Anda di halaman 1dari 34

POT PUT PAJAK PENGHASILAN (PPH)

Pasal 4 (2) PPh Pasal 21/26 PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

UU nomor 36 tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan nomor 252/PMK.03/2008

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 162/PMK.011/2012 Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-31/PJ/2012

Penghasilan
yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun
Pasal 4 ayat 1 UU PPh Nomor 36 tahun 2008
4

Pajak Penghasilan Pekerjaan atau jabatan Jasa dan Kegiatan

Orang Pribadi
Atas Penghasilan Berupa: Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun Subjek Pajak DN PPh Pasal 21 Subjek Pajak LN
5

PPh Pasal 26

Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan Bendahara atau pemegang kas pemerintah Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan-badan lain Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan Penyelenggara kegiatan
6

Kantor

perwakilan negara asing Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
7

Pegawai Penerima

uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli warisnya Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
8

10

Penghasilan Pegawai Tetap baik teratur maupun tidak teratur Penghasilan Penerima Pensiun secara teratur Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan sehubungan pensiun yang diterima sekaligus Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas Imbalan kepada bukan pegawai Imbalan kepada peserta kegiatan

TERMASUK
Natura/Kenikmatan dari :

Bukan Wajib Pajak Wajib Pajak PPh Final Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus

11

Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh

12

Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap Penerima Pensiun

Dikurangi Dengan

Dikurangi Dengan

PENGHASILAN NETO (SETAHUN/DISETAHUNKAN) Dikurangi: PTKP Penghasilan Kena Pajak


13

Rp
Rp Rp

24.300.000
2.025.000 2.025.000

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK KAWIN


TAMBAHAN UNTUK SETIAP ANGGOTA KELUARGA SEDARAH SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS SERTA ANAK ANGKAT YG MENJADI TANGGUNGAN SEPENUHNYA MAKSIMAL 3 ORANG

14

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) Kondisi


Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin
Tambahan Untuk Seorang Istri Yang Penghasilannya Digabung Dengan Penghasilan Suami Tambahan Untuk Setiap Anggota Keluarga Sedarah dan Keluarga Semenda Dalam Garis Lurus Serta Anak Angkat Yang menjadi Tanggungan Sepenuhnya, Paling Banyak 3 Orang Untuk Setiap Keluarga 1 Januari 2009 Mulai 1 Januari s.d. 31 2013 Desember 2012

15.840.000 1.320.000
15.840.000

24.300.000 2.025.000
24.300.000

1.320.000

2.025.000
15

STATUS PTKP
WP Tidak Kawin
0 Tanggungan 1 Tanggungan 2 Tanggungan 3 Tanggungan WP Kawin 0 Tanggungan 1 Tanggungan 2 Tanggungan 3 Tanggungan

Kode
TK/0 TK/1 TK/2 TK/3

1 Januari 2009 Mulai 1 Januari s.d. 31 2013 Desember 2012 15.840.000 24.300.000 17.160.000 26.325.000 18.480.000 28.350.000 19.800.000 30.375.000

1 Januari 2009 Mulai 1 Januari Kode s.d. 31 2013 Desember 2012 K/0 17.160.000 26.325.000 K/1 18.480.000 28.350.000 16 K/2 19.800.000 30.375.000 K/3 21.120.000 32.400.000

STATUS PTKP (LANJUTAN)


WP Kawin + Penghasilan Istri Digabung 1 Januari 2009 Mulai Kode s.d. 31 1 Januari 2013 Desember 2012

0 Tanggungan
1 Tanggungan 2 Tanggungan 3 Tanggungan

K/I/0
K/I/1 K/I/2 K/I/3

33.000.000
34.320.000 35.640.000 36.960.000

50.625.000
52.650.000 54.675.000 56.700.000

Pasal 7 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1983 s.t.t.d. UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 1 PMK 162/PMK.011/2012

17

STATUS KAWIN

STATUS KAWIN SUAMI TIDAK MENERIMA/ MEMPEROLEH PENGHASILAN

STATUS TIDAK KAWIN

HANYA UTK DIRI SENDIRI

- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - STATUS KAWIN - TANGGUNGAN MAKS 3 ORANG

- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - TANGGUNGAN MAKS 3 ORANG

Syarat: Menunjukkan ketr. tertulis dari pemerintah daerah setempat 18 serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/ memperoleh penghasilan

NO.

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK

TARIF

1.

s.d. Rp50.000.000,Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp250.000.000


Di atas Rp250.000.000,- s.d. Rp500.000.000,Di atas Rp500.000.000,Pasal 17 UU PPh

5%
15%

2.

25%

3.

4.

30%
19

Setiap masa pajak, kecuali masa pajak terakhir

Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan neto yang akan diperoleh selama setahun Penghasilan teratur sebulan dikali 12

Selisih antara PPh yang terutang atas seluruh penghasilan kena pajak selama setahun dengan yang telah dipotong masa-masa sebelumnya

20

DISETAHUNKAN

TIDAK DISETAHUNKAN

1. WP OP DN meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya di pertengahan tahun 2. Orang Asing mulai bekerja di Indonesia di pertengahan tahun untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan 3. Karyawan pindah cabang

1. WP OP DN mulai bekerja di pertengahan tahun 2. WP OP DN pindah kerja ke pemberi kerja lain

21

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan

Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 7.000.000 Dikali 12

Upah/Uang Saku Harian


200.000 Tidak Dipotong > 200.000 Dikurangi 200.000 Dipotong 5% Dikurangi PTKP Setahun Penghasilan Kena Pajak Dikenakan Tarif Ps 17 PPh Ps 21 Setahun Dibagi 12

Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan Upah sehari dikurangi PTKP sehari Tarif PPh 21 = 5%

PPh Pasal 21 Sebulan

22

Berkesinambungan

Berkesinambungan

Tidak Berkesinambungan

50 % x (Ph Bruto-PTKP Bulanan) Kumulatif

50 % x Ph Bruto Kumulatif

50 % x Ph Bruto

Dalam hal Dokter yang praktik di RS/Klinik jumlah Penghasilan Bruto adalah sebesar Jasa Dokter yang dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

23

TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :

JUMLAH PENGHASILAN BRUTO

PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH DAN TIDAK DAPAT DIPECAH


24

TETAP PEGAWAI TIDAK TETAP HARIAN BULANAN Ph BRUTO - PTKP

Ph NETO - PTKP

Ph BRUTO 200 RIBU Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) PTKP Harian Ph BRUTO(>7jt) PTKP

PENSIUNAN

SEKALIGUS BERKALA

Masih Berlaku PP 149 Th 2000 Ph NETO - PTKP 50% X (Ph Bruto-PTKP bulanan) Kumulatif 50% X Ph Bruto Kumulatif 50 % x Ph Bruto Ph Bruto Kumulatif 25 Ph Bruto

BERKESINAMBUNGAN BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1) TIDAK BERKESINAMBUNGAN KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI PESERTA KEGIATAN

atas Penghasilan Bersumber Dari APBN/D yang Diterima oleh :

Pejabat Negara PNS Anggota TNI/Polri dan Pensiunannya


DIATUR DALAM KETENTUAN YANG DITETAPKAN KHUSUS (Pasal 17 PER-31/PJ/2012)
26

Golongan II/d ke bawah Golongan III

Tarif 0% (final)

Tarif 5% (final) Tarif 15% (final)


27

Golongan IV

Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 (PNS)

Uang Pesangon Uang Manfaat Pensiun THT/JHT yang Dibayarkan Sekaligus


DIATUR DALAM KETENTUAN YANG DITETAPKAN KHUSUS

28

20% Final

X
PENGHASILAN BRUTO

MEMPERHATIKAN KETENTUAN P3B (Tax


treaty) = Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
29

DIKENAKAN TARIF LEBIH TINGGI 20% DIPOTONG PPh PASAL 21 SEBESAR 120% DARI PPh PASAL 21 YANG SEHARUSNYA DIPOTONG JIKA BER-NPWP

TIDAK BERLAKU UNTUK PPh PASAL 21 FINAL

JIKA PEGAWAI TETAP, BERNPWP SEBELUM PEMOTONGAN BULAN DESEMBER


30

DIPERHITUNGKAN OLEH PEMOTONG DENGAN PPh PASAL 21 TERUTANG BULAN-BULAN BERIKUTNYA

Bagi Penerima Penghasilan

Bagi Pemotong PPh Pasal 21/26

SAAT DILAKUKAN PEMBAYARAN ATAU SAAT TERUTANGNYA PENGHASILAN

UNTUK SETIAP MASA PAJAK

AKHIR BULAN DILAKUKANNYA PEMBAYARAN ATAU AKHIR BULAN TERUTANGNYA PENGHASILAN

31

Pasal 21

Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya 32 Kepada Penerima Penghasilan

Untuk

pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2) diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti

Untuk

selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:


Dibuat setiap kali ada pemotongan Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan

Bukti

Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21
33

Wajib

Mendaftarkan Diri ke KPP Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai Tahun Kalender 34 Berikutnya

Anda mungkin juga menyukai