Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN URIN TERHADAP PROTEIN

OLEH :
RINI ANDRIANA
KELOMPOK : I A Genap
TANGGAL PRAKTIKUM : 4 April 2014
DOSEN : Dra. Sylfia Hasti, M.Farm,Apt
ASISTEN : 1. Erma Yuni Pedana
2. Eka Nur Frahesti

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PRODI S1
2014

PEMERIKSAAN URIN TERHADAP PROTEIN


I.

TUJUAN
1. Untuk menentukan adanya protein dalam urine
2. Untuk menentukan adanya indikasi kelainan-kelaianan pada fungsi renal

II.

PRINSIP
Pemeriksaan berdasarkan pengendapan protein yang terjadi dalam suasana asam,
karena hasil pemeriksaan dinilai dari kekeruhanm maka urine harus jernih.

III. TINJAUAN PUSTAKA


URIN
Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urine normal biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH
berkisar 4,8 7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 1,035. Volume normal
perhari 900 1400 ml.
Proses Terbentuknya Urine :
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh
nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat yang terdapat dalam darah
(air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk
kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine
primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus
proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap
kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga
terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.
Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami

penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya
terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini
disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada
dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter
setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari
banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan
urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika
banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda.
Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau
dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari
warna bening sampai warna kuning pucat.
Komposisi Urine :
Air ( seperti urea )
Garam terlarut
Materi organik
Secara kimiawi kandungan zat dalam urine diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum,
kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badanketon zat
sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium, sulfat,Ca dan Mg), hormone,
zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah
Kristal kapur dsb)

PROTEINURIA
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya
yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/m2.Dalam keadaan
normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih dianggap fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala, ataupun dapat
menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal yang serius.Walaupun
penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria, kebanyakan kasus proteinuria
biasanya bersifat sementara, tidak penting atau merupakan penyakit ginjal yang tidak
progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara
langsung bertanggung jawab untuk metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin

sangatlah penting, dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya
penyebab/penyakit dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring
rutin pada orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi
kelainan ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas 200mg/hari.pada beberapa
kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika
protein urin telah menetap selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit
diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500
mg/hari dan biasanya mayoritas terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar atau beberapa
gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit yang muncul didalam
urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi protein tubulus
Patofisiologi Proteinuria
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1.Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari protein
plasma normal terutama abumin.
2.Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3.Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein (LMWP) dalam
jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4.Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam respon untuk
inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas pada ginjal
yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati kapiler
glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas dinding glomerulus mencegah
transportasi albumin, globulin dan protein dengan berat molekul besar lainnya untuk
menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke
dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot
processes dari epitel/podosit akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk
transpor melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya
akan glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan
negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.

Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari proteinuria
abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering dijumpai pada
diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang dihubungkan dengan produksi
monoklonal imunoglobulin rantai pendek.Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang
disaring oleh glomerulus dan di reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi
protein urin total melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).
Proteinuria Fisiologis
Proteinuria sebenarnya tidaklah selalu menunjukkan kelainan/penyakit ginjal.Beberapa
keadaan fisiologis pada individu sehat dapat menyebabkan proteinuria.Pada keadaan
fisiologis sering ditemukan proteinuria ringan yang jumlahnya kurang dari 200 mg/hari dan
bersifat sementara.Misalnya, pada keadaaan demam tinggi, gagal jantung, latihan fisik yang
kuat terutama lari maraton dapat mencapai lebih dari 1 gram/hari, pasien hematuria yang
ditemukan proteinuria masif, yang sebabnya bukan karena kebocoran protein dari glomerulus
tetapi karena banyaknya protein dari eritrosit yang pecah dalam urin akibat hematuri tersebut
(positif palsu proteinuria masif).
Proteinuria Patologis
Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya pada penyakit
ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-obatan analgestik dan
kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan proteinuria.Walaupun demikian proteinuria
adalah manifestasi besar penyakit ginjal dan merupakan indikator perburukan fungsi
ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes maupun pada penyakit ginjal non diabetes.
Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat, sering kali
disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin yang mengnadung
lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada anak-anak, biasanya
berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran glomerulus.Sering pula dikatakan bila
protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24 jam.
Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes melitus yang cukup
lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis proteinuria patologis:
1.Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
2.Proteinuria tubular
3.Overflow proteinuria

1. Proteinuria Glomerulus
Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana albumin adalah
jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya protein dengan berat molekul
rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma meningkat: 1).
Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi glomerulus, protein plasma,
terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat glomerulus pada sejumlah kapasitas
tubulus yang berlebihan yang menyebabkan proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal
penyakit perubahan minimal, albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2).
Faktor-faktor hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang
meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler glomerulus.
Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan kenaikan
permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
a. Mikroalbuminuria
Pada keadaan normal albumin urin tidak melebihi 30mg/hari. Bila albumin di urin 30300mg/hari atau 30-350 mg/hari disebut mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria merupakan
marker untuk proteinuria klinis yang disertai dengan penurunan faal ginjal LFG (laju filtrasi
glomerulus) dan penyakit kardiovaskular sistemik. Pada pasien diabetes mellitus tipe I dan II,
kontrol ketat gula darah, tekanan darah dan mikroalbuminuria sangat penting.
Hipotesis mengapa mikroalbuminuria dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskular
adalah karena disfungsi endotel yang luas. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya
hubungan peranan kegagalan sintesis nitrit oksid pada sel endotel yang berhubungan antara
mikroalbuminuria dengan risiko penyakit kardiovaskular.
b. Proteinuria Klinis
Pemeriksaan ditentukan dengan pemeriksaan semi kuantitatif misalnya dengan uji Esbach
dan Biuret. Proteinuria klinis dapat ditemukan antara 1-5 g/hari.
2. Proteinuria Tubular
Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150 mg/hari, terdiri
atas -2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit yang biasanya
menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA), sarkoidosis, sindrom
Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.
3. Overflow Proteinuria
Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah besar ekskresi

rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton) berupa Light Chain
Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan dipstik/ yang umumnya
mendeteksi albumin/ pemeriksaan rutin biasa , tetapi harus pemeriksaan khusus. Protein jenis
ini disebut protein Bence Jonespenyakit lain yang dapat menimbulkan protein Bence Jones
adalah amiloidosis dan makroglobulinemia.
4. Proteinuria Isolasi
Adalah sejumlah protein yang ditemukan dalam urin tanpa gejala pada pasien sehat yang
tidak mengalami gangguan fungsi ginjal atau penyakit sistemik.proteinuria ini hampir
ditemukan secara kebetulan dapat menetap/persisten, dapat pula hanya sementara, yang
mungkin saja timbul karena posisi lordotik tubuh pasien. Proteinuria terisolasi dibagi dalam 2
kategori: 1) jinak dan 2) yang lebih serius lagi adalah yang mungkin tidak ortostatik dan
timbul secara persisten.
a. Proteinuria Isolasi Jinak
1. Proteinuria fungsional
Ini adalah bentuk umum proteinuria yang sering terlihat pada pasien yang dirawat di rumah
sakit karena berbagai penyakit. Proteinuria tersebut adalah jenis glomerulus yang diyakini
disebabkan oleh perubahan hemodinamik ginjal yang meningkatkan filtrasi glomerulus
protein plasma.
2. Proteinuria transien idiopatik
Merupakan kategori proteinuria yang umum pada anak-anak dan dewasa muda, yang ditandai
dengan proteinuria yang timbul selama pemeriksaan urin rutin orang sehat tetapi hilang
kembali setelah pemeriksaan urin dilakukan kembali.
3. Proteinuria intermitten
Terdapat pada lebih dari separuh contoh urin pasien yang tidak mempunyai bukti penyebab
proteinuria. Prognosis pada kebanyakan pasien adalah baik dan proteinuria kadang-kadang
menghilang setelah beberapa tahun.
4. Proteinuria ortostatik (postural)
Pada semua pasien dengan ekskresi protein massif, proteinuria meningkat pada posisi tegak
dibandingkan posisi berbaring. Perubahan ortostatik pada ekskresi protein tampaknya tidak
mempunyai kepentingan diagnosis dan prognosis. Proteinuria sering terjadi pada usia dewasa
muda, jarang terdapat pada usia di atas 30 tahun.
Patofosiologi proteinuria ortostatik tidaklah diketahui. Walaupun biasanya prognosis

proteinuria ortostatik baik, persisten (non-ortostatik) proteinuria berkembang pada segelintir


orang.
b. Proteinuria Terisolasi yang Persisten/Menetap
Anamnesis secara lengkap dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk mencari penyakit
ginjal/sistemik yang menjadi penyebabnya.
Cara Mengukur Protein di Dalam Urin
Metode yang dipakai untuk mengukur proteinuria saat ini sangat bervariasi dan
bermakna.Metode dipstik mendeteksi sebagian besar albumin dan memberikan hasil positif
palsu bila pH >7,0 dan bila urin sangat pekat atau terkontaminasi darah.Urin yang sangat
encer menutupi proteinuria pada pemeriksaan dipstik.Jika proteinuria yang tidak mengndung
albumin dalam jumlah cukup banyak akan menjadi negatif palsu.Ini terutama sangat penting
untuk menentukan proteinBence Jones pada urin pasien dengan multipelk mieloma.Tes untuk
mengukur konsentrasi urin total secara benar seperti pada presipitasi dengan asam
sulfosalisilat atau asam triklorasetat.Sekarang ini, dipstik yang sangat sensitif tersedia di
pasaran dengan kemampuan mengukur mikroalbuminuria (30-300 mg/hari) dan merupakan
petanda awal dari penyakit glomerulus yang terlihat untuk memprediksi jejas glomerulus
pada nefropati diabetik dini.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung dari mekanisme jejas pada
ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal melewati
kapiler glomerulus, tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektifitas dinding glomerulus
mencegah transportasi albumin, globulin, dan protein dengan berat molekul besar lainnya
untuk menembus dinding glomerulus.Akan tetapi, jika sawar ini rusak, terdapat kebocoran
protein plsama ke dalam urin (proteinuria glomerulus).Protein yang lebih kecil (100kDal)
sementara foot processes dari epitel atau podosit akan memungkinkan lewatnya air dan solut
kecil untuk transport melalui saluran yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein
yang kaya akan glutamat, asam partat, asam sialat yang bermuatan negatif pada pH
fisiologis.Muatan negatif ini akan menghalangi transport molekul anion seperti albumin.
Pemilihan sampel urin
Hasil urinalisa (pemeriksaan urin) terhadap kumpulan urin sepanjang 24 jam pada seseorang
akan memberikan hasil yang hampir sama dengan urin sepanjang 24 jam berikutnya. Namun
meskipun pada hari yang sama, hasil pemeriksaan pada saat-saat tertentu akan memberikan
hasil yang berbeda. Sebagai contoh, urin pagi berbeda dengan urin siang atau malam.

IV.

ALAT DAN BAHAN


Alat :
Tabung reaksi
Centrifuge dan tabungnya
Penjepit
Hot plate
Pipet tetes

Bahan :
Asam asetat 10%
Natrium asetat
Asam asetat glasial
Aquadest
Urine

V.

CARA KERJA
I.

Tabung diisi dengan urin sebanyak nya

II.

Didihkan selama 1-2 menit

III.

Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fospat, karbonat atau albumin. Tambahkan 3
tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih. Kekeruhan yang disebabkan
oleh karbonat dan fospat akan hilang.

VI.

HASIL
Pemeriksaan urin terhadap protein
Kelompok

Menggunakan reagen
Asam asetat

Bang

Keterangan :
A. Pemanasan dengan asam asetat
Saat pemeriksaan urine dengan pemanasan asam asetat didapatkan hasil (-) atau
artinya tida ada kekeruhan.
B. Pemeriksaan secara Bang
Saat pemeriksaan urine dengan reagen Bang didapatkan hasil (-) atau artinya tidak
ada kekeruhan.

Pada kelompok 1
Protein yang dibuat sebanyak
100 mg/20 ml
= 0,100 mg/20 ml
= 0,5 g/ 100 ml
= 500 mg%

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan analisis pendahuluan sampel urin
secara kimia menggunakan reagent strip. Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini
adalah untuk mengevaluasi fungsi ginjal dengan cara urinalisis dan menginterpretasikan
hasil pemeriksaan yang diperoleh. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel
urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan
evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status
kesehatan umum.
Ginjal mempunyai kemampuan memilih dan menahan zat-zat esensial pada
saat mengekskresikan produk akhir metabolisme dan kelebihan zat dari makanan. Maka
untuk mengetahui fungsi ginjal diantaranya dapat dilkakukan dengan cara skrining pada
urin dengan metode urinalisis.
Pada urinalisis, banyak metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zatzat yang terkandung di dalam urin. Analisis urin sebagai uji pendahuluan meliputi
analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik.
Sampel urin yang digunakan adalah urin dari wanita dan pria. Sampel urin
yang digunakan untuk uji haruslah dalam keadaan segar. Artinya, reagent strip
langsung dicelupkan ke dalam urin yang baru keluar dari tubuh. Alasannya karena ada
kemungkinan urin mengalami perubahan jika tidak segera dilakukan pengujian.
Dimana perubahan ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pemeriksaan urin
dengan menggunakan reagent strip mempunyai beberapa keuntungan yaitu mudah
dilakukan, cepat dan biaya relatif murah. Akan tetapi, reagent strip tidak dapat
dijadikan informasi yang akurat tentang adanya kelainan karena analisis urin reagent
strip ini merupakan tes secara kualitatif. Untuk membuktikan adanya kelainan harus
dilakukan tes lebih lanjut lagi.
Reagent strip merupakan strip plastik kecil yang memiliki beberapa kotak
berwarna yang melekat padanya. Pada masing-masing kotak merupakan komponen dari
uji yang digunakan untuk menafsirkan urinalisis berdasarkan nilai referensi urin. Uji
kimia yang tersedia pada reagent strip umumnya adalah specific gravity (SG)/ berat
jenis, pH, leukosit, nitrogen, protein, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, eritrosit
dan Hb.

Pada praktikum kali ini membahas tentang adanya protein dalam urin dengan
menggunakan metode pemanasan pada reagen Asam Salisilat dan reagen Bang. Pada
prinsipnya kita menguji dan melihat protein akan membentuk endapan/menggumpal
bila dipanaskan dalam suasana asam.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan perubahan warna pada kontak uji
protein pada sampel urin wanita adalah kunig terang yang jika dibandingkan dengan skala
warna di atas, maka hasilnya adalah negatif. Artinya sampel urin pria maupun wanita
dinyatakan tidak mengandung protein(tidak proteinuria).
Pada pemeriksaan protein pada urine didapatkan hasil (-) atau artinya tidak
ada kekeruhan . Adanya protein pada urine sampel ini masih normal, hal ini dibuktikan
dengan urine masih kelihatan jernihnya. Jika seseorang yang mengalami proteinuria, jika
dilakukan uji urine terhadap protein baik secara pemanasan dengan asam asetat maupun
dengan reagen bang maka akan menunjukkan tingkat kekeruhan yang lebih tinggi. Tetapi
kedua metode ini tidak cukup untuk memvonis apakah seseorang mengalami proteinuria
karena perlu uji laboraturium yang lebih lanjut untuk mengetahui berapa kadar proein
yang terdapat di dalam urine tersebut.

VIII. KESIMPILAN

1. . Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
2. Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan daan makanan sehari-hari yang
dikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH antara 5
sampai 7.
3.

Menggunakan reagen asam salisilat dan bang, protein akan membentuk adanya
endapan/menggumpal bila dipanaskan.

4. Pengamatan yang dilihat adalah terjadinya kekeruhan pada urin.


5. . Uji kimia yang tersedia pada reagent strip umumnya adalah specific gravity (SG)/
berat jenis, pH, leukosit, nitrogen, protein, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin,
eritrosit dan Hb.
6. Hasil yang di dapat tidak ada kekeruhan dan endapan (-)

DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up): Bagaimana
Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
Wulangi, Kartolo. 1990. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. ITB Press. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai