Anda di halaman 1dari 8

DAISYTA MEGA SARI

10/299009/HK/18424

Tujuan Pembelajaran PHI Topik Hukum Lingkungan

I. Mengetahui pengertian, ruang lingkup, sumber hukum, dan asas-asas hukum lingkungan.
A. Pengertiam Hukum Lingkungan
Drupsteen dalam bukunya M. Taufik Makarau mengemukakan bahwa hukum lingkungan
(Mileurecht) merupakan hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam (natuurlijk milieu)
dalam arti seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang
lingkup pengelolaan lingkungan. Dengan demikian hukum lingkungan merupakan
instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan, dimana pengelolaan lingkungan
dilakukan terutama oleh pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas
hukum pemerintahan (bestuurrecht) yang dibentuk oleh pemerintah pusat, ada pula hukum
lingkungan pemerintahan yang berasal dari pemerintah daerah dan sebagian lagi dibentuk oleh
badan-badan internasional atau melalui perjanjian dengan negara-negara lain, sehingga timbul
berbagai hukum lingkungan seperti hukum lingkungan keperdataan (privaatrechtelijk
millieurecht), hukum lingkungan kepidanaan (strafretelijk milieurecht) sepanjang bidang
hukum ini memuat ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
Sedangkan St. Moenadjat Danusaputro dalam masalah hukum lingkungan membagi menjadi
dua bagian yaitu hukum lingkungan modern yang berorientasi kepada lingkungan atau biasa
disebut environment oriented law dan hukum lingkungan klasik yang berorientasi kepada
penggunaan lingkungan atau biasa disebut use-oriented law. Hukum Lingkungan modern
environment oriented law menetapkan ketentuan dan norma-norma guna mengatur tindak
perbuatan manusia dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan dan
kemerosotan mutunya demi untuk menjamin kelestariannya agar dapat secara langsung terus
menerus digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi-generasi mendatang.
Sebaliknya hukum lingkungan klasik menetapkan ketentuan dan norma-norma dengan tujuan
terutama sekali untuk menjamin penggunaan dan eksploitasi sumber-sumber daya lingkungan
dengan berbagai akal dan kepandaian manusia guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan
daam jangka waktu yang sesingkat-singkatnya. Dan bersifat sektoral, serba kaku dan sukar
berubah
Bila kita perhatikan konsep kedua hukum lingkungan antara modern dan klasik, maka terlihat
pada konsep hukum lingkungan modern berorientasi pada lingkungan, sehingga sifat dan
wataknya juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan itu sendiri dan dengan demikian lebih
banyak berguru kepada ekologi.
Dengan berorientasi pada lingkungan ini, maka hukum lingkungan modern memiliki sifat utuh
menyeluruh atau komprehensif integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan
wataknya yang luwes. Sedangkan Hukum lingkungan itu sendiri merupakan terjemahan dari
istilah Bahasa Inggris “Environmental Law”, dimana berisi Perangkat norma hukum yang
mengatur pengelolaan lingkungan hidup (fisik) dengan tujuan menjamin kelestarian dan
mengembangkan kemampuan lingkungan hidup.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup hukum lingkungan berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup
pengeloaan lingkungan. Dengan demikian, hukum lingkungan merupakan instrumen
mentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan. Mengingat pengelolaan lingkungan terutama
dilakukan oleh pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas hukum
pemerintahan (bestuursrecht). Dalam hal ini, Drupsteen membagi hukum lingkungan
pemerintahan dalam beberapa bidang, yaitu hukum kesehatan lingkungan (milieuhygienerecht),
hukum perlindungan lingkungan (milieubeschermingsrecht), dan hukum tata ruang (ruimtelijk
ordeningsrecht).
Hukun kesehatan lingkungan adalah hukum yang berhubungan dengan (a) kebijaksanaan di
bidang kesehatan lingkungan, (b) pemeliharaan kondisi air, tanah,dan udara, serta (c)
pencegahan kebisingan, kesemuanya dengan latar belakang perbuatan manusia yang
diserasikan dengan lingkungan.
Hukum perlindungan lingkungan tidak mengenai satu bidang kebijaksanaan, akan tetapi
merupakan kumpulan dari berbagai peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan biotis dan sampai batas tertentu juga dengan
lingkungan anthropogen.
Hukum tata ruang adalah hukum yang berhubungan dengan kebijaksanaan tata ruang,
diarahkan kepada tercapainya atau terpeliharanya penyesuaian timbal balik yang terbaik antara
ruang dan kehidupan masyarakat.
Sedangkan, menurut Koesnadi Hardjasoemantri, Guru Besar Hukum Lingkungan, sebagaimana
ditulis dalam bukunya Hukum Tata Lingkungan, bahwa hukum lingkungan di Indonesia dapat
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
• Hukum Tata Lingkungan
• Hukum Perlindungan Lingkungan
• Hukum Kesehatan Lingkungan
• Hukum Pencemaran Lingkungan (kaitannya dengan pencemaran oleh industri dan
sebagainya)
• Hukum Lingkungan Transnasional / internasional (dalam kaitannya dengan hubungan
antar negara)
• Hukum perselisihan Lingkungan (dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah ganti
kerugian, dan sebagainya).

C. Sumber Hukum
1. Undang-undang
• UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (sebagai payung bagi
per-UU-an lain berkaitan dengan lingkungan hidup)
• UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Pengganti UU No. 23 Tahun 1997)
• Hinder Ordonantie (HO) = UU Gangguan Stb 1926 No. 226
• UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, diganti dengan UU No. 26 Tahun 2007
sehingga UU No. 24 Tahun 1992 tidak berlaku lagi
• UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDAHayati dan Ekosistemnya
• UU No. 41/1999 tentang Kehutanan

2 Peraturan Pemerintah sebagai Peraturan Pelaksana UU No. 23 Tahun 1997


• PP No 18 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan PP No 85 Tahun 1999 ttg
Pengelolaan Limbah B3
• PP No 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut
• PP No 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
• PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
• PP No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air
• PP No 74 Tahun 2001 ttg Pengelolaan B3
3. Peraturan Presiden d. h. Keputusan Presiden
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tentang Ketentuan Pelaksanaan AMDAL
• Kep. Men. LH No KEP 30 MENKLH 7 1992 tentang Panduan Pelingkupan Untuk
Penyusunan KA- ANDAL
• Kep. Men. LH No 2 TAHUN 2000 Tentang Panduan Penilaian Dokumen
• Kep. Men. LH No 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Amdal Kegiatan
Pembangunan Pemukiman Terpadu
• Kep. Men. LH No 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan Amdal Kegiatan
Pembangunan di Daerah Lahan Basah
• Kep. Men. LH No 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja komisi Penilai AMDAL
• Kep. Men. LH No 41 Tahun 2000 tentang Pedoman
• Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kab Kota
• Kep Men LH No 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim
Teknis AMDAL
5. Keputusan Kepala BAPEDAL tentang Pelaksanaan Ketentuan AMDAL
• No KEP 56 3 1994 tentang Pedoman Mengenai Dampak Penting
• No KEP 229 BAPEDAL 11 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial Dalam
Penyusunan AMDAL
• No KEP 105 BAPEDAL 11 1997tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan RKL-RPL
• No KEP 124 BAPEDAL 12 1997 tentang Panduan kajian Aspek Kesehatan Masyarakat
Dalam Penyusunan AMDAL
• No 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam
Proses AMDAL
• No 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL

D. Asas-asas Hukum Lingkungan


Asas-asas hukum lingkungan sebagaimana yang tertuang pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu sebagai berikut.
1. Asas Tanggung Jawab Negara
a. negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini
maupun generasi masa depan.
b. negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
c. negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
2. Asas Kelestarian dan Keberlanjutan
Setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan
terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung
ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
3. Asas Keserasian dan Keseimbangan
Pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti kepentingan
ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta pelestarian ekosistem.
4. Asas Keterpaduan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai
unsur atau menyinergikan berbagai komponen terkait.
5. Asas Manfaat
Segala usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi
sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
6. Asas Kehati-hatian
Ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda
langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
7. Asas Keadilan
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun lintas
gender.
8. Asas Ekoregion
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik sumber
daya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan kearifan lokal.
9. Asas Keanekaragaman Hayati
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu untuk
mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan sumber daya alam hayati yang
terdiri atas sumber daya alam nabati dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan
unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
10. Asas PencemarMembayar
Setiap penanggung jawab yang usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan lingkungan.
11. Asas Partisipatif
Setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
12. Asas Kearifan Lokal
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur
yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.
13. Asas Tata Kelola Lingkungan yang Baik
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.
14. Asas Otonomi Daerah
Pemerintah dan pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

II. Mengetahui tindakan hukum apa saja yang bisa dilakukan oleh korban dalam sengketa
lingkungan.
Penyelesaian sengketa lingkungan dapat dilakukan sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab XIII Penyelesaian
Sengketa Lingkungan pasal 84 sampai dengan pasal 93.
Pasal 84:
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan.
(b) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka rela oleh para pihak
yang bersengketa.
(c) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang
bersengketa.
Dalam hal ini, tindakan hukum atas penyelesaian sengketa lingkungan yang dapat dilakukan
diantaranya meliputi:
(a) penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan (Pasal 85 dan 86);
(b) penyelesaian sengketa lingkungan hidup melalui pengandilan (Pasal 87);
(c) tanggung jawab mutlak (Pasal 88);
(d) daluwarsa pengajuan gugatan (Pasal 89);
(e) gugatan pemerintah dan pemerintah daerah (Pasal 90)
(f) gugatan masyarakat (Pasal 91);
(g) gugatan atas nama Organisasi Lingkungan Hidup (Pasal 92);
(h) gugatan administratif (Pasal 93).

Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action)

PERMA No 1 Tahun 2002 merumuskan Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action)


sebagai suatu prosedur pengajuan gugatan , dimana satu orang atau lebih yang
mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus
mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak , yang memiliki kesamaan
fakta atau kesamaan dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya.

Legal Standing
suatu tata cara pengajuan gugatan secara perdata yang dilakukan oleh satu atau lebih lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang memenuhi syarat atas suatu tindakan atau perbuatan atau keputusan orang
perorangan atau lembaga atau pemerintah yang telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
persyaratan yang dapat mengajukan gugatan Legal Standing, yaitu :
1. Berbentuk badan hukum atau yayasan;
2. Dalam anggaran dasar organisasi yang bersangkutan menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan
didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perkara yang digugat tersebut;
3. Telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya.
Referensi:
Hardjasoemantri, Koesnadi. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Adegustara, Frenadin dan Aria Herjon. Kuliah Hukum Lingkungan. Herjon,
http://www.scribd.com/doc/22827235/Hukum-Lingkungan-Indonesia, (Online), diakses pada
tanggal 23 Oktober 2010.
Modul I Hukum Lingkungan. http://setanon.blogspot.com/2010/03/modul-i-hukum-lingkungan.html,
(Online), diakses pada tanggal 23 Oktober 2010.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai