnosa keperawatan 1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat. 2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi. 3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan seharihari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif. 4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur. 5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri. 6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.

7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu. 8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori. 9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang. 1. 3. Perencanaan No Diagnosa Tujuan dan kriteria keperawatan hasil 1 Perubahan proses Setelah diberikan pikir berhubungan tindakan keperawatan dengan perubahan diharapkan klien fisiologis mampu mengenali (degenerasi neuron perubahan dalam ireversibel) ditandai berpikir dengan KH:dengan hilang Mampu ingatan atau memperlihatkan memori, hilang kemampuan konsentrsi, tidak kognitifuntuk mampu menjalani konsekuensi menginterpretasikan kejadian yang stimulasi dan menegangkan terhadap menilai realitas emosi dan pikiran dengan akurat. tentang diri Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negative Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan factor penyebab Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan, ancaman, Intervensi 1. Kembangkan lingkungan yang mendukung dan hubungan klienperawat yang terapeutik 1. Kaji derajat gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan keluarga mengenai perubahan perilaku 1. Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang 1. Lakukan pendekatan dengan cara perlahan dan tenang 1. Tatap wajah ketika berbicara dengan klien 1. Panggil klien dengan namanya 1. Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara dengan perlahan pada klien 1. Gunakan kata-kata pendek, kalimat dan Ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan 1. Berhenti sejenak di antara kalimat/pertanyaan. Beri isyarat tertentu, gunakan kalimat Rasional

dan kebingungan

terbuka 1. Dengarkan dengan penuh perhatian pembicaraan klien. Interpretasikan pertanyaan, arti, dan kata. Beri kata yang benar 1. Hindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi negative 1. Gunakan distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan 1. Hindari klien dari aktivitas dan komunikasi yang dipaksakan 1. Gunakan hal yang humoris saat berinteraksi pada klien 1. Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik psikologis 2. Memberikan dasar perbandingan yang akan datang dan memengaruhi rencan intervensi. Catatan: evaluasi orientasi secara berulang dapat meningkatkan respon yang negative/tingkat frustasi 3. Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron 4. Pendekatan terburu-buru menyebabkan klien bingung, kesalahan

persepsi/perasaan, terancam 5. Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perceptual 6. Nama adalah bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan klien 7. Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dank eras menimbulkan stress/marah yang mencetuskan konfrontasi dan respons marah 8. Seiring perkembangan penyakit, pusat komunikasi dalam otak terganggu sehingga menghilangkan kemampuan klien dalam respons penerimaan pesan dan percakapan secara keseluruhan 9. Menimbulkan respons verbal, meningkatkan pemahaman. Isyarat menstimulasi komunikasi, memberi pengalaman positif 10. Mengarahkan perhatian dan penghargaan. Membantu klien dengan alat bantu proses kata dalam menurunkan frustasi 11. Provokasi menurunkan harga diri dan merupakan ancaman yang mencetuskan agitasi yang tidak sesuai 12. Lamunan membantu dalam meningkatkan

disorientasi. Orientasi pada realita meningkatkan perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan (kebahagiaan) personal 13. Keterpaksaan menurunkan keikutsertaan dan meningkatkan kecurigaan, delusi 14. Tertawa membantu dalam komunikasi dan meningkatkan kestabilan emosi 2 Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi. Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perubahan persepsi sensori klien dapat berkurang atau terkontrol dengan KH:Mengalami penurunan halusinasi Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur prilaku. Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi Perawat mampu mengidentifikasi factor eksternal yang berperan terhadap perubahan kemampuan persepsi sensori 1. kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat klien terapeutik 2. Bantu klien untuk memahami halusinasi 3. beri informasi tentang sifat halusinasi ,hubungannya dengan stresor/pengalaman emosional yang traumatic,pengobatan dan cara mengatasi 4. kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran 1. ajarkan strategi untuk mengurangi stress 2. anjurkan untuk menggunakan kaca mata atau alat bantu pendengaran sesuai keperluan 3. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien 4. Meningkatkan koping dan menurunkan halusinasi 5. Untuk membantu klien dalam

1. Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan kl kehilangan kemampuan pad salah satu sisi tu (gangguan unilateral). Klien tidak dapat mengenali rasa l

1. Untuk menurunk kebutuahan akan halusinasi 2. Meningkatkan masukan sensori,membata /menurunkan kesalahan interpretasi stimu

memahami halusinasi 3 Sindrom stress Setelah diberikan relokasi tindakan keperawatan berhubungan diharapkan klien dapat dengan perubahan beradaptasi dengan dalam aktivitas perubahan aktivitas kehidupan sehari- sehari- hari dan hari ditandai dengan lingkungan dengan KH kebingungan, :keprihatinan, Mengidentifikasi gelisah, tampak perubahan cemas, mudah tersinggung, Mampu tingkah laku beradaptasi pada defensive, perubahan lingkungan kekacauan mental, dan aktivitas tingkah laku curiga, kehidupan sehari- hari dan tingkah laku agresif. Mempertahankan rasa berharga pada diri dan identitas pribadi yang positif Membuat pernyataan positif tentang lingkungan yang baru Memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan lingkungan dan penyesuaian kehidupan Mampu menunjukan tentang perasaan yang sesuai/tidak cemas dan rasa takut berkurang Tidak menyimpan pengalaman 1. Jalin hubungan saling mendukung dengan klien 2. Orientasikan pada lingkungan dan rutinitas baru 1. Kaji tingkat stressor (seperti penyesuaian diri, krisis perkembangan, peran keluarga, akibat perubahan status kesehatan) 2. Tempatkan pada ruangan pribadi jika mungkin dan bergabung dengan orang terdekat dalam aktivitas perawatan, waktu makan, dan sebaginya 1. Tentukan jadwal aktivitas yang wajar dan masukkan dalam kegiatan rutin 1. Identifikasi kekuatan klien yang dimiliki sebelumnya 1. Berikan penjelasan dan informasi yang menyenangkan mengenai kegiatan/peristiwa 1. Catat tingkah laku, munculnya perasaan curiga/paranoid, mudah tersinggung, defensive 1. Pertahankan keadaan tenang. Tempatkan dalam lingkungan tenang yang memberikan kesempatan untuk beristirahat 1. Atasi tingkah laku agresif dengan pendekatan yang tenang 2. Gunakan sentuhan jika tidak mengalami paranoid/sedang mengalami agitasi sesaat 3. Rujuk ke sumber pendukung perawatan diri 1. Untuk membangun

menyakitkan Menggunakan bantuan dari sumber yang tepat selama waktu pengaturan pada lingkungan baru 2. 3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

kepercayaan dan rasa aman Menurunkan kecemasan dan perasaan terganggu Untuk menentukan persepsi klien tentang kejadian dan tingkat serangan Perawatan di rumah sakit mengubah aktivitas klien dan meningkatkan masalah tingkah laku. Memberi kesempatan mengontrol lingkungan dan melindungi dari kelainan tingkah laku Konsistensi mengurangi kebingungan dan meningkatkan rasa kebersamaan Memfasilitasi bantuan dengan komunikasi dan manajemen dari kekurangan sekarang serta selanjutnya Menurunkan ketegangan, mempertahankan rasa saling percaya dan orientasi. Saat klien mengetahui secara perlahan tentang apa yang terjadi, koping klien akan meningkat Stress meningkat, rasa tidak nyaman/nyeri fisik dan kelelahan mencetuskan penurunan tingkah laku dan gangguan komunikasi. Perilaku katastropik ini menimbulkan panic dan rasa bermusuhan Menenangkan situasi dan member klien waktu untuk memperoleh kendali terhadap perilaku

dan emosinya 10. Rasa diterima menurunkan rasa takut, dan respons agresif 11. Memberikan keyakinan, menuunkan stress, dan meningkatkan kualitas hidup 12. Meningkatkan perasaan, dukungan selama penyesuaian 4 Perubahan pola Setelah dilakukan tidur berhubungan tindakan keperawatan dengan perubahan diharapkan tidak lingkungan ditandai terjadi gangguan pola dengan keluhan tidur pada klien verbal tentang dengan KH :kesulitan tidur, Memahami factor terus-menerus penyebab gangguan terjaga, tidak pola tidur mampu menentukan kebutuhan/ waktu Mampu tidur. menentukan penyebab tidur inadekuat Mampu memahami rencana khusus untuk menangani/mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun) Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup 1. Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari 2. Evaluasi efek obat klien (steroid ,diuretik) yang mengganggu tidur 1. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (memberi susu hangat) 1. Memberika lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur (mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, menghindari kebisingan) 1. Buat jadwal intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama(memeriksa tanda vital, mengubah posisi) 1. Berikan kesempatan untuk tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari 1. Hindari penggunaan pengikatan secara terus menerus

1. Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari 1. Buat jadwal tidur secara teratur. Katakan pada klien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur 1. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi, dan masase punggung 2. Turunkan jumlah minuman sore. Lakukan berkemih sebelum tidur 3. Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih 4. Irama sirkadian (siklus tidurbangun)yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat 5. Derangement psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid, termasuk perubahan mood, insomnia 6. Mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti mengganggu tidur 7. Hambatan kortikal pada formasi reticular akan berkurang selama tidur, emningkatkan respons otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur 8. Gangguan tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan sehubungan dengan gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sirkadian terganggu 9. Aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan meningkatkan waktu tidur

10. Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat 11. Peningkatan kebingungan, disorientasi, tingkah laku tidak kooperatif (sindrom sundower) dapat mengurangi tidur 12. Penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan : penundaan waktu tidur diindikasikan agar klien membuang kelebihan energy dan memfasilitasi tidur 13. Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk 14. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk berkemih selama malam hari 15. Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur 5 Kurang perawatan Setelah diberikan diri berhubungan tindakan keperawatan dengan intoleransi diharapkan klien dapat aktivitas, merawat dirinya sesuai menurunnya daya dengan tahan dan kekuatan kemampuannya ditandai dengan dengan KH :- Mampu penurunan melakukan aktivitas kemampuan perawatan diri sesuai melakukan aktivitas dengan tingkat sehari-hari. kemampuan. 1. Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri, seperti: keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, penurunan kognitif seperti apraksia.

a. Memahami penyebab yang mempengaruhi intervensi. Masalah dap diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi ahli lain.b.Seiring 1. Identifikasi kebutuhan perkembangan penyakit kebersihan diri dan berikan kebutuhan kebersihan da bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut/kuku/ mungkin dilupakan. kulit, bersihkan kaca mata, dan gosok gigi. c. Kehilangan sensori da - Mampu 2. Perhatikan adanya tanda-tanda penurunan fungsi bahasa mengidentifikasi dan nonverbal yang fisiologis. menyebabkan klien menggunakan sumber mengungkapkan kebutu pribadi/ komunitas d. Beri banyak waktu untuk melakukan perawatan diri dengan c yang dapat nonverbal, seperti tereng tugas. memberikan bantuan. engah, ingin berkemih 1. Bantu mengenakan pakaian yang dengan memegang dirin rapi dan indah. 1. Pekerjaan yang tadinya mudah sekarang menjad

terhambat karena penurunan moto dan perubahan kognitif.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan koping individu menjadi efektif dengan kriteria hasil :Mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa haraga diri yang negatif

1.

1. 1.

1.

1.

1.

e. Meningkatkan kepercayaan untuk hidu Kaji perubahan dari gangguan a. Menentukan bantuan persepsi dan hubungan dengan individual dalam menyu derajat ketidakmampuan rencana perawatan atau pemilihan intervensib. Kepatuhan terhadap Dukung kemampuan koping program latihan dan Pernyataan pengakuan terhadap berjalan membantu penolakan tubuh, mengingatkan memperlambat kemajua kembali fakta kejadian tentang penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan diberikan melalui keteku berdoa dan penekanan belajar mengontrol sisi yang keluar terhadap aktivitas sehat dengan mepertahankan Beri dukungan psikologis secara patisipasi aktif menyeluruh c. Membantu klien untu Bentuk program aktivitas pada melihat bahwa perawat menerima kedua bagian keseluruhan hari sebagai bagian dari selu Anjurkan orang yang terdekat tubuh. Mengizinkan klie untuk merasakan adanya untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk dirinya harapan dan mulai menerima situasi baru. semaksimal mungkin

d.Klien Demensia sering merasa malu, apatis, tida adekuat, bosan dan mera sendiri. Perasaan ini dap disebabkan akibat keada fisik yang lambat dan up 1. Monitor gangguan tidur peningkatan konsentrasi, letargi, yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kec dan withdrawal Klien dibantu dan diduk untuk mencapai tujuan y Kolaborasi ditetapkan (seperti 1. Rujuk pada ahli neuropsikologi meningkatnya mobilitas dan konseling bila ada indikasi e. Bentuk program aktiv 1. Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi

pada keseluruhan hari u mencegha waktu tidur y terlalu banyak yang dap mengarah padda tidak adanya keinginan dari apatis. Setiap upaya dibu untuk mendukung klien keluar darii tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mere setiap hari dan untuk membentuk klien mandi Apapun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujua dengan meningkatnya kemampuan koping.

1. Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan h diri serta mempengaruhi proses rehabilita

g. Klien dapat beradapta terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatan

h. Dapat mengindikasik terjadinya depresi dima memerlukan intervensi d evaluasi lebih lanjut Kolaborasi

1. Dapat memfasili perubahan peran yang penting unt perkembangan perasaan. Kerjas fisioterapi, psikoterapi, terap

obat-obatan, dan dukungan partisi kelompok dapat menolong mengurangi depr yang juga sering muncul pada kejadian ini. 7. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu. Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien tidak mengalami hambatan komunikasi verbal dengan kriteria hasil :Membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi 1. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi. 1.

Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya Kolaborasi atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/bolpoint, gambar, 1. Memberikan tera atau papan tulis; bahasa isyarat, bicara pada klien penjelas arti dari komunikasi yang disampaikan. 2. Letakkan bel/lampu panggilan di tempat mudah dijangkau dan berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap membantu jika dibutuhkan. Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. 2. Untuk menentukan tingkat kemampuan klien dalam berkomunikasi. 3. Untuk membantu proses berkomunikasi dengan klien, dan agar tidak terjadi miskomunikasi.

1. Untuk memudah klien dalam memanggil peraw saat membutuhk bantuan.

8. Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien

1. Kaji pengetahuan klien/keluarga mengenai kebutuhan makan

1. Bantuan diperluk untuk mengembangkan

kebutuhan tubuh mendapat nutrisi yang berhubungan seimbang dengan KH:dengan mudah lupa, Mengubah pola kemunduran hobi, asupan yang benar. perubahn sensori. Mendapat diet nutrisi yang seimbang. Mempertahankan/ mendapat kembali berat badan yang sesuai. Ikut serta dalam aktifitas yang mempermudah koping adaptif.

1. Usahakan/ berikan bantuan dalam memilih menu 2. Berikan makanan kecil setiap jam sesuai kebutuhan 1. Hindari makanan yang terlalu panas Kolaborasi : 1. Rujuk atau konsultasikan dengan ahli gizi 2. Identifikasi kebutuhan untuk membantu perencanaan pendidikan 3. Klien tidak mampu menentukan pilihan kebutuhan nutrisi 4. Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai 5. Makan panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan 1. Kaji derajat gngguan kemampuan,tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul 1. Hilangkan sumber bahaya lingkungan 1. Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi 1. Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik/kebutuhan klien 1. Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstrapiramidal,hipotensi ortostatik,gangguan penglihatan,

keseimbangan di dan menemukan kebutuhan / mak yang disukai

9. Risiko terhadap Setelah dilakukan cedera berhubungan tindakan keperawatan dengan kesulitan diharapkan Risiko keseimbangan, cedera tidak terjadi kelemahan, otot dengan KH :tidak terkoordinasi, Meningkatkan tingkat aktivitas kejang. aktivitas Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera Tidak mengalami trauma/cedera Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi

1. Mengidentifikas risiko di lingkun dan memperting kesadaran peraw akan bahaya. Kli dengan tingkah l impulsif berisiko trauma karena kurang mampu memgendalikan perilaku. Penuru persepsi visual berisiko terjatuh 2. Klien dengan gangguan kognit gangguan persep adalah awal terja trauma akibat tid bertanggung jaw terhadap kebutuh keamanan dasar 3. Mempertahankan

tahap-tahap untuk memperbaikinya

gangguan gastrointestinal) 1. Hindari penggunaan restrain terus-menerus. Berikan kesempatan keluarga tinggal bersama klien selama periode agitasi akut

keamanan denga menghindari konfrontasi yang meningkatkan ri terjadinya traum 4. Perlambatan pro metabolisme mengakibatkan hipotermia. Hipotalamus dipengaruhi pros penyakit yang menyebabkan ra kedinginan 5. Klien yang tidak dapat melaporka tanda/gejala oba dapat menimbulk kadar toksisitas p lansia. Ukuran dosis/penggantia obat diperlukan untuk menguran gangguan 6. Membahayakan klien, meningkat agitasi dan timbu risiko fraktur pad klien lansia (berhubungan dengan penuruna kalsium tulang)

1. 4. Evaluasi 1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi. 2) Perubahan persepsi sensori tidak terjadi atau terkontrol. 3) Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas. 4) Perubahan pola tidur tidak terjadi atau terkontrol. 5) Perawatan diri dapat terpenuhi.

6) Klien menyatakan penerimaan diri terhadap situasi 7) Teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi 8) Nutrisi klien seimbang 9) Risiko cedera tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai