Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN PUBLIK

MENINGKATKAN JUMLAH DAN PEMERATAAN PERPUSTAKAAN UMUM DI DIY

Disusun Oleh : 1. Angen Kinanti (13401241036) 2. Isnaini Istiqomah (13401241042) 3. M Nasir Salasa (13401241044) 4. Anisa Wulan Sari (13401241048) 5. Anisa Nurul Kasanah (13401241050) 6. Isnaini Rohmawati (13401241069) 7. Yekti Rahayu (13401244002) 8. Iva Zulaiha (13401244012)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang Untuk menjadi sebuah Negara yang maju dibidang apapun itu, maka sangat diperlukan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Generasi berkualitas adalah generasi yang memiliki kreativitas tinggi dan minat baca yang tinggi pula. Dan tentu saja, kreativitas dan kemampuan, dapat di raih dengan cara meningkatkan budaya membaca. Minat baca di Indonesia pada skala nasional menunjukkan bahwa minat baca orang Indonesia itu masih sangat rendah. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) Sri Sularsih pada Oktober 2013 seperti yang dilansir BeritaSatu.com pada 2 oktober 2013. Beliau mengatakan bahwa berdasarkan data dari hasil survei yang dilakukan menunjukkan minat baca masyarakat secara nasional hanyalah 0,1 persen setiap seribu penduduk. Betapa sangat mengejutkan presentase hasil survei tersebut bernilai 0,1 persen setiap seribu penduduk. Yang artinya dari setiap seribu penduduk yang ada di Indonesia hanya 1 orang saja yang minat membaca. Rendahnya minat membaca ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain kurangnya penyebaran jumlah perpustakaan umum dan keberadaannya yang belum merata. Di D.I.Yogyakarta sendiri hanya terdapat 11 perpustakaan umum yang keberadaannyapun tidak merata. Dan dengan jumlah tersebut menunjukkan bahwa rendahnya minat baca yang ada sekarang ini memang masuk akal. Bagaimana tidak, jumlah yang sangat minim tersebut dapat menciptakan minat baca. Sehingga kurangnya penyebaran jumlah perpustakaan umum dan keberadaannya yang belum merata dapat dijadikan alasan mengapa minat baca masyarakat di Indonesia khususnya di D.I.Yogyakarta itu rendah.

Identifikasi masalah Kurangnya pemerataan & jumlah perpustakaan umum yang ada di

D.I.Yogyakarta menjadi salah satu penyebab kurangnya minat baca masyarakat.

Rumusan masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pemerataan & jumlah perpustakaan umum di DIY? b. Bagaimana kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

BAB II PEMBAHASAN
Menurut Umar Sidik1 (2011, 195), perpustakaan adalah sebagai agen menumbuhkan budaya baca masyarakat. Jika masyarakat menganggap bahwa mahalnya harga bahan bacaan sebagai penyebab tumbuhnya minat baca, jawaban untuk memperoleh bahan bacaan ada di perpustakaan. Maka, berdasarkan juga pada pendapat diatas betapa sangat diperlukannya keberadaan perpustakaan itu sebagai langkah dalam meningkatkan minat baca suatu masyarakat. A. Pemerataan & jumlah perpustakaan umum di DIY Untuk meningkatkan minat baca masyarakat di Indonesia khususnya di D.I.Yogyakarta diperlukan jumlah perpustakaan umum yang memadai selain itu diperlukan pemerataan perpustakaan yang merata disetiap daerah agar mampu menjangkau semua lapisan masyarakat, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan. Selama ini jumlah perpustakaan umum yang ada di D.I.Yogyakarta masih jauh dari cukup, selain itu keberadaannyapun belum merata. Fakta yang ada menunjukkan bahwa jumlah perpustakaan umum di D.I.Yogyakarta hanya ada 11 buah saja dan itupun tidak terbagi secara merata.2 Di Kabupaten Kulonprogo dan di Kabupaten Gunungkidul hanya terdapat sebuah perpustakaan umum di masing-masing daerah terebut. Sementara di Kota Yogyakarta yang notabene daerahnya jauh lebih kecil dari kedua kabupaten tersebut memiliki 4 perpustakaan umum. Dan di Kabupaten Sleman terdapat 2 perpustakaan yang diperuntukkan untuk umum serta di Kabupaten Bantul terdapat 3 perpustakaan umum. Dua daerah ini juga lebih besar dari Kota Yogyakarta namun jumlah perpustakaannya lebih sedikit.

Peneliti di Balai bahasa Yogyakarta, dalam buku THE KEY WORD Perpustakaan di Mata Masyarakat 2 Sumber : Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Yogyakarta

Berikut tabel perpustakaan umum yang ada di D.I.Yogyakarta No. 1 Nama Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah 2 Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah 3 Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Unit Layanan Pustaka 4 5 Jogja Library Center Kantor Perpustakaan Daerah 6 Gejawan Sleman Balecatur, Gamping, Sleman 7 Kantor Perpustakaan Umum 8 9 Rumah Belajar Bantul SD Tangkil Bantul Bantul Sewon, Bantul Muntuk, Dlingo, Bantul 10 Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah 11 Kantor Perpustakaan Umum Kulonprogo Gunungkidul Wonosari, Gunungkidul Nanggulan, Kulon Progo Bantul Bantul, Bantul Yogyakarta Sleman Tegalrejo, Kota Tridadi, Sleman Yogyakarta Tegalrejo, Kota Yogyakarta Tegalrejo, Kota Kabupaten/Kota Yogyakarta Alamat Jetis, Kota

B. Skema kebijakan Langkah-langkah kebijakan dan Implementasi a. Memeratakan fasilitasnya jumlah perpustakaan umum dan meningkatkan

Jumlah perpustakaan yang ada selama ini masih sangat minim. Sehingga perlu dibangun minimal satu perpustakaan umum di tingkat kecamatan. Dengan jumlah ini setidaknya dapat menjangkau masyarakat yang ada ditingkat kecamatan tersebut sehingga minat baca lebih dapat terfasilitasi. Saat minat baca sudah ada terkadang fasilitas perputakaan kurang memadai. Koleksi perpustakaan kurang lengkap dan kurang terpelihara dengan baik. Sehingga peningkatan fasilitas perpustakaan sangat diperlukan untuk menunjang segala aktifitas kepustakaan. b. Mengefektifkan perpustakaan keliling disemua semua desa Mengefektifkan perpustakaan keliling di setiap desa. Dapat dilakukan dengan sistem penjadwalan. Misalkan di kecamatan ada 5 desa maka hanya diperlukan sebuah perpustakaan keliling. Dengan sistem ini setiap minggunya akan ada sebuah perpustakaan yang ditujukan untuk umum disetiap desanya. c. Membuat peraturan tentang sirkulasi koleksi perpustakaan. Peraturan tentang sirkulasi koleksi perpustakaan digunakan untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap terjaga, tidak hilang atau berkurang dan tidak rusak. Peraturan ini dapat berupa pembatasan waktu dan jumlah peminjaman, serta denda yang dikenakan apabila tidak sesuai dengan ketentuan.

Siapa saja (steakholder) a. Masyarakat umum Kebijakan memeratakan jumlah perpustakaan umum dan peningkatan fasilitasnya ditujukan untuk masyarakat umum. Sehingga masyarakat umum dapat menikmati pelayanan perpustakaan dan pada akhirnya minat baca dapat meningkat. b. Pemerintah daerah khususnya Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Kebijakan mengefektifkan perpustakaan keliling di semua semua desa ditujukan pada Pemerintah daerah khususnya Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah. Pemerintah sebaiknya mengefektifkan program yang sudah ada ini sehingga dapat berjalan dengan baik. c. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kebijakan membuat peraturan tentang sirkulasi koleksi perpustakaan ditujukan pada Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah. Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah diharapkan dapat membuat peraturan ini dan dapat diterapkan serta ditegakkan dengan baik.

Tinjauan SWOT Strengths (Kekuatan/Kelebihan) a. Menjadi media antara pemakai dengan koleksi sebagai sumber informasi pengetahuan. Perkembangan era globalisasi ini, informasi sangatlah memegang peranan penting dalam kehidupan. Teknologi yang serba canggih menuntut para pemakai informasi mampu mengikuti sesuai perkembangan yang ada. Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang informasi harus mampu menyesuaikan dan mampu menyediakan bagi para pemakainya. Penyediaan bahan informasi baik berupa buku maupun non buku. Informasi yang berupa buku misalnya, ensiklopedi, buku non fiksi, fiksi, directory, maupun kamus. Sedangkan bahan informasi yang non buku misalnya, mikrofis, film, CD- room, kaset. Kemajuan teknologi yang ada sekarang ini dapat dijadikan sebagai suatu koleksi non buku yaitu fasilitas internet. Fasilitas internet ini sangatlah mempermudah para pencari informasi. Dengan internet seseorang bisa berwisata ke ujung dunia sekalipun. Perpustakaan yang didukung dengan fasilitas internet mampu menjadi daya tarik begi perpustakaan tersebut. Ini juga membuat pengunjung tidak
7

tertinggal dalam perkembangan informasi yang ada. Penyediaan koleksi buku juga diperlukan dalam penyediaan informasi, dalam pengadaannya pun harus sesuai dengan kebutuhan dan selera para pemakai perpustakaan tersebut. Suatu perpustakaan dikatakan berhasil apabila dapat dilihat dari jumlah pengunjung, jumlah koleksi, maupun jumlah koleksi yang dipinjam. Perpustakaan yang mampu menjadi sarana belajar bagi pengunjung akan memiliki daya guna yang tinggi, sehingga mampu berperan dalam proses pendidikan. b. Mengurangi kriminalitas dan tindakan-tindakan negatif lainnya. Kriminalitas yang marak terjadi selama ini dikarenakan kurangnya pengetahuan, informasi dan pendidikan yang diperoleh para pelakunya. Mereka kurang memahami dengan baik bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah suatu hal yang negaif dan tidak seharusnya dilakukan. Namun dengan adanya perpustakaan, dan minat baca yang semakin meningkat maka dapat mengurangi tindak kriminalitas. Hal ini dikarenakan mereka akan memperoleh pengetahuan untuk mengembagkan potensi-potensi mereka. Selain itu tindakan-tindakan negatif lainnya juga dapat dikurangi seiring dengan meningkatnya minat baca. c. Menjadi lembaga pengembangan minat dan budaya membaca. Budaya baca adalah Suatu sikap dan tindakan/perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan (Sutarno,2006:27). Pembinaan minat baca yang dilakukan sejak dini, akan berkelanjutan sampai dewasa dan menjadi suatu kebutuhan tersendiri. Pada masyarakat Indonesia kebiasaan membaca belum menjadi budaya seperti diluar negeri. Masyarakat Indonesia lebih suka mendengarkan daripada membaca. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perpustakaan dalam meningkatkan budaya baca. Budaya baca perlu diupaya dalam menuju masyarakat gemar membaca. d. Sebagai katalisator/Penyaring perubahan budaya

Perubahan perilaku masyarakat pada hakikatnya adalah perubahan budaya masyarakat. Perpustakaan Umum merupakan tempat strategis untuk

mempromosikan segala perilaku yang meningkatkan produktifitas masyarakat. Individu komunitas yang berpengetahuan akan membentuk kelompok komunitas berpengatahuan. Perubahan pada tingkat individu akan membawa perubahan pada tingkat masyarakat. e. Mengembangkan komunikasi antara pemakai Dengan adanya komunikasi antara pengunjung perpustakaan terkait sumber materi yang dibutuhkan pengunjung, secara tidak langsung akan terjadi kolaborasi, pertukaran pengetahuan maupun komunikasi ilmiah lainnya. f. Motivator, mediator dan fasilisator bagi pengunjung dalam usaha mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalaman Weaknesses (Kelemahan) a. Membutuhkan anggaran yang tidak sedikit Anggaran yang diperlukan untuk pengadaan perpustakaan umum disetiap kecamatan dan pembuatan perpustakaan keliling yang menjangkau setiap desa tidaklah sedikit. Sehingga kemungkinan dalam penerapan kebijakan ini masih perlu dipikirkan matang-matang lagi. Selain itu managemen anggaran juga sangat diperlukan agar anggaran dapat digunakan seefektif mungkin. b. Respon masyarakat belum tentu baik terhadap kebijakan ini. Apabila kebijakan ini sudah diterapkan dikhawatirkan respon masyarakat kurang. Maka segala kebijakan dan begitu besarnya anggaran yang dikeluarkan hanya akan menjadi sia-sia belaka. c. Jumlah tenaga ahli belum mencukupi

Tenaga yang kompeten dibidang ini masih sangat kurang. Apalagi untuk perpustakaan keliling yang menjangkau setiap desa dan perpustakaan umum di setiap kecamatan membutuhkan tenaga yang sangat banyak. Opportunities (Peluang) Dari kelebihan dan kelemahan, kebijakan-kebijakan yang dirumuskan memiliki peluang yang baik. Hal ini dikarenakan kelebihannya lebih banyak dari pada kelemahannya. Sehingga kemungkinan kebijakan ini dapat diterapkan di D.I.Yogyakarta. Threats (Ancaman/Hambatan) a. Kurangnya peraturan dan perundang-undangan, ketatalaksanaan bidang perpustakaan Regulasi pemerintah terhadap kebebasan akses informasi merupakan langkah percepatan proses reformasi. Permasalahan yang ada adalah kebijakan dan regulasi di bidang perpustakaan sebagai salah satu lembaga informasi yang paling demokratis masih belum maksimal. Pengaturan kelembagaan perpustakaan serta perangkat hukum yang mengikat perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Percepatan pembentukan Undang-undang Sistem Nasional Perpustakaan perlu diupayakan sebagai legalitas dan amanat dalam pengembangan kelembagaan perpustakaan. Salah satu penyebab timbulnya perubahan yang sangat mendasar adalah adanya penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah beserta Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Pengaruh diberlakukannya Undang-undang tersebut membawa dampak signifikan, khususnya terhadap status kelembagaan perpustakaan di daerah. Sampai saat ini belum adanya regulasi dalam pemantapan kelembagaan Perpustakaan Daerah, Kabupaten/Kota. Di samping itu, Undangundang tersebut juga akan mendasari kebijakan pemerintah pusat sehingga rencana dan program berada pada daerah masing-masing. Dalam konteks inilah

10

diperlukan kebijakan dan regulasi pemerintah dalam memberikan arah dalam pengembangan perpustakaan dengan konteks otonomi daerah. b. Minimnya sumber-sumber bahan bacaan Dalam mewujudkan masyarakat belajar, ketersediaan sumber bacaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan merupakan indikator terpenting. Sejak Indonesia dilanda krisis multidimensi, penerbitan buku nasional mengalami kemunduran signifikan. Rata-rata penerbitan buku dalam setahun hanya mencapai 2.500-3.000 judul. Permasalahan ini semakin meruncing ketika sebagian penerbit nasional gulung tikar. Disamping itu rendahnya penghargaan masyarakat dan pemerintah terhadap penulis juga berpengaruh terhadap rendahnya kreatifitas penulis dalam menciptakan dan menerbitkan karya baru. Dalam pada itu, penyebaran buku sebagai sumber informasi masyarakat menjadi tidak merata sehingga jurang perolehan sumber informasi semakin meningkat. Keterbatasan sarana bacaan dan ketidakmampuan masyarakat dalam memperoleh buku bacaan bermutu menjadi masalah utama yang merupakan dampak mahalnya buku-buku bacaan dan rendahnya daya beli masyarakat. c. Rendahnya budaya baca masyarakat diwilayah terpencil Budaya baca masyarakat Indonesia masih tergolong kategori rendah. Membaca yang merupakan unsur penting dalam pendidikan serta sebagai suatu pilihan dan kebutuhan dalam transformasi nilai, belum menempatkan posisi yang menguntungkan sebagai suatu budaya kolektif masyarakat. Potensi bangsa Indonesia sangat besar apabila ditinjau dari jumlah penduduknya yang lebih kurang 203 juta jiwa. Seharusnya Bangsa Indonesia memiliki peranan dalam kancah persaingan global. Fakta tentang hal ini diperkuat oleh United Nations Development Programpada tahun 2003 yang melaporkan bahwa Human Development Index Indonesia masih tergolong rendah, yaitu berada pada peringkat 112 dari 175 negara. Terlebih lagi banyaknya pandangan bahwa membaca hanya akan membuang-buang waktu. Persepsi ini cenderung muncul dalam pemikiran masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil. Berbagai faktor

11

yang menyebabkan budaya membaca menjadi sangat rendah. Salah satunya adalah masih dominannya budaya tutur daripada budaya baca. d. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan perpustakaan Pembangunan dan pengembangan perpustakaan telah banyak

menghasilkan kemajuan yang berarti. Namun, belum semua lapisan masyarakat memiliki akses ke perpustakaan dan dapat dijangkau oleh layanan perpustakaan. Pembangunan dan pengembangan perpustakaan harus menjadi kebijakan kolektif bangsa Indonesia. Sebab, melihat kondisi dan kemampuan keuangan negara yang sangat terbatas, jika hanya mengandalkan partisipasi pemerintah, maka pengembangan perpustakaan sebagai lembaga informasi rakyat harus menjadi tanggung jawab kolektif antara masyarakat, pemerintah dan dunia usaha lainnya. e. Rendahnya respon dan perhatian masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil akan pentingnya mengunjungi perpustakaan Perpustakaan yang dalam peranannya merupakan suatu tempat yang berfungsi untuk meningkatkan budaya membaca dan pengembangkan proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana tanggapan masyarakat terhadap keberadaan perpustakaan. Perpustakaan dianggap mencapai kesuksesannya ketika banyak tanggapan positif dari masyarakat. Namun sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil cenderung menganggap pengembangan kualitas pendidikan merupakan sesuatu yang tidak untuk dipertahankan. Walaupun diantara mereka ada yang mengenyam pendidikan formal dan membutuhkan perpustakaan sebagai pendukung pendidikannya. Sementara itu ketika perpustakaan telah dibangun di tengah masyarakat dan tidak mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar, maka perpustakaan itu akan sulit untuk berkembang. Sehingga sangat diperlukan kerjasama dengan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan perpustakaan di suatu wilayah.

12

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Dari rumusan masalah dan pembahasan diatas dapat diperoleh kesimpulannya, yaitu: Tingkat pemertaan dan jumlah perpustakaan umum yang ada di D.I.Yogyakarta masih rendah. Kebijakan-kebijakan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan

permasalahan diatas antara lain : a. Memeratakan fasilitasnya. b. Mengefektifkan perpustakaan keliling di semua semua desa. c. Membuat peraturan tentang sirkulasi koleksi perpustaka jumlah perpustakaan umum dan meningkatkan

13

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, A.Mustofa, dkk., 2011. THE KEY WORD Perpustakaan di Mata Masyarakat. Yogyakarta : Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan Kota Yogyakarta, dan Blogfam.com http://beritasatu.com http://bpadjogja.info http://halt-in.blogspot.com http://santosobudii.blogspot.com

14

Anda mungkin juga menyukai