Anda di halaman 1dari 25

MODUL 1.

PERIHAL KETIDAKPASTIAN BAB I PENDAHULUAN

I.1 TUJUAN PERCOBAAN Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar Mampu melakukan dan menentukan ketidakpastian tunggal dan berulang Mengerti Angka Berarti

I.2 PERALATAN Mistar plastik Jangka sorong Mikrometer Termometer Voltmeter Ampermeter Stopwatch

BAB II TEORI PENDAHULUAN II.I TEORI DASAR I. Pendahuluan Dalam melakukan percobaan, pengetahuan tentang Teori Ketidakpastian sangat penting. Dengan teori tersebut kita dapat memberikan penilaian yang wajar dari percobaan kita. Jelas bahwa hasil percobaan kita tidak dapat diharapkan tepat sama dengan hasil riset, dimana hasil benar adalah Xo. Namun, selama harga Xo berada pada Xo-X<Xo<Xo+X

Dengan : Xo = nilai terbaik, sebagai pengganti nilai benar X = kesalahan pada hasil pengukuran yang disebabkan oleh kesalahan alat, pengamat, waktu dan lain-lain. Maka percobaan kita sungguh-sungguh mempunyai arti dan dapat dipertanggungjawabkan.

Sumber Kesalahan Setiap hasil pengukuran selalu dihinggapi suatu kesalahan. Hal ini disebabkan oleh adanya tiga sumber kesalahan, yaitu: 1. Kesalahan bersisitem, misal: kesalahan kalibrasi, zero error, gesekan paralaks, keadaan fisis yang berbeda. 2. Kesalahan acak, misalnya : gerak Brown, fluktuasi tegangan listrik, backround noise, landasan getar. 3. Tingkat keakuratan alat ukur modern, misalnya : osiloskop, mikrometer dan sebagainya.

2. Nilai Skala Terkecil (Least Count) Alat Ukur Pengukuran dilakukan dengan menggunakan suatu alat ukur, dimana untuk setiap alat ukur akan memiliki nilai skala terkecil (nst).

Setiap alat ukur memiliki skala yakni berupa panjang atau busur. Pada skala tersebut terdapat goresan dan kecil yang berfungsi sebagai pembagi serta di bubuhi nilai tertentu. Secara fisik, jarak antara dua goresan kecil yang berdekatan tidak pernahkurang dari 1 mm. Hal tersebut disebabkan karena mata manusia(tanpa alat bantu) agak sukar melihat jarak kurang dari 1 mm dengan tepat ( 1 mm adalah daya resolusi mata yang maksimum). Keadaan menjadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir dari objek yang diukur tidak tajam.

Nonius Alat Ukur Nonius merupakan alat bantu pada alat ukur untuk menghasilkan pengukuran yang lebih teliti dari yang dapat ditunjukkan oleh nst. Alat bantu ini membuat alat ukur menjadi lebih besar kemampuannya dalam pengukuran, karena jarak antara dua garis skala yang berdekatan seolah-olah menjadi lebih kecil.

Kesalahan pada hasil pengukuran Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada cara pengukuran yang dilakukan yaitu : 1. Pengukuran tunggal (tidak dapat diulang) 2. Pengukuran berulang

3.Pengukuran Tunggal Sebab-sebab pengukuran tidak diulang : 1. Peristiwanya tidak dapat diulang, contoh pengukuran kecepatan komet, lamanya gerhana matahari total dan lain-lain. 2. Walaupun diulang, hasilnya tetap sama : hal ini biasanya akibat alat ukur kasar yang dipakai untuk mengukur yang halus, contoh : tebal buku dengan mistar dan lain-lain.

Dalam hal demikian hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut : X = x x (2)

Dengan :

X : hasil pengukuran tunggal x : ketidakpastiannya nst

Sedangkan yang dikenal sebagai ketidakpastian (KTP) relative adalah : KTP relative = x/x

Apabila menggunakan KTP relative maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut :

X = x KTP relative x 100%

4.Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Pengukuran berulang menghasilkan sampel dari populasi x, yaitu x1, x2, x3, , xn untuk menyatakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai benar xo dari pengukuran diatas, maka dipakai nilai rata-rata sampel x, yaitu :

Sedangkan untuk menyatakan deviasi hasil pengukuran dapat dipakai deviasi standard nilai rata-rata sampel, yaitu : ( ) ( ( ) )

Hasil pengukuran dilaporkan sebagai berikut : X=x Dengan : kesalahan mutlak, satu dimensi dengan x

Makin kecil kesalahan mutlak, maka makin halus alat ukurnya Hasil pengukuran x 1. Angka baku hendaknya ditulis dengan :

2. Menggunakan angka signifikan atau angka berarti dengan benar

5.Angka Berarti ( Significant Figures) Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada akhir pengukuran. AB menyatakan dengan KTP relative (dalam %). Semakin kecil KTP relative, maka semakin tinggi mutu pengukuran, atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. Aturan praktis yang menghubungkan antara KTP relative dan AB adalah sebagai berikut : ( )

Contoh : X= 1202 1% berarti angka x = 1202= 12,02 Dengan 3 AB, hasill pengukuran ini dilaporkan sebagai x = (1,20 0,01)x 103 Y = 1202 0,1% Z = 1202 10% menjadi menjadi y = (1,202 0,1) x 103 z = (1,2 0,1) x 103

Contoh penggunaan AB :

Nilai yang terukur


3

KTP Relatif (%) 0,1%

AB

Hasil Penulisan

(1,202 0,001) x 103 (1,20 0,01) x 103 (1,2 0,1) x 103

1,202 x 10

1% 10%

3 2

6. Ketidakpastin pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian) Jika suatu variabel merupakan suatu fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk jelasnya ketidakpatian variabel yang merupakan hasil operasi variabel-variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian akan

disajikan dalam tabel 2 berikut ini. Misalkan dari suatu pengukuran diperoleh (aa) dan (bb). Kepada kedua hasl pengukuran tersebut akan dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru. Variabel yang dilibatkan aa bb Penjumlahan Pengurangan Perkalian Pembaian Pangkat p = a+b q = a-b r=axb s = a/b t = an p = a+b q = a-b r/r =(a/a)+( b/b) s/s =(a/a)+( b/b) t/t = n (a/a) Operasi Hasil Ketidakpastian

II.2 TEORI TAMBAHAN a. Jangka Sorong Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung. Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser. Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = x 0,01 cm = 0,005 cm.

Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat).

Gambar 1. Jangka sorong

b. Mikrometer Sekrup Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki 0.01 mm. Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot. Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrology, studi dari pengukuran, Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut : 1. Mikrometer Luar Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat, lapisanlapisan,blok-blok dan batang-batang. 2. Mikrometer dalam Mikrometer dalam digunakan untuk menguukur garis tengah dari lubang suatu benda 3. Mikrometer kedalaman Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot. Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup titik nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal, orang bisa menggunakan

keuntungan mekanis sekrup untuk menekan material, memberi satu pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara memasang satu tangkai yang roda bergigi searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu.

Ganbar 2. Mikrometer sekrup

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN 1. Ukur alat alat yang tersedia ( baja, kuningan, dan aluminium) dengan menggunakan mikrometer sekrup dan jangka sorong 2. Laporkan hasil pengamatan

BAB IV DATA PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA IV. DATA PENGAMATAN Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup Hasil pengukuran :
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Baja (mm) x2 T 475,2400 11,24 468,2896 11,24 472,1929 11,21 473,4976 11,68 474,3684 11,24 478,2969 11,25 480,0481 11,24 473,0625 11,25 468,7225 11,26 474,3684 11,66 4738,0869 113,27 n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aluminium L x2 T x2 21,81 475,6761 12,36 152,7696 21,83 476,5489 12,41 154,0081 21,84 476,9856 12,38 153,2644 21,90 479,6100 12,36 152,7696 21,84 476,9856 12,37 153,0169 21,82 476,1124 12,36 152,7696 21,81 475,6761 12,34 152,2756 21,86 477,8596 12,34 152,2756 21,84 476,9856 12,32 151,7824 21,95 481,8025 12,35 152,5225 218,50 4774,2424 123,59 1527,4543

L 21,80 21,64 21,73 21,76 21,78 21,87 21,91 21,75 21,65 21,78 217,67

x2 126,3376 126,3376 125,6641 136,4224 126,3376 126,5625 126,3376 126,5625 126,7876 135,9556 1283,3051

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kuningan L x2 T x2 21,75 473,0625 11,05 122,1025 21,78 474,3684 11,04 121,8816 21,77 473,9329 11,08 122,7664 21,78 474,3684 11,06 122,3236 21,78 474,3684 11,04 121,8816 21,78 474,3684 11,12 123,6544 21,77 473,9329 11,08 122,7664 21,80 475,2400 10,95 119,9025 21,79 474,8041 11,00 121,0000 21,77 473,9329 11,08 122,7664 217,77 4742,3789 110,50 1221,0454

10

Pengukuran dengan Jangka Sorong Hasil pengukuran :


n Baja X 1402,5025 1402,5025 1402,5025 1406,2500 1402,5025 1402,5025 1402,5025 1402,5025 1402,5025 1406,2500 14032,5200
2

P 1 37,45 2 37,45 3 37,45 4 37,50 5 37,45 6 37,45 7 37,45 8 37,45 9 37,45 10 37,50 374,60

L 11,90 11,90 11,85 11,90 11,90 11,90 11,85 11,85 11,90 11,90 118,85

X2 141,6100 141,6100 140,4225 141,6100 141,6100 141,6100 140,4225 140,4225 141,6100 141,6100 1412,5375

T 23,20 23,10 23,15 23,20 23,20 23,10 23,20 23,20 23,20 23,20 231,75

X2 538,2400 533,6100 535,9225 538,2400 538,2400 533,6100 538,2400 538,2400 538,2400 538,2400 5370,8225

P 1 37,80 2 37,80 3 37,80 4 37,85 5 37,85 6 37,85 7 37,90 8 37,85 9 37,85 10 37,85 378,40

X 1428,8400 1428,8400 1428,8400 1432,6225 1432,6225 1432,6225 1436,4100 1432,6225 1432,6225 1432,6225 14318,6650

Kuningan L X2 22,50 506,2500 22,50 506,2500 22,50 506,2500 22,50 506,2500 22,50 506,2500 22,55 508,5025 22,50 506,2500 22,50 506,2500 22,50 506,2500 22,50 506,2500 225,05 5064,7525

T 11,30 11,30 11,35 11,30 11,30 11,25 11,25 11,30 11,30 11,30 112,95

X2 127,6900 127,6900 128,8225 127,6900 127,6900 126,5625 126,5625 127,6900 127,6900 127,6900 1275,7775

P 1 38,55 2 38,55 3 38,45 4 37,55 5 37,60 6 37,60 7 37,50 8 37,60 9 37,55 10 37,60 378,55

X2 1486,1025 1486,1025 1478,4025 1410,0025 1413,7600 1413,7600 1406,2500 1413,7600 1410,0025 1413,7600 14331,9025

Aluminium L X2 22,10 488,4100 22,10 488,4100 22,10 488,4100 22,15 490,6225 22,10 488,4100 22,10 488,4100 22,15 490,6225 22,10 488,4100 22,10 488,4100 22,10 488,4100 221,10 4888,5250

T 11,60 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,60 115,60

X2 134,5600 133,4025 133,4025 133,4025 133,4025 133,4025 133,4025 133,4025 133,4025 134,5600 1336,3400

IV.1 ANALISA MATEMATIS 1. Nilai rata-rata

Lebar baja (dengan micrometer)


X = ( 217,67 / 10 ) mm = 21,767 mm

Tinggi baja (dengan micrometer)


X = ( 113,27 / 10 ) mm = 11,327 mm

Lebar Kuningan (dengan micrometer)


X = ( 217,77 / 10 ) mm = 21,777 mm

Tinggi Kuningan (dengan micrometer)


X = ( 110,5 / 10 ) mm = 11,05 mm

Lebar Aluminium (dengan micrometer)


X = ( 218,5 / 10 ) mm

12

= 21,85 mm

Tinggi Aluminium (dengan micrometer)


X = ( 123,59 / 10 ) mm = 12,359 mm

Panjang Baja (dengan jangka sorong)


X = ( 374,60 / 10 ) mm = 37,46 mm

Lebar Baja (dengan jangka sorong)


X = ( 118,85 / 10 ) mm = 11,885 mm

Tinggi Baja (dengan jangka sorong)


X = ( 231,75 / 10 ) mm = 23,175 mm

Panjang Kuningan (dengan jangka sorong)


X = ( 378,40 / 10 ) mm = 37,84 mm

Lebar Kuningan (dengan jangka sorong)


X = ( 225,05 / 10 ) mm = 22,505 mm

Tinggi Kuningan (dengan jangka sorong)


X = ( 112,95 / 10 ) mm = 11,295 mm

Panjang Aluminium (dengan jangka sorong)


X = ( 378,55 / 10 ) mm = 37,855 mm

Lebar Aluminium (dengan jangka sorong)


X = ( 221,10 / 10 ) mm = 22,11 mm

Tinggi Aluminium (dengan jangka sorong)


X = ( 115,60 / 10 ) mm = 11,56 mm

2. kesalahan mutlak, satu dimensi dengan x ( ) ( ( ) )

#Lebar baja dengan mikrometer


( ( ) ( ) )

#Tinggi baja dengan mikrometer


( ( ) ( ) )

#Lebar Kuningan dengan mikrometer


( ( ) ( ) )

#Tinggi Kuningan dengan mikrometer


( ( ) ( ) )

#Lebar Aluminium dengan mikrometer


( ( ) ( ) )

#Tinggi Aluminium dengan mikrometer


( ( ) ( ) )

#Panjang Baja dengan Jangka Sorong

14

( (

( )

#Lebar Baja dengan Jangka Sorong


( ( ) ( ) )

#Tinggi Baja dengan Jangka Sorong


( ) ( ( ) )

#Panjang Kuningan dengan Jangka Sorong


( ( ) ( ) )

#Lebar Kuningan dengan Jangka Sorong


( ) ( ( ) )

#Tinggi Kuningan dengan Jangka Sorong


( ( ) ( ) )

#Panjang Aluminium dengan Jangka Sorong


( ( ) ( ) )

#Lebar Aluminium dengan Jangka Sorong


( ( ) ( ) )

#Tinggi Aluminium dengan Jangka Sorong

( (

( )

3. Interval

X=x Lebar baja (dengan micrometer)


(21,7403-21,7937) mm

Tinggi baja (dengan micrometer)


(11,2697-11,3843) mm

Lebar kuningan (dengan micrometer)


(21,7728-21,7812) mm

Tinggi kuningan (dengan micrometer)


(11,0349-11,0654) mm

Lebar aluminium (dengan micrometer)


(21,8361-21,8639) mm

Tinggi aluminium (dengan micrometer)


(12,3512-12,3668) mm

Panjang baja (dengan jangka sorong)


(37,4533-37,4667) mm

Lebar baja (dengan jangka sorong)


(11,8774-11,8926) mm

Tinggi baja (dengan jangka sorong)


(23,1616-23,1884) mm

Panjang kuningan (dengan jangka sorong)


(37,8300-37,8500) mm

Lebar kuningan (dengan jangka sorong)


(22,5000-22,5100) mm

Tinggi kuningan (dengan jangka sorong)


(11,2861-11,3039) mm

Panjang aluminium (dengan jangka sorong)


(37,7100-38,000) mm

16

Lebar aluminium (dengan jangka sorong)


(22,1033-22,1167) mm

Tinggi aluminium (dengan jangka sorong)


(11,5533-11,5667) mm

4. KTP Relatif

( )
Lebar baja (dengan micrometer) ( ) = 0,12266% = 0, 12%

Tinggi baja (dengan micrometer) ( ) = 0,50587% = 0, 51%

Lebar kuningan (dengan micrometer) ( ) = 0,01929% = 0, 02%

Tinggi kuningan (dengan micrometer) ( ) = 0,13665% = 0, 14%

Lebar aluminium (dengan micrometer) ( ) = 0,06356% = 0, 06%

Tinggi aluminium (dengan micrometer) ( ) = 0,06311% = 0, 06%

Panjang baja (dengan jangka sorong) ( ) = 0,01789% = 0, 02%

Lebar baja (dengan jangka sorong)

= 0,06395% = 0, 07%

Tinggi baja (dengan jangka sorong) ( ) = 0,05782% = 0, 06%

Panjang kuningan (dengan jangka sorong) ( ) = 0,02643% = 0, 03%

Lebar kuningan (dengan jangka sorong) ( ) = 0,02222% = 0, 02%

Tinggi Kuningan (dengan jangka sorong) ( ) = 0,07880% = 0, 08%

Panjang aluminium (dengan jangka sorong) ( ) = 0,38340% = 0, 4%

Lebar aluminium (dengan jangka sorong) ( ) = 0,03030% = 0, 03%

Tinggi aluminium (dengan jangka sorong) ( ) = 0,05796% = 0, 06%

5. Angka Berarti

( )=
Lebar baja (dengan micrometer)
18

)= 3,9113 = 4

Tinggi baja (dengan micrometer) ( )= 3,2960 = 3

Lebar kuningan (dengan micrometer) ( )= 4,7147 = 5

Tinggi kuningan (dengan micrometer) ( )= 3,8644 = 4

Lebar aluminium (dengan micrometer) ( )= 4,1964 = 4

Tinggi aluminium (dengan micrometer) ( )= 4,1999 = 4

Panjang baja (dengan jangka sorong) ( )= 4,7475 = 5

Lebar baja (dengan jangka sorong) ( )= 4,1942 = 5

Tinggi baja (dengan jangka sorong) ( )= 4,2379 = 4

Panjang kuningan (dengan jangka sorong) ( )= 4,5780 = 5

Lebar kuningan (dengan jangka sorong) ( )= 4,6533 = 5

Tinggi kuningan (dengan jangka sorong) ( )= 4,1035 = 4

Panjang aluminium (dengan jangka sorong)

)= 3,4168 = 3

Lebar aluminium (dengan jangka sorong) ( )= 4,5185 = 5

Tinggi aluminium (dengan jangka sorong) ( )= 4,2369 = 4

IV.2 ANALISA TEORITIS 1. Jangka sorong Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.

10

20

Gambar 1. Jangka sorong Keterangan gambar : 1. Untuk pengukuran diameter luar 2. Untuk pengukuran diameter luar 3. Untuk pengukuran kedalaman lubang selinder 4. Permukaan tumpuan 5. Badan jangka sorong 6. Nonius geser 7. Skala utama 8. Skala nonius 9. Pengunci nonius 10. Kerangka permukaan

2. Mikrometer sekrup Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki 0.01 mm. Mikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm. Mikrometer terdiri dari: Fungsi Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas.Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat yang kecil. Skala pada mikrometer dibagi dua jenis: 1. Skala Utama, terdiri dari skala : 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan seterusnya. Dan nilai tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, dan seterusnya. 2. Skala Putar Terdiri dari skala 1 sampai 50 Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm

Gambar 2. Mikrometer sekrup

Keterangan gambar : 1. Poros tetap 2. Poros geser/poros putar 3. Skala utama 4. Skala nonius 5. Pemutar 6. Pengunci

3. Pengukuran dapat terjadi kesalahan disebabkan karena : 4. Dengan ukurnya 5. Semakin kecil KTP relative, maka semakin tinggi mutu pengukuran, atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan. pemakaian alat yang kurang teliti alat yang belum terkalibrasi pembacaan skala yang kurang baik dan kurang teliti (kesalahan mutlak). Makin kecil kesalahan mutlak, maka makin halus alat

22

BAB V KESIMPULAN Dari hasil percobaan maka di dapatkan KTP relatif pada masing-masing penggukuran benda : 1.Pengukuran dengan mikrometer sekrup
Baja (mm) L T 21,80 11,24 21,64 11,24 21,73 11,21 21,76 11,68 21,78 11,24 21,87 11,25 21,91 11,24 21,75 11,25 21,65 11,26 21,78 11,66 0,12 0,51 Kuningan L T 21,75 11,05 21,78 11,04 21,77 11,08 21,78 11,06 21,78 11,04 21,78 11,12 21,77 11,08 21,80 10,95 21,79 11,00 21,77 11,08 0,02 0,14 Aluminium L T 21,81 12,36 21,83 12,41 21,84 12,38 21,90 12,36 21,84 12,37 21,82 12,36 21,81 12,34 21,86 12,34 21,84 12,32 21,95 12,35 0,06 0,06

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KTP relative(%)

2.Pengukuran dengan jangka sorong

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KTP relative(%)

P 37,45 37,45 37,45 37,50 37,45 37,45 37,45 37,45 37,45 37,50 0,07

Baja L 11,90 11,90 11,85 11,90 11,90 11,90 11,85 11,85 11,90 11,90 0,07

T 23,20 23,10 23,15 23,20 23,20 23,10 23,20 23,20 23,20 23,20 0,06

P 37,80 37,80 37,80 37,85 37,85 37,85 37,90 37,85 37,85 37,85 0,03

Kuningan L 22,50 22,50 22,50 22,50 22,50 22,55 22,50 22,50 22,50 22,50 0,02

T 11,30 11,30 11,35 11,30 11,30 11,25 11,25 11,30 11,30 11,30 0,08

P 38,55 38,55 38,45 37,55 37,60 37,60 37,50 37,60 37,55 37,60 0,40

Aluminium L 22,10 22,10 22,10 22,15 22,10 22,10 22,15 22,10 22,10 22,10 0,03

T 11,60 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,55 11,60 0,06

KTP relatif menunjukan kualitas alat yang dipakai, semakin kecil KTP relatifnya maka semakin teliti alat pengukuran tersebut.

Jadi bila dilihat dari hasil perhitungan KTP relatif dari alat tersebut, maka alat tersebut memiliki ketelitian yang cukup bagus.

24

DAFTAR PUSTAKA

F.MIPA,UNJANI.2010.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar untuk Jurusan Kimia S1.Cimahi : Laboratorium Fisika Dasar Halliday, Resnick, Silaban dan Sucipto, Fisik, Erlangga Nugraha, Kosim, Supriatna, Penuntun Praktikum Fisika Sanjaya, Ade. 2009. Laporan Fisika Dasar. Mataram Sears, Zemansky, Soedarjana, Fisika untuk Universitas, Binacipta Sutrisno, Gie; Seri Fisika Dasar; Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai