Anda di halaman 1dari 33

APLIKASI PUPUK CAIR HASIL FERMENTASI KOTORAN PADAT

KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica


juncea ) SEBAGAI PENGEMBANGAN MATERI MATA KULIAH
FISIOLOGI TUMBUHAN

SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Biologi







Disusun Oleh :
AGUS SUPARDI
A 420 070 096

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2011

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan
pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat
intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha
peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan
pemakaian pupuk kimia akan menambah tingkat polusi tanah akhirnya
berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Lingga dan Marsono, 2000).
Penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan menyebabkan
pengerasan tanah. Kerasnya tanah disebabkan oleh penumpukan sisa atau
residu pupuk kimia, yang berakibat tanah sulit terurai. Sifat bahan kimia
adalah relatif lebih sulit terurai atau hancur dibandingkan dengan bahan
organik. Semakin kerasnya tanah dapat mengakibatkan :
1. Tanaman semakin sulit menyerap unsur hara.
2. Penggunaan konsentrasi pupuk lebih tinggi untuk mendapat hasil sama
dengan hasil panen sebelumnya.
3. Proses penyebaran perakaran dan aerasi (pernafasan) akar terganggu
berakibat akar tidak dapat berfungsi optimal dan pada gilirannya akan
menurunkan kemampuan produksi tanaman tersebut (Notohadiprawiro,
2006).
2

Masalah lain yang patut diperhatikan dalam penggunaan pupuk kimia
di Indonesia adalah adanya indikasi proses pemiskinan atau pengurangan
kandungan 10 jenis unsur hara meliputi sebagian unsur hara makro yaitu N, P
dan K (3 unsur) serta unsur hara mikro yaitu Fe, Na, Mo, Cu, Mg, S dan Ca (7
unsur). Seperti diketahui saat ini dari sekian banyak unsur ada di alam, semua
jenis tanaman membutuhkan mutlak (harus tersedia/tidak boleh tidak) 13
macam unsur hara untuk keperluan proses pertumbuhan dan
perkembangannya, sering dikenal dengan nama unsur hara essensial
(Hardjowigeno, 1997).
Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi
penggunaan pupuk kimia. Salah satu solusi dari pengurangan pupuk kimia
adalah melakukan pembudidayaan tanaman dengan sistem pertanian organik.
Pada sistem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar
sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup tertutup
(Budianta, 2004).
Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kandang. Menurut
Syekhfani (2000) bahwa pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak
merusak tanah, menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium,
dan belerang) dan mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain
itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas
mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur
tanah. Menurut Setiawan (2002) pengaruh pemberian pupuk kandang secara
tidak langsung memudahkan tanah untuk menyerap air.
3

Kotoran padat kambing merupakan salah satu jenis kotoran hewan
yang pemanfaatanya belum begitu maksimal. Masyarakat biasanya langsung
menggunakan kotoran padat kambing sebagai pupuk untuk tanaman tanpa
melalui pengolahan terlebih dahulu, sehingga tanaman yang dipupuk dengan
kotoran padat kambing tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena kotoran
padat kambing memiliki struktur yang cukup keras dan lama diuraikan oleh
tanah. Salah satu alternatif pengolahan kotoran padat kambing adalah dengan
dibuat sebagai pupuk cair.
Sampai saat ini belum begitu banyak pemanfaatan kotoran padat untuk
diolah menjadi pupuk cair, padahal dengan diolah menjadi pupuk cair kotoran
padat tersebut akan dapat disimpan dalam waktu yang lama dan lebih efesien.
Selain itu dengan diolah menjadi pupuk cair akan mengurangi keluarnya unsur
hara dari kotoran padat hewan sehingga masih mengandung unsur hara yang
tinggi bila dimanfaatkan sebagai pupuk.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar wilayahnya
terdiri atas lahan pertanian. Dengan adanya lahan pertanian yang melimpah ini
maka banyak rakyat Indonesia yang memilih mencari penghasilan dengan
jalan bercocok tanam, disamping karena keberadaan lahan pertanian yang luas
juga karena dengan bercocok tanam merupakan salah satu cara untuk
memperoleh penghasilan dengan waktu yang cukup pendek.
Tanaman sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun umumnya
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sawi hijau sangat berpotensi sebagai
penyedia unsur unsur mineral penting dibutuhkan oleh tubuh karena nilai
4

gizinya tinggi. Tanaman sawi kaya akan sumber vitamin A, sehingga berdaya
guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin A atau penyakit
rabun ayam sampai kini menjadi masalah di kalangan anak balita
(Margiyanto, 2007).
Pertumbuhan tanaman sawi dipengaruhi oleh jenis pupuk yang
digunakan, petani biasa menggunakan pupuk cair kimia untuk mendapatkan
pertumbuhan yang maksimal dan cepat, tetapi efek dari penggunaan pupuk
kimia ini adalah pada kesehatan sehingga diperlukan pupuk yang sesuai dan
tidak memiliki efek bagi kesehatan, salah satu alternatif tersebut adalah
dengan menggunakan pupuk organik.
Penelitian tentang pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan
tanaman sawi cukup banyak dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh
Kelik Wijaya (2010), yang meneliti konsentrasi dan frekuensi pemberian
pupuk organik cair hasil perombakan anaerob limbah makanan terhadap
pertumbuhan tanaman sawi yang menghasilkan bahwa penambahan pupuk
organik cair tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman berupa tinggi
tanaman dan jumlah daun. Dalam penelitian Yoga Maulana (2010), bahwa
interaksi antar pemberian pupuk N dan pupuk organik berpengaruh terhadap
serapan tanaman sawi menunjukkan adanya perbedaan diantara kedua pupuk
tersebut.
Diera yang semakin maju dan dituntut untuk memiliki kompetensi
yang mumpuni seorang calon pendidik diharapkan dapat memiliki kualifikasi
sebagai seorang pendidik juga dituntut untuk mampu mengembangan materi
5

ajar sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga nantinya dapat
memberikan inovasi dalam pembelajaran. Selain itu sebagai calon pendidik
juga harus mampu mengaplikasikan apa yang diperolehnya dari perkuliahan
dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu pengembangan materi ajar
sangat diperlukan untuk memberikan bekal kepada calon pendidik.
Dari uraian permasalahan diatas maka peneliti mengajukan judul
Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) sebagai Pengembangan Materi
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.

B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan berbagai masalah yang ada harus dibuat pembatasan
masalah supaya permasalahan yang akan dibahas tidak melebar. Oleh karena
itu, peneliti membahas masalah sebagai berikut:
1. Obyek penelitian adalah tanaman sawi (Brassica juncea).
2. Subjek penelitian adalah pupuk cair hasil fermentasi secara aerob kotoran
padat kambing tanpa ditambah bahan lain, ditambah limbah buah dan daun
mimba dengan konsentrasi pemberian 20%, 30% dan 40%.
3. Parameter dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman sawi meliputi
; tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan biomassa.



6

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat
kambing dengan penambahan bahan lain terhadap pertumbuhan tanaman
sawi (Brassica juncea)?
2. Bagaimanakah pengaruh pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat
kambing dengan konsentrasi pemberian yang berbeda terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea).?
3. Bagaimanakah perbedaan pertumbuhan tanaman sawi dengan perlakuan
interaksi antara konsentrasi dan pemberian bahan lain dari pupuk cair.?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran
padat kambing dengan penambahan bahan lain terhadap pertumbuhan
tanaman sawi (Brassica juncea l.).
2. Mengetahui perbedaan perlakuan pembuatan pupuk cair yang
ditambahkan dengan limbah buah dan daun mimba terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.).
3. Mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman sawi dengan perlakuan
interaksi antara pemberian berbagai konsentrasi pupuk cair yang
berbeda dengan pemberian limbah buah dan daun mimba.

7

E. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
diantaranya:
1. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa pupuk kotoran padat
kambing dapat diolah menjadi pupuk cair dengan cara difermentasi.
2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan masyarakat tentang
budidaya tanaman sawi dengan menggunakan pupuk cair hasil
fermentasi dari kotoran padat kambing.
3. Dapat menembah wawasan tentang pemanfaatan kotoran padat
hewan khususnya kotoran padat kambing.
4. Sebagai pengembangan mata kuliah fisiologi tumbuhan khususnya
kemampuan praktikum.












8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pupuk Cair
Pupuk merupakan bahan yang mengandung sejumlah nutrisi yang
diperlukan bagi tanaman. Pemupukan adalah upaya pemberian nutrisi
kepada tanaman guna menunjang kelangsungan hidupnya. Pupuk dapat
dibuat dari bahan organik ataupun anorganik. Pemberian pupuk perlu
memperhatikan kebutuhan tumbuhan, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu
banyak zat makanan atau terlalu sedikit karena dapat membahayakan
tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke
daun. Sejak zaman purba sampai saat ini pupuk organik diketahui banyak
dimanfaatkan sebagai pupuk dalam sistem usahatani (Sutejo, 2002).
Menurut Sutiyoso (2003) pupuk cair adalah pupuk yang berbentuk
cairan, dibuat dengan cara melarutkan kotoran ternak, daun jenis kacang-
kacang dan rumput jenis tertentu ke dalam air.
Menurut Purwowidodo (1992) bahwa pupuk organik cair mengandung
unsur kalium yang berperan penting dalam setiap proses metabolism
tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari ion-ion
ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik
sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan
menjamin kesinambungan pemanjangan sel.
9

Menurut Salisbury & Ross (1995) bahwa pupuk organik cair selain
mengandung nitrogen yang menyusun dari semua protein, asam nukleat dan
klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain unsur Mn, Zn, Fe, S,
B, Ca dan Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai katalisator dalam
proses sintesis protein dan pembentukan klorofil.
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk berbentuk cair tidak padat
mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk
pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair mempunyai banyak kelebihan
diantaranya, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti
mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk
kering. Pupuk organik cair apabila dicampur dengan pupuk organik padat,
dapat mengaktifkan unsur hara dalam pupuk organic padat (Syefani dan
Lilia, 2003).

2. Fermentasi
Fermentasi berasal dari bahasa latin, ferfece yang artinya mendidihkan,
yaitu berdasarkan ilmu kimia terbentuk gas-gas dari suatu cairan kimia
yang pengertianya berbeda dengan air mendidih. Gas yang terbentuk
tersebut diantaranya karbondioksida (CO2). Fermentasi terbagi dua tipe
berdasarkan kebutuhan akan oksigen yaitu tipe aerobic dan anaerobik. Tipe
aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan oksigen.
Semua organisme untuk hidupnya memerlukan sumber energy yang
diperoleh dari hasil metabolism bahan pangan, dimana organisme itu
10

berada. Sedangkan tipe anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya
tidak memerlukan oksigen. Beberapa mikroorganisme dapat mencerna
energi tanpa adanya oksigen. Jadi hanya sebagian bahan energi itu dipecah,
yang dihasilakan adalah sebagian dari energy, karbondioksida dan air,
termasuk sejumlah asam laktat, asam asetat, etanol, asan volatile, alcohol
dan ester (Anonim 2010)
Menurut Supardi (1999), proses fermentasi yang melibatkan
kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya terbagi
kedalam dua bentuk :
a. Fermentasi alkoholis, kalau hasilnya didapatkan alcohol, misalnya
pada pembuatan ber, anggur, tuak, brem, sider dan sebagainya.
b. Fermentasi non alkoholis, kalau hasilnya tidak didapatkan senyawa
alcohol, tetapi terbentuk asam organic, vitamin, asam amino dan
sebagainya.
Menurut Gumbiro (1997), hasil fermentasi dipengaruhi oleh
teknologi yang dipakai. Pemilihan mikroorganisme biasanya didasarkan
pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium. Misalnya untuk
memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan S. cerevisie dan
kadang-kadang digunakan untuk bahan-bahan laktosa dari whey (air yang
digunakan setelah susu dibuat keju) menggunakan candida
pseudotropicalis. Seleksi tersebut bertujuan agar didapatkan
mikroorganisme yang mampu dibutuhkan dengan cepat dan mempunyai
11

toleransi terhadap konsentrasi gula yang tinggi mampu menghasilkn
alkohol dalam jumlah banyak dan tahan terhadap alcohol tersebut.
Menurut Riadi (2007), fermentasi adalah proses produksi energi
dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum,
fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron
eksterna.

3. Kotoran Padat Kambing
Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), pupuk kandang
mempunyai beberapa manfaat dari penggunaannya pada tanaman. Pupuk
kandang dapat menyediakan unsur hara makro (N, P, K) dan Mikro ( Ca,
Mg, S, Na, Fe, Cu, Mo ). Daya ikat ionnya tinggi sehingga akan
mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik dengan meminimalkan
kehilangan pupuk anorganik akibat penguapan atau tercuci oleh hujan.
Selain itu, penggunaan pupuk kandang dapat mendukung pertumbuhan
tanaman karena struktur tanah sebagai media tumbuh tanaman dapat
diperbaiki.
Menurut Sarief (1995) Pupuk kandang merupakan pupuk yang
berasal dari campuran kotoran ternak dan urine serta sisa-sisa makanan
yang tidak dihabiskan dan umumnya berasal dari ternak sapi, ayam,
kerbau, kuda babi dan kambing.
12

4. Pertumbuhan
Menurut Suwasono (2001), pertumbuhan adalah suatu perubahan
yang terjadi pada suatu dimensi tertentu dan juga dapat dinyatakan secara
abstrak hidup atau ada. Pertumbuhan juga dapat dimaksudkan sebagai
perubahan searah dalam ukuran, bentuk dan jumlah.
Menurut Lakitan (1996), bahwa pertumbuhan merupakan proses
kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman.
Pada tanaman, pengertian perkembangbiakan atau tingkat struktur
kehidupan. Pertumbuhan yang sebenarnya adalah konsep yang universal
dalam bidang biologi dan merupakan resultan fisisk dan proses fisiologis
yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama factor luar.
Menurut Yulianti (2009) Pertumbuhan (Growth) adalah dapat
diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup
tanaman yang bersifat tak terbalikkan (Irreversible). Bertambah besar
ataupun bertambah berat tanaman atau bagian tanaman akibat adanya
penambahan unsur-unsur struktural yang baru. Peningkatan ukuran
tanaman yang tidak akan kembali sebagai akibat pembelahan dan
pembesaran sel. Misalnya, dalam ukuran sel, jaringan, organ
perkembangan (Development) diartikan sebagai : Proses perubahan secara
kualitatif atau mengikuti pertumbuhan tanaman/bagian-bagiannya.Proses
hidup yang terjadi di dalam tanaman yang meliputi pertumbuhan,
diferensiasi sel, dan morfogenesis. Misalnya, perubahan dari fase
vegetatif ke generatif.
13

Pertumbuhan merupakan proses yang sangat terkoordinir.
Pertumbuhan suatu bagian biasanya dapat menggambarkan pertumbuhan
pada bagian tanaman yang lain. Pengukuran pertumbuhan harus
menggambarkan adanya penambahan yang tidak dapat balik misalnya
pengukuran pertambahan panjang batang dan panjang daun
(Anggarwulan dan Solichatun, 2001).

5. Tanaman Sawi
Sawi (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim yang
berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi dapat di
tanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan tetapi, umumnya
sawi diusahakan di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di ladang, atau di
sawah. Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan.
Sehingga ia dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim
kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman. Keadaan tanah
yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, dan
drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7 (Anonim, 2005).
Menurut Haryanto (2003), klasifikasi dari tanaman sawi adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
14

Famili : crucifera (Brasscaceae)
Genus : brassica
Spesies : Brassica juncea
Menurut Rahayu (2003) secara umum tanaman sawi mempunyai
daun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani di Indonesia
mengenal tiga macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu sawi putih,
sawi hijau, dan sawi huma.
Menurut Rukmana (1994), tanaman sawi memiliki ciri-ciri
morfologi system perakaran tanaman memiliki akar tunggang dan
bercabang-cabang, akar yang bentuknya bulat panjang menyebar
kesemua arah pada kedalaman 30-50 cm. batang sawi pendek dan beruas-
ruas berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun.

B. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah pemanfaatan kotoran
padat kambing sebagai pupuk cair yaitu dengan cara difermentasi secara aerob
untuk mempercepat pengomposan dan efisiensi penggunaan. Fermentasi
kotoran padat kambing dilakukan dengan tiga taraf perlakuan yang berbeda
yaitu tanpa ditambahkan bahan lain sebagai kontrol, ditambahkan limbah buah,
ditambahkan daun mimba kemudian diujikan pada tanaman sawi dengan tiga
konsetrasi yang berbeda-beda, masing-masing dilakukan dengan empat kali
ulangan, sehingga menghasilkan 24 satuan percobaan. Adapun skemanya
adalah sebagai berikut :
15



















Gambar 2.1 Skema kerangka pemikiran
Kotoran Padat Kambing
dan Air Bersih
(perbandingan 1:2)

1. Tanpa ditambah bahan lain
(sebagai control (C
0
).
2. Ditambah Limbah Buah
(C
1
)
3. Ditambah daun mimba (C
2
)

Difermentasi secara
aerob dalam drum/ember
7-8 hari
Padat
(Kompos Padat)
Pengamatan dan analisis pengaruh yang terjadi
1. Pertumbuhan : tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas
daun.
2. Biomassa tanaman

Tanaman Sawi
Disaring
Cair
(Pupuk Cair)

Permasalahan :
1. Kelangkaan pupuk
anorganik dan kebutuhan
semakin meningkat.
2. Kotoran padat kambing
belum termanfaatkan
secara maksimal.
3. Calon pendidik dituntut
untut mampu
mengembangankan materi
ajar dan soft skill

Fermentasi kotoran padat
kambing sebagai pupuk
cair dan pengembangan
materi kuliah fisiologi
tumbuhan.

Diuji kandungan
hara
Konsentrasi 10% Konsentrasi 20%

Konsentrasi 30%

16

C. Hipotesis
H1 : Ada pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran padat
kambing dengan perlakuan yang berbeda dan konsentrasi yang berbeda
terhadap petumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.).
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian pupuk cair hasil fermentasi kotoran
padat kambing dengan perlakuan yang berbeda dan konsentrasi yang
berbeda terhadap petumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea l.).

















17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Greenhouse Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta untuk fermentasi pupuk dan aplikasi pupuk cair
hasil fermentasi terhadap tanaman sawi. Untuk pengujian kandungan hara
pupuk cair hasil fermentasi dilakukan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian UNS.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan
bulan Maret 2011.

B. Variabel penelitian
1. Variabel bebas (Independent Variabel) : Pupuk cair hasil fermentasi
kotoran padat kambing secara aerob.
2. Variabel terikat (Dependent variable) : Pertumbuhan tanaman sawi.



18

C. Alat dan Bahan Penelitian
a. Alat Pembuatan Pupuk Cair
Alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair adalah drum/ember
plastik volume 20 liter, alat pengaduk, timbangan, ember plastik, saringan
plastik, seperangkat alat analisa di laboratorium, gelas ukur.
b. Alat Penanaman Sawi
Plastik polibag, cangkul, semprotan tanaman/gembor.
c. Bahan Pembuatan Pupuk Cair
Kotoran padat kambing sebanyak 30kg, air bersih secukupnya, limbah buah
2kg, daun mimba 2kg.
d. Bahan Penanaman Sawi
Tanah, pasir, pupuk kompos, air.

D. Pelaksanaan Penelitian
a. Pembuatan pupuk cair dari kotoran padat kambing
1) Mempersiapkan drum plastic/ember sebanyak 3 buah dengan volume 20
liter
2) Menimbang kotoran padat kambing seberat 30kg kemudian dibagi
menjadi tiga bagian, masing-masing 10kg.
3) Menyiapkan limbah buah sebanyak 2kg dan daun mimba sebanyak 2kg.
4) Memasukan kotoran kambing pada drum/ember plastik, masing-masing
10kg.
19

5) Memasukkan limbah buah pada drum nomor 2 dan daun mimba pada
drum nomor 3.
6) Menambahkan air dengan perbandingan antara air dengan kotoran
kambing 2 : 1 (liter/kg)
7) Mengaduk kurang lebih selama 10-15 menit dengan pengaduk kayu pada
masing-masing campuran yang telah dimasukkan kedalam drum/ember
plastic.
8) Mengukur pH dan suhu awal dari campuran yang telah dimasukkan
dalm drum/ember plastic.
9) Campuran bahan yang telah dimasukan kedalam drum/ember plastic di
inkubasi selama 7-8 hari.
10) Setelah 8 hari campuaran kotoran hewan tadi dipisahkan antara yang cair
dengan yang padat dengan menggunakan saringan.
11) Bagian yang padat digunakan untuk kompos padat dan yang cair
digunakan sebagai pupuk cair.
12) Sebelum digunakan sebagai pupuk tanaman, pupuk cair hasil fermentasi
diukur kandungan hara makro (N, P, K) dan mikro ( Fe, Cu, Cl, B, Mn,
dan Mo). Kemudian diukur pH akhir setelah fermentasi. Kemudian
setelah semuanya selesai pupuk cair siap digunakan pada tanaman.



20

Tabel 3.1 Hasil analisis laboratorium terhadap pupuk cair hasil
fermentasi aerob kotoran padat kambing.
Parameter
C1
(ditambah limbah buah)
C2
(ditambah daun mimba)
Unsur Makro
N
P
K

Unsur Mikro
Fe
Cu
B
Mn
Mo
Cl

Ph

b. Pembibitan tanaman sawi.
1) Membeli benih sawi.
2) Pembibitan.
Pembibitan dilakukan menggunakan wadah pembibitan dengan ukuran
yaitu lebar 40 cm dan panjangnya 60 cm, tinggi 10 cm. Media yang
digunakan adalah campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1: 1: 1 kemudian didiamkan selama 1 minggu. Cara
melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur pada media
yang telah dipersiapkan, lalu ditutupi tanah setebal 1 - 2 cm, lalu
dilakukan penyiraman air dengan sprayer, kemudian diamati 3 - 5 hari
benih akan tumbuh. Setelah berumur 2-3 minggu sejak disemaikan atau
sampai berdaun 3-4 helai tanaman sawi siap dipindahkan kedalam
polibag.
21

3. Pelaksanaan Percobaan
1) Menyiapakan pupuk cair hasil fermentasi yang telah diuji kandunganya
dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 20%, 30%, dan 40%.
2) Menyiapkan media tanam dalam plastic polibag ukuran 30 x 20 cm.
media tanam yang digunakan terdiri dari campuran tanah, pupuk kompos
dan pasir.
3) Menyiapkan tanaman sawi yang berumur 2-3 minggu atau berdaun 4-5
helai sebanyak 30 buah yang telah disortir dan ditimbang berat awalnya.
4) Menanam tanaman sawi dalam polibag.
5) Melakukan pemeliharaan dengan cara disiram setiap pagi dan sore
dengan air.
6) Melakukan pemupukan dengan pupuk cair hasil fermentasi setiap satu
minggu satu kali.
7) Melakukan pengamatan setiap satu minggu satu kali sampai berumur 5
minggu.
Tabel 3.2 Pengamatan tinggi tanaman sawi (cm)
Perlakuan
Minggu
0 2 4 6 8 10
C0K1
C0K2
C0K3
C1K1
C1K2
C1K3
C2K1
C2K2
C2K3

Total

22

Tabel 3.3 Pengamatan jumlah daun tanaman sawi
Perlakuan
Minggu
0 2 4 6 8 10
C0K1
C0K2
C0K3
C1K1
C1K2
C1K3
C2K1
C2K2
C2K3

Total

Tabel 3.4 Pengamatan luas daun tanaman sawi
Perlakuan
Minggu
0 1 2 3 4 5
C0K1
C0K2
C0K3
C1K1
C1K2
C1K3
C2K1
C2K2
C2K3

Total

Tabel 3.5 Pengamatan berat awal dan biomassa tanamans sawi (gram)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah Rerata
1 2 3 4
C0K1
C0K2
C0K3
C1K1
C1K2
C1K3
C2K1
C2K2
C2K3

23

E. Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan
Acak Lengkap Pola faktorial yaitu dengan dua faktor. Faktor I adalah
Penambahan bahan lain dalam pembuatan pupuk cair. Faktor II adalah
konsentrasi pemberian pupuk cair. Adapun taraf perlakuan adalah sebagai
berikut :
Faktor I : Pupuk Cair hasil fermentasi
C0 : kotoran kambing yang difermentasi tanpa ditambahkan bahan lain
(sebagai control)
C1 : Kotoran kambing yang difermentasi dengan ditambahkan limbah
buah.
C2 : Kotoran kambing yang difermentasi dengan ditambahkan limbah
daun mimba.

Faktor II : Konsentrasi pemberian pupuk pada tanaman.
K1 : Pupuk cair hasil fermentasi yang diberikan dengan konsentrasi 20%.
K2 : Pupuk cair hasil fermentasi yang diberikan dengan konsentrasi 30%.
K3 : Pupuk cair hasil fermentasi yang diberikan dengan konsentrasi 40%





24

Adapun kombinasinya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6 kombinasi perlakuan pupuk cair dengan konsentrasi
Perlakuan Kombinasi
Pupuk Cair Konsentrasi
C0


C1


C2
K1
K2
K3
K1
K2
K3
K1
K2
K3
C0K1
C0K2
C0K3
C1K1
C1K2
C1K3
C2K1
C2K2
C2K3

Keterangan kombinasi :
C0K1 : Pupuk cair yang diofermentasi tanpa ditambahkan bahan lain
dengan konsentrasi 20% sebagai control.
C0K2 : Pupuk cair yang diofermentasi tanpa ditambahkan bahan lain
dengan konsentrasi 30% sebagai control.
C0K3 : Pupuk cair yang diofermentasi tanpa ditambahkan bahan lain
dengan konsentrasi 40% sebagai control.
C1K1 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah
dengan konsentrasi pemberian 20%
C1K2 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah
dengan konsentrasi pemberian 30%
C1K3 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan limbah buah
dengan konsentrasi pemberian 40%
C2K1 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan daun mimba
dengan konsentrasi pemberian 20%
25

C2K2 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan daun mimba
dengan konsentrasi pemberian 30%
C2K3 : Pupuk cair yang difermentasi dengan ditambahkan daun mimba
dengan konsentrasi pemberian 40%
Dari 6 perlakuan dan 3 kontrol diatas masing-masing diberi 4 ulangan
penelitian ini menggunakan 24 satuan percobaan dengan 3 kontrol.

F. Teknik Pengumpulan Data
a. Eksperimen
yaitu melakukan eksperimen dengan membuat pupuk cair dari kotoran
padat hewan kemudian melakukan pengujian kandungan haranya setelah
itu diujicobakan terhadap tanaman sawi dan mengamati pengaruh yang
ditimbulkan dari hal tersebut.
b. Observasi
Yaitu melakukan observasi terhadap bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian seperti kotoran padat kambing, limbah buah, daun mimba, dan
bahan lainya.
c. Dokumentasi
Yaitu metode pengamatan dengan cara mendokumentasikan penelitian
dari awal sampai akhir dengan foto atau kamera digital.
d. Telaah Kepustakaan
Yaitu mengkaji literature-literatur, penelitian-penelitian yang sebelumnya
yang relevan dengan penelitian dan jurnal-jurnal yang relevan.
26

G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Varian (Anava) dua jalur dengan taraf nyata 0,05 untuk menentukan perbedaan
masing-masing perlakuan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah kuadrat
1. Menghitung faktor korelasi (FK)
FK =
( )
|
|
.
|

\
|
X

n
T
2

2. Menghitung jumlah kuadrat total (JK
T
)
JK
T
= ( ) FK
T
X

2

3. Menghitung jumlah kuadrat perlakuan (JK
P
)
JKp =
( )
FK
r
AB

|
|
.
|

\
|
X

2

4. Menghitung jumlah kuadrat variabel A (JK
A
)
JK
A
=
( )
FK
A r
A

|
|
.
|

\
|
X

.
2

5. Menghitung jumlah kuadrat variabel (JK
B
)
JK
B
=
( )
FK
B r
B

|
|
.
|

\
|
X

.
2

6. Menghitung jumlah kuadrat interaksi variabel (JK
AB
)
JK
AB
= JK
P
JK
A
JK
B
7. Menghitung jumlah kuadrat galat (JK
G
)
JK
G
= JK
P
JK
A
JK
B
JK
AB

27

b. Menghitung jumlah derajad bebas (db)
1. Menghitung db
P
(Perlakuan)
db
P
= A.B 1
2. Menghitung db
A
(Dosis)
db
A
= A 1
3. Menghitung db
B
(Waktu)
db
B
= B 1
4. Menghitung db
T
(Total)
db
T
= N 1
5. Menghitung db
AB
(Interaksi)
db
AB
= db
A
x db
B
6. Menghitung db
G
(Galat)
db
G
= db
T


db
A
db
B
db
AB
c. Menghitung kuadrat tengah (KT)
1. Menghitung kuadrat tengah perlakuan (KT
P
)
KT
P
=
P
P
db
JK

2. Menghitung kuadrat tengah variabel A (KT
A
) Dosis
KT
A
=
A
A
db
JK

3. Menghitung kuadrat tengah variabel B (KT
B
) Waktu
KT
B
=
B
B
db
JK

4. Menghitung kuadrat intraksi variabel A dan B (KT
AB
)
28

KT
AB
=
AB
AB
db
JK

5. Menghitung kuadrat tengah galat (KT
G
)
KT
G
=
G
G
db
JK

d. Menghitung F hitung
1. Menghitung F hitung variabel perlakuan F
hit
P
F
hit
P =
G
P
KT
KT

2. Menghitung F hitung variabel perlakuan F
hit
A
F
hit
A =
G
A
KT
KT

3. Menghitung F hitung variabel perlakuan F
hit
B
F
hit
B =
G
B
KT
KT

4. Menghitung F hitung variabel perlakuan F
hit
AB
F
hit
AB =
G
AB
KT
KT

Untuk selanjutnya dari masing masing harga F hitung diperoleh,
dikonsultasikan dengan harga F pada tabel sehingga besaran bebas F adalah (k
1) (n k) dan pada taraf nyata o = 0,05. Bila F hitung ternyata lebih besar dari F
tabel maka hasilnya ditolak.
Menurut Hanafiah (1994), ada dasar dalam menentukan uji lanjut.
1. Jika KK (Koefisien Keragaman) 10 >20%, uji lanjut yang digunakan
sebaiknya uji Duncans (DMRT).
29

2. Jika KK (Koefisien Keragaman) 5 10%, uji lanjut yang digunakan sebaiknya
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
3. Jika KK (Koefisien Keragaman) < 5% uji lanjut yang digunakan sebaiknya Uji
Beda Nyata Jujur (BNJ).
Setelah dilakukan uji anava dua jalur menunjukkan perbedaan yang
nyata, maka dilakukan uji lanjut untuk melihatkan perlakuan masing-masing
yang berbeda dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

Tabel 3.7 Analisis sidik ragam

Untuk menguji atau membedakan antar perlakuan sehingga dapat diketahui dari
perlakuan mana yang paling berpengaruh dugunakan uji Ducans Multiple range
Test dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyusun rata-rata data perlakuan menurut rangkingnya.
2. Menghitung Standar error
=


3. Mencari angka R (P : u : db : d) pada table Ducans
S K D B J K K T F H
F Tabel
P
0.05 0.01
A (a-1) JK A JK A/(a-1)=A A/G
B (b-1) JK B JK B/(b-1)=B B/G
AB (a-1)(b-1) JK AB JKAB/(a-1)(b-1)=AB AB/G
Galat ab(u-1) JK G JK G/kp(u-1)=G
Total (abu 1) JK T
30

P : jarak rata-rata perlakuan yang dibandingkan
u : db (derajat kebebasan)
Dp.d : protection untuk P perlakuan pada taraf signifikansi 0,5.
4. Menentukan SSD
SSD = R(P : u : dp : d) SY
5. Membandingkan setiap perbedaan rata-rata perlakuan dengan SSDnya
masing-masing.


DAFTAR PUSTAKA
Anggarwulan, E. dan Solichatun. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Surakarta : Jurusan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS.

Anonim. 2005. Sawi. http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.
Diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul 20.45 WIB

. 2008. Fermentasi. http://www.pikiranrakyat.com. Diakses tanggal 03
Desember 2010 pukul 20.35 WIB.

Budianta, E. 2004. Organik Terpadu. Majalah Trubus 413: 144. Jakarta : Yayasan
Sosial Tani Membangun.

Gumbiro, Said. 1997. Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. Jakarta :
Mediatama sarana Perkasa Supardi, Imam dan Sukomarto. 1999.
Mikrobiologi dalam pengolahan dan keamanan pangan. Bandung : PT.
Alumni.

Haryanto, Eko. 2003. Sawi dan Selada. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hardjowigeno, S. 1997. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.

Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Margiyanto, E. 2007. Hortikultura. Bantul : Cahaya Tani.

Maulana, Yoga Nugraha. 2010. Kajian Penggunaan Pupuk Organik dan Jenis
Pupuk N terhadap kadar N tanah, serapan N dan Hasil Tanaman sawi
(Brassica juncea l.) Pada Tanah Litosol Gemolong. Skripsi : Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret.

Notohadiprawiro, Soeprapto, dan E. Susilowati. 2006. Pengelolaan Kesuburan
Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta : Ilmu Tanah
UGM.

Porwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Bandung : Penerbit Angkasa.

Rahayu, Estu. 2003. Bertanam Sayuran Sawi. Jakarta :Penebar Swadaya.

Riadi, Lieke. 2007. Teknologi Fermentasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.


Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah.
Yogyakarta : Kanisius.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta : Kanisius.

Salisbury, Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Bandung : ITB Press.

Sarief, E.S. 1995. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.
Bandung : Pustaka Buana.

Setiawan, Ade Iwan. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Setyamidjaja, Djoehana. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta : CV. Simplex.

Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutiyoso, Yos. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik Tanaman Buah, Sayuran dan
Hias. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suwasono, Hedi. 2001. Ensiklopedi Tanaman : Suatu Kajian Kuantitatif
Pertumbuhan Tanaman. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Syekhfani. 2000. Arti penting bahan organik bagi kesuburan tanah. Jurnal
Penelitian Pupuk Organik.

Syefani dan A. Lilia. 2003. Pelatihan Pertanian Organik. Malang : Fakultas
Pertanian Unibraw.

Wijaya, Kelik. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk
Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea l.). Skripsi : Jurusan
Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Sebelas Maret.

Yulianti, Ninit. 2009. Pengertian Pertumbuhan.
http://ninityulianita.wordpress.com/2009/09/11/pengertian-pertumbuhan/.
Diakses hari Selasa 09 November 2010. Pukul 20.15.

Anda mungkin juga menyukai