Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah penyakit kanker dirasakan semakin menonjol. World Health Organization (WHO) (1989) melaporkan bahwa di dunia ini setiap tahunnya ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam dekade terakhir ada 9 juta manusia meninggal karena kanker. Dua per tiga kejadian ini terjadi di negara yang sedang berkembang. Menurut Ramli (1995) di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker dari 100.000 penduduk (1). Kanker payudara merupakan penyakit kanker yang paling umum menyerang perempuan tetapi kanker payudara juga dapat menyerang laki-laki, mengingat laki-laki memiliki sedikit hormon estrogen dan struktur jaringan payudara yang sama dengan perempuan (2). Di Indonesia, terdapat 10 jenis kanker tersering yang menyerang wanita dan kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim. Berdasarkan data registrasi kanker di 13 Pusat Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran/Rumah Sakit tahun 1983, terdapat proporsi 18,7% atau 753 kasus kanker payudara dari 4027 kasus kanker pada wanita (3). Dari beberapa sumber di atas dapat dijelaskan bahwa kanker payudara merupakan penyakit mematikan yang menjadi momok bagi setiap orang baik pria maupun wanita di semua belahan dunia. Oleh karena itu penulis merasa penting untuk mengangkat masalah ini dan memperkenalkan ke khalayak agar bisa mengetahui apa itu penyakit kanker payudara. 1

I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan bahwa kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang penting untuk diketahui dari segala aspek. Baik itu penyebab penyakit, gejala penyakit,

penatalaksanaan penyakit, dan lain sebagainya.

I.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu perlunya pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kanker payudara.

I.4 Manfaat Penulisan Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan mengenai kanker payudara.

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Anatomi dan Fisiologi II.1.1 Anatomi Payudara Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi

perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna. (4) Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu (lobulus) yang dialirkan ke puting (nipple) melalui duktus. Stuktur lainnya adalah jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20 lobus yang tersusun sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal hormonal. Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni estrogen, progesteron dan prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area hiperpigmentasi di sekitar puting (4).

Gambar 1. Lobulus dan duktus payudara Keterangan : a. Duktus b. Lobulus c. Bagian duktus yang dilatasi untuk menahan susu Pembesaran : A. Sel-sel normal B. Membran sel C. Lumen d. Puting susu e. Jaringan lemak f. Otot pektoralis mayor g. Dinding dada

Gambar 2. Payudara

II.1.2 Fisiologi Payudara Tumbuh kembang payudara berawal saat memasuki akil balik dimana sistem hormonal wanita mulai berfungsi. Hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhan sistem saluran, puting dan jaringan lemak. Sedangkan hormon progesteron berperan dalam tumbuh kembang kelenjar susu. (5) Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. (5) Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang

timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. (5) Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (5). Bagi perempuan, payudara yang matang berfungsi sebagai salah satu tanda kematangan seksual sekunder dan sebagai organ pembuat air susu. Sedangkan bagi pria, payudara merupakan buah dada yang tidak masak dan juga zona sensitive walaupun tak sesensitif pada perempuan (6).

II.2 Patofisiologi Kanker Payudara II.2.1 Definisi Kanker payudara merupakan penyakit degeneratif akibat dari sel dalam jaringan payudara yang membelah dan tumbuh tanpa kendali. Kanker payudara adalah neoplasma ganas yaitu suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, tumbuh infiltrative dan dekstruktif serta dapat bermetastase dan akan tetap tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan itu berhenti (7).

II.2.2 Patofisiologi Kanker payudara adalah keganasan yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia. Kanker payudara terjadi karena adanya kerusakan pada gen yang mengatur pertumbuhan dan diffrensiasi sehingga sel itu tumbuh dan berkembang biak tanpa dapat dikendalikan. Penyebaran kanker payudara terjadi melalui pembuluh getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar. Kanker payudara paling sering dimulai pada saluran produksi susu, jenis kanker ini cancer invasive ductal carcinoma. Kanker payudara juga dapat dimulai dari lobulus (invasive lobular carcinoma) atau sel pada payudara. Klasifikasi kanker payudara adalah sebagai berikut : a. Kanker payudara non invasif Karsinoma intraduktus in situ Karsinoma intraduktus in situ merupakan tipe kanker payudara noninvasif yang paling umum terjadi, seringkali terdeteksi pada

mammogram sebagai mikrokalsifikasi (tumpukan kalsium dalam jumlah kecil). Karsinoma lobular in situ Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan atau duktulus, tanpa disertai infiltrasi ke dalam stroma. Sel-sel berukuran lebih besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang disertai mitosis.

b. Kanker payudara invasif Karsinoma duktus invasif Secara histologis, jaringan ikat padat tersebar berbentuk sarang atau beralur-alur. Sel berbentuk bulat sampai polygonal, bentuk inti kecil dengan sedikit gambaran mitosis. Pada tepi tumor, tampak sel kanker mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau seperti kelenjar. Karsinoma lobular invasif Jenis ini merupakan karsinoma infiltrative yang tersusun atas sel-sel berukuran kecil dan seragam dengan sedikit pleimorfisme. Karsinoma musinosum Secara histologis, terdapat 3 bentuk sel kanker. Bentuk pertama, sel tampak seperti pulau-pulau kecil yang mengambang dalam cairan musim basofilik. Bentuk kedua, sel tumbuh dalam susunan kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin. Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar sel berbentuk signet-ring. Karsinoma meduler Sel berukuran besar berbentuk polygonal/lonjong dengan batas sitoplasma tidak jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih baik daripada karsinoma duktus infiltratif biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedanag diantara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.

Karsinoma papiler invasif Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler. Karsinoma tubuler Pada karsinoma tubuler, bentuk sel teratur dan tersusun secara tubuler selapis, dikelilingi oleh stroma fibrous. Jenis ini merupakan karsinoma dengan diferensiasi tinggi. Karsinoma adenokistik Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara. Karsinoma apokrin Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma eosinofilik, sehingga menyerupai sel apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat ditemukan juga pada jenis karsinoma payudara yang lain. (8) c. Tumor jinak (benigna) Tumor Benigna sederhana dan tidak berbahaya akan terbungkus dalam kapsul, tidak menginfiltrasi jaringan jaringan disekitarnya atau tidak menimbulkan metastase dan kecil kemungkinannya untuk kambuh kembali jika tumor tesebut diangkat. Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul, tidak tumbeh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak menimbulkan anak sebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada umumnya dapat disembuhkan dengan sempurna kecuali yang mensekresi hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat

10

penting, misalnya di sumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplegia atau pada saraf otak yang menekan jaringan otak. d. Tumor ganas (maligna) Tumor Maligna yaitu tidak terbungkus dalam kapsul dan akan menginfiltrasi jaringan disekitarnya serta menimbulkan metastase. Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltrasi dan merusak jaringan sekitarnya. Disamping itu dapat menyebar ke seluruh tubuhmelalui aliran limfe atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian. Belakangan terdapat penelitian yang mempelajari ekspresi reseptor estrogen beta (RE ) pada berbagai tahapan karsinogenesis payudara. Reseptor estrogen adalah kelas baru dari reseptor estrogen, selain reseptor estrogen (RE ), yang baru ditemukan pada tahun 1996. Perbedaan antara RE dan RE adalah pada fungsinya terhadap kelenjar payudara dan responsivitas terhadap terapi endokrin. Reseptor estrogen berperan dalam proliferasi sel, sebaliknya RE dapat menghambat proliferasi sel melalui penghambatan transkripsi gen dan berperan sebagai supresor tumor (9). HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) adalah protein yang terdapat di dalam setiap sel payudara yang berfungsi membantu pertumbuhan sel normal. Gen HER2 ditemukan pada DNA sel dan mengandung informasi untuk pembuatan protein HER2. Protein HER2, atau disebut juga reseptor HER2, ditemukan pada permukaan beberapa sel normal di tubuh termasuk di payudara. Fungsinya adalah mengirimkan sinyal yang 'memerintahkan' sel untuk tumbuh dan membelah diri.

11

Pada kanker payudara dengan jenis HER 2 positif (HER2+), sel kankernya memiliki jumlah gen HER2 yang berlebihan pada tiap sel sehingga terlalu banyak protein HER2 muncul di permukaan sel kanker jenis HER2+. Kondisi ini disebut overekspresi protein HER2. Terlalu banyaknya jumlah protein HER2 menyebabkan sel kanker tumbuh dan membelah jauh lebih cepat tanpa terkendali. Oleh sebab itulah, kanker payudara dengan HER2+ dikenal sebagai kanker payudara agresif. http://solusiterapiku.com/content-pasien.php?id=1 Beberapa stadium dari kanker payudara : Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 25 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak

12

Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.

II.2.3 Tanda dan Gejala Tanda serta gejala yang dapat diamati dari penyakit kanker payudara yaitu (10) : 1. Nyeri setempat, mungkin tanpa benjolan 2. Adanya benjolan, nyeri atau tidak nyeri 3. Pendarahan pada puting atau secret lain 4. Tumor yang cukup besar atau sukar digerakkan 5. Tukak (luka terbuka) diatas tumor 6. Pembekakan atau penyembaban kulit diatas tumor 7. Pemendekan atau penarikan kulit diatas tumor 8. Pembesaran kelenjar getah bening regional 9. Pembekakan lengan sisi yang sama

II.3 Etiologi/Faktor Resiko II.3.1 Umur Wanita umur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker payudara. Risiko ini akan terus meningkat sampai umur 50 tahun dan setelah menopause. Risiko terjadi kanker payudara pada umur

13

50 tahun (1 diantara 400) lebih besar daripada umur 30 (1 diantara 4200). Kirakira 18% kanker payudara didiagnosa pada wanita setelah umur 50 tahun (11).

II.3.2 Jenis Kelamin Wanita memiliki risiko lebih besar unutk terkena kanker payudara dibandingkan laki-laki, dikarenakan wanita memiliki sel payudara lebih banyak dibandingkan laki-laki. Banyaknya kejadian kanker payudara pada wanita kemungkinan dipengaruhi oleh hormon-hormon wanita, yaitu hormon estrogen dan progesterone yang berpengaruh terhadap proses proliferasi sel-sel pada kelenjar payudara yang secara fisiologis juga lebih berkembang dibanding pada pria yang bersifat rudimenter. Pria juga dapat terkena kanker payudara tetapi penyakit ini 100 kali lebih sering ditemukan pada wanita (12).

II.3.3 Umur Menstruasi Pertama Wanita yang mengalami menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun) mempunyai risiko terkena kanker payudara lebih besar. Menurut Pherson (2000) menstruasi sebelum umur 11 tahun akan meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 3 kali. Menstruasi dini berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan hormon progesteron yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk payudara (13).

II.3.4 Umur Menopause Terlambat menopause merupakan salah satu faktor resiko terkena kanker payudara. Wanita yang mengalami menopause <45 tahun memiliki faktor resiko

14

terkena kanker payudara dari wanita yang mengalami menopause setelah umur 55 tahun. Wanita yang mengalami menopause lebih dari 55 tahun memiliki resiko terkena kanker payudara sebesar 2,5-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menopause sebelum umur 55 tahun. Terlambat menopause berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesterone yang berpengaruh terhadap proses poliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.

II.3.5 Riwayat Keluarga / Faktor Genetik Ditemukannya beberapa anggota dalam satu keluarga yang menderita penyakit keganasan memberi petunjuk bahwa kanker payudara merupakan penyakit familial. 75% dari penyakit tersebut disebabkan karena adanya mutasi gen p53. Gen p53 merupakan gen penekan tumor (suppressor gene). Adanya mutasi pada gen ini menyebabkan sel berpoliferasi secara terus menerus tanpa ada kendali. Seseorang akan memiliki resiko terkena kanker payudara lebih besar jika anggota keluarganya ada yang menderita kanker payudara atau kanker ovarium. Diperkirakan 15% sampai 20% kanker payudara dihubungkan dengan adanya riwayat pada keluarga. Keluarga yang memiliki gen yang memiliki resiko

terkena kanker payudara lebih besar. Wanita yang memiliki riwayat kanker payudara pada keluarga tingkat pertama (ibu/saudara perempuan) memiliki risiko terkena kanker payudara 2-3 lebih besar.

15

II.3.6 Riwayat Penyakit pada Payudara Kelainan fibrosistik (benigna) terutama terdapat pada periode fertile. Frekuensinya meningkat cepat setelah umur 15 tahun dan menurun setelah seseorang berumur 45 tahun. Meski terdapat perbedaan besar antara kurva insidensi spesifik umur kelainan payudara benigna dan kanker payudara, telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita atau pernah menderita kelainan poliferatif memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Adanya kanker payudara kontraleteral memberikan resiko 3-9 kali lebih besar, sedangkan dengan riwayat pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak payudara risikonya 3-9 kali lebih besar.

II.3.7 Riwayat Kanker Payudara Sebelumnya Terjadinya keganasan secara sinkron atau metakron di payudara lainnya tidaklah mengherankan karena payudara merupakan organ berpasangan yang dilihat dari suatu sistem dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama. Kemungkinan terjadinya keganasan baru pada payudara satunya jika seseorang telah mendapat kanker payudara sebelumnya adalah 5 kali lebih besar.

II.3.8 Riwayat Kanker Ovarium Sebelumnya Adanya peningkatan resiko terkena kanker payudara pada wanita yang pernah menderita kanker ovarium diduga karena tingginya kadar hormon estrogen yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan. Tingginya hormon estrogen yang dihasilkan ovarium diduga berpengaruh dan akan berpengaruh juga terhadap proses profilerasi jaringan payudara, karena ovarium dan payudara

16

merupakan organ wanita yang dipengaruhi oleh hormon yang sama. Wanita yang menderita atau pernah menderita kelainan proliferatif memiliki peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Riwayat kanker ovarium sebelumnya memberikan kenaikan resiko untuk terkena kanker payudara sebesar 1,9 kali (14).

II.4 Screening atau Diagnosa Deteksi kanker ialah usaha untuk mencari adanya kanker yang masih kecil atau yang masih dapat disembuhkan dan kelainan prakanker pada sekelompok masyarakat tertentu yang terlihat sehat pada waktu yang tertentu. Deteksi kanker payudara umumnya dikerjakan pada sekelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker payudara. Ada beberapa cara deteksi kanker payudara : a. Pemeriksaan payudara sendiri Kanker payudara biasanya dikenali dengan adanya benjolan di payudara. Benjolan ini bisa disembuhkan kalau ditemukan secara dini dan diobati secara tepat sebelum sel sel kankernya menyebar. Melalui SADARI secara teratur, kanker payudara dapat dideteksi pada waktu penyakit ni masih awal. Sebaiknya dilakukan sekali dalam sebulan, dan lebih baik pada hari ke-8 menstruasi. Cara melakukan SADARI adalah : Buka baju lalu berdiri di depan cermin, duduk dengan tegak, lengan terangkat lurus ke atas, lakukan pengamatan pada kedua payudara. Perhatikan besar dan bentuknya, warna kulit, tonjolan, lekukan, tarikan dan lainnya yang mungkin tampak berbeda.

17

Tidur telentang dengan bantal tipis di bawah punggung, agar punggung menjadi rata. Kemudian raba payudara dengan telapak jari tangan. Gerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap bagian payudara. Perhatikan apakah ada benjolan atau kelainan bentuk atau apa pun yang berbeda. Benjolan yang tidak teraba pada saat berbaring, dapat teraba pada posisi duduk. Dengan pijatan halus di puting susu, dapat diketahui apakah ada pengeluaran cairan berupa darah atu nanah. Bila ada, bandingkan pada kedua payudara. Cairan yang keluar di luar masa laktasi, menunjukkan kemungkinan adanya kelainan. b. Pemeriksaan fisik oleh dokter Dengan pemeriksaan payudara sendiri diharapkan penderita akan menemukan tumor yang masih kecil atau kelainan lain pada payudaranya dan dengan segera memeriksakan diri ke dokter. Batas kemampuan deteksi secara fisik ialah bila tumor itu minimal telah mencapai diameter 1 cm. diperkirakan tumor sebesar 1 cm masih merupakan : Kanker stadium 0 atau kanker in situ Kanker stadium I atau kanker infiltrative yang masih lokal Kanker stadium II yang masih besar kemungkinan sembuhnya Pada tumor sebesar 1 cm kemungkinan merupakan kanker in situ 5 10%, kanker infiltrative lokal 70 75%, metastase regional di aksila 15 20% dan kemungkinan telah mengadakan metastase jauh 5 10%.

18

c. Mammografi Dengan pemeriksaan mamografi, tumor masih belum dapat diraba, atau tumor yang masih kecil dapat dilihat. Minimal tumor yang dapat dilihat adalah sebesar 0,2 0,5 cm. tumor dengan diameter 0,5 cm kemungkinan masih merupakan kanker in situ 50%, kanker infiltrative lokal 40%, metastase aksila 5% dan metastase jauh 5%. Langkah langkah tertentu yang dapat dilakukan untuk dapat membantu pencegahan kanker payudara : Perhatikan setiap perubahan pada payudara. Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh wanita itu sendiri. Saat ini, wanita disarankan unutk menjadi breast aware. Ini berarti wanita harus tahu seperti apa payudara mereka di depan cermin, dan rasakan saat mandi atau terlentang pada periode berbeda setiap bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal dapat diketahui segera. Berikan Air Susu Ibu (ASI) pada bayi. Kanker payudara berkaitan dengan hormon estrogen. Pemberian ASI secara berkala akan mengurangi tingkat hormon tersebut. Jika menemukan gumpalan, segera ke dokter. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Perhatikan konsumsi alkohol karena alkohol dapat meningkatkan estrogen. Perhatikan berat badan. Olahraga secara teratur.

19

Kurangi makanan berlemak. Jika lebih dari 50 tahun, lakukan pemeriksaan secara teratur. Menjalani hidup dengan relaks. Stres dapat menyebabkan semua jenis masalah kesehatan. Meskipun masih banyak perdebatan atas temuan ini, menurunkan tingkat stres akan menguntungkan untuk kesehatan secara menyeluruh, termasuk risiko kanker payudara (15).

II.5 Penatalaksanaan II.5.1 Non-farmakologi Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia seperti jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian. Menghindari rokok dan alkohol Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolah raga Menghindari terlalu banyak terkena sinar-x atau jenis radiasi lainnya Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat, serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui feses. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahannya seperti tahu atau tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel

20

saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi Membatasi makanan yang diolah dengan suhu tinggi dan lama atau dengan pengolahan tertentu yang dapat menimbulkan prokarsinogen seperti makanan yang diasinkan, diasap, dibakar, dipanggang sampai keluar arang (gosong) . Yang terbaik adalah makanan yang direbus. Hati-hati dengan penggunaaan pemanis buatan, pewarna makanan serta zat pengawet yang berlebihan. Makanan terbaik adalah makanan segar.

II.5.2 Farmakologi II.5.2.1 Operasi/masektomi Dilakukan untuk menghilangkan tumor primer. Operasi diindikasikan pada kanker payudara stadium dini (stadium I dan II), kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu, keganasan jaringan lunak pada payudara. Operasi dikontraindikasikan pada kondisi tumor melekat dinding dada, edema lengan, nodul satelit yang luas, mastitis inflamator. Ada beberapa macam mastektomi : Lumpektomi adalah pengambilan benjolan dan sedikit jaringan normal payudara yang mengelilingi benjolan tersebut. Mastektomi Total atau Sederhana adalah pengambilan keseluruhan payudara termasuk puting susu, beberapa dari nodus limfe di bawah ketiak seringkali diambil pada prosedur ini untuk dilakukan biopsi. Kadang-kadang

21

operasi dilakukan untuk kedua payudara (double mastectomy) yang dilakukan sebagai upaya preventif untuk wanita dengan risiko tinggi kanker payudara. Mastektomi Radikal adalah pengambilan keseluruhan payudara, nodus limfe aksila, dan otot pektoral (dinding dada) di bawah payudara. Mastektomi Radikal Termodifikasi, melibatkan pengambilan keseluruhan payudara dan beberapa nodus limfe aksila, tetapi otot pektoral masih dipertahankan. Operasi ini paling banyak dilakukan untuk wanita dengan kanker payudara yang keseluruhan payudaranya harus dibuang.

II.5.2.2 Radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar atau partikel berenergi tinggi. Terapi dengan menggunakan radiasi/ penyinaran digunakan untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastasis tulang, metastasis kelenjar limfe aksila. Ini dilakukan pada pasien yang telah menjalani operasi untuk tumor yang terlokalisasi pada suatu area. Radiasi memberikan efek samping berupa peradangan otot, kelelahan, kulit menjadi gatal, kering, dan kemerahan. Efek samping radiasi yang jarang terjadi adalah cacat paru-paru, lymphoedema, kerusakan hati, sarkoma (kanker jenis lainnya). Terapi radiasi ada 2 jenis yaitu :

22

Radiasi eksternal Radiasi diberikan secara eksternal (dari luar tubuh) dimana radiasi ini dihasilkan oleh mesin sinar-X berenergi tinggi yang disebut linear accelerator. Radiasi eksternal biasanya tidak diberikan sebelum jaringan payudara yang dioperasi sembuh. Apabila pasien diberi kemoterapi, terapi radiasi biasanya ditunda sampai kemoterapi telah selesai. Prosedur radiasi eksternal ini tidak sakit, dan hanya menghabiskan waktu beberapa menit. Umumnya radiasi eksternal diberikan 5 kali seminggu selama 6-7 minggu. Radiasi internal (Brachytherapy) Brachytherapy atau radiasi internal menggunakan zat radioaktif yang ditempatkan secara langsung ke dalam jaringan payudara dekat dengan daerah kanker. Radiasi internal umumnya digunakan sebagai booster dengan dosis 10-16 Gy dengan 2 Gy/fraksi. Metodenya ada dua yaitu Intracavitary brachytherapy (dengan menggunakan balon berisi radioaktif yang ditanam dalam jaringan payudara) dan Interstitial brachytherapy (menggunakan kateter yang diberikan pelet radioaktif).

II.5.2.3 Kemoterapi Kemoterapi adalah pengobatan dengan menggunakan obat yang bersifat sitotoksik baik secara parenteral ataupun oral. Kemoterapi bekerja dengan menyerang sel-sel yang membelah dengan cepat sehingga obat ini dapat bekerja pada sel kanker. Tetapi sel-sel lain dalam tubuh seperti sumsum tulang, epitel usus, folikel rambut adalah sel yang membelah dengan cepat sehingga sangat dipengaruhi oleh kemoterapi. Kemoterapi bersirkulasi secara sistemik sehingga

23

dapat mengobati kanker primer dan penyakit metastasis. Berdasarkan hasil beberapa studi, regiman kemoterapi kombinasi lebih efektif dibandingkan agen kemoterapi tunggal. Pemberian awal kemoterapi kombinasi efektif ketika tumor masih kecil sehingga dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan dan meminimalkan munculnya klon sel tumor yang resisten terhadap obat. Kemoterapi biasanya diawali 3 minggu setelah operasi penghilangan tumor primer. Walaupun durasi optimal pemberian kemoterapi tidak diketahui dengan pasti, tetapi biasanya diberikan 12 24 minggu dan tergantung dari regimen yang digunakan. Pemberian kemoterapi dilakukan secara bersiklus dengan tiap periodenya diikuti periode recovery. Intensitas dosis dan densitas dosis menjadi faktor penting untuk mencapai hasil terapi kanker payudara yang optimal. Intensitas dosis adalah jumlah obat yang diberikan per unit waktu dan biasanya ditulis dalam milligram per luas permukaan tubuh per minggu (mg/m2 per minggu). Peningkatan dosis, penurunan waktu, atau keduanya dapat meningkatkan intensitas dosis. Densitas dosis adalah suatu cara untuk mencapai intensitas dosis tetapi tidak dengan meningkatkan jumlah obat yang diberikan misalnya dengan peningkatan dosis, tetapi dengan menurunkan siklus pemberian obat. Berikut adalah kemoterapi yang sering digunakan dalam terapi kanker payudara, yaitu : Inhibitor topoisomerase: Adriamisin(doxorubicyn), Epirubicin

24

Merupakan

kemoterapi

turunan

antrasena.

Inhibitor

topoisomerase

berinterkalasi dengan DNA sehingga menyebabkan perubahan struktur yang akan mengganggu sintesis DNA dan RNA. Zat pengalkilasi: Cytoxan (cyclophospamide) Merupakan kemoterapi turunan nitrogen mustard. Cytoxan membentuk ikatan kovalen antara gugus alkil yang reaktif dengan gugus nukleofilik dari protein atau asam nukleat sehingga menyebabkan crosslink DNA dan replikasi DNA terhambat. Antimetabolit: 5-Fluorouracil, Gemcitabine, Methotrexate 5-Fluorouracil merupakan analog basa pirimidin uracil. Dimetabolisme menjadi menjadi bentuk aktif fluorodeoxyuridine monophosphate, dengan adanya folat bentuk aktif ini berikatan dan mengganggu kerja timidilat sintase yang berperan dalam sintesis basa timidin. Gemcitabine merupakan kemoterapi analog cytidine. Gemcitabine bergabung dengan DNA sehingga menghambat aktivitas DNA polimerase. Juga menghambat aktivitas enzim ribonukleotida reduktase yang berfungsi mengubah ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida. Methotrexate merupakan kemoterapi yang bersifat antifolat. Bekerja dengan menghambat kerja dihidrofolat reduktase (DHFR) yang berperan dalam mengubah folat menjadi tetrahidrofolat, dimana tetrahidrofolat diperlukan dalam sintesis purin dan timidin pada DNA.

25

Taxane: Paclitaxel, Docetaxel Merupakan kemoterapi yang bersifat antimitotik. Bekerja dengan cara berikatan dengan tubulin sehingga menginduksi polimerisasi tubulin, membentuk mikrotubul nonfungsional dan menghambat angiogenesis.

II.5.2.4 Terapi endokrin Terapi endokrin atau terapi hormonal hanya bisa digunakan jika status hormon reseptor pasien ER/PR positif. Sasaran terapi endokrin pada kanker payudara adalah menurunkan tingkat estrogen yang bersirkulasi atau mencegah efek estrogen terhadap sel kanker payudara (terapi sasaran) dengan cara menghambat reseptor hormon atau menurunkan kehadiran reseptor tersebut. Keberhasilan sasaran pertama tergantung pada status menopause pasien, tetapi keberhasilan sasaran kedua tidak tergantung pada status menopause. Terdapat 6 kelas terapi endokrin kanker payudara, yaitu: Inhibitor aromatase: anastrozole, letrozole, dan exemestane Enzim aromatase mengkatalisis pengubahan androgen menjadi estrogen di ovarium pada wanita pre menopause dan di jaringan ekstra glandular; termasuk payudara dan sel kanker payudara pada wanita post menopause. Oleh karena itu, inhibitor aromatase dapat menurunkan secara efektif tingkat estrogen yang bersirkulasi. Inhibitor aromatase hanya digunakan pada wanita post menopause. Anti estrogen

26

Anti estrogen berikatan dengan reseptor estrogen yang menghambat reseptor transkripsi gen sehingga menghambat efek estrogen pada target. Kelas agen dibagi menjadi dua kategori farmakologi, yaitu Selective Estrogen Receptors Modulators (SERMs), contohnya tamoxifene dan toremifene, serta anti estrogen murni atau Selective Estrogen Receptors Downregulating (SERDs) yaitu fulvestrant. Analog Luteinizing Hormon Releasing Hormon (LHRH): goserelin, leuprolide, triptorelin Mekanisme analog LHRH pada kanker payudara adalah menurunkan reseptor LHRH di pituitari. Penurunan jumlah hormon luteinizing menyebabkan penurunan estrogen. Progestin: megestrol acetate, medroxyprogesterone Progestin merupakan obat third-line setelah pasein gagal pada inhibitor aromatase dan anti estrogen. Estrogen: diethylstilbestrol, ethinyl estradiol, estrogen terkonjugasi Estrogen dosis tinggi dapat digunakan untuk pengobatan kanker payudara metastasis namun sampai sekarang mekanismenya tidak jelas diketahui. Sekarang terapi estrogen telah digantikan dengan terapi anti estrogen. Androgen: fluoxymesterone Androgen dosis tinggi juga jarang digunakan karena efek sampingnya dan terdapat obat pilihan yang lebih dapat ditoleransi (contohnya inhibitor aromatase).

27

II.5.2.5 Terapi biologi Terapi biologi adalah terapi bertarget dan disebut juga imunoterapi yang akan memicu sistem imun untuk melawan kanker. Terapi biologi hanya dapat digunakan pada kanker payudara yang status HER-2-nya positif (16). Transtuzumab Trastuzumab adalah antibodi monoklonal manusia yang terikat dengan epitop spesifik dari protein Human Epidermal Growth Factor Reseptor (HER-2). Mekanisme kerja trastuzumab adalah dengan memblokir pertumbuhan sel tumor, mensinyal imun dan bekerja bersama kemoterapi. Transtuzumab telah disetujui dalam terapi kanker payudara metastatis sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan paclitaxel.

Transtuzumab juga menunjukkan manfaat dalam pengobatan ajuvan pada kanker payudara yang positif HER-2 yang diberikan selama 1 tahun dalam kombinasi dengan kemoterapi. Lapatinib Lapatinib adalah inhibitor tyrosine kinase yang menarget HER2 dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR atau HER1). Molekul kecil ini bekerja intraselular untuk mematikan secara aktif jalur signal dari dua reseptor tersebut sehingga menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel. Lapatinib digunakan untuk kanker payudara metastasis, terutama yg tidak berespon pada kemoterapi dan transtuzumab. Umumnya diberikan dalam kombinasi dengan capecitabine.

28

29

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Kanker payudara merupakan penyakit degeneratif akibat dari sel dalam jaringan payudara yang membelah dan tumbuh tanpa kendali. Kanker payudara adalah neoplasma ganas yaitu suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, tumbuh infiltrative dan dekstruktif serta dapat bermetastase dan akan tetap tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan itu berhenti. Beberapa stadium kanker payudara : Stadium 0 Stadium I Stadium IIA Stadium IIB Stadium IIIA Stadium IIIB Stadium IV Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan fisik oleh dokter, dan mamografi. Penatalaksanaan kanker payudara terdiri atas terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi

29

30

III.2 Saran Sebaiknya para wanita rutin melakukan sadari yaitu memeriksa payudara sendiri pada saat menstruasi sehingga jika ditemukan benjolan maka dapat dilakukan penanganan dengan segera agar tidak berkembang menjadi kanker.

31

DAFTAR PUSTAKA 1. Arlinda S.W. Analisis Ketahanan Hidup 5 Tahun Pada Penderita Kanker Payudara di RS Kanker Dharmais. Jakarta: Program Pasca Sarjana Studi IKM, FKM-UI; 2002 2. Azamris. Ekspresi CD 44 Pada Jaringan Tumor Karsinoma Payudara. Cermin Dunia Kedokteran; 2003. Hal. 27 3. Elisabeth T. paduan Lengkap Pencegahan Dan Pengendalian Kanker Pada Wanita. Jakarta: Ladang Pustaka Dan Intimedia; 2001 4. Coad Jane, Dunstall Melvyn. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007 5. Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004 6. Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC 7. Sabiston JR. Essentials Of Surgery. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995 8. t cancer-onlooker, passive player or active protector? Steroids. 2008;73:1039-51. 9. http://eprints.undip.ac.id/33602/3/Bab_2.pdf

10. Ronald. 1995. Pedoman perawatan dan pengobatan berbagai penyakit. Pionir jaya ; bandung. 11. Dupont William D. Risk Factor, For Breast Cancer In Women With Proliferative Breast Disease. 2004. Hal. 469-478

32

12. Margareth. Risk Factor For Breast Cancer In A Population With High Incidence Rates. 2002 13. Person K Mc. Breast Cancer Epdemiology Risk Factor and Genetic. BMJ; 2000. Hal. 624 14. Kelsey, Jennifer L, Gammon Marilie D. The Epidemiology Of Breast Cancer. 1991. Hal. 146-165 15. Sukardja I.D.G. 1993. Kanker Payudara. Majalah Kedokteran Indonesia, No.6, Vol.43. Hal 367-37 16. Lindley,Celeste and Laura Boehnke Michau. Breast Cancer in

Pharmacotherapy, A Patophysiology Approach, 6th edition. Joseph T. DiPiro (Editor). page 2340-2342.

Anda mungkin juga menyukai