Anda di halaman 1dari 7

A.

Sumber Radiasi Ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-unsur radioaktif atau sumbersumber radiasi lainnya yang ada di lingkungan ini dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu sumber-sumber radiasi alam dan sumbersumber radiasi buatan. 1. Sumber Radiasi Alam Dikatakan sebagai sumber radiasi alam karena sumber-sumber itu sudah ada semenjak alam ini lahir. Berdasarkan sumbernya, radiasi alam dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu radiasi kosmik dan radiasi yang berasal dari bahan radioaktif yang berada dalam kerak bumi. Radiasi kosmik terdiri dari radiasi kosmik primer yang berasal dari luar angkasa dan masuk ke atmosfir bumi, dan radiasi kosmik sekunder yang terjadi akibat interaksi antara radiasi kosmik primer dengan-unsur-unsur di angkasa. Bahan-bahan radioaktif alam dapat berperan sebagai sumber radiasi alam. Jadi radiasi pada prinsipnya sudah ada sejak alam ini terbentuk. Secara garis besar, radiasi alam atau sering kali juga disebut sebagai radiasi latar dapat dikelompokkan menjadi dua bergantung pada asal sumbernya, yaitu radiasi teresterial (berasal dari permukaan bumi) dan radiasi ekstra teresterial (berasal dari angkasa luar). Radiasi yang terpancar dari inti atom akibat interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di atmosfir bumi (radionuklida kosmogenik) adalah radiasi yang paling umum. a. Radiasi Kosmik Radiasi kosmik terdiri dari radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar angkasa yang masuk ke atmosfir bumi (radiasi kosmik primer), partikel sekunder dan gelombang elektromagnetik yang terjadi akibat interaksi radiasi kosmik primer dengan inti atom yang ada di atmosfir. Sinar kosmis yang berupa partikel akan bereaksi dengan atmosfir bumi menghasilkan tritium, berilium dan carbon yang radioaktif. Tak seorangpun luput dari guyuran radiasi ini meskipun

jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan ketinggian. Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin sedikit lapisan udara yang dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan menerima radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Orang yang bepergian dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi. b. Radiasi Kosmis Primer Radiasi kosmis primer selanjutnya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu radiasi kosmis galaksi, radiasi yang terperangkap dalam medan magnet bumi dan radiasi kosmis dari matahari. Sinar kosmis kelompok pertama berasal dari luar sistim tata surya dan sebagian besar berupa partikel bermuatan positif. Radiasi kosmis galaksi ini berasal dari energi yang dipancarkan oleh bintang-bintang yang ada di alam raya. Radiasi kosmis galaksi dapat juga berasal dari ledakan supernova yang terjadi di angkasa luar yang jaraknya puluhan tahun cahaya dari bumi. Tidak semua radiasi kosmis primer dapat mencapai bumi. Pada saat partikel bermuatan listrik itu mendekati bumi, sebagian dari sinar itu ada yang terperangkap oleh medan magnet bumi. Kira-kira 30 % dari sinar kosmis primer terperangkap oleh medan magnet bumi danmembentuk sabuk radiasi yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Peristiwa ini akan meningkatkan radiasi kosmis primer tipe kedua, yaitu radiasi yang terperangkap dalam medan magnet bumi. Radiasi yang terperangkap oleh medan magnet bumi ini membentuk dua sabuk radiasi, yaitu elektron dan proton yang dapat diamati pada tempat yang sangat tinggi. Sabuk pertama terjadi kira-kira pada ketinggian 1000 km dan membentang dari 30Lintang Utara hingga 30Lintang Selatan. Intensitas radiasi pada sabuk meningkat dengan

bertambahnya ketinggian hingga mencapai ketinggian kira-kira 3000 km. Sabuk kedua terbentuk mulai ketinggian 12000 km dan mencapai maksimum pada 15000 km. Sabuk kedua ini membentang dari 60Lintang Utara hingga 60Lintang Selatan. Diperkirakan bahwa intensitas radiasi pada sabuk sebelah luar ini lebih tinggi dibandingkan dengan sabuk di sebelah dalam. Radiasi kosmis primer tipe ketiga adalah radiasi kosmis yang dipancarkan oleh matahari. Ledakan supernova dalam skala yang lebih kecil dapat juga terjadi pada matahari dalam sistim tata surya kita. Matahari sebenarnya adalah suatu bintang yang besarnya termasuk rata-rata dibandingkan dengan ukuran bintang-bintang lainnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di matahari seringkali diikuti dengan semburan partikel sub-atomik yang dapat mencapai atmosfer bumi. Partikel sub-atomik yang dipancarkan dari

permukaan matahari bertambah banyak pada saat matahari bersinar terang. Partikel sub-atomik ini terdiri atas sejumlah proton, elektron dan inti atom. Pada saat radiasi kosmis primer berenergi tinggi memasuki atmosfer bumi, maka akan terjadi reaksi inti antara partikel-partikel kosmis itu dengan inti atom unsur-unsur yang ada di dalam atmosfer bumi, seperti carbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan lain-lain. Reaksi nuklir yang terjadi dapat menghasilkan sinar kosmis sekunder yang terdiri atas meson, elektron, foton, neutron, proton, dan lain-lain. Partikel itu selanjutnya dapat menghasilkan sinar kosmis sekunder lainnya pada saat bertumbukan dengan unsurunsur di atmosfer atau meluruh dalam perjalannya menuju permukaan bumi. c. Radiasi Kosmis Sekunder Setelah memasuki atmosfir, radiasi kosmik primer akan mengalami berbagai reaksi dengan inti atom yang ada di atmosfir dan menghasilkan partikel dan inti atom yang baru.

Partikel radiasi kosmik berenergi tinggi mengalami reaksi inti yang disebut reaksi tumbukan dengan inti atom udara dan menghasilkan materi hasil reaksi partikel sekunder seperti neutron, proton, p meson, K meson dan lain-lain, serta inti He-3 (helium), Be7 (berilium), Na-22 (natrium). Selanjutnya partikel proton, neutron, p meson berenergi tinggi bereaksi dengan inti atom yang ada di udara, dan menghasilkan partikel sekunder lebih banyak (cascade). Kemudian p meson meluruh dan berubah menjadi muon atau foton dan menghasilkan penggandaan jenis yang lain. Partikel yang terjadi disebut radiasi kosmik sekunder. Selain itu, H-3, Be-7, Na-22 adalah materi yang memancarkan radiasi. Materi ini disebut radionuklida kosmogenik dan dianggap berbeda dengan radiasi kosmik sekunder. Radiasi kosmik dapat sampai ke permukaan bumi dan mengionisasi udara. Besarnya ionisasi udara di sekitar permukaan laut sekitar 75% disebabkan oleh elektron yang lepas karena tumbukan muon, dan 15% disebabkan oleh electron yang terjadi akibat peluruhan muon. Selain itu, neutron yang merupakan bagian dari radiasi kosmik memberikan dosis efektif tahunan sekitar ionisasi. d. Radiasi dari Radionuklida Alam Sumber-sumber radiasi alam yang berada di permukaan bumi berasal dari bahan-bahanradioaktif alam yang disebut radionuklida primordial. Bahan radioaktif ini dapat ditemukan dalam lapisan tanah atau batuan, air serta udara. Radiasi yang dipancarkan oleh radionukli daprimordial ini disebut radiasi teresterial. Radiasi teresterial yang berasal dari mineral-mineral yang ada dalam batubatuan dan juga di dalam tanah seringkali juga dinamakan radiogeologi. Unsur-unsur yang termasuk kelompok radioaktif alam ini jumlahnya sangat banyak. Dari sekian banyak unsur radioaktif alam 8% dari partikel yang dihasilkan karena

tersebut, ada beberapa kelompok unsur radioaktif alam yang tergolong sangat tua karena waktu paroh induknya di atas 100 juta tahun. Dari seluruh radionuklida yang ada di bumi, sebagian besar merupakan inti atom yang ada di kerak bumi sejak bumi terbentuk (radiasi primordial). Selain itu terdapat inti yang terjadi dari interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di udara, bahan radioaktif akibat peluruhan spontan atau akibat interaksi dengan neutron dari radiasi kosmik, dan radionuklida yang pernah ada tetapi saat ini sudah musnah karena umur paronya pendek. Jumlah inti yang musnah ini tidak begitu banyak. Di bawah ini akan dijelaskan radiasi yang dipancarkan oleh radionuklida terestrial yang ada sejak terbentuknya. Terdapat tiga jenis radionuklida primordial utama yaitu kalium40 (K-40 umur paro 1,25 milyar tahun), Th-232 (umur paro 14 milyar tahun) yang merupakan inti awal deret thorium, dan U-238 (umur paro 4,5 milyar tahun) yang merupakan inti awal deret uranium. Radionuklida dalam deret uranium maupun thorium mengalami peluruhan a, b maupun g. K-40 mengalami peluruhan b berubah menjadi Ca-40 dan Ar-40 dengan memancarkan radiasi b dan g. Radionuklida ini ada dalam hampir semua materi seperti kerak bumi, bebatuan, lapisan tanah, air laut, bahan bangunan dan tubuh manusia dengan kadar yang berbeda-beda. Secara umum batuan dari gunung berapi memiliki kadar radionuklida yang lebih tinggi dari pada batuan endapan. 2. Sumber Radiasi Buatan Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan dengan kegiatan manusia seperti penyinaran di bidang medis, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di fasilitas nuklir, radiasi yang berasal dari kegiatan di bidang industri radiografi, logging, pabrik lampu dan sebagainya. a. Radiasi Nuklir

Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang, antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknologi nuklir untuk non energi. Salah satu pemanfaatan teknik nuklir, yaitu dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besarbesaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman, dan tidak mencemari lingkungan. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar. b. Limbah Radioaktif dari Rumah Sakit Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahanbahan beracun, infeksius

berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan, sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). B. Kerugian Iradiasi 1. Faktor ekonomis bergantung pada pemakaian irradiator, tetapi dapat menghambat proses kerusakan atau penundaan terurainya sampel. 2. Penggunaan terbatas 3. Tidak efektif untuk membunuh virus dan enzim 4. Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual. 5. Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan, 6. Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut mengkontaminasi makanan, 7. Kemungkinan perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap radiasi, 8. Hilangnya nilai nutrisi makanan

Leswara, Nelly Dherita. 2008. Buku Ajar Radiofarmasi. EGC : Jakarta Ward Whicker and Vincent Schultz. 1982. Radioelogy : Nuclear Energy and Environtmen. CRC Press Inc. Florida, United States

Anda mungkin juga menyukai