Anda di halaman 1dari 9

LKTIN Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan JUDUL PROGRAM:

APLIKASI MULTIPLE WALL PADA DINDING LUAR GEDUNG UNTUK MENURUNKAN KONSUMSI ENERGI AIR CONDITIONER (AC) DALAM RUANGAN Bidang Lomba : Eco-Building Meterial Tingkat : Perguruan Tinggi

Diusulkan oleh : Heriawan Dwi Marhaendro JP 13110046 13110082 Angkatan 2010 Angkatan 2010

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bangunan merupakan salah satu kebutuhan vital dalam hidup manusia. Melalui bangunan manusia berlindung dari hujan dan panas matahari. Melalui bangunan juga manusia medapatkan kenyamanan dalam beraktivitas dan beristirahat. Setiap bangunan akan mengalami siklus hidup mulai dari ekstraksi material, manufakturing material mentah menjadi material bangunan, konstruksi, masa operasional, dan demolisi saat masa pakai bangunan habis. Dalam setiap siklusnya terjadi konsumsi energi. Menurut Cole dan Kernan (1996), konsumsi energi terbesar terjadi pada masa operasional bangunan. Konsumsi tersebut berasal dari pemakaian listrik untuk pengaturan cahaya dan temperatur (Kibert, 2008). Deblin dkk (2005) menyatakan bahwa besar konsumsi energi untuk pencahayaan 23%, air panas 26%, dan pemakaian pendingin udara 32%. Besar konsumsi energi pada masa operasional bangunan tentu saja berbanding lurus dengan biaya operasional yang dikeluarkan sehingga perlu upaya penghematan agar terjadi penurunan biaya operasional. Salah satu upaya yang dapat ditempuh yaitu dengan menerapkan passive building design, yaitu bangunan didesain untuk memaksimalkan pemakaian cahaya matahari, angin, vegetasi, dan keadaan alam di sekitar bangunan. Melalui cara ini konsumsi energi AC dapat ditekan dengan memakai dinding insulasi termal (Ramamurthy, 2009), yaitu dinding yang memiliki koefisien perpindahan panas rendah sehingga dapat menghambat perpindahan panas dari lingkungan ke ruangan. Menurut Eka Pradana Susanto dkk (2012), dinding insulasi termal dapat diperoleh dari beton berdensitas rendah dengan prositas yang tinggi atau disebut foam concrete (FC). FC tersebut dapat dibuat dengan memberi foam agent seperti abu ke dalam campuran dasar semen dan pasir sehingga mendukung eco-building material. Penelitian menunjukan bahwa dinding seperti ini mampu menghemat energi operasional AC sebesar 40% (Eka Pradana Susanto dkk, 2012).

1.2 Perumusan Masalah Foam Concrete memang mampu menghemat biaya operasional AC hingga 40%. Namun, dinding ini masih memiliki kelemahan, yaitu belum memenuhi persyaratan SNI 03-0349-1989 sehingga tidak layak dijadikan dinding struktural. Di samping itu, penghematan biaya operasional sebesar 40% masih perlu ditingkatkan lagi. Salah satu upaya yang penulis tawarkan melalui pembuatan multiple wall, yaitu dinding ganda dengan pemisah udara diantara keduanya. Beberapa hal yang menjadi permasalahan yaitu konsep multiple wall, implikasi multiple wall terhadap konsumsi energi AC, dan tinjauan implementasi multiple wall dari segi ekonomi.

1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 1.3.2 1.3.3 Memaparkan konsep multiple wall. Memaparkan implikasi multiple wall terhadap konsumsi energi AC. Memaparkan tinjauan implementasi multiple wall dari segi ekonomi.

1.4 Manfaat Penulisan Manfaat penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Dihasilkannya dinding struktural yang bersifat insulasi sehingga mampu menghemat biaya operasional AC. 1.4.2 1.4.3 Mendukung program penghematan energi. Mendukung gerakan eco-building material.

1.5 Keunggulan Karya Tulis Keunggulan karya tulis ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Memaparkan inovasi baru tentang konsep dinding ramah lingkungan yang mampu menghemat konsumsi energi AC. 1.5.2 Pemaparan dilakukan secara sistematis sehingga mudah dipahami.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Kerja Air Conditioner Air Conditioner atau pengkondisi udara merupakan sebuah sistem yang mampu mengkondisikan temperatur ruangan menjadi lebih rendah dibandingkan temperatur lingkungan. Sistem ini terdiri dari beberapa alat yaitu kompresor, kondensor, orifice tube, evaporator, dan katup ekspansi. Kompresor adalah power unit dari sebuah sistem AC. Ketika AC dijalankan, kompresor mengubah fluida kerja berupa gas dari yang bertekanan rendah menjadi gas yang bertekanan tinggi. Gas bertekanan tinggi kemudian diteruskan menuju kondensor. Kondensor adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengubah gas yang bertekanan tinggi menjadi cairan yang bertekanan tinggi. Cairan lalu dialirkan ke orifice tube. Orifice tube adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengubah cairan yang bertekanan tinggi menjadi cairan dingin bertekanan rendah. Dalam beberapa sistem, selain dipasang sebuah orifice tube, dipasang juga katup ekspansi. Katup ekspansi merupakan komponen terpenting dari sistem AC. Komponen ini dirancang untuk mengontrol aliran cairan pendingin melalui katup orifice yang mengubah wujud cairan menjadi uap ketika cairan pendingin meninggalkan katup pemuaian dan memasuki evaporator. Evaporator refrigent menyerap panas dalam ruangan melalui kumparan pendingin dan kipas evaporator meniupkan udara dingin ke dalam ruangan. Refrigent dalam evaporator mulai berubah kembali menjadi uap bertekanan rendah, tapi masih mengandung sedikit cairan. Campuran refrigent kemudian masuk ke akumulator atau pengering. Ini juga dapat berlaku seperti mulut/orifice kedua bagi cairan yang berubah menjadi uap bertekanan rendah yang murni, sebelum melalui kompresor untuk memperoleh tekanan dan beredar dalam sistem lagi. Biasanya, evaporator dipasangi silikon yang berfungsi untuk menyerap kelembapan dari refrigent. Jadi, cara kerja sistem AC dapat diuraikan sebagai berkut :

Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor dialirkan ke condenser yang kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondenser relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada pada pipipipa evaporator. Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam evaporator ini refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap,

perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigent dibuat sedemikian rupa sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan melalui evaporator tekanannya menjadi sangat turun. Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada kondenser. Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap maka untuk merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini membutuhkan energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang dipergunakan adalah energi yang berada di dalam substansi yang akan didinginkan. Dengan diambilnya energi yang diambil dalam s ubstansi yang akan didinginkan maka enthalpi [*] substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun, dengan turunnya enthalpi maka temperatur dari substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi pendinginan yang sesuai dengan keinginan. Dengan adanya mesin pendingin listrik ini maka untuk mendinginkan atau menurunkan temperatur suatu substansi dapat dengan mudah dilakukan. Perlu diketahui : Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya

adalah fluorocarbon [**], yang mengalir dalam sistem, menjadi cairan dan melepaskan panas saat dipompa (diberi tekanan), dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi. Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area: sebuah penyaring udara, kipas, dan cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa), condenser coil (kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar. Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas refrigerant dari

cooling coil lalu dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostat [***] mengontrol motor kompresor untuk mengatur temperatur ruangan. [*] Entalphi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja. [**] Fluorocarbon adalah senyawa organik yang mengandung 1 atau lebih atom Fluorine. Lebih dari 100 fluorocarbon yang telah ditemukan. Kelompok Freon dari fluorocarbon terdiri dari Freon-11 (CCl3F) yang digunakan sebagai bahan aerosol, dan Freon-12 (CCl2F2), umumnya digunakan sebagai bahan refrigerant. Saat ini, freon dianggap sebagai salah satu penyebab lapisan Ozon Bumi menajdi lubang dan menyebabkan sinar UV masuk. Walaupun, hal tersebut belum terbukti sepenuhnya, produksi fluorocarbon mulai dikurangi. [***] Thermostat pada AC beroperasi dengan menggunakan lempeng bimetal yang peka terhadap perubahan temperatur ruangan. Lempeng ini terbuat dari 2 metal yang memiliki koefisien pemuaian yang berbeda. Ketika temperatur naik, metal terluar memuai lebih dahulu, sehingga lempeng membengkok dan akhirnya menyentuh sirkuit listrik yang menyebabkan motor AC aktif/jalan.

2.2 Perpindahan Panas Mekanisme perpindahan panas ada 3 macam, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.Perpindahan panas melalui benda padat disebut konduksi. Perpindahan panas ini tidak menyebabkan perpindahan molekul benda. Kecepatan aliran panas pada suatu benda padat ditunjukkan dari nilai konduktivitas termal material tersebut. Semakin besar nilai konduktivitas termal suatu material maka material tersebut semakin baik dalam memindahkan panas, dan sebaliknya. Konduktivitas termal adalah laju aliran panas (dalam Watt) melalui suatu luasan material yang homogen dengan ketebalan 1 m yang menyebabkan perbedaan suhu

1 K. Konduktivitas termal memiliki satuan W/m.K. Konduktivitas merupakan ukuran keefektifan suatu material dalam menghantarkan panas.

Perpindahan panas konduksi dirumuskan denan hukum fourier : q = k.A. q T R k = =

= Perpndahan panas ( J ) = Perubahan temperatur ( K ) = Hambatan termal ( K/J ) = Konduktivitas termal ( J/m.K )

Dari persamaan di atas, kita tahu bahwa perpindahan panas (q) berbanding terbalik dengan hambatan termal dan berbanding lurus dengan konduktivitas termal.

Erbagai macam konduktivitas termal diberikan apda tabel di bawah ini. Dari tabel kita tahu bahwa udara memiliki kondktivitas termal yang paling kecil.

Tabel 1 Konduktivitas termal


Jenis benda Konduktivitas Termal (k)

J/m.s.Co Perak Tembaga Aluminium Baja Es Kaca (biasa) Bata Air Tubuh manusia Kayu 420 380 200 40 2 0,84 0,84 0,56 0,2 0,08 0,16

Kkal/m.s.Co 1000 x 10-4 920 x 10-4 500 x 10-4 110 x 10-4 5 x 10-4 2 x 10-4 2 x 10-4 1,4 x 10-4 0,5 x 10-4 0,2 x 10-4 0,4 x 10-4

Gabus Wol Busa Udara

0,042 0,040 0,024 0,023

0,1 x 10-4 0,1 x 10-4 0,06 x 10-4 0,055 x 10-4

2.3 Foam Concrete

Foam Concrete adalah beton berdensitas rendah dengan porositas yang tinggi sehingga mampu difungsikan sebagai material insulasi. Foam Concrete berbahan semen-pasir dengan perbandigan mortar: foam= 0,4: 0,6 tidak dapat dijadikan sebagai dinding struktural karena belum memenuhi persyaratan SNI 03-03491989 namun dapat dapat menghemat energi operasional AC sebesar 59-64% lebih rendah terhadap dinding bata. Penggunaan Foam Concrete berbahan semen-fly ash sudah memenuhi SNI 03-0349-1989 dan mampu menghemat energi operasional AC sebesar 40% dari dinding bata. Pembuatan foam Concrete semenfly ash memenuhi prinsip konstruksi hijau seperti daur ulang (Recycle), menghilangkan bahan berbahaya, penghematan biaya siklus hidup (Life Cycle Costing), melindungi lingkungan hidup. Pusataka : Eka Pradana SUSANTO 1, Biemo W SOEMARDI2, dan Ivindra PANE 3
1Mahasiswa

Magister Teknik Sipil, Manajemen Rekayasa Konstruksi, Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai