Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Teknik dan Sains, 29 Juni 2007

PENENTUAN LOKASI RAWAN SUTT 150 KV


MALANGBONG-TASIKMALAYA BARU
Yulentya Anggraini, Syariffuddin Mahmudiah, Arizal Kurniado
Dept. of Electrical Engineering, Sepuluh Nopember Institute of Technology
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111
E-mail: yulentya@ee.its.ac.id

Abstrak temperbesar induksi muatan positif di permukaan


Sambaran petir pada saluran transmisi udara tanah, akibatnya gradien tegangan antara dasar
terbuka dapat mengenai kawat fasa apabila system awan dengan tanah semakin besar. Apabila kedua
perlindungan kawat tanah gagal dalam akumulasi muatan ini saling tarik, maka muatan
mengantisipasi sambaran tersebut. Pada menara positif dalam jumlah yang besar akan bergerak ke
transmisi yang menggunakan sistem perisaian atas menyambut gerakan stepped leader yang
sempurna kemungkinan sambaran petir pada kawat bergerak kebawah, akhirnya terjadi kontak
fasa ini dapat dikurangi sekecil mungkin. Untuk pertemuan antara keduanya. Gerakan ke atas
menara tertentu seperti menara tension yang muatan positif tersebut membentuk suatu streamer
digunakan untuk jalur belokan (aspan) kemungkinan yang bergerak ke atas (upward moving streamer),
terjadinya sambaran petir pada kawat fasa masih atau yang lebih populer disebut sebagai sambaran
ada walaupun telah menggunakan sistem perisaian balik (return stroke) yang menyamakan perbedaan
sempurna.Untuk mengatasinya maka harus mencari potensial.
menara yang rawan memiliki kemungkinan yang
besar terkena sambaran petir sehingga dapat
dipasang pelindung atau perbaikan. Makalah ini
merupakan studi kasus pada Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Malangbong-
Tasikmalaya.
I. PENDAHULUAN
Sampai saat ini untuk melindungi kawat fasa Gambar 1. Terjadinya sambaran petir. a) sambaran
dari sambaran petir telah menggunakan kawat tanah perintis b) sambaran mendekati tanah
yang dipasang diatas kawat fasa. Apabila terjadi c) sambaran keatas
sambaran petir pada kawat fasa maka keadaan ini
disebut dengan kegagalan perlindungan (shielding B. Perlindungan Saluran Transmisi dari Sambaran Kilat
failure), dimana kawat tanah gagal melindungi kawat Suatu saluran transmisi di atas tanah dapat
fasa dari sambaran petir. Jika sambaran terjadi pada membentuk bayang-bayang pada tanah yang berada di
menara atau kawat tanah, maka dapat meyebabkan bawah saluran transmisi. Menurut Hileman, lebar
sambaran balik jika grounding tidak memadai. bayang-bayang listrik untuk suatu saluran transmisi
seperti gambar 2
II. PARAMETER PETIR DAN SALURAN
TRANSMISI
A. Mekanisme Terjadinya Petir
Petir merupakan hasil pemisahan muatan
listrik secara alami di dalam awan-awan badai. Di
dalam awan terjadi pemisahan muatan dimana
beberapa teori menyatakan bahwasanya didalam
Gambar 2. Perlindungan kawat tanah
awan, kristal es bermuatan positif, sedangkan
titiktitik air bermuatan negatif. Mekanisme 0, 6
28.hg + d
selanjutnya adalah peluahan petir yang diawali ( )
dengan pengembangan sambaran perintis ( stepped NL = Ng 10
downward leader ). Gerakan ke bawah ini bertahap Ket : untuk saluran udara satu kawat tanah, b = 0
sampai dekat ke tanah, sehingga muatan negative hg = tinggi rata-rata kawat tanah diatas tanah
yang dibawa oleh stepped leader tersebut b = jarak pemisah antar kawat tanah
C. Jumlah Sambaran Kilat ke Saluran Transmisi Ket : x = menara ke x
Jumlah sambaran kilat ke bumi sebanding Ng =kerapatan sambaran petir
2
dengan jumlah hari guruh per tahun atau "Iso (sambaran/km /tahun)
Keraunic Level" (IKL). Banyak para penyelidik yang n = jumlah menara disaluran
telah memberikan penelitian ke arah ini dan Setiap menara, index frequency relative dikalikan
mengemukakan rumus-rumus yang berlainan. Dalam faktor ketinggian (Kalt) dari permukaan tanah
makalah ini penulis menggunakan rumus : kedalam kejadian kerapatan sambaran petir.
1,25 tinggi sebenarnya
Ng = 0,04. T (
tinggi rata −rata
−1)

Ket : T = IKL K alt (x) = 1 ,5


Ifreq (x) = Irelative(x). Kalt(x)
III. PENENTUAN LOKASI RAWAN SALURAN 2. Relative Overvoltage Amplitude (Iamp)
TRANSMISI 150 KV MALANGBONG- Sebagian besar arus petir yang
TASIKMALAYA BARU menyambar pada span akan mengalir ke tanah
A. Gambaran Umum Transmisi 150 KV SUTT 150 melalui dua menara. Tegangan lebih ini
kV Malangbong-Tasikmalaya Baru mempunyai hubungan berbanding lurus dengan
tegangan puncak menara. Faktor yang
Saluran transmisi SUTT Malangbong- mempengaruhi tegangan lebih ini adalah kopling
Tasikmalaya terbentang sepanjang 76.837 meter kawat, struktur menara dan kawat tanah. Dengan
menghubungkan gardu induk Malangbong dan gardu asumsi itu dapat dihitung besar tegangan pada
induk Tasikmalaya Baru dengan 197 menara. Tipe puncak menara adalah :
saluran ini adalah dua sirkuit ganda dengan dua
kawat tanah menggunakan penghantar berkas dengan ZT l p Z g − ZT
VC_TOP = 2t + 1 + (t f − 2t )
satu subkonduktor. Tiang menara yang digunakan tf Z g + ZT
bertipe steel pole dengan ketinggian yang berbeda- Ket : I = arus puncak petir di sepanjang menara
p
beda. ZT = impedansi surja menara
Berdasarkan data PT. PLN, dapat dilakukan ZG = impedansi surja pertanahan
penentuan lokasi rawan sambaran dengan metode t = waktu transit gelombang arus petir
severity index. Metode ini tidak dipengaruhi dimenara
tegangan sistem, maka dapat digunakan untuk tf = waktu muka gelombang petir
bermacam saluran transmisi udara. Kerapatan Ketika tinggi menara dianggap sama, maka waktu
sambaran petir daerah ini adalah 26.573 transit lebih kecil dibandingkan waktu muka
sambaran/km2/tahun. sehingga persamaan diatas dapat disederhanakan
B. Metode severity index menjadi :
Metode severity index adalah metode yang
2h 2
menentukan titik rawan saluran udara dengan VC_TOP = ZT.IP +
ct f 1 + ( ZT )
mempertimbangkan faktor penyebab yaitu : Zg

- letak saluran yang melewati daerah dengan Ket : c = kecepatan gelombang (3.108 m/s)
kerapatan sambaran petir h = tinggi menara (m)
- ketahanan menara terhadap sambaran petir yang Karakteristik relative overvoltage amplitude index
menghantamnya. diasumsikan untuk setiap menara menggunakan
Metode severity index menggunakan dua amplitude referensi VC_TOPreference didapat dari
parameter Relative Frequency Index (Ifreq) dan VC_TOP dengan asumsi :
Relative Overvoltage Amplitude (Iamp). Rumusan Waktu transit adalah ketinggian menara rata-
severity index adalah : rata dibagi waktu propagasi (3.108 m/s).
Isev = Ifreq x Iamp Impedansi surja menara dianggap rata – rata.
1. Relative Frequency Index (Ifreq) Impedansi surja pertanahan dibatasi sepertiga
IAmp ini menyatakan berapa kali petir dari rata – rata impedansi surja kawat tanah.
melewati menara. Beberapa sambaran di antara Waktu muka gelombang arus puncak mengalir
menara menyebabkan mengalirnya arus petir pada dimenara sama dengan yang digunakan untuk
kedua menara. Index relative sambaran yang lewat mendapatkan tegangan puncak setiap menara
adalah : VC_TOP(x).
Ng Sehingga relative overvoltage amplitude dapat
Irelative (x) = nNg dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2
1 n VC _ TOP ( x )
IAmp =
VC _ TO Pr eferensi
Perhitungan pada menara ke 112 : tipe menara TT REFERENSI
43.365 meter, tinggi rata-rata menara 39.476meter, [1]. Anderson, J.G. Transmission Lines Reference Book
diameter kawat tanah 0.01 meter, 26.573 345 KV and Above, Second Edition, Palo Alto
sambaran/km2/tahun, setengah lebar menara 2.11 California.1962.
[2]. Hutauruk TS, Ir, M.E.E, Gelombang Berjal an dan
meter. Asumsi arus petir 20 kA, kecepatan Proteksi Surja. Erlangga. 1991.
gelombang petir 3.108 m/s, waktu muka gelombang 7 [3]. Abdul Syakur, Tedjo Sukmadi, Hermawan.
µs, waktu transit gelomabang 0.13 µs. Pengaruh Konfigurasi Menara Tranmisi Terhadap
1. Perhitungan relative frequency index (Ifreq) Kegagalan Perisaian. Seminar dann Workshop
Ifreq = 0,5 x 1.04 Tegangan Tinggi. 2002
= 0,52 [4] Hileman, A.R., ‘Insulation Coordination for Power
2. Perhitungan relative overvoltage amplitude Systems’, Marcel Dekker, Inc., New York, 1999.
(Iamp) [5] Eriksson, A.J. 1987. The Incidence Of Lightning
Strikes To Power Lines. IEEE Trans. Pow.
VC _ TOP (193) [6] Swadana, Hendara. 2007. Aplikasi Metode Severity
IAmp =
VC _ TO Pr eferensi Index Pada Saluran Transmisi Udara. Teknik
Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta.
= 1,603 Surakarta.
Maka nilai severity index untuk menara 112
adalah :
Isev = 1,603 x 0,52
= 0,833
Tabel 1 Kategori nilai severity index
Kategori Nilai ISev
Sedang ( 0,8) Sebanyak 161 menara
Tinggi ( 0,8) Sebanyak 36 menara

Pada menara yang memiliki nilai severity index


tinggi, berarti kerawanannya terhadap sambaran juga
tinggi. Besarnya nilai ISev SUTT 150 kV Malangbong
– Tasikmalaya Baru sebanding dengan kejadian
pecahnya isolator.
V. Kesimpulan
• Ada 36 menara berdasarkan perhitungan, menara
tersebut memiliki kerawanan yang tinggi, namun nilai
tahanan kaki menara pada menara tersebut cukup
tinggi. Apabila petir menyambar menara tersebut, arus
surja petir akan sulit untuk diketanahkan karena
tahanan kaki menara yang tinggi. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya back flashover (BFO) atau
lompatan denyar balik dari kawat tanah menuju kawat
fasa.
• Dengan metode severity index, perbaikan akan lebih
terfokus pada menara rawan saja.

Anda mungkin juga menyukai