Anda di halaman 1dari 22

NOR FARHANA BINTI OMAR C 111 09 870 PEMBIMBING: dr. UYUNI AZIS SUPERVISOR: dr. ARYATI HAMZY, SP.

KJ

GANGGUAN MENTAL ORGANIK


gangguan mental yang memiliki dasar organik yang

patologis bisa diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan kepada gejala utamanya yang merupakan gangguan berbahasa, gangguan kognitif seperti halnya penurunan daya ingat, dan juga gangguan perhatian Ketiga kelompok gangguan mental itu adalah delirium, dimensia, serta gangguan amnestik gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi)

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi

berbagai gangguan jiwa yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak. Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.

PSIKIATRI DAN HIV


HIV adalah virus neurotropik. Ia memasuki susunan

saraf pusat (SSP) pada tahap awal infeksi sering kali pasien dengan HIV harus menghadapi gangguan psikiatri misalnya depresi, gangguan kegelisahan, atau demensia; atau yang terkait dengan terapi antiretroviral atau terapi lain yang diperlukan (misalnya mimpi yang nyata atau penurunan konsentrasi )

EPIDEMIOLOGI
Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi gangguan

psikiatri parah pada orang yang hidup dengan HIV (Odha) adalah antara 30% sampai 60% dan dihubungkan dengan pemakaian narkoba Gangguan psikiatri pada Odha telah dikaitkan dengan perilaku disfungsional, termasuk hubungan seks tidak terlindung, dan penurunan dalam mutu hidup. kelainan ini mungkin mengganggu kemampuan pasien untuk memulai dan mematuhi rejimen antiretroviralnya dan mungkin mengakibatkan kegagalan pengobatan

ETIOLOGI
Etiologi Primer berasal dari suatu penyakit di otak dan

suatu cedera atau rudapaksa otak atau dapat dikatakan disfungsi otak. Sedangkan etiologi sekunder berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh. Penyebab organik tertentu dari penyakit psikiatri pada pasien yang terinfeksi HIV, terutama demensia terkait HIV (HIV-associated dementia HAD). Infeksi oportunistik, seperti toksoplasmosis dan kriptokokosis; penyakit SSP; penyakit metabolik dan elektrolit; sifilis; dan obat-obatan semuanya dapat menyebabkan penyakit SSP dan disfungsi yang bermakna pada kelompok pasien ini.

PATOFISIOLOGI
HIV menginfeksi sel sistem kekebalan dan sistem

saraf. Infeksi sel di dalam sistem saraf pusat (terutama astrosit) secara langsung menyebabkan perkembangan sindroma neuropsikiatrik, yang sering dipersulit lebih jauh pada pasien dengan AIDS oleh efek neuropsikiatrik dari infeksi sistem saraf pusat

DEMENTIA TERKAIT HIV


infeksi HIV pada SSP. HAD (HIV associated dementia)

mencakup berbagai derajat gejala kognitif, motor, dan perilaku Pada bagian akhir spektrum yang parah ini terdapat AIDS dementia complex (ADC), satu kondisi yang dapat mengakibatkan kerusakan SSP secara bermakna dan ini merupakan suatu penyulit yang didefinisikan AIDS

AIDS dementia complex (ADC)


ADC adalah demensia subkortikal, dan

perkembangannya terjadi secara tersembunyi. biasanya tidak disertai gejala kognitif fokal, seperti afasia, apraksia, dan agnosia. Gejala motor biasanya menyeluruh pasien yang menderita HAD mula-mula mengeluhkan terjadinya penurunan kognitif yang ringan, seperti mental yang lamban dan sulit untuk berkonsentrasi, mengingat, dan menyelesaikan tugas dan beberapa kemunduran psikomotor mungkin terlihat.

Gejala motor dapat mencakup mudah kikuk atau gaya

berjalan seperti sempoyongan serta refleks-refleks primitif dari hidung (snout), genggaman (grasp), telapak tangan (palmomental), serta pergerakan jari yang melambat dan kesulitan untuk mengatur gerakan mata. Dalam perilaku, menarik diri dari pergaulan, apatis, atau berkurangnya perhatian kepada teman atau kegemaran mungkin terjadi. Terutama pada awal terjadinya, gejala ini mungkin keliru dianggap depresi bila mereka benar-benar menunjukkan pseudodepresi yang umum terjadi pada pasien dengan ADC.

Diagnosis HAD biasanya dibuat berdasarkan riwayat,

penilaian klinis, dan menyingkirkan penyebab perubahan status mental lain yang dapat diobati. CT dan MRI secara umum menunjukkan atrofi yang merata dengan sulkus yang meluas dan pembesaran bilik jantung, tetapi penemuan ini tidak berkaitan dengan status klinis. Tomografi positron emission (PET) bisa memperlihatkan hipermetabolisme subkortikal pada tahap dini dan hipometabolisme kortikal dan subkortikal pada tahap berikutnya. EEG mungkin normal atau menunjukkan perlambatan yang merata, khususnya pada tahap lanjut. Dalam penelitian terhadap orang HIV-positif nondemensia, hasil CT foto tunggal berkaitan dengan disfungsi kognitif

PENATALAKSANAAN
Terapi antiretroviral dengan obat yang dapat

menembus SSP secara optimal (AZT, ddI, d4T, nevirapine, efavirenz, indinavir) sebaiknya diteruskan secara agresif sebagai sarana untuk memperlambat, atau dalam beberapa kasus, membalik arah laju HAD Psikostimulan (pemolin, metilfenidat, dekstoamfetamin) mungkin berguna untuk mengobati apatis dan perlambatan psikomotor. Antidepresan sebaiknya dipakai untuk mengobati depresi yang terjadi bersamaan.

DELIRIUM
serangan delirium biasanya akut, dan pasien dibawa ke rumah

sakit sebagai akibat dari perubahan status keadaan mental. Gejala pada pasien mungkin keliru dikira memburuknya demensia atau penyakit jiwa yang sudah ada sebelumnya Delirium ditandai dengan adanya gangguan pada ketajaman dan kesadaran, dan ketidakmampuan untuk menghadapi rangsangan luar atau berkonsentrasi Pasien sering kali memperlihatkan gerak-gerik psikomotor kegiatan motor berulang tanpa arti seperti mengumpat pada seprai atau baju atau memainkan peranan atau menanggapi gangguan persepsi. Halusinasi visual dan paranoia adalah umum, karena disorientasi dan gangguan siklus tidur-bangun

PENATALAKSANAAN
Pengobatan delirium berdasarkan pada pengobatan

terhadap penyebab yang mendasarinya. Perawatan harus termasuk dukungan terhadap pasien dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Obat neuroleptik merupakan pengobatan utama farmakologi dan dapat diberikan secara oral, dalam otot, atau intravena. Dosis awal sebaiknya rendah, dan harus diperhatikan untuk menghindari memburuknya antikolinergi.

GEJALA SEPERTI PSIKOSIS DAN PERUBAHAN PERILAKU


Pasien yang psikosis lebih mungkin mempunyai

riwayat menyalahgunakan atau ketergantungan obat hipnosis/pereda rasa sakit atau obat perangsang. serangan baru psikosis sebagian mungkin merupakan perwujudan dari HAD awal Mania dan sindrom mania juga terkait dengan penyakit HIV. mania merupakan pertanda HAD.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan psikosis atau mania dapat dicapai dengan

obat antipsikosis dan penstabil suasana hati. Konsultasi dan kerja sama psikiatri biasanya diperlukan untuk keadaan ini

PROGRESSIVE MULTIFOCAL LEUKOENCEPHALOPATHY (PML)


penyulit neurologi dari sindrom penurunan kekebalan

yang merusak dan sering disebut sebagai contoh dari keadaan yang sering kali mengacaukan diagnosis dan mungkin keliru dianggap sindrom psikiatri primer. PML adalah infeksi SSP oleh virus JC dan menyebabkan daerah demielinasi pada MRI pasien sering menunjukkan hilangnya neurologi multifokal. Kehilangan ini mungkin tidak multipel, dan pasien juga dapat memperlihatkan perubahan status mental yang parah, termasuk delirium, hilangnya kemampuan kognitif, sikap yang labil atau psikosis, dan perubahan kepribadian

PENATALAKSANAAN
HAART (highly active antiretroviral therapy) mungkin

merupakan pengobatan untuk dan juga melindungi terhadap PML Penatalaksanaan ini bersifat mengurangi gejala

KELAINAN BIPOLAR
Perwujudan mania mencakup suasana hati yang

meningkat, meluap, atau lekas marah; grandiosity; peningkatan tenaga dan berkurangnya kebutuhan akan tidur; kemampuan bicara tertekan; pikiran cepat; bertindak sesuai kata hati; dan kemungkinan berkhayal, berhalusinasi, dan gejala psikosis lain yang jelas. Mania sebagai gejala yang tampak atau sebagai akibat dari HIV tercatat mengalami peningkatan secara bermakna pada pasien dengan AIDS mania dan hipomania dapat mengarah kepada, antara lain, perilaku menghancurkan sendiri, ketidakpatuhan, atau seks tidak aman

PENATALAKSANAAN
Pengobatan terdiri dari obat yang menstabilkan

suasana hati (misalnya litium karbonat, asam valproat, karbamazepin, dan mungkin gabapentin). Tambahan obat neuroleptik sering kali diperlukan, khususnya saat mania berkembang penuh dengan psikosis

PROGNOSIS
Secara umumnya, prognosis pada gangguan mental

organik dan HIV sangat bervariasi secara umum. Adalah lebih baik di follow up pada waktu yang lama. Dokter yang mengobati pasien dengan infeksi HIV perlu menyadari permasalahn psikiatri dan psikososial yang rumit. Psikoterapi sering kali cukup membantu, khususnya dalam keadaan hubungan konseling. Intervensi farmakologi sebaiknya di bawah pengawasan psikiater.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai