Anda di halaman 1dari 11

BAB V PEMBAHASAN Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering.

Walau pun sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri, tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri. Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotrien dan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsumbelakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Mediator nyeri penting adalah amin histamine yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat. Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujungsaraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta inaktivasinya pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan hormon lokal. Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator demam.

Analgetik merupakan obat yang mengurangi bahkan mungkin menghilangkan rasa sakit tanpa diikuti hilangnya kesadaran. Antipiretik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan demam. Antiinflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena mikroorganisme. Obat analgetik, antipiretik serta obat antiinflamasi non steroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek samping. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan kerusakan jaringan. Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivlin C ke kornu dorsalisitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus dan korteks serebri, implus listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai katalis dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasisepanjang saraf perifer dan disusunan saraf pusat. Rangsangan yang dapat mengakibatkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu, dan agen kimiawi yang dilepaskan karena

trauma/inflamasi. Demam atau febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu normal. Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, perasaan keadaan sakit terjadikarena adanya peradangan. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya mikroorganisme tersebut, tubuh berusaha melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh berupa leukosit, makrofag dan limfosit untuk memakan (fagositosit)

dimana tentara tubuh akan mengeluarkan senjata berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai antiinfeksi dan selanjutnya akan merangsang sel-sel indotel hipotalamus untuk mengeluarkan suhu substansi yaitu asam arachidonat dimana asam ini dapat keluar dengan adanya bantuan enxim fossolopase A2 dan asam tersebut akan memeacu pengeluaran prostaglandin (PEG2) yang dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Prostaglandin ini mempengaruhi kerja termostat hipotalamus dan hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (diatas suhu normal). Peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostal tubuh (hipotalamus) merasa bahwa tubuh sekarang dibawah batas normal akibatnya terjadilah respon dingin atau menggil dan ditujukan menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak dan terjadilah demam. Pada percobaan ini dilakukan empat pengujian yakni analgetik induksi dernal, induksi kimiawi, antipiretik dan antiinflamasi. Pada pengujian analgetik induksi dermal dilakukan dengan menggunakan empat ekor mencit yang masing-masing mencit diberi obat secara peroral yakni antalgin, piroxicam, meloxicam dan Na. CMC sebagai kontrol. Pengujian dilakukan dengan mengamati respon angkat kaki dari mencit yang diletakkan pada hot plate ( 550C) dan dihitung respon angkat kakinya pada menit 5, 10, 15 dan 20, kemudian dihitung respon angkat kakinya pada menit 5, 10, 15 dan 20. Pada pengujian antipiretik dilakukan dengan menggunakan 3 mencit yang masing-masing mencit telah diukur suhu rektalnya dengan menggunakan termometer, kemudian disuntikkan pepton 1,5 secara intra peritonial sebagai penginduksi untuk merangsang agar terjadi peningkatan suhu tubuh dari hewan coba. setelah itu, suhu rektal kembali di ukur lalu masing-masing diberi obat peroral yakni ibuprofen paracetamol, asam mafenamat dan Na. CMC sebagai kontrol. Kemudian diukur suhu rektal kembali untuk melihat efek antipiretik dari obat yang digunakan pada menit ke 5, 10, 15, dan 20.

Pada pengujian antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan 2 mencit masing-masing mencit diukur volume kakinya menggunkan raksa lalu masingmasing kaki mencit disuntikkan dengan albumin 1 % yang berfungsi sebagai penginduksi peradangan hal ini terjadi karena albumin merupakan makromolekul jika dimasukkan kedalam tubuh secara berlebih dan dipaksa akan menyebabkan peradangan. Dan setelah 30 menit masing-masing mencit diberi prednison, diklofenak, fenilbutazon dan Na.CMC sebagai kontrol secara peroral. Kemudian diukur kembali voleme kakinya pada menit ke 5, 10, 15, dan 20. Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil pada pengujian analgetik induksi derma dan induksi kimiawil, respon angkat kaki setelah pemberian obat antalgin semakin lama waktunya respon angkat menjadi jarang dan pada pemberian paracetamol menit ke 5 jarang, menit ke 10 kadang-kadang dan untuk menit ke 15 dan 20 menjadi sering serta untuk asam mafenamat pada menit 5 dan 10 kadangkadang, pada menit 15 dan 20 menjadi jarang. Dari percobaan ini, untuk pemberian asam mafenamat dan antalgin respon angkat kakinya berkurang dengan pertambahan waktu sehingga abat tersebut berefek analgetik yang baik. Pada percobaan antipiretik bahwa pada antalgin dan asam mafenamat tidak terjadi penurunan suhu dan untuk paracetamol penurunan terjadi 5 %. Hal ini dapat dilihat bahwa paracetamol merupakan antipiretik yang baik Pada percobaan antiinflamasi dapat dilihat bahwa obat asam mafenamat menunjukkan persen peradangan 0 % dan untuk dexamtason dan diklofenak menunjukkan persen peradangan 50 % sedangkan Na. CMC 100 % (normal). Dari percobaan yang dilakukan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang ketelitiannya praktikan dalam pemberian dosis obat

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan yaitu : paracetamol efek dominan sebagai antipiretik, asam mafenamat dan antalgin efek dominan sebagai analgetik dan untuk prednison dan diklofenak efek dominan sebagai antiinflamasi

B. Saran a. Untuk labaratorium Dilengkapi alat dan bahan praktikum b. Untuk asisten Sebaiknya asisten lebih mendampingi praktikan pada saat praktikum dimulai agar praktikum tidak kebingungan dalam melakukan praktikum

BAB IV HASIL PENGAMATAN A. Tabel Pengamatan 1. Analgetik Obat Berat badan Antalgin Piroxicam Meloxicam Na-CMC 24 gram 20 gram 30 gram 25 gram Volume pemberian 0.8 ml 0.6 ml 1 ml 0.89 ml 5 + + + + 10 ++ _ ++ ++ Respon 15 +++ _ ++ +++ 20 +++ _ +++ +++

Keterangan : + = adanya respon

++ = banyak respon +++ = sangat respon = tidak adanya respon

2. Antipiretik Obat Berat Badan Ibuprofen Na CMC PCT Asam mefenamat 20 gr 20 gr 25 gr 30 gr Volume Suhu Suhu Respon 10 37.3 33.3 35 35.4 15 37 33 24.7 34.4 20 36.4 32.4 34.5 34 induksi 5 37.8 35.1 34.2 37.9 37.9 34.3 35.6 36.4

pemberian awal 0.6 ml 0.6 ml 0.83 ml 1 ml 34.6 34.9 34.3 33.3

3. Anti inflamasi Obat Berat Volume Volume Volume Respon induksi 0.4 5 0.3 10 0.3 15 0.2 20 0.1

Badan pemberian awal Ibuprofen 20 gr 0.6 ml 0.3

Na CMC PCT Asam mefenamat

20 gr 20 gr 20 gr

0.6 ml 0.6 ml 0.6 ml

0.4 0.1 0.2

0.5 0.2 0.4

0.4 0.1 0.2

0.3 0.1 0.1

0.2 0.05 0.05

0.1 0.03 0.09

B. Perhitungan Analgetik a. Daya proteksi % P = (JGU/JGK) x 100 % Diketahui JGU dari Antalgin = 9 JGU dari Piroxicam = 1 JGK dari Na CMC = 8 JGU dari Meloxicam = 9 Antalgin % P = 9/ 8 x 100 % = 112.5 % Piroxicam % P = 1/8 x 100 % = 12.5% Meloxicam % P = 9/8 x 100 % = 112.5 % Antipiretik b. Penurunan suhu X = T5 + T10 + T 15 + T 20/4 Diketahui jumlah suhu untuk ibu profen adalah 148.6 jumlah suhu untuk Na CMC adalah 168.1

jumlah suhu untuk PCT adalah 129.8 jumlah suhu untuk Asam mefenamat adalah 140.1 Ibuprofen Jumlah suhu /4 = 148.6 / 4 = 37.15 Y = Ti x = 37.8 37.15 = 0.65 Penurunan y/ To x 100 % = 0.65/34.6 x 100% = 1.87 %

Na CMC Jumlah suhu /4 = 168.1 / 4 = 42.02 Y = Ti x = 35.1 42.02 = - 6.92 Penurunan y/ To x 100 % = - 6.92/34.9 x 100% = - 19.82 % PCT Jumlah suhu /4 = 129.8 / 4 = 32.45 Y = Ti x = 34.2 32.45 = 1.75

Penurunan y/ To x 100 % = 1.75/33.3 x 100% = 5.25 % Asam mefenamat Jumlah suhu /4 = 140.1 / 4 = 35.02 Y = Ti x = 37.9 35.02 = 2.88 Penurunan y/ To x 100 % = 2.88/33.3 x 100% = 8.64 % Anti inflamasi c. Peradangan X = V5 + V10 + V15 + V20/4 Diketahui jumlah volume untuk natrium diklofenak adalah 0.9 jumlah volume untuk Na CMC adalah 1 jumlah volume untuk Prednison adalah 0.28 jumlah volume untuk fenil butazon adalah 0.44 Natrium diklofenak Jumlah volume /4 = 0.9 / 4 = 0.225 Y = Vi x = 0.4 0.225 = 0.175 Penurunan y/ Vo x 100 %

= 0.175/0.3 x 100% = 58.3 % Na CMC Jumlah volume /4 = 1 / 4 = 0.25 Y = Vi x = 0.5 0. 25 = 0.25 Penurunan y/ Vo x 100 % = 0.25/0.4 x 100% = 62.5 % Prednison Jumlah volume /4 = 0.28 / 4 = 0.07 Y = Vi x = 0.2 0. 07 = 0.13 Penurunan y/ Vo x 100 % = 0.13/0.1 x 100% = 130 % Fenilbutazon Jumlah volume /4 = 0.44 / 4 = 0.11 Y = Vi x = 0.4 0. 11 = 0.29

Penurunan y/ Vo x 100 % = 0.29/0.2 x 100% = 145 %

Anda mungkin juga menyukai