Anda di halaman 1dari 19

Profil Penderita Lesi Jinak dan Ganas pada Payudara yang Terdiagnosis secara Histopatologi

Profile of Benign and Malignant Breast Lesion Patients that are Histopathologically Diagnosed

Ain Syafikah Binti Masrom, Betty

Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009/email : ain.syaf@ymail.com Staff pengajar Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran USU.

Running title : Profil penderita lesi payudara

ABSTRAK

Lesi jinak dan ganas payudara merupakan kelainan pada payudara yang bersifat jinak atau ganas. Lesi jinak meliputi perkembangan abnormal, proliferasi epitel dan stroma, lesi inflamasi dan neoplasma jinak. Lesi ganas bersifat neoplasma ganas. Lesi payudara semakin banyak ditemui, dan lesi ganas merupakan kanker penyebab mortalitas tertinggi di dunia. Pemeriksaan histopatologi merupakan baku emas untuk mendiagnosis lesi payudara dan dapat membedakan kelainan yang terjadi pada payudara. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik-Medan dan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU. Teknik pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling, dimana sebanyak 147 sampel dianalisa. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis pada 147 data rekam medis dari penderita lesi jinak dan ganas payudara pada tahun 2010-2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi dan gambaran profil penderita lesi jinak dan ganas payudara pasien yang didiagnosis di Rumah Sakit Umum Pemerintah Haji Adam Malik-Medan dan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU. Dari 147 penderita (100%) penderita yang dianalisa, gambaran histopatologi yang tersering bagi lesi jinak adalah Fibroadenoma mammae yaitu sebanyak 20 orang (47.6%) manakala bagi lesi ganas adalah Invasive Ductal Carcinoma yaitu sebanyak 91 orang (86.7%). Usia tersering bagi lesi jinak adalah antara 20-29 tahun manakala bagi lesi ganas adalah antara 40-49 tahun. Lesi ganas payudara lebih banyak didiagnosa berbanding lesi jinak payudara. Insidensi lesi jinak dan ganas payudara semakin bertambah setiap tahun. Kata kunci : Lesi Payudara, histopatologi

ABSTRACT

Benign and malignant breast lesion is breast abnormalities that are benign or malignant. Benign lesions constitute abnormality development, epithelial and stromal proliferation, inflammatory lesion and benign neoplasm. Malignant lesions are malignant neoplasm. More breast lesions are found, and malignant neoplasm is a leading cause of cancer mortality in the world. Histopathological examination is the gold standard for diagnosing breast lesions and can distinguish abnormalities in the breasts. This study is a descriptive study. This research was conducted in H. Adam Malik General Hospital Center in Medan and Pathology Anatomy Laboratory in Faculty of Medicine, USU. Sampling technique with consecutive sampling method is used, and 147 sample is analyzed. Data collection was conducted through analysis of medical records of 147 patients with benign and malignant breast lesions in 2010-2011. This study aims to determine the incidence and patients profile of benign and malignant breast lesions diagnosed in H. Adam Malik General Hospital Center-Medan and Pathology Anatomy Laboratory in Faculty of Medicine, USU. Of 147 patients (100%) analyzed, the most common histopathologic type for benign breast lesions is Fibroadenoma mammae that are 20 people (47.6%), and malignant lesion is Invasive Ductal Carcinoma that are 91 people (86.7%). Commonest age for benign lesions was between 20-29 years old and for the malignant lesions were between 40-49 years old. Malignant breast lesions is diagnosed more compared with benign breast lesions. The incidence of benign and malignant breast lesions is increasing every year. Keywords: Breast lesions, histopathology

Pendahuluan Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang menempati urutan pertama pada wanita di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut Yayasan Kanker Indonesia, tumor primer payudara merupakan tumor tersering menurut insidensi tumor primer dari seluruh senter di Indonesia dengan insidensi sebanyak 2896 kasus. Di samping itu, tumor payudara wanita juga merupakan tumor primer yang paling tinggi insidensinya di Medan dengan jumlah 150 kasus pada tahun 2007 (Yayasan Kanker Indonesia, 2007). Peningkatan insidensi dari kasus kanker setiap tahunnya merupakan alasan penulis ingin mengetahui lebih lanjut yang berhubungan dengan profil penderita lesi jinak dan ganas pada payudara yang telah terdiagnosa secara histopatologi di Departemen Patologi Anatomi di FKUSU/RSUP Haji Adam Malik di Medan dalam periode Januari 2010 - Desember 2011. Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Dengan satu kali pengamatan didapatkan data gambaran karakteristik penderita lesi jinak dan lesi ganas payudara di Departement Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik/FK USU di Medan dalam periode Januari 2010 hingga Desember 2011. Penelitian dilakukan di Departement Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik/FK USU mulai dari bulan Maret 2012 hingga bulan November 2012. Data yang diambil kemudian dianalisis menggunakan software statistika.

Hasil Berdasarkan Tabel 1, jumlah penderita lesi jinak untuk tahun 2010 hingga 2011 adalah sebanyak 42 orang (28.6%) yang terdiri daripada 10 orang (6.8%) wanita pada tahun 2010 dan 32 orang (21.8%) wanita pada tahun 2011 dan tidak terdapat penderita pria. Jumlah penderita lesi ganas untuk tahun 2010 hingga 2011 adalah sebanyak 104 orang (71.3%) yang terdiri daripada 38 orang (25.9%) wanita pada tahun 2010 dan 66 orang (45.5%) wanita serta 1 orang (0.7%) pria pada tahun 2011. Insidensi lesi jinak dan ganas payudara adalah sebanyak 147 orang (100%) dan jumlah penderita pada tahun 2010 adalah sebanyak 48 orang (32.7%) manakala pada tahun 2011 adalah sebanyak 99 orang (67.3%). Berdasarkan Tabel 2, didapati bahwa jumlah penderita lesi jinak pada tahun 20102011 adalah sebanyak 42 orang (100%) yaitu sebanyak 10 orang (23.8%) pada tahun 2010 dan sebanyak 32 orang (76.2%) pada tahun 2011. Jumlah penderita lesi jinak payudara untuk usia <20 tahun sebanyak 4 orang (9.5%) yang merupakan penderita pada tahun 2011. Pada rentang usia 20-29 tahun, terdapat sebanyak 18 orang (42.9%) penderita yaitu 4 orang (9.5%) pada tahun 2010 dan 14 orang (33.3) pada tahun 2011. Jumlah penderita pada usia 30-39 adalah sebanyak 5 orang (11.9%), yaitu pada tahun 2010 sebanyak 2 orang (4.8%) dan pada tahun 2011 sebanyak 3 orang (7.1%). Untuk rentang usia 40-49 tahun, jumlah penderita adalah 9 orang (21.4%), yaitu 2 orang (4.8%) pada tahun 2010 dan 7 orang (16.7%) pada tahun 2011. Terdapat 4 orang (9.5%) penderita lesi jinak dalam rentang usia 50-59 tahun, yaitu 2 orang (4.8%) pada tahun 2010 dan juga tahun 2011. Jumlah penderita pada rentang usia 60-69 tahun adalah 2 orang (4.8%), dan 2 orang (4.8%) tersebut adalah penderita dari tahun 2011 dan tidak terdapat insidensi pada tahun 2010. Berdasarkan data

penelitian, tidak terdapat insidensi lesi jinak pada usia >70 tahun pada tahun 2010 hingga 2011. Berdasarkan Tabel 3, didapati bahwa jumlah penderita lesi ganas pada tahun 20102011 adalah sebanyak 105 orang (100%) yaitu sebanyak 38 orang (36.2%) pada tahun 2010 dan sebanyak 67 orang (63.8%) pada tahun 2011. Tiada insidensi lesi ganas pada usia <20 tahun. Jumlah penderita lesi ganas payudara pada usia 20-29 tahun adalah sebanyak 3 orang (2.9%), yaitu 1 orang (1.0%) pada tahun 2010 dan 2 orang (1.9%) pada tahun 2011. Pada usia 30-39 tahun, terdapat 17 orang (16.2%) penderita yaitu 6 orang (5.7%) pada tahun 2010 dan 11 orang (10.5%) pada tahun 2011. Pada rentang usia 40-49 tahun, terdapat 43 orang (41.0%) penderita yaitu 15 orang (14.3%) pada tahun 2010 dan 28 orang (26.7%) pada tahun 2011. Jumlah penderita pada rentang usia 50-59 tahun adalah 32 orang (30.5%) yaitu 13 orang (12.4%) pada tahun 2010 manakala 19 orang (18.1%) pada tahun 2011. Pada rentang usia 60-69 tahun terdapat 8 orang (7.6%) penderita yaitu 2 orang (1.9%) pada tahun 2010 dan 6 orang (5.7%) pada tahun 2011. Jumlah penderita pada rentang usia 70-79 adalah 2 orang (1.9%) yaitu 1 orang (1.0%) pada tahun 2010 dan juga 2011. Berdasarkan Tabel 4, untuk jumlah penderita lesi jinak payudara pada tahun 20102011, total penderita lesi jinak pada payudara adalah 42 orang (28.6%) yaitu 10 orang (23.8%) pada tahun 2010 dan 32 orang (76.2%) pada tahun 2011. Berdasarkan diagnosis histopatologi untuk lesi jinak payudara antaranya, Fibroadenoma Mammae, jumlah

penderita adalah sebanyak 20 orang (47.6%) yaitu 4 orang (9.5%) pada tahun 2010 dan 16 orang (38.1%) pada tahun 2011. Jumlah penderita Mammary Dysplasia adalah sebanyak 9 orang (21.4%) yaitu 4 orang (9.5%) pada tahun 2010 dan 5 orang (11.9%) pada tahun 2011, Phylloides Tumor sebanyak 5 orang (11.9%) yang kesemuanya pada tahun 2011, Atypical

Ductal Hyperplasia sebanyak 3 orang (7.1%) yaitu 1 orang (2.4%) pada tahun 2010 dan 2 orang (4.8%) pada tahun 2011, Mastitis sebanyak 2 orang (4.8%) yaitu 1 orang (2.4%) pada tahun 2010 dan juga pada tahun 2011. Jumlah penderita Mamma Aberantes, Galactocelle, dan Usual Duct Hyperplasia masing-masing sebanyak 1 orang (2.4 %) yang kesemuanya merupakan penderita pada tahun 2011 dan tidak terdapat insidensi pada tahun 2010. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa untuk penderita lesi ganas pada payudara pada tahun 2010-2011, total penderita lesi ganas payudara adalah 105 orang (100%) yaitu sebanyak 38 orang (36.2%) pada tahun 2010 manakala pada tahun 2011 sebanyak 67 orang (63.8%). Berdasarkan diagnosis histopatologi untuk lesi ganas payudara antaranya,

Invasive Ductal Carcinoma adalah sebanyak 91 orang (86.7%), yaitu 34 orang (32.4%) pada tahun 2010 dan 57 orang (54.3%) pada tahun 2011. Jumlah penderita Invasive Lobular Carcinoma sebanyak 10 orang (9.5%), yaitu 3 orang (2.9%) pada tahun 2010 dan 7 orang (6.7%) pada tahun 2011, Non Hodgkin Lymphoma adalah sebanyak 1 orang (1.0%) yaitu pada tahun 2011 dan tidak terdapat insidensi pada tahun 2010, Intra Duct Carcinoma juga sebanyak 1 orang (1.0%) yaitu pada tahun 2010 dan tidak terdapat insidensi pada tahun 2011. Berdasarkan Tabel 6, didapati bahwa tidak terdapat insidensi lesi jinak payudara pada kuadaran subareola. Jumlah penderita lesi jinak payudara pada kuadran lower inner dan lower outer adalah masing-masing 1 orang (2.4%) yaitu 1 orang (2.4%) pada payudara kiri dan tidak ada pada payudara kanan dan bilateral. Jumlah penderita lesi jinak payudara pada kuadran upper inner adalah 7 orang (16.7%) yaitu 3 orang (7.1%) pada payudara kiri, dan 4 orang (9.5%) pada payudara kanan, manakala pada kuadran upper outer adalah sebanyak 5 orang (11.9%) yaitu 4 orang (9.5%) pada payudara kiri dan 1 orang (2.4%) pada

payudara kanan. Terdapat 28 orang (66.7%) penderita yang tidak ada keterangan lokasi kuadran lesi yang terdiri daripada 10 orang (23.8%) pada payudara kiri, 10 orang (23.8%) juga pada payudara kanan dan 8 orang (19.0%) adalah bilateral. Secara keseluruhan, jumlah penderita lesi jinak pada payudara kiri adalah sebanyak 19 orang (45.2%), pada payudara kanan sebanyak 15 orang (35.7) dan pada payudara bilateral sebanyak 8 orang (19.0%). Berdasarkan Tabel 7, didapati bahwa untuk jumlah penderita lesi ganas payudara pada kuadran subareola adalah 3 orang (2.9%) yaitu 1 orang (1.0%) pada payudara kiri dan 2 orang (1.9%) pada payudara kanan, pada kuadran lower inner sebanyak 2 orang (1.9%) yaitu 1 orang (1.0%) masing-masing pada payudara kiri dan pada payudara kanan, pada kuadran lower outer sebanyak 6 orang (5.7%) yaitu 3 orang (2.9%) pada masing-masing payudara kiri dan payudara kanan, pada kuadran upper outer sebanyak 24 orang (22.9%) yaitu 10 orang (9.5%) pada payudara kiri dan 14 orang (13.3%) pada payudara kanan. Tidak terdapat insidensi lesi payudara bilateral pada kuadran subareola, lower inner, lower outer, upper inner dan upper outer. Terdapat 63 orang (60.0%) penderita yang tidak ada keterangan lokasi kuadran lesi yang terdiri daripada 35 orang (33.3%) pada payudara kiri, 27 orang (25.7%) pada payudara kanan dan 1 orang (1.0%) adalah bilateral. Secara keseluruhan, jumlah penderita lesi ganas pada payudara kiri adalah sebanyak 54 orang (51.4%), pada payudara kanan sebanyak 50 orang (47.6%) dan pada payudara bilateral sebanyak 1 orang (1.0%).

Pembahasan Berdasarkan Tabel 1, didapati bahwa terjadi peningkatan insidensi lesi jinak dan lesi ganas payudara dari tahun 2010 ke tahun 2011 sehingga hampir dua kali lipat yaitu 32.7% pada tahun 2010 dan 67.3% pada tahun 2011. Jumlah penderita wanita meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011 manakala tidak terdapat insidensi penderita pria pada tahun 2010 tetapi pada tahun 2011 telah ditemukan 1 orang penderita pria. Insidensi penderita lesi payudara yang mempunyai frekuensi tertinggi adalah daripada jenis lesi ganas dengan jenis kelamin wanita yaitu sebanyak 104 orang (71.3%). Hal ini berbeda dari berbagai laporan terpisah yang merujuk pada tingginya insidensi lesi jinak payudara berbanding insidensi lesi ganas payudara. Menurut Shaikh et al. (2012) dalam penelitiannya, insidensi lesi jinak payudara menempati tempat pertama dalam insidensi kelainan pada payudara. Berdasarkan Tabel 2, didapati bahwa jumlah penderita lesi jinak payudara semakin bertambah dari tahun 2010 ke tahun 2011. Insidensi tertinggi pada tahun 2010 adalah dari kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 4 orang (9.5%), dan pada tahun 2011 juga adalah dari kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 14 orang (33.3%), seperti yang dilaporkan oleh Ugiagbe (2011) dalam penelitiannya. Berdasarkan Tabel 3, didapati bahwa jumlah penderita lesi ganas payudara semakin bertambah dari tahun 2010 ke tahun 2011. Insidensi tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 adalah dari kelompok usia 40-49 tahun sebanyak 43 orang (41.0%) yaitu 15 orang (14.3%) pada tahun 2010 dan 28 orang (26.7%) pada tahun 2011. Hal ini juga turut dilaporkan oleh Leong et al. (2010) dalam penelitiannya mencatatkan bahwa puncak usia bagi insidensi

karsinoma payudara adalah antara 40-50 bagi negara-negara Asia berbanding negaranegara barat dengan puncak usia antara 60-70 tahun. Berdasarkan Tabel 4, terdapat peningkatan frekuensi diagnosis histopatologi lesi jinak payudara dari tahun 2010 hingga 2011. Insidensi tertinggi dari tipe lesi jinak adalah Fibroadenoma mammae sebanyak 20 orang (47.6%) yaitu 4 orang (2.7%) pada tahun 2010 dan sebanyak 16 orang (10.9%) pada tahun 2011, dari jumlah total penderita lesi jinak payudara sebanyak 42 orang. Ugiagbe dan Malik et al. (2010) juga dalam penelitiannya yang mencatatkan insidensi Fibroadenoma mammae adalah lesi jinak paling banyak yaitu 57.8% dari keseluruhan kejadian lesi jinak payudara. Peningkatan insidensi lesi jinak payudara juga turut dilaporkan oleh Ugiagbe di dalam penelitiannya yang mencatatkan insidensi lesi jinak yang semakin meningkat terutamanya mulai dari 2007 hingga 2009. Wang et al. (2004) melaporkan bahwa risiko karsinoma payudara berhubungan dengan lesi jinak payudara termasuklah lesi jinak yang tidak proliferatif. Hal ini menunjukkan bahwa lesi jinak dapat berkembang menjadi lesi ganas payudara dan peningkatan insidensi lesi jinak juga menyumbang kepada peningkatan lesi ganas payudara. Berdasarkan Tabel 5, terdapat peningkatan frekunsi diagnosis histopatologi lesi ganas payudara dari tahun 2010 hingga 2011. Insidensi tertinggi dari tipe lesi ganas adalah Invasive Ductal Carcinoma sebanyak 91 orang (86.7%) yaitu 34 orang (32.4%) pada tahun 2010 dan 57 orang (54.3%) pada tahun 2011 disusuli dengan Invasive Lobular Carcinoma sebanyak 10 orang (9.5%) dari keseluruhan insidensi lesi ganas payudara. Penelitian dari Dauda et al. (2011) dalam penelitiannya juga melaporkan Invasive Ductal Carcinoma

sebagai karsinoma mamma yang paling tinggi insidensinya dan Invasive Lobular Carcinoma pula menempati tempat kedua. Berdasarkan Tabel 6, didapati bahwa daripada 42 orang penderita lesi jinak payudara, frekuensi tertinggi adalah pada payudara kiri sebanyak 19 orang (45.2%), begitu juga dengan laporan Geetha (2010). Lokasi lesi payudara juga dapat ditentukan letaknya menurut kuadran payudara yaitu upper outer quadrant (UOQ), lower outer quadrant (LOQ), upper inner quadrant (UIQ) dan lower inner quadrant (LIQ) dan subareola. Berdasarkan hasil penelitian, dari 42 orang penderita lesi jinak, 28 orang (66.7%) tidak ada keterangan lokasi kuadran lesi walaupun terdapat lokasi menurut payudara kanan atau kiri atau bilateral. Dari 14 orang penderita (33.3%) yang mempunyai rekod lokasi lesi, insidensi lesi jinak payudara tertinggi adalah UIQ sebanyak 7 orang (16.7%), disusuli oleh UOQ sebanyak 5 orang (11.9%), berbeda dengan hasil penelitian Geetha yang melaporkan lokasi insidensi tertinggi bagi penyakit jinak payudara adalah pada kuadran UOQ. Berdasarkan Tabel 7, didapati bahwa daripada 105 orang penderita lesi ganas payudara, frekuensi tertinggi adalah pada payudara kiri sebanyak 54 orang (51.4%). Berdasarkan hasil penelitian, dari 105 orang penderita lesi ganas, 63 orang (60.0%) tidak ada keterangan lokasi kuadran lesi walaupun terdapat lokasi menurut payudara kanan atau kiri atau bilateral. Dari 42 orang penderita (40.0%) yang mempunyai rekod lokasi lesi, insidensi lesi ganas payudara tertinggi adalah pada kuadran UOQ sebanyak 24 orang (22.9%). Kene et al. (2010) dan Ohene-Yeboah (2012) dalam penelitian mereka juga mencatatkan bahwa lesi ganas payudara paling banyak ditemukan pada kuadran UOQ.

Kesimpulan 1. Insidensi lesi jinak payudara sebanyak 42 orang manakala insidensi lesi ganas payudara adalah sebanyak 105 orang. 2. Usia tersering dari penderita lesi jinak payudara adalah kelompok 20-29 tahun yaitu sebanyak 18 orang manakala kelompok usia tersering lesi ganas payudara adalah usia antara 40-49 tahun yaitu sebanyak 43 orang. 3. Diagnosis histopatologi dari penderita lesi jinak payudara yang tersering didapati adalah tipe Fibroadenoma mammae yaitu sebanyak 20 orang manakala lesi ganas payudara yang tersering didapati adalah tipe Invasive Ductal Carcinoma yaitu sebanyak 91 orang. 4. Lokasi tersering penderita lesi jinak dan ganas payudara adalah pada payudara kiri yaitu 73 orang. 5. Kuadran tersering penderita lesi jinak dan ganas payudara adalah kuadran upper outer quadrant (UOQ) sebanyak 29 orang.

Saran 1. Rekam Medis sebagai sumber data penelitian sebaiknya lebih lengkap dalam pelaporan isi rekam medis seperti jenis kelamin, dan pemeriksaan fisik seperti lokasi lesi secara lebih spesifik. 2. Sebaiknya upaya diagnosis dini (skrining) dilakukan, seperti periksa payudara sendiri (SADARI), periksa payudara oleh klinisi (SARANIS), dan mammography sehingga kejadian lesi payudara dapat dicegah lebih awal. Edukasi kesehatan juga perlu dilakukan terus menerus bagi meningkatkan kewaspadaan masyarakat umum mengenai kelainan payudara yang dapat menjadi suatu keganasan jika tidak dipedulikan dan tidak dilakukan pemeriksaan dari semasa ke semasa.

Tabel Tabel 1. Distribusi Penderita Lesi Jinak dan Lesi Ganas Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Jenis Kelamin Total 2010 2011 N Persentasi N Persentasi N Persentasi (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) 10 6.8 32 21.8 42 28.6 0 0.0 0 0.0 0 0.0 38 25.9 66 45.5 104 71.3 0 0.0 1 0.7 1 0.7 48 32.7 99 67.3 147 100 Tahun

Jenis Lesi Lesi Jinak Lesi Ganas

Jenis Kelamin Wanita Pria Wanita Pria Total

Posisi: Halaman 2 paragraf 1

Tabel 2. Distribusi Penderita Lesi Jinak Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Kelompok Usia Tahun Kelompok Usia <20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70 Total 2010 N (orang) 0 4 2 2 2 0 0 10 % 0.0 9.5 4.8 4.8 4.8 0.0 0.0 23.8 2011 N (orang) 4 14 3 7 2 2 0 32 % 9.5 33.3 7.1 16.7 4.8 4.8 0.0 76.2 N (orang) 4 18 5 9 4 2 0 42 % 9.5 42.9 11.9 21.4 9.5 4.8 0.0 100 Total

Posisi: Halaman 2 paragraf 2

Tabel 3. Distribusi Penderita Lesi Ganas Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Kelompok Usia Tahun Kelompok Usia <20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 >70 Total 2010 N (orang) 0 1 6 15 13 2 1 38 % 0.0 1.0 5.7 14.3 12.4 1.9 1.0 36.2 2011 N (orang) 0 2 11 28 19 6 1 67 % 0.0 1.9 10.5 26.7 18.1 5.7 1.0 63.8 N (orang) 0 3 17 43 32 8 2 105 % 0.0 2.9 16.2 41.0 30.5 7.6 1.9 100 Total

Posisi : Halaman 3 paragraf 1

Tabel 4. Distribusi Penderita Lesi Jinak Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Diagnosis Histopatologi Tahun 2010 2011 N (orang) % N (orang) % 4 9.5 16 38.1 4 9.5 5 11.9 0 0.0 5 11.9 1 1 0 0 0 10 2.4 2.4 0.0 0.0 0.0 23.8 2 1 1 1 1 32 4.8 2.4 2.4 2.4 2.4 76.2 Total N (orang) 20 9 5 3 2 1 1 1 42 % 47.6 21.4 11.9 7.1 4.8 2.4 2.4 2.4 100

Diagnosis Histopatologi Fibroadenoma Mamma Mammary Dysplasia Phylloides Tumor Atypical Duct Hyperplasia Mastitis Mamma Aberantes Galactocele Usual Duct Hyperplasia Total Lesi Jinak Payudara

Posisi : Halaman 3 paragraf 2

Tabel 5. Distribusi Penderita Lesi Ganas Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Diagnosis Histopatologi Tahun Diagnosis Histopatologi Invasive Ductal Carcinoma Invasive Lobular Carcinoma Fibrosarcoma Intra Duct Carcinoma Non Hodgkin Lymphoma Total Lesi Ganas Payudara Posisi : Halaman 4 paragraf 1 Tabel 6. Distribusi Penderita Lesi Jinak Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Lokasi Lesi Payudara Lokasi Lesi di Payudara Subareola Lower inner Lower outer Upper inner Upper outer Tidak ada keterangan Total Kiri N (orang) 0 1 1 3 4 10 19 Kanan N % (orang) 0.0 0.0 0 0.0 0 0.0 4 9.5 1 2.4 10 15 23.8 35.7 Bilateral N % (orang) 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 8 8 19.0 19.0 Total N % (orang) 0 0.0 1 2.4 1 2.4 7 16.7 5 11.9 28 42 66.7 100 2010 N (orang) % 34 32.4 3 0 1 0 38 2.9 0.0 1.0 0.0 36.2 2011 N (orang) % 57 54.3 7 2 0 1 67 6.7 1.9 0.0 1.0 63.8 Total N (orang) 91 10 2 1 1 105 % 86.7 9.5 1.9 1.0 1.0 100

% 0.0 2.4 2.4 7.1 9.5 23.8 45.2

Posisi : Halaman 4 paragraf 2

Tabel 7. Distribusi Penderita Lesi Ganas Payudara pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Lokasi Lesi Payudara Lokasi Lesi di Payudara Subareola Lower inner Lower outer Upper inner Upper outer Tidak ada keterangan Total Kiri N (orang) 1 1 3 4 10 35 54 Kanan N % (orang) 2 1.9 1 1.0 3 2.9 3 2.9 14 13.3 27 50 25.7 47.6 Bilateral N % (orang) 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 1 1.0 1.0 Total N % (orang) 3 2.9 2 1.9 6 5.7 7 6.7 24 22.9 63 105 60.0 100

% 1.0 1.0 2.9 3.8 9.5 33.3 51.4

Posisi : Halaman 5 paragraf 1

Daftar Pustaka Dauda, A.M., Misauno, M.A., Ojo, E.O., 2011. Histopathological Types of Breast Cancer in Gombe, North East Nigeria: A Seven-Year Review. African Journal of Reproductive Health, 15(1): 107-109. Geetha, K.R., Rao, B.H.A., Saravanan, C., Zeeshan, 2010. Clinicopathological Study of Benign Breast Diseases-A Prospective Study. Global Journal of Surgery, 1(2) : 144-148. Kene, T.S., Odigie, V.I., Yusufu, L.M.D, Yusuf, B.O., Shenu, S.M.S., Kase, J.T., 2010. Pattern of Presentation and Survival of Breast Cancer in a Teaching Hospital in North Western Nigeria. Oman Medical Journal, 25(2): 104-107. Leong, S.P.L., et al., 2010. Is Breast Cancer the Same Disease in Asian and Western Countries? World Journal of Surgery, 34(10): 2308-2324. Malik, M.A.N., et al., 2010. Breast Diseases: Spectrum in Wah Cantt;POF Hospital Experience. Professional Medical Journal, 17(3): 366-372 Ohene-Yeboah, M., Adjei, E., 2012. Breast Cancer in Kumasi, Ghana. Ghana Medical Journal, 46(1): 8-13. Shaikh, N.A., Ujjhn, Ikram-Ud-Din, Chang, F., Rajput, J.A., 2012. Breast Diseases; Pattern at LUMHS, 10 Years Experience of Consecutive Referral to Public Sector Medical University at Hyderabad/Jamshoro. Professional Medical Journal, 19(3): 000-000.

Ugiagbe, E.E., Olu-Eddo, A., 2011. Benign Breast Lesions in an African Population: A 25-Year Histopathological Review of 1864 Cases. Nigerian Medical Journal, 52(4): 211-216. Wang, J., Costantino, J.P., Tan-Chiu, E., Wickerham, D.L., Paik, S., Wolmark, N., 2004. Lower-Category Benign Breast Disease and the Risk of Invasive Breast Cancer. Journal of The National Cancer Institute, 96(8): 616-620. Yayasan Kanker Indonesia, 2007. Kanker di Indonesia Tahun 2007; Data Histopatologik. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R.I

Anda mungkin juga menyukai