Anda di halaman 1dari 3

DAKWAH FARDHU BAGI KAUM MUSLIMIN

Dakwah menurut makna bahasa adalah seruan, sedangkan menurut makna syari, dakwah adalah seruan
kepada orang lain agar mengambil yang khoir (Islam), melakukan kemarufan dan mencegah kemunkaran.
Definisi yang lebih tepat adalah upaya untuk merubah manusia (baik pemikiran, perasaan, dan tingkah laku)
dari jahiliyah ke Islam, atau dari yang sudah Islam menjadi lebih kuat lagi Islamnya. Hal ini seperti sabda
Rasulullah SAW:
Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan tangannya dan jika
dia tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu, hendaknya
mengubahnya dengan hatinya. Sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya iman. (HR. Ahmad,
Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibn Majah dari abi Said Al-Khudri)
Jadi, dengan definisi usaha mengubah keadaan tersebut menjelaskan, bahwa dakwah bukan sekedar seruan
kepada orang lain agar melakukan kebaikan, melainkan harus disertai dengan usaha untuk melakukan
perubahan.

Kewajiban dakwah
;}4`4 }=O;O LO~ }Og)` .~4E1
O) *.- g4N4 w)U= 4~4
/j_^^) =}g` 4-g)UO^- ^@@
siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" [Fushshilat: 33]
7vu1- _O) O):Ec El)4O
gOE'g4^) gOgNOE^-4
gO4L=OO4^- W _^gE_4
/-) "Og- }=O;O _ Ep)
El+4O 4O- OU;N }E) E= }4N
g)-O):Ec W 4O-4 OU;N
4g4-;_^) ^g)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [QS. An Nahl: 125]
Maksud dari ayat ini adalah menjelaskan cara berdakwah menuju jalan Allah, yaitu Islam. Dakwah kepada
manusia menuju Islam ini dapat dilakukan menggunakan tiga cara, yaitu: hikmah, pelajaran yang baik, debat
yang baik. Hikmah adalah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara haq dengan bathil,
dengan kata lain adalah argumen atau dalil yang masuk akal dan tidak bisa dibantah sehingga memuaskan
akal. Hikmah inilah yang bisa mempengaruhi jiwa manusia (pikiran dan perasaannya), karena tidak ada yang
bisa menutupi akalnya dihadapan argumentasi yang jelas dan pemikiran yang jelas. Hikmah inilah yang ditakuti
oleh orang kafir dan atheis serta orang-orang yang sesat lagi menyesatkan, karena bisa membongkar rekayasa
kebatilan, membakar kebobrokan, dan menjadi cahaya yang menyinari kegelapan. Hikmah bukan jalan tengah,
kebijaksanaan, kelemah-lembutan, ataupun keramahan, namun yang dimaksud ayat ini adalah hujjah dan
argumentasi. Pelajaran yang baik berarti mempengaruhi perasaan ketika sedang menyeru akal dan
mempengaruhi pemikiran ketika sedang menyeru perasaannya. Hal ini akan senantiasa membangkitkan
semangat dalam beramal. Berdebat dengan cara yang baik adalah berdiskusi yang terbatas ide, menyerang
dan menjatuhkan argumentasi bathil, kemudian memberikan argumentasi jitu dan benar, sehingga mampu
meyakinkan lawan debatnya untuk berubah. Debat (jidal) tersebut memiliki dua sifat, yaitu menghancurkan
dan membangun, menjatuhkan dan menegakkan argumentasi.
4pONLg`u^-4 eE4g`u^-4
__u4 +7.41gu *u4 _
]+O4C NOuE^)
4pOE_uL4C4 ^}4N @OL^-
]O1NC4 E_OUO- ]O>uNC4
E_OEEO- ]ON1gCNC4 -.-
N.Oc4O4 _ Elj^q
N_+EOuO=OEc +.- Ep) -.-
NOCjG4N _1EO ^_
Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian
yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah dan
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [at-Taubah: 71]
Rasulullah SAW bersabda:
Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh kalian (memiliki dua pilihan, yaitu) benar-benar
memerintah berbuat maruf dan melarang berbuat munkar, ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi -
Nya yang akan menimpa kalian. Kemudian setelah itu kalian berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan.
(HR Tirmidzi)
Barangsiapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya,
dan apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya, dan apabila ia tidak mampu,
maka hendaklah merubahnya dengan hatinya. Dan sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya
iman. (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Turmidzi, An Nasaai, Ibnu Majah, dari Abi Said Al Khudri)
Dari ayat-ayat dan hadits itu, jelas bahwa dakwah hukumnya wajib karena Allah berjanji akan memberi rahmat
kepada orang yang berdakwah. Hal ini merupakan indikasi (qarinah) yang menunjukkan ketegasan perintah
tersebut. Seorang muslim yang bertaqwa, maka tentunya ia akan bersama-sama dengan kaum muslimin yang
lain memikul kewajiban dakwah ini. Bila tidak menginginkan untuk memikulnya, berarti ia telah ridha
dengan keadaan saudaranya, yaitu kaum muslimin yang sedang terpuruk dan terhina, lebih dari itu di akhirat
Allah Swt menyediakan siksaan yang amat pedih sebagai balasan atas perbuatan yang dipilihnya, sedangkan di
dunia doa nya tidak dikabulkan oleh Allah. Kewajiban dalam melakukan aktivitas dakwah ini dibedakan
berdasarkan perbedaan pelaku, yaitu :
1. Aktivitas dakwah pribadi
2. Aktivitas dakwah berjamaah
3. Aktivitas dakwah negara
Aktivitas dakwah pribadi, sudah jelas berdasarkan penjelasan di atas, sedangkan dalil untuk aktivitas dakwah
berjamaah adalah firman Allah SWT:
}74^4 74g)` OE`q 4pONN;4C
O) )OOC^- 4pNON`4C4
NOuO^) 4pOE_uL4C4 ^}4N
@O4^- _ Elj^q4 N-
]O)U^^- ^j
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada
kemunkaran. Dan merekalah orang-orang yang beruntung. [Ali Imron: 104]
Ayat tersebut mengisyaratkan tentang sebuah kewajiban adanya kelompok atau jamaah yang berdakwah
untuk menyeru kepada yang maruf dan mencegah kepada yang munkar. Lafadz ummah pada ayat di atas,
tidak membatasi jumlah jamaah atau kelompok atau gerakan Islam, walaupun ayat tersebut menyebutkan
agar kaum muslimin membentuk suatu jamaah yang melaksanakan tugas dakwah.
Seandainya telah terbentuk sebuah jamaah, maka kewajiban tersebut tidak lagi dibebankan kepada yang lain.
Dengan demikian apabila telah terbentuk sebuah jamaah, maka tujuan dari ayat tersebut sudah terlaksana
sehingga tidak ada kewajiban untuk membentuk yang lain. Jika ternyata muncul jamaah yang kedua, maka
pembentukan itu pada dasarnya hukumnya adalah mubah. Dengan demikian, adanya suatu jamaah yang ber-
amar maruf nahi munkar adalah sebuah fardlu kifayah.
Namun selama ini fardlu kifayah hanya dipahami sebagai sebuah kewajiban yang apabila telah dilaksanakan
oleh seseorang atau suatu kelompok, maka fardlu itu telah gugur. Padahal fardlu kifayah hanya akan gugur
sebagai sebuah fardlu yakni apabila sesuatu yang dibebankan tersebut sudah dilaksanakan dengan tuntas atau
sempurna. Jika kewajiban yang dibebankan tersebut belum tuntas dilaksanakan, maka seluruh umat Islam
tetap terbebani fardlu tersebut hingga fardlu itu sempurna dilaksanakan.
Demikian juga beban untuk mewujudkan terlaksananya syariat Islam mulai dari individu hingga negara. Beban
ini tidak akan hilang hingga terwujudnya sebuah institusi negara yang menerapkan Islam serta memelihara
dan melindungi pelaksanaan syariat Islam, baik oleh individu maupun negara.
Bagian ketiga adalah kewajiban dakwah yang dilakukan negara. Hal ini merupakan aktivitas pokok negara
yakni menyebarkan Islam ke seluruh dunia, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan kemudian diikuti oleh
Khulafaur Rasyidin sepeninggal beliau. Tidak ada seorangpun yang bisa mengingkari hal ini, karena tanpanya
Islam tidak akan tersebar keluar dari jazirah Arab, dan tidak akan sampai ke wilayah nusantara, Indonesia,
sehingga kita bisa masuk Islam seperti saat ini dan tidak terjebak dalam kubangan kotor agama-agama lain
yang bathil lagi sesat.

Referensi
1. Ahmad Mahmud, 2002, Dakwah Islam Jilid I, Pustaka Thariqul Izzah.

Anda mungkin juga menyukai