Anda di halaman 1dari 5

Apa itu mobil Horas dan Apa mungkin 200 km/liter

Pada berita tanggal 1 Mei 2012 tertulis berita dengan judul USU luncurkan mobil "Horas". Judul berita ini saja sudah membuat sensasi. Isi di dalamnya juga lebih sensasional, dituliskan bahwa 14 mahasiswa FT USU merancang mobil super irit dengan konsumsi bahan bakar 200 km/liter. Setelah berita itu, banyak pertanyaan di masyarakat, apa mungkin sehemat itu. Sepertinya itu hanya sensasi dan bertentangan dengan logika yang ber akal sehat alias Bohong. Berita ini menjadi mendapat perhatian dengan "porsi lebih" karena saat itu masih dalam suasana kenaikan harga BBM oleh pemerintah yang juga ditentang Mahasiswa dan Masyarakat. Nalar yang logis dan perhitungan ekonomi langsung bermunculan di Masyarakat. Misalnya, jarak Medan ke Parapat adalah kurang lebih 180 km, Mobil "Horas" (jika benar 200 km/liter) tidak perlu satu liter untuk menempuhnya sekali jalan. Anggaplah menghabiskan 1 liter sekali jalan. Berarti pergi-pulang (pp) hanya membutuhkan 2 liter. Dengan harga premium saat ini Rp 4.500/liter, dengan naik mobil "Horas" uang minyak MedanParapat (pp) hanya Rp 9.000. Sebagai perbandingan, harga ini sama dengan harga sebungkus lontong pakai telor di sekitar Jl. Dr Mansur, yang menjadi sarapan khas warga Medan. Apakah benar demikian? Semoga tulisan ini bisa menjawab rasa penasaran anda. Shell Eco Marathon

Shell Eco-marathon (SEM) adalah sebuah kompetisi, disponsori oleh PT Shell, yang menantang
pelajar dan mahasiswa untuk merancang, membuat, dan menjalankan mobil yang paling hemat energi. Pemenangnya adalah tim dengan mobil yang dapat mengkonsumsi bahan bakar paling irit dengan jarak paling jauh. Kompetisi ini dimulai di Eropa pada tahun 1985, di benua Amerika tahun 2007, dan di Asia sejak 2010. Seperti layaknya sebuah kompetisi, SEM mempunyai kelas - kelas yang secara umum dapat dibagi atas kelas prototipe dan kelas urban. Dengan bahasa yang lebih sederhana bisa dikatakan bahwa kelas prototipe adalah kenderaan yang dirancang sangat bebas, seringan dan sesederhana mungkin dan umumnya mempunyai 3 roda dan bentuknya seperti peluru. Sementara kelas urban concept lebih dikenal dengan konsep city car yang harus mempunyai 4 roda. Secara teknis, kelas prototipe jauh lebih irit dari kelas urban concept. Saat ini rekor dunia masih dipegang kelas prototipe oleh tim dari Swiss dengan nama mobil PAC-CAR II dengan jarak 5385 km/liter yang dibuat tahun 2005. Sebenarnya mobil ini mempunyai bahan bakar hidrogen dan angka itu adalah konversi jika menggunakan minyak. Jika dilihat hasil SEM terakhir (2011) di Eropa, untuk mobil dengan penggerak internal combustion, (biasa kita sebut motor bakar), untuk kelas kelas urban concept pemenangnya adalah Lycee Luouis

Delage dari Perancis dengan hasil 397 km/liter. Sementara untuk kelas prototipe pemenangnya
adalah tim Microjoule La Joliverie(disingkat mobil MLJ) juga dari Perancis dengan hasil 3688 km/liter. Untuk membayangkan seberapa jauh 3688 km ini mari kita lihat peta Indonesia dengan Medan sebagai titik acuan. Jarak dari Medan ke Jakarta adalah sekitar 1400 km berarti kalau pakai mobil MLJ hanya butuh 0,38 liter. Medan-Surabaya 1973 km, dengan mobil MLJ butuh sekitar setengah liter. Mobil ini baru menghabiskan 1 liter jika dipacu dari Medan ke Manokowari (Papua Barat) karena

jaraknya sekitar 3971 km. Sementara untuk SEM Asia 2011, hasil terbaik untuk mesin penggerakinternal combustion di kelas urban adalah tim dari Indonesia MESIN ITS 4 dengan catatan 149 km/liter dan untuk kelas prototipe adalah tim Luk Jao Mae Khlong Prapa dari Thailand dengan jarak 2213 km/liter. Ini semua adalah hasil terbukti. Apa itu tim Horas Kompetisi SEM oleh PT Shell adalah menantang semua tim yang berasal dari pelajar dan mahasiswa. Berarti berdasarkan peraturan ini, Provinsi Sumatera Utara bisa mengirimkan ribuan tim, karena, provinsi ini punya 1596 Sekolah Lanjutan Atas dan Universitas (Sumatera Utara Dalam Angka, 2011). Tetapi setelah 2 kali kompetisi SEM di Asia (2010 dan 2011), peserta dari Indonesia hanya didominasi oleh teman-teman dari perguruan tinggi di Pulau Jawa. Disinilah 14 mahasiswa Fakultas Teknik USU merasa terpanggil untuk mewakili Sumatera Utara di tinggat Asia. Ke 14 mahasiswa ini sangat kental karakteristik anak Medan nya, mereka ini sepakat membentuk tim dan diusulkan bernama HORAS. Pilihan ini dirasa cocok, karena dengan menyebut kata Horas mayoritas penduduk Indonesia akan tau itu Medan Bung. Maka ke 14 mahasiswa ini ingin menginternasionalkan kata "Horas". Mereka ingin Horas dicatat di website PT. Shell global sebagai salah satu peserta yang ikut berkompetisi dan akan memenangkan perlombaan di sirkuit Sepang pada 4-7 Juli 2012. Maka ke 14 mahasiswa ini membentuk tim Horas pada tanggal 20 Juli 2011. Tim ini mempunyai Ketua Munawir Rosyadi Siregar, Manajer adm. Rio A. Sembiring dan 4 divisi. Divisi Mesin kordinatornya adalah Sepvinolist T. Pardede dan anggotanya Fernando B Siagian, Putra Setiawan, dan Irham F. Tanjung. Divisi Body dan Chassis kordinatornya Hotlan Nababan dan anggotanya Ekawira Napitupulu, Sony A, Sembiring, Robertus Simanungkalit, Arifadila. Divisi Kelistrikan kordinatornya Ramadhan dan aggotanya Zulfadhli dan divisi nonteknis Nehemia Sembiring. Intinya adalah tim Horas hanya ingin berkompetisi merancang, membuat, dan menjalankan mobil seefisin mungkin. Dasar Teori tim Horas Dasar teori yang sudah dipelajari oleh tim Horas sebelum masuk ke kompetisi akan dibahas di bagian ini. Efisiensi maksimum mesin penggerak yang umum digunakan adalah sekitar 25-30%. Artinya untuk setiap liter bahan bakar, hanya 0,25-0,3 liter yang menjadi energi mekanik. Sisanya 0,7 liter 0,75 liter akan terbuang melalui kenalpot dan pendinginan blok mesin. Pada kompetisi ini bahan bakar yang akan digunakan adalah Shell Unleaded 95 gasoline dengan nilai kalor bersih 32,01 Megajoule (MJ)/liter. Seandainya tim Horas dapat mengoperasikan mesin mobilnya dengan efisiensi rata-rata 25%, maka tim Horas akan mendapat energi mekanik sebesar 8 MJ. Energi ini akan digunakan untuk mempercepat mobil (saat start dan saat selesai mengerem) dan untuk mempertahankan kecepatan mobil (saat sudah jalan). Anggap 75% atau 6 MJ digunakan mempertahankan kecepatan mobil. Untuk mempertahankan kecepatan mobil ada dua bagian gaya yang harus dilawan, yaitu gaya gesek dan gaya hambatan udara ( aerodynamic drag). Seandainya tim

Horas berhasil meminimalisir kedua gaya ini hanya menjadi 30 Newton, maka energi yang 6 MJ itu akan setara dengan 200.000 m atau 200 km (Teorinya Energi sama dengan Gaya dikali jarak tempuh). Sebagai catatan, panjang total sirkuit Sepang yang dipakai adalah 2,8 km (hanya bagian utara) dan kecepatan rata-rata minimum yang diijinkan adalah 25 km/jam. Tantangan tim Horas ada dua sekarang, yaitu merancang mobil dengan gaya gesek saat berjalan kurang dari 30 Newton dan memastikan mesinnya beroperasi pada efisiensi maksimum tetapi harus berlari dengan kecepatan lebih dari 25 km/jam. Tantangan pertama, gaya hambatan udara (aerodynamic drag) merupakan fungsi dari koefisien drag dan pangkat 3 dari kecepatan. Artinya jika kecepatan mobil dipacu 2 kali lipat daya dorong mesin akan menjadi 2 pangkat 3 atau 8 kali lipat. Intinya tim Horas harus merancang body mobil yang koefisien dragnya kecil pada kecepatan yang diinginkan. Gaya gesek merupakan fungsi dari koefisien gesek dan gaya Normal. Maka untuk menghemat bahan bakar kedua faktor ini harus dikurangi seminimal mungkin. Untuk mengurangi koefisien gesek, tim Horas harus mencari bantalan dan ban dengan material-material yang punyai koefisien gesekan kecil. Gaya Normal adalah gaya Berat dikurangi gaya Lift. Mengurangi gaya berat adalah mengurangi bobot mobil. Untuk mengetahui efek berat mobil terhadap pemakaian bahan bakar, bandingkan uang minyak yang harus dibayar jika menempuh Medan-Parapat dengan Toyota Fortuner (berat kosong 1800 kg) dan dengan Toyota Avanza (berat kosong 1130 kg). Seandainya ada mobil yang beratnya setengah dari Avanza, pasti lebih hemat lagi. Tetapi memang, kenyamanan jadi berkurang. Gaya Normal juga bisa dikurangi dengan memberikan gaya Lift pada mobil. Gaya lift adalah gaya angkat akibat perbedaan lintasan udara. Gaya Lift inilah yang dipakai sayap pesawat untuk terbang. Tim Horas juga berfikir memanfaatkan gaya lift ini untuk mengurangi gaya gesekan. Tantangan kedua untuk tim Horas adalah harus menjaga mesin tetap beroperasi di efisiensi maksimumnya. Salah satu caranya adalah dengan mengatur pemasukan bahan bakar ke mesin agar pembakaran sesuai permintaan daya dari mobil. Ada dua cara melakukan ini, pertama dengan menggunakan perangkat lunak dan sirkuit elektronik dan cara kedua konsepecodriving. Semua teori ini adalah pelajaran standar bagi mahasiswa Teknik Mesin di belahan bumi manapun, apalagi di bagi kita di Mesin USU. Sekarang tim Horas harus membuat semua teori ini menjadi kenyataan dalam bentuk mobil. Sebenarnya tantangan ini yang cukup berat, imajinasi desain tim Horas harus berhadapan dengan kenyataan teknologi yang tersedia di kota Medan. Tantangan yang paling nyata yang saat ini sedang dihadapi antara lain mencari material seringan mungkin dan material dengan koefisien gesekan sekecil mungkin. Kemudian, perangkat lunak dan sirkuit elektronik sebagai "otak" memasukkan bahan bakar sesuai permintaan masih merupakan teknologi yang asing bagi tim Horas. Tetapi tim ini tidak kehilangan akal, para mekanik handal di kota Medan ini mereka datangi untuk meminta pendapat mengoperasikan mesin pada kondisi optimumnya. Kemudian tim ini juga harus berinovasi mengkombinasikan antara aerodynamic drag dan gaya lift untuk menhemat bahan bakas. Untuk ini tim Horas sudah menggunakan perangkat lunak Computational Fluid Dynamics (CFD).

Setelah beberapa bulan sejak dibentuk dan bekerja, akhirnya tim Horas merealisasikan mobilnya dan diberi nama MESIN-USU, sebagai bentuk penghargaan pada almamaternya. Ini juga merupakan koreksi, nama mobil bukan Horas, tetapi MESIN-USU. Seperti yang disebut di atas tim Horas melakukan Launching di Pendopo USU yang dihadiri oleh Rektor USU dan jajaran Pemerintah Daerah pada tanggal 30 April 2012. Berita Launching itulah yang menjadi latar belakang tulisan ini. Tim Horas memang sedang bermimpi Kembali ke pertanyaan di atas tadi, apakah mungkin uang minyak menjalani Medan ke Parapat (pp) sama dengan harga sebungkus lontong pakai telor? Jawabnya bisa tetapi dengan catatan gunakan semua teknologi yang ada, korbankan kenyamanan, dan gunakan konsep Ecodriver. Inilah yang akan diwujudkan tim ini dengan menggunakan seluruh kemampuan inovasi dan akses teknologi terbaik yang dimiliki. Target tim adalah 200 km untuk setiap liter bahan bakar. Target ini memang masih dibawah hasil yang dicapai oleh beberapa tim dari Eropa. Tetapi, mengingat ketersediaan teknologi yang dapat di akses inilah target logis yang (mungkin) akan dicapai. Dengan kata lain, tim Horas memang sedang bermimpi, tetapi mimpi yang logis untuk dibawa ke kenyataan. Semoga tim ini berhasil. Penutup: Orang tua tidak durhaka Saya adalah bapak dari seorang gadis kecil berusia 6 tahun bernama Aika (dalam bahasa Jepang artinya Bunga Cinta). Jika Aika ditanya cita-citanya mau menjadi apa, jawabannya masih selalu berubah. Kadang mengatakan ingin menjadi dokter ketika melihat ibunya sakit, kalau dilihatnya papanya lagi mengoreksi kertas ujian mahasiswa katanya mau jadi dosen (dia pikir dosen itu enak mencoret-coret kertas ujian mahasiswa, sementara dia selalu kena marah karena mencoret dinding). Dan jika dilihatnya orang lagi makan kue, maka Aika berkata ingin punya toko kue. Tetapi jawaban umumnya adalah Aika ingin menjadi Presiden. Sebagai orang tua yang tau statistik dan hanya orang biasa, jika saya mengatakan: Aika berhentilah bermimpi jadi Presiden karena peluangmu hanyalah 1 per 250 juta (Jumlah Penduduk Indonesia). Mungkin orang lain yang mendengar akan menyebut saya orang tua durhaka. Saya ingin berusaha menjadi orang tua yang baik bagi putri kecilku. Saya selalu berkata: Boruku (putriku), belajarlah baik-baik, rajin berdoa kepada Tuhan, papa juga berdoa agar

suatu saat kelak engkau akan menjadi Presiden yang baik.


Tim Horas beranggotakan 14 orang mahasiswa Fakultas Teknik USU dengan usia rata-rata 22 tahun dan punya cita-cita mulia. Mereka adalah anak-anak Sumatera Utara. Maka sebagai orang tua yang baik, sebaiknya kita berkata: Anak-anakku berusahalah sebaik mungkin, rendah hatilah, berangkatlah ke medan kompetisi, kita para orang tuamu akan memberikan restu dan doa, demi kejayaan Sumatera Utara dan Indonesia. Horas USU-Horas

Dr Eng Himsar Ambarita (Dosen FT USU dan Pembimbing Tim Horas)

Anda mungkin juga menyukai