Anda di halaman 1dari 3

Frekuensi perlu diatur lembaga di bawah Presiden

Written by Arif Pitoyo

JAKARTA: Pengelolaan spektrum frekuensi yang merupakan sumber daya yang terbatas dinilai perlu diatur dan dikelola oleh sebuah lembaga di bawah Presiden.

Frekuensi itu membawahi sejumlah instansi dan departemen, sehingga agar pengelolaannya efektif maka perlu ditempatkan di bawah Presiden agar memiliki kekuatan dalam mengatur sekaligus memberikan sanksi bagi yang melanggar pemanfaatannya, kata pendiri Center for Indonesia Telecommunications Regulation Study Asmiyati Rasyid, hari ini.

Menurut Asmiyati, saat ini frekuensi sudah habis dan sudah terpakai meski banyak yang tidak optimal, terutama operator yang enggan membangun jaringan dan layanan broadcasting yang menguasai sebagian besar frekuensi.

1/3

Frekuensi perlu diatur lembaga di bawah Presiden


Written by Arif Pitoyo

Adapun di struktur baru Kemenkominfo, pengelolaan frekuensi berada di tangan Ditjen Sumber Daya yang dinilai makin mengaburkan peranan dalam pengaturan frekuensi.

Pemerintah, lanjut Asmiyati, harus fokus menjadikan sektor telekomunikasi dan IT menjadi new engine of economic growth yang berkontribusi secara signfikan terhadap GDP seperti suksesnya China dan India.

Pada 2010, China mentargetkan kontribusi sektor telekomunikasi dan IT mencapai 10% terhadap GDP. Artinya, pengelolaan industri dan bisnis telekomunikasi harus menjadi pilar utama penentuan kinerja Kementrian ini.

Demikian pula dengan Pengelolaan Spektrum Frekuensi karena spektrum merupakan sumber daya alam terbatas dan memiliki nilai strategis dan ekonomi yang tinggi.

Apabila pembentukan lembaga pengelola frekuensi di bawah Presiden tidak memungkinkan, maka Citrus mengusulkan dibentuknya Ditjen Telekomunikasi dan Ditjen Pengelolaan Spektrum Frekuensi, dan bukannya disamarkan dengan Ditjen Sumber Daya.

Munculnya, penamaan baru seperti Ditjen Sumber Daya, demikian pula Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika, akan menimbulkan masalah serius dalam menentukan arah kebijakan dan regulasi telekomunikasi ke depan dan bukan hanya sekadar penamaan, katanya.

Secara terpisah, Kemenkominfo akan menyesuaikan posisi Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia dengan mengubah Permenkominfo No. 36/2008 tentang Penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia.

Selanjutnya, yang disebut BRTI adalah meliputi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika dan Komite Regulasi Telekomunikasi.

2/3

Frekuensi perlu diatur lembaga di bawah Presiden


Written by Arif Pitoyo

Adapun Komite Regulasi Telekomunikasi yang selanjutnya disebut KRT adalah sekelompok orang yang memenuhi syarat yang terdiri dari unsur pemerintah dan unsur masyarakat dengan tugas bersama-sama Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika serta Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika menjalankan fungsi BRTI, ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo Gatot S. Dewa Broto.

Anggota KRT berjumlah 9 orang, yang terdiri dari 6 orang dari unsur masyarakat dan 3 orang dari unsur pemerintah.

Masa kerja anggota KRT selain anggota komite yang berasal dari unsur pemerintah adalah selama 3 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa kerja berikutnya setelah melalui proses seleksi.

Anggota KRT yang berasal dari unsur masyarakat yang belum ditetapkan dan diangkat pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, ditetapkan melalui proses seleksi yang dilaksanakan paling lambat bulan April 2011.(api)

3/3

Anda mungkin juga menyukai