Anda di halaman 1dari 1

Kebahagiaan Bagiku kebahagiaan berasal dari alam pikir tiap manusia.

Tidak ada definisi pasti akan hal tersebut, sama seperti halnya cinta, benci dan berbagai perasaan lainnya. Kebahagiaan berasal dari cara pandang kita mengenai rasa terpenuhinya suatu kebutuhan dan keinginan. Butuh atau ingin yang berdasarkan rasa, bukan logika. Orang yang begitu kesulitan dalam hidupnya akan merasa bahagia hanya dengan menemukan sesuap makanan, sedangkan bagi sebagian lain makan hanyalah sebuah keharusan dan tidak berpengaruh pada rasa bahagia mereka. Bukan berarti mereka tidak bersyukur, tapi karena permasalahan yang mereka hadapi ada di dimensi lain. Dalam hal ini saya coba terangkan dimensi permasalahan tersebut. Orang yang kesulitan secara finansial atau dengan kata lain fakir miskin, meski mungkin rasa kepedulian mereka juga tinggi, tergantung individu masing-masing, tapi tanggung jawab mereka lebih sedikit. Mereka tidak perlu memikirkan berbagai tanggungan seperti pajak, tuntutan pekerjaan dan sebagainya. Sehingga dengan terpenuhinya kebutuhan dasar mereka saja mereka bisa merasakan bahagia karena pikiran mereka telah terbebas dari belenggu. Berbeda dengan yang cukup mapan, kebutuhan mereka lebih tinggi karena tanggung jawab mereka sendiri lebih banyak. Sehingga ketika kebutuhan dasar mereka yang pada dasarnya mudah untuk terpenuhi sebagai imbalan dari tanggung jawab mereka yang lebih banyak, tapi kebutuhankebutuhan yang lebih tinggi dan bagi sebagian orang terlihat sebagai kubutuhan sekunder semata, belum terpenuhi sepenuhnya. Hal ini membuat pikiran mereka masih terfokus pada kebutuhankebutuhan tersebut, dengan kata lain pikiran mereka belum terbebas untuk merasakan bahagia. Ada kalanya, karena pikiran kita yang terlalu terbelenggu, kebahagiaan kita pun ikut terbelenggu di tempat yang sulit dicapai. Tapi apa itu berarti kita harus melepaskan segala kemapanan yang didapat dari tanggung jawab yang kita emban untuk merasa bahagia? Mungkin ini berlaku bagi sebagian, dan tidak bagi sebagian yang lain. Karena adakalanya, bahkan tanggung jawab yang kita emban tersebut juga merupakan kebutuhan bagi kita. Atau ada tanggung jawab yang tidak bisa kita lepaskan sepenuhnya. Untuk orang-orang yang tidak mengerti, dan cenderung melihat segala sesuatunya berdasarkan sudut pandang mereka sendiri, akan mencibir atau bahkan mengkritik keras mengenai hal-hal yang menjadi kebahagiaan orang lain. Dari sudut pandang mengenai bahagia sendiri, terlihat begitu banyaknya pertentangan. Hal ini belum dipengaruh berbagai dimensi kepentingan lain.

Anda mungkin juga menyukai