Anda di halaman 1dari 8

SINUSITIS MAXILLARIS

PENDAHULUAN
Sinusitis maxillaris merupakan peradangan pada mukosa sinus maxillaris. Sinusitis maxillaris merupakan sinusitis yang paling sering terjadi dibanding sinus paranasal lainnya. Hal ini disebabkan karena sinus maxillaris merupakan sinus paranasal terbesar, letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sehingga aliran sekret (drainase) dari sinus maxillaris hanya tergantung dari gerakan silia, dasar sinus maxillaris adalah dasar akar gigi sehingga infeksi dapat berasal dari infeksi gigi, dan ostium sinus maxillaris terletak di meatus medius disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat. (1.2) Menurut perjalanan penyakitnya dams (1!"#) membagi sinusitis menjadi$ 1. Sinusitis akut, bila berlangsung beberapa hari%minggu 2. Sinusitis subakut, bila berlangsung beberapa minggu%bulan &. Sinusitis kronik, bila berlangsung beberapa bulan%tahun (menurut 'a(ne )erge, bila sudah lebih dari & bulan). (&)

DEFINISI
Sinusitis maxillaris merupakan suatu peradangan pada mukosa sinus paranasal se*ara anatomi pada sinus maxilla. (2)

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Sinus Maxillaris merupakan sinus paranasal yang terbesar, saat lahir Sinus Maxillaris ber+olume ,%# ml, kemudian sinus berkembang dengan *epat dan akhirnya men*apai ukuran maksimal yaitu 1- ml saat de(asa. Sinus Maxillaris dibentuk segitiga. .inding anterior sinus adalah permukaan fasial os maxilla, dinding posteriornya ialah permukaan infra temporal maxilla, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding interiornya ialah prosesus al+eolaris dan palatum. /stium sinus maxillaris berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. (1) Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa bersilia dan palut lendir diatasnya. .i dalam sinus silia bergerak se*ara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur%jalur yang sudah tertentu polanya. 0ada dinding lateral hidung terdapat dua aliran transport mukosiliar dari sinus. 1endir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba 2usta*hius. 1endir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis, dialirkan nasofaring dipostero%superior muara tuba. 3nilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pas*a nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada sekret di rongga hidung. )eberapa teori dikemukakan fungsi sinus paranasal antara lain $ sebagai pengatur kondisi udara, sebagai penahan suhu, membantu keseimbangan kepala, membantu

resonansi suara, peredam perubahan tekanan udara, dan membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung. (1)

ETIOLOGI
Sinusitis Maxillaris biasanya dapat disebabkan oleh +irus, bakteri atau jamur. 4uman penyebab tersering adalah strepto**o*us pnemoniae dan haemophilus influen5ae yang ditemukan pada "6 7 kasus. (8) 9aktor predisposisi terjadinya sinusitis maxillaris adalah obstruksi mekanik seperti de+iasi septum, benda asing pada hidung, tumor atau polip, rinitis alergi, rinitis kronis, polusi lingkungan, udara dingin dan kering. Selain itu disebabkan juga karena berenang dan menyelam, trauma, periodontitis atau abses apikal gigi (infeksi gigi rahang atas M1, M2, M& serta 01 dan 02). (1,2,&,8)

PATOFISIOLOGI
)ila terjadi edema di kompleks ostiomeatal, mukosa yang letaknya saling berhadapan akan bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. kibatnya terjadi gangguan drainase dan +entilasi di dalam sinus, sehingga silia

menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. )ila sumbatan berlangsung terus, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga infeksi oleh bakteri anaerob selanjutnya terjadi perubahan jaringan menjadi hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. (1)

MANIFESTASI KLINIS
:ambaran klinis yang didapat berupa gejala sistemik dan gejala lokal. :ejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. :ejala lokal pada hidung yaitu terdapat ingus kental yang kadang%kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. .irasakan hidung tersumbat rasa nyeri di sisi sinus yang terkena serta kadang%kadang dirasakan juga ditempat lain karena nyeri alih (referred pain). 0ada sinusitis maxillaris nyeri di ba(ah kelopak mata dan kadang%kadang menyebar ke al+eolus, sehingga terasa nyeri di gigi. ;yeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. 0ada pemeriksaan akan didapatkan pembengkakan di daerah pipi dan di kelopak mata ba(ah (pada sinusitis maxillaris akut). 0ada rinoskopi anterior akan tampak mukosa konkha hiperemis dan edema, dan tampak mukopus di meatus medius. 0ada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). (1,2,&,8)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 0emeriksaan <ransiluminasi 0emeriksaan ini merupakan pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya

diragukan. 0emeriksaan dilakukan di kamar gelap, memakai sumber *ahaya pen light. =ntuk memeriksa sinus maxillaris lampu dimasukan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. 0ada sinus normal tampak gambaran bulan sabit yang terang di ba(ah mata, tetapi bila ada sinusitis akan tampak suram atau gelap. (1,2,&,8)

2. 0emeriksaan >adiologi :ambaran radiologi sinusitis maxillaris akut mula%mula penebalan mukosa. Selanjutnya diikuti opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak atau akibat akumulasi *airan yang memenuhi sinus. le+el yang khas. (1,2,&,8) &. 0emeriksaan Mikrobiologi $ 4ultur 4uman dan =ji >esistensi Sebaiknya untuk pemeriksaan radiologi diambil sekret dari meatus medius atau meatus superior. Mungkin ditemukan berma*am%ma*am bakteri yang merupakan flora normal di hidung atau kuman patogen, seperti $ Pneumococcus, Streptococcus, khirnya terbentuk gambaran air fluid

Staphylococcus, dan Haemophilus Influenzae. Selain itu mungkin ditemukan juga +irus atau jamur. (1,2) 8. 0emeriksaan Sinoskopi 0ada pemeriksaan sinoskopi dapat dilihat antrum (sinus maxillaris) se*ara langsung sehingga dapat diketahui adanya perubahan mukosa.

DIAGNOSIS
.iagnosis sinusitis maxillaris dibuat berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan klinis dan didukung oleh pemeriksaan penunjang.

PENATALAKSANAAN
1. <erapi 4onser+atif a. ntibiotik berspektrum luas.

ntibiotik ini diberikan sesuai dengan kultur dan uji sensi+isitas, misalnya moksisilin, mplisilin, 2ritronisin dan Sulfonamid. b. .rainase dengan dekongestan dan tetes hidung poten seperti fenilefrin (;eo% Syneprin) atau oksimeta5olin dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun kemudian dihentikan. *. 4ompres hangat pada (ajah dan analgetik seperti aspirin dan asetaminofen berguna untuk meringankan gejala. (1,2) 2. <erapi non%bedah )ila terjadi kegagalan penyembuhan dengan suatu terapi aktif, maka mungkin menunjukkan organisme tidak lagi peka terhadap antibiotik atau antibiotik tersebut gagal men*apai lokasi infeksi. /stium sinus dapat sedemikian edema sehingga drainase sinus terhambat dan terbentuk suatu abses sejati. )ila demikian, terdapat suatu indikasi punksi irigasi sinus. (1,2,&) &. <erapi 0embedahaan. <erapi pembedahan diperlukan apabila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intra kranial atau bila ada nyeri hebat karena ada sekret tertahan atau sumbatan, dan dengan terapi konser+atif tidak membaik. ?enis pembedahannya yaitu $ a. 0embedahan >adikal @aitu dengan mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena. /perasi pada sinus maxillaris adalah operasi 'ald(ell%1u*.(1,2))

b. 0embedahan ;on >adikal @aitu metode operasi sinus paranasal dengan menggunakan endoskop yang disebut bedah sinus endoskopik fungsional ()S29). 0rinsipnya ialah membuka dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan infeksi, sehingga +entilasi dan drainase sinus dapat lan*ar kembali melalui ostium alami. .engan demikian mukosa sinus akan kembali normal. (1,2)

KOMPLIKASI
4omplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis eksaserbasi akut. 4omplikasi yang dapat terjadi adalah osteomielitis dan abses subperiosteal, kelainan orbita berupa edema palpebra, selulitis orbita, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus ka+ernosus, kelainan intra kranial berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak, kelainan paru seperti bronkitis kronis, bronkiektasis dan asma bronkial. (1)

DAFTAR RUJUKAN

1. Soepardi,

2. )uku

jar 3lmu 4esehatan <elinga, Hidung .an <enggorok 4epala

1eher, 94=3, ?akarta, 2disi ke A -, 'etakan ke A2, 2662 $ 11-, 11"%1!,126%28. 2. dams, 1:, )oies, >3 $ Higler, p. )uku jar 0enyakit <H<, 2:'B ?akarta, 2disi ke%,, 'etakkan ke &, 1!!" $ 286%2,6. &. Soerpardi, 2. 0enatalaksanaan 0enyakit dan 4elainan <elinga Hidung <enggorok. 94=3, ?akarta, 2disi ke A2, 2666 $ 1&,%&!. 8. Mansjoer, (editor), 4apita Selekta 4edokteran, 94=3, ?akarta, 2disi ke%&, ?ilid 3,

'etakan 3, 1!!! $ 162%16,.

Anda mungkin juga menyukai