Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG DAN KELENGASAN TERHADAP PERUBAHAN BAHAN ORGANIK DAN NITROGEN TOTAL ENTISOL Effect

Application of Manure and Moisture Content on the Movement on Soil Organic Matter and Total Nitrogen Change of Entisols JAMILAH, SP.MP. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENGANTAR Kenaikan tuntutan penduduk akan industri menyebabkan penggunaan lahan pertanian yang produktif beralih fungsi menjadi sentra industri sehingga perlu dilakukan ekstensifikasi untuk memperoleh lahan pertanian baru. Untuk itu digunakan lahan pertanian yang kurang produktif, yang salah satunya adalah menggunakan Entisol. Entisol banyak terdapat di sekitar gunung aktif dan terutama di daerah-daerah saluran lahar vulkan. Agihannya hampir terdapat di seluruh kepulauan Indonesia terutama Jawa, Sumatera dan Nusa tenggara, luasnya lebih kurang 3 juta hektar (Syarief,1985) atau sekitar 2,1 % dari keseluruhan luas lahan di Indonesia (Sujadi,1984), sehingga peluang untuk ekstensifikasi masih terbuka luas. Entisol mempunyai sifat fisik dan kimia yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tanah ini umumnya bertekstur pasir sehingga struktur lepas, porositas aerasi besar dan permeabilitas cepat. Selain itu kadar lempung dan bahan organik rendah, menyebabkan kapasitas menahan air dan unsur hara rendah, agregasi lemah, kemantapan agregat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanah ini mudah mengalami dispersi apabila mengalami tumbukan air hujan, dan mengakibatkan tanah ini mudah tererosi dan agregat yang hancur menjadi partikel-partikel yang sangat halus dapat menutupi pori-pori tanah sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi tanah. Oleh sebab itu perlu dilakukan perbaikan sifat fisik,kimia dan biologi Entisol dengan penambahan bahan organik dan penyediaan air yang cukup sehingga tanah ini dapat digunakan untuk usaha-usaha pertanian. Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang telah dirasakan manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara fisik memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah (Tate, 1987), meningkatkan daya simpan lengas karena bahan organik mempunyai kapasitas menyimpan lengas yang tinggi (Stevenson, 1982). Dengan demikian lengas tanah terawetkan yang berarti lengas tidak mudah hilang dari dalam tanah. Demolon dan Henin (1932) dalam Baver et al. (1972) menyatakan bahwa bahan organik koloidal lebih efektif daripada lempung sebagai penyebab pembentukan agregat yang stabil dengan pasir. menurut Mowidu (2001) pemberian 20 30 ton/ha bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah pori penyimpan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah, kerapatan bongkah dan permeabilitas. Low dan Piper (1973) dalam Sugito, et al. (1995) menyatakan pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha per tahun selama 6 tahun berturut-turut dapat meningkatkan 4 % porositas tanah, 14,5 % volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan 33,3 % bahan organik serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3 %. Permasalahan yang muncul dalam pemanfaatan bahan organik adalah jumlah dan waktu pemberian bahan organik yang tepat serta keadaan tata air yang tepat

2003 Digitized by USU digital library

agar bahan organik tersebut dapat bermanfaat untuk perbaikan sifat-sifat tanah. Penyediaan bahan organik dapat dilakukan dengan memilih sumber bahan organik yang relatif mudah diperoleh, misalnya pupuk kandang Hasil antara perombakan merupakan bahan yang dapat menyebabkan zarahzarah tanah menyatu dan membentuk agregat. Sebagai hasilnya gerakan air ke dalam dan di dalam tanah diperbaiki dan lebih mudah tersedia bagi tanaman. Penelitian mengenai peranan pupuk kandang terhadap perbaikan sifat fisik dan kimia tanah sudah banyak dilakukan tapi dilakukan pada tanah dalam keadaan kapasitas lapangan. Sehingga diperlukan penelitian untuk mengaji perubahan sifat tanah yang dihubungkan dengan tingkat kelengasan dan pemberian pupuk kandang sebagai sumber bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh saling tindak (interaksi) antara takaran pupuk kandang, tingkat kelengasan dan waktu inkubasi terhadap kadar bahan organik dan Nitrogen total Entisol. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi takaran pupuk kandang, kelengasan dan waktu yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Entisol dan Permasalahannya Entisol (ent berasal dari kata recent) adalah tanah mineral yang tidak memiliki horison-horison pedogenik yang mencirikan (Soil Survey Staff, 1998). Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison diagnostik yang nyata karena pelapukan baru diawali atau bahan induk yang sukar larut seperti pasir kuarsa, atau terbentuk batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping, atau topografi sangat miring sehingga kecepatan erosi melebihi pembentukan horison pedogenik (Darmawijaya, 1990). Soil Survey Staff (1998) memilahkan Entisol menjadi 5 subordo, yaitu Aquents, Arents, Fluvents, Orthents dan Psamments. Subordo Aquents mewakili kondisi akuik dan bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral ; atau selalu jenuh air dan matrik tereduksi pada semua horison di bawah kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral, dll. Entisol lain yang mempunyai satu lapisan atau lebih di antara kedalaman 25 dan 100 cm di bawah permukaan tanah mineral, memiliki fragmen horison penciri sebesar 3 persen atau lebih yang tidak tersusun secara jelas termasuk subordo Arents. Psamments merupakan Entisol yang mempunyai fragmen batuan dan tekstur pasir halus berliat atau lebih kasar sebesar kurang dari 35 persen, pada seluruh lapisan di dalam penampang kontrol kelas besar butirnya. Entisol lain yang tidak mempunyai kontak densik, litik, atau paralitik di dalam 25 cm dari permukaan tanah mineral dan mempunyai lereng kurang dari 25 persen, karbon organik 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral dan rejim suhu lebih panas dari cryik termasuk dalam subordo Fluvents, dan Ortents merupakan Entisol yang lain (Soil Survey Staff, 1998). Sifat fisik Entisol sebagian besar tidak baik. Umumnya penghambat utama tanah ini adalah sifat fisik disertai kurangnya air (Komar,1984). Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan sangat sarang, hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang karena perkolasi. Karena kandungan bahan organiknya rendah maka usaha untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ini adalah dengan penambahan bahan organik, sehingga sifat fisik dan kimia tanah dapat diperbaiki dengan fungsi dari bahan organik tersebut.

2003 Digitized by USU digital library

B. Peranan Pupuk Kandang Sebagai Bahan Organik Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine), sehingga kualitas pupuk kandang beragam tergantung pada jenis, umur serta kesehatan ternak, jenis dan kadar serta jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pekerjaan dan lamanya ternak bekerja, lama dan kondisi penyimpanan, jumlah serta kandungan haranya (Soepardi,1983). Tisdale dan Nelson (1965) menyatakan bahwa pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran 0,5% N; 0,25% P2O5 dan 0,5% K2O. Pupuk kandang sapi padat dengan kadar air 85% mengandung 0,40% N; 0,20% P2O5 dan 0,1% K2O dan yang cair dengan kadar air 95% mengandung 1% N; 0,2% P2O5 dan 1,35% K2O. Proses perombakan bahan organik pada tahap awal bersifat hidrolisis karena proses ini berlangsung dengan adanya air dan enzim hidrolisa ekstra selular yang menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dan mudah larut dalam air sehingga mikroorganisme dapat memanfaatkannya terutama dalam kondisi aerobik. Perombakan selanjutnya dalam kondisi aerobik dengan hasil akhirnya CO2 dan H2O. Dalam kondisi anaerobik, hasil samping adalah asam asetat, asam propionat, asam laktat, asam butirat dan asam format serta alkohol dan gas-gas CO2, H2 dan metan (CH4) (Sugito, et al, 1995). Sangatanan dan Sangatanan (1989) merekomendasikan jumlah pupuk kandang sebanyak 15 90 ton/ha tergantung jenis tanaman dan pertumbuhan tanaman, dan menurut Mowidu (2001) pemberian 20 30 ton/ha bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah pori penyimpan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah, kerapatan bongkah dan permeabilitas. Low dan Piper (1973) dalam Sugito, et al. (1995) menyatakan pemberian pupuk kandang sebanyak 75 ton/ha per tahun selama 6 tahun berturut-turut dapat meningkatkan 4 % porositas tanah, 14,5 % volume udara tanah pada keadaan kapasitas lapangan dan 33,3 % bahan organik serta menurunkan kepadatan tanah sebanyak 3 %. Secara kimia memberikan keuntungan menambah unsur hara terutama NPK dan meningkatkan KPK serta secara biologi dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme tanah (Allison, 1973). Salah satu jenis pupuk organik yang sering digunakan sebagai penambah bahan organik tanah adalah pupuk kandang. Pupuk kandang sapi merupakan sumber bahan organik yang mudah diperoleh dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya. Demolon dan Henin (1932) dalam Baver et al. (1972) menyatakan bahwa bahan organik koloidal lebih efektif daripada liat sebagai penyebab pembentukan agregat yang stabil dengan pasir. Penambahan koloid humus ke pasir kuarsa menyebabkan 71 94 % pasir membentuk agregat dalam sistem yang dijenuhi Ca dan H dibandingkan dengan bila menggunakan koloid liat hanya 28,5 33,5 %. Penambahan 8% koloid humus ke dalam koloid lempung meningkatkan agregasi tanah pasir lebih kurang 25 % lebih tinggi bila hanya menggunakan koloid liat. Dehidrasi/pengurangan air dapat merupakan pendorong utama pembentukan agregasi.

C. Kelengasan Tanah Lengas tanah ialah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas, yaitu kakas ikat matrik, osmosis, dan kapiler. Notohadiprawiro (2000) mengklasifikasikan air dalam tanah berdasarkan tegangan lengas tanah sebagai berikut :

2003 Digitized by USU digital library

- kapasitas tambat maksimum : jumlah air yang dikandung tanah dalam keadaan jenuh. Semua pori terisi penuh air. Tegangan lengas tanah 0 cm H2O, 0 bar, atau pF 0. - kapasitas lapangan : jumlah air yang dikandung tanah setelah semua air gravitasi tersingkirkan. Tegangan lengas tanah 346 cm H2O, 0,3 bar, atau pF 2,54. - tara lengas : jumlah air yang tinggal dalam tanah setelah yang berlebih disingkirkan dengan pusingan sentrifus 1000 g selama 40 menit. Tegangan lengas tanah 1000 cm H2O, 1 bar, atau pF 3,0. - titik layu tetap : tingkat kelengasan tanah yang menyebabkan tumbuhan mulai memperlihatkan gejala layu. Kadar lengas tanah tidak cukup untuk memasok jumlah air yang diperlukan untuk mempertahankan turgor jaringan tumbuhan. Tegangan tanah 15.849 cm H2O, 15 bar, atau pF 4,17. - koefisien higroskopik : jumlah lengas tanah yang dijerap permukaan zarah-zarah tanah dari uap air dalam atmosfer yang berkelembaban kira-kira 100 %. Tegangan lengas tanah 31.623 cm H20, 31 bar, atau pF 4,5. - kering angin : kadar air setelah diangin-anginkan di tempat teduh sampai mencapai keseimbangan dengan kelengasan atmosfer. Tegangan lengas tanah 106 cm H20, 1000 bar, atau pF 6,0. Nilai tegangan lengas tanah dapat agak berbeda-beda, tergantung pada kelembaban nisbi udara atmosfer. - kering tungku : kadar air tanah setelah dikeringkan dalam tungku pada suhu 105110oC sampai tidak ada lagi air yang menguap (timbangan tetap; biasanya memakan waktu 16-18 jam). Tegangan lengas tanah 107 cm H2O, 10.000 bar, atau pF 7. Air berpengaruh terhadap kondisi tanah terutama aerasi, suhu, hidrologi, struktur tanah dan keterolahan. Ruang pori setiap tanah diisi sebagian oleh udara dan sebagian oleh air. Ruang yang ditempati air tidak dapat diisi oleh udara yang akan mempengaruhi kondisi oksidasi-reduksi tanah. Mikroorganisme aerobik akan digantikan oleh mikroorganisme anaerobic (Sugito, et al., 1995). BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan percobaan pot yang dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium tanah Kuningan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Entisol yang diambil dari lahan di Kelurahan Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kategori contoh tanah terusik dan tidak terusik. Pupuk kandang berasal dari kotoran sapi yang sudah mengalami proses pengomposan (matang). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 3 faktor perlakuan dan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah pupuk kandang yang terdiri atas 4 aras yaitu 0, 10, 20, 30 ton/ha. Faktor kedua adalah tingkat kelengasan (% berat) yang terdiri atas 3 aras yaitu : kering angin, kapasitas lapangan, tergenang. Faktor ketiga adalah waktu inkubasi contoh tanah yang terdiri atas : 2, 4, 6 minggu. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh perlakuan, data dianalisis dengan analisis sidik ragam dan uji DMRT 5% untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata. Untuk mengetahui keeratan hubungan antar parameter dilakukan uji regresi dan korelasi. Contoh Entisol yang diambil pada jeluk 0-20 cm berupa contoh tanah terusik (disturbed soil sample). Pupuk kandang sapi yang telah matang dikeringanginkan dan disaring dengan pengayak berdiameter 5 mm. Sebanyak 6 kg tanah kering angin yang sudah dicampur dengan pupuk kandang sesuai dengan perlakuan, kemudian dimasukkan ke dalam pot plastik, ditambahkan air berdasarkan perlakuan kelengasan, dan diinkubasi sesuai perlakuan waktu inkubasi. Selama inkubasi kelengasan dipertahankan dengan cara gravimetri. Banyak air yang ditambahkan

2003 Digitized by USU digital library

setara dengan selisih berat dari perlakuan tingkat kelengasan dan berat saat penimbangan. Pengamatan dan pengumpulan data sebelum dan sesudah inkubasi dilakukan terhadap parameter-parameter : tekstur tanah (metode pipet, hanya sebelum inkubasi), kadar C-organik (kolorimeter), dan N-total. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Awal Entisol Hasil analisis contoh Entisol menunjukkan tanah ini didominasi oleh fraksi pasir (76.63 %) dan mengandung fraksi debu (14.22 %) serta fraksi liat (9.15 %) sehingga tanah ini termasuk dalam kelas tekstur lempung berpasir (sandy loam), Corganik rendah (0.67 %), N-total rendah (0.11 %), nisbah C/N sempit (6 : 1), kadar bahan organik rendah (1.15%). Hasil Analisis Pupuk Kandang Sapi Sifat fisik dan kimia pupuk kandang sapi sebelum digunakan mempunyai kadar lengas 26.28 % berat, C-organik 6.62 %, N-total 0.65 %, Nisbah C/N 10.18, kadar bahan organik 11.41 %, asam humat 3.42 % dan asam fulvat 2.92 %. Bahan Organik Tanah Dari hasil uji keragaman menunjukkan bahwa kelengasan dan waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap bahan organik tanah dan interaksi pupuk kandang dan kelengasan pengaruhnya nyata terhadap bahan organik tanah. Hasil uji DMRT (Tabel 1) terlihat bahwa dengan peningkatan dosis pupuk kandang tidak berbeda nyata pengaruhnya terhadap bahan organik tanah pada semua tingkat kelengasan tanah. Pada keadaan kapasitas lapangan dan tergenang bahan organiknya lebih rendah dibandingkan dengan kering angin. Hal ini disebabkan bahan organik sudah mengalami dekomposisi karena dengan tersedianya kelengasan aktifitas mikroorganisme akan meningkat dan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi sehingga kadar bahan organik tanah menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan tanah pada keadaan kering angin yang aktifitas mikroorganisme kurang aktif karena kurangnya kelengasan. Tabel 1. Pengaruh Interaksi Takaran Pupuk Kandang KelengasanTerhadap Kadar Bahan Organik Entisol (%) dan Tingkat

Dosis Rerata Kelengasan pupuk Kering angin Kapasitas Tergenang 5 kandang (3 % berat) lapangan (17 % cm (32 % (ton / ha) berat) berat) 0 1.23 bc 1.12 c 1.27 ab 1.21 10 1.25 b 1.22 bc 1.25 b 1.29 20 1.28 ab 1.25 b 1.20 bc 1.26 30 1.38 a 1.29 ab 1.21 bc 1.23 Rerata 1.28 1.22 1.24 + Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada jenjang nyata 5%. + = ada interaksi

2003 Digitized by USU digital library

Dari Gambar 1 terlihat bahwa bahan organik pada setelah 4 minggu inkubasi mengalami penurunan secara drastis karena mengalami dekomposisi dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh mikroorganisme sehingga kadarnya turun, tapi setelah inkubasi 6 minggu meningkat lagi, hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya aktifitas mikroorganisme dalam tanah dan menyebabkan bahan organik ke dalam tanah.

Gambar 1. Pengaruh Waktu Inkubasi Terhadap Kadar Bahan Organik Tanah (%) Nitrogen Total Tanah (%) Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pupuk kandang dan kelengasan berpengaruh sangat nyata sampai nyata terhadap nitrogen total tanah, tapi interaksi pupuk kandang, kelengasan dan waktu inkubasi pengaruhnya tidak nyata terhadap nitrogen total tanah. Tabel Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Tingkat Kelengasan TerhadapKadar Nitrogen Total Entisol (%) Dosis Rerata Kelengasan Pupuk Kering angin Kapasitas Tergenang Kandang (3 % berat) Lapangan (17 % (32 % berat) (ton/ha) berat) 0 0.082 0.081 0.073 0.079 b 10 0.080 0.084 0.081 0.082 ab 20 0.082 0.086 0.084 0.084 ab 30 0.088 0.088 0.086 0.087 a Rerata 0.083 ab 0.085 a 0.081 ab Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada jenjang nyata 5%. - = tidak ada interaksi Dari uji DMRT (Tabel 2) menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang pengaruhnya terhadap nitrogen total tanah, tapi semakin tinggi dosis pupuk kandang makin tinggi juga kadar nitrogen total tanah. Hal ini karena pupuk kandang mengandung unsur nitrogen sehingga dengan meningkatnya dosis pupuk maka akan meningkatkan nitrogen total tanah. Hubungan antara nitrogen total dengan dosis pupuk kandang berupa garis linier yaitu nitrogen total = 0.003 pukan + 0.6791 (R2 = 0.9941). 2003 Digitized by USU digital library 2.

Pengaruh kelengasan nyata terhadap nitrogen total tanah dan pada keadaan kapasitas lapangan nitrogen total paling tinggi dibandingkan dengan keadaan kering angin dan tergenang. Hubungan antara nitrogen total dengan kelengasan tanah berbentuk regresi kwadratik (Gambar 2) yaitu nitrogen total = -0,0014L2 + 0,043L + 8,19 (R2 = 1), sehingga diperoleh kelengasan optimum sebesar 15,18 % berat dan nitrogen maksimum 0,085 %.

Gambar 2. Pengaruh Kelengasan Terhadap Kadar Nitrogen Total Tanah (%) KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : Bahan organik dipengaruhi oleh dosis pupuk kandang dan tingkat kelengasan, nilai tertinggi diperoleh pada dosis 10 ton/ha dengan kelengasan kering angin sebesar 1,38 %. Nitrogen total tanah dipengaruhi faktor tunggal dosis pupuk kandang 30 ton/ha sebesar 0,087 (%) dan dengan tingkat kelengasan kapasitas lapangan. DAFTAR PUSTAKA Allison, F.E., 1973. Soil Organic Matter and Its Role in Crop Production. Elsevier Scientific Publishing Co., Amsterdam VI + 637p. Baver, LD., W.H.Gardner,. and W.R. Gardner. 1972. Soil Physics. John Wiley & Sons. Canada xiii + 443p. Darmawijaya, M.l. 1990. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. VI + 411 p. Komar, M. 1984. Ketersediaan Lengas Tanah Untuk Tanaman Pada Tanah Regosol Dengan Menggunakan Tanaman Jagung Sebagai Tanaman Uji. Tesis Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

2003 Digitized by USU digital library

Mowidu, 1.2001. Peranan Bahan Organik dan Lempung Terhadap Agregasi dan Agihan Ukuran Pori pada Entisol. Tesis Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Notohadiprawiro, T. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan UGM. Yogyakarta. Sangatanan, PD. dan R.L. Sangatanan. 1989. Organic Farming. 3M Book Inc., 227p Sarief, S.E. 1985. Kesuburan clan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. xvi + 197p Soil Survey Staff, 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Ix + 716p Sugito, Y., Yulia N, dan Ellis N. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 83p. Sujadi, M.l. 1984. Problem Soil in Indonesia and Their Management. in J.B. Peterson, ed. Ecology and Management of Problem Soil in Asia. FFTC Book Series no. 27. Hal 68 -73. Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reaction. Second Ed. John Wiley & Son. Inc. USA. xiii + 496p Tate III, R.L. 1987. Soil Organic Matter. Biological & Ecological Effect. John Wiley & Sons. Inc. New York. Xii + 291p.

2003 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai