MELALUI PROGRAM KEMITRAAN (STUDY KASUS DI DESA J UNREJ O KECAMATAN BATU) (TUGAS KELOMPOK PRAKTIKUM MATA KULIAH PENYULUHAN)
Disusun oleh : Kelompok : 3 Muhammad Aminul Z. 105050100111096 Stefanus Ndawa P. 105050100111118 Thoufich Teguh S. 105050100111120 Richardo Ariyanto 105050100111134
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 2
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat tersusun dengan sebagaimana mestinya, makalah ini disusun sebagai upaya untuk memenuhi tugas kelompok praktikum matakuliah Penyuluhan. Makalah ini juga dapat tersusun dengan sebagaimana mestinya karena adanya partisipasi dari para peternak sapi perah di desa junrejo yang bersedia untuk berdiskusi diacara yang kami adakan. Dengan segala kerendahan hati dan keterbatasan yang ada, kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 20 November 2012
Penyusun, Tim Kelompok
3
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL Tabel Rancangan Jadwal Kegiatan Tabel Karakter Peternak Tabel Hasil FGD (Fokus Grup Diskusi)
JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat BAB II GAGASAN Gambaran Umum Kegiatan Gambaran Masyarakat Sasaran Metode Pelaksanaan Jadwal Kegiatan BAB III PEMBAHASAN Analisa Informasi Pengetahuan Peternak Tentang Kemitraan Analisis Data KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... ...................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... ..................................................................... 1 2 3 4 5 5 7 7 7 8 8 9 9 11 12 12 14 14 20 21 4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Produktivitas sapi perah di Indonesia masih rendah yaitu 10-12 liter/ekor/hari, yang apabila dibandingkan dengan produktivitas sapi perah di negara maju yaitu sekitar 25-30 liter/ekor/hari, maka jelaslah bahwa ternak sapi perah di Indonesia masih jauh tertinggal. Dengan demikian produksi susu segar dalam negeri relatif masih rendah dan belum mampu untuk mencukupi permintaan dalam negeri. Hampir dua per tiga dari kebutuhan konsumsi susu masyarakat masih harus diimpor (Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004). Selanjutnya dinyatakan bahwa produksi Susu Sapi Dalam Negeri (SSDN) pada lima tahun terakhir (1998-2002) mengalami peningkatan sebesar 24 % dari 375.382 ton (1998) menjadi 493.375 ton (2002). Propinsi Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan propinsi terbesar penghasil susu. Pada sisi permintaan, tingkat konsumsi susu masyarakat di Indonesia baru mencapai 5,79 kg/kap/tahun (2001). Tingkat pencapaian ini masih jauh dari standar gizi yang ditentukan yakni 7,2 kg/kap/tahun. Berdasarkan sisi pemasaran, sebagian besar hasil produksi dalam negeri (90%) dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) dan sisanya diolah oleh Koperasi atau dikonsumsi langsung. Untuk mensuplai kebutuhan susu nasional sekitar 1.167.561 ton/tahun, sekitar 59 % atau 687.914 ton/tahun masih diimpor dari luar negeri dalam bentuk bahan baku maupun bahan jadi seperti susu, mentega, yogurt, whey dan keju, namun ekspor juga dilakukan ke beberapa negara. Perkembangan usaha ternak di suatu daerah dipengaruhi oleh faktor internalpeternak dan faktor lingkungan. Produktivitas usaha ternak rakyat yang masih rendah disebabkan karena manajemen usaha ternak dan kualitas pakannya sangat tidak memadai. Untuk memperbaikinya, tidak hanya sebatas mengubah sikap peternak tetapi juga 5
menyediakan stok bibit yang baik dan bahan pakan yang berkualitas. Namun demikian, sebenarnya bibit sapi perah unggul tidak kurang, karena kualitas genetik sapi perah dapat diperbaiki dengan inseminasi buatan yakni dengan menggunakan semen unggul, namun masalahnya koperasi. Keberhasilan beternak sapi perah itu sendiri secara nyata dapat diukur dari adanya peningkatan produksi susu per ekor per hari dan kualitas susu yang tergolong baik. Dengan tingkat produksi dan kualitas yang tinggi maka pendapatan pun akan tinggi. Ada beberapa hal yang sering menimbulkan hambatan bagi peningkatan usaha ternak sapi perah di Indonesia yaitu iklim, permodalan, pemasaran yang yang belum maju, kekurangan tenaga ahli, komunikasi atau sarana transfortasi yang sulit. Selain itu, sikap peternak sapi perah yang kurang mandiri terutama dalam merebut kesempatan usaha yang ada menjadi kendala pencapaian skala pemilikan optimum. Dengan demikian kemandirian peternak sapi perah merupakan cerminan dari kesiapan mereka dalam persaingan usaha yang sangat kompetitif baik secara fisik, mental maupun strategi untuk dapat mempertahankan mata pencaharian mereka. Suatu peternakan dikatakan berhasil jika memenuhi tiga faktor yang saling menunjang yaitu pemuliabiakan (breeding), ransum (feeding) dan pengelolaan (manajement). Ketiga aspek tersebut mempunyai peranan yang sama sehingga merupakan suatu gambaran segi tiga sama sisi. Jika ketiga faktor tersebut dijalankan secara ekonomis dan efisien, maka akan menghasilkan output atau produk yang maksimal. Dalam makalah ini menyajikan penerapan sistem kemitraan yang merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pengembangan dalam peternakan. Kemitraan adalah suatu jalinan kerja sama berbagai pelaku agribisnis, mulai dari kegiatan praproduksi, produksi hingga pemasaran. Kemitraan dilandasi oleh azas kesetaraan kedudukan, saling membutuhkan, dan saling menguntungkan serta adanya persetujuan di antara pihak yang bermitra untuk saling berbagi biaya, risiko, dan manfaat.
6
1.2 Rumusan Masalah - Sejauhmana pengetahuan peternak sapi perah rakyat di daerah junrejo Kec. Batu mengenai program kemitraan tentang sapi perah? - Mengetahui bagaimana pola usaha yang dilakukan peternak? - Upaya pemberdayaan peternak sapi perah melalui pengenalan program kemitraan? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peternak tentang program kemitraan yang selama ini di ikuti. Dan memperkenalkan fungsi dan manfaat sejauh mana pengaruh kemitraan dalam pengembangan usaha peternakan yang dikelola. 1.4 Manfaat Diharapkan dengan adanya program kemitraan, usaha peternakan sapi perah yang dilakoni oleh peternak akan berkembang.
7
BAB II GAGASAN
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Kota Batu yang merupakan bagian dari proses pemekaran Kabupaten Kota Malang, dimana kota tersebut memiliki sektor peternakan sapi perah yang cukup luas dan hal itu didukung oleh pemerintahan kota setempat. Namun, jika diamati lebih dalam ternyata masih banyak peternakan sapi perah rakyat di kota tersebut yang belum berjalan dengan baik dan benar sehingga keuntungan yang diperoleh peternak masih tergolong kecil. Hal ini terjadi karena berbagai macam alasan yang berbeda-beda yang dialami oleh setiap peternak, diantaranya: a) Peternak belum mengerti tentang tata cara beternak sapi perah yang baik dan benar; b) Peternak belum mengetahui tata cara menangani hasil produksi ternak sapi perah (baik hasil utama maupun hasil samping) sehingga penjualan dari hasil produksi ternak memiliki nilai ekonomis yang rendah; c) Peternak kekurangan dana untuk membeli berbagai macam kebutuhan ternak; d) Peternak kekurangan sumber air, sehingga proses sanitasi belum maksimal; dll. Dalam upaya untuk meningkatkan peternakan rakyat khusunya peternakan sapi perah di Kota Batu (Jawa Timur), salah satu langkah yang perlu diterapkan adalah program kerja sama antar sesama peternak dalam bentuk kemintraan. Program kemitraan merupakan salah satu instrument kerja sama yang mengacu kepada terciptanya suasana kesinambungan dan keselarasan yang didasari saling percaya antara peternak dan peternak ataupun antara perusahaan mitra dan kelompok mitra melalui perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat. 8
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran Masyarakat yang menjadi sasaran dalam melakukan penyuluhan adalah setiap peternak sapi perah di Kota Batu (Jawa Timur) yang masih belum mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ternak sapi perah yang meraka pelihara, selain itu banyak juga peternak yang tidak mengetahui cara untuk mengolah/menangani susu hasil produksi peternakan sapi perah, dan masih banyak lagii kendala-kendala yang dialami oleh setiap peternak dalam melakoni usaha peternakan sapi perah. Dari kendala-kendala yang dialami oleh peternak di atas, hal tersebut sangat berpengaruh nyata terhadap keuntungan yang diperoleh peternak. Hal yang perlu dilakukan untuk membantu peternak-peternak tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan mereka yaitu melalui proses penyuluhan tentang tata cara beternak yang baik dan cara untuk mengolah/menangani hasil produksi ternak seperti (1).Bagaimana tata cara beternak sapi perah yang baik dan benar; (2).Bagaimana tata cara menangani hasil produksi ternak sapi perah (baik hasil utama maupun hasil samping) sehingga penjualan dari hasil produksi ternak memiliki nilai ekonomi yang tinggi; dll. 2.3 Metode Pelaksaan 2.3.1 Tehnik Pengumpulan Data Berisikan penjelasan tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum data diolah dan dianalisa. data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data primer dan skunder, maka tehnik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Wawancara Suatu cara pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dan tebuka dari konsumen sebagai sumber informasi dalam hal ini melalui fokus group discussion dengan dipandu oleh moderator atau peneliti. sumber informasi dalam wawancara dengan FGD disebut dengan informan.
9
2. Observasi Suatu cara pengumpulan data dengan cara mengamati fakta atau gejala secara langsung untuk mendapatkan gambaran dari permasalahan yang ada. 2.3.2 Metode Pengambilan Sampling Sampling di ambil dipeternakan Sapi Perah Rakyat di desa Junrejo kecamatan batu. Berjumlah 5 peternak dalam satu kawasan desa junrejo untuk mewakili peternakan di daerah junrejo. Dalam Hal ini ditujukkan untuk mengetahui bagaimana sistem penerapan Usaha Peternakan Sapi Perah yang di kelolanya. 2.3.3 Tehnik Analisa Data Penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif. yang meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikian atau suatu peristiwa dimasa sekarang, dimana tujuannya untuk membuat deskriptif mengenai fakta-fakta, siat-sifat serta hubungan antara variabel-variabel. dalam penelitian ini tehnik analisa data dengan menggunkan FGD yaitu (Focus group discussion) yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Berbeda dengan riset kuantitatif yang metodologinya memiliki sifat pasti(exact), metode FGD yang bersifat kualitatif memiliki sifat tidak pasti, berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu masalah dan tidak dapat digeneralisasi. Kualitas hasil FGD sangat bergantung dari kualitas moderator yang melaksanakannya.
10
2.4 Jadwal Kegiatan
Berikut ini adalah Tabel Rancangan Jadwal Kegiatan
No Agenda Bulan November Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV 1 Identifikasi Daerah Penelitian (Pendahuluan)
2 Menyusun Rencana Kegiatan
3 Survey Pendahuluan 4 Pengaturan Jadwal Dengan Kelompok Peternak Untuk FGD
5 Pelaksanaan Kegiatan FGD 6 Pengolahan Data 7 Sosialisasi Kembali 11
BAB III PEMBAHASAN
1. Tahapan Identifikasi Informasi Tabel.1 Karakter Peternak Indokator Kompetensi Pendidikan Jumlah Keluarga Jumlah Ternak yang dipelihara Lama Berternak Kemampuan Mengakses Info Motivasi Kurang (Lulusan SD-SMA) Memiliki 2-3 Anak 2-4 Ekor Setiap Peternak 3-5 Tahun Kurang Kurang Karna Modal Tabel. 2 Hasil FGD (Fokus Grup Diskusi) Indikator Tingkat Kompetensi Kompetensi Teknis Pengetahuan Sapi Perah Perkandangan Pakan Reproduksi Pemeliharaan Pemerahan Produktivitas Ternak Rekording Penyakit
Sedang Sedang Sedang Sedang Kurang Sedang Sedang Kurang Sedang Kompetensi Manajerial Perencanaan Usaha Pengkoordinasian Pengawasan Komunikasi Bermitra Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang 12
Dari Hasil FGD yang diterpkan diketahui Informasi peternak dan Pengetahuan Petrnak serta Kemampuan Peternak dalam Manejerial. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha sapi perah selama ini terutama adalah ketidakberdayaan para peternak untuk mengembangkan usaha sebagai akibat rendahnya pendapatan yang diperoleh selama ini. Sebagian besar peternak sapi perah merupakan usaha kecil dengan skala kepemilikan 2-4 ekor sapi perah per peternak (Tabel 1). Jumlah pemilikan ternak merupakan salah satu ukuran skala usaha disamping ukuran-ukuran lainnya (KAY et al., 1994 dalam RAHAYU et al., 2008). Skala usaha ini kurang ekonomis karena keuntungan yang didapatkan selama ini pada umumnya hanya dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidup, dan tidak memungkinkan untuk mengembangkan usaha sapi perahnya. Kemampuan budidaya peternak khususnya menyangkut kesehatan ternak dan mutu bibit yang masih rendah, sangat berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan selain juga mengakibatkan lambatnya pertumbuhan produksi susu (DARYANTO, 2007). Rendahnya mengakibatkan banyak ternak yang terserang mastitis serta brucellosis, yang berakibat mengganggu kemampuan sapi untuk memproduksi susu. Keterbatasan modal menjadikan peternak kurang inovatif terhadap hal-hal yang untuk mengembangkan Usaha. Selain itu Kemampuan mengakses informasi peternak tidak berpengaruh terhadap kompetensi kewirausahaan peternak sapi perah, karena informasi yang diperoleh peternak lebih banyak bersifat teknis yang telah mereka kuasai. Informasi baru yang diperoleh belum diaplikasikan karena keterbatasan modal, ketidakberanian dalam mengambil resiko. Motivasi tidak berpengaruh terhadap kompetensi Usaha peternak, karena selain beternak juga menanam kobis, wortel, kentang, jagung dan tanaman lain yang memiliki masa panen relatif singkat. Adanya pendapatan lain mengakibatkan peternak kurang memiliki motivasi untuk mengembangkan kompetensi Usahanya pada usaha sapi perah. Tersedianya sarana produksi di koperasi dan kepastian pasar, menjadikan peternak tidak berusaha menjalin kemitraan dengan pihak lain dalam hal pengadaan sarana produksi ataupun pemasaran. 13
2. Pengetahuan Peternak Tentang Kemitraan Dari Hasil Sampling FGD (fokus Group Diskusion) Dapat diketahui Tingkat Pengetahuan Peternak Tentang Kemitraan Masih Sedang. Umumnya Peternak mengikuti Kelembagaan peternak, kelompok peternak dan koperasi yang melayani keperluan peternak sapi perah. Koperasi merupakan kelembagaan peternak yang menjamin ketersediaan sarana produksi dan pemasaran susu. Susu yang dihasilkan sapi perah peternak, Seluruhnya dijual ke koperasi. Kepastian pasar yang diberikan koperasi menyebabkan peternak tidak mau belajar bermitra dengan pihak lain untuk membuat jalur pemasaran baru yang lebih mendatangkan keuntungan. Sikap cepat puas diri informasi yang tersedia kurang dimanfaatkan secara maksimal. Peternak tidak mengalami kesulitan dalam hal pelayanan IB maupun kesehatan ternak, karena ada kotak pengaduan di setiap Koperasi. Pelayanan penyuluhan juga disediakan oleh pihak koperasi dan dilaksanakan secara berkala. Kemudahan-kemudahan ini menciptakan ketergantungan peternak dan kurang memiliki kemauan belajar atau mencari informasi secara mandiri untuk meningkatkan kompetensi usaha peternakannya.
3. Analisis Data Pola Kemitraan Kemitraan dalam lingkungan masyarakat Indonesia, merupakan sesuatu hal yang tidak asing untuk diterapkan, karena bangsa ini sudah mengenal kemitraan sejak ber abad-abad lamanya meskipun dalam skala yang sederhana, seperti gotong royong penerapan pola kemitraan dalam pemeliharaan sapi perah dapat meningkatkan lapangan kerja bagi petani pedesaan, namun disisi lain belum dapat diketahui apakah dengan bermitra akan menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan. Kemitraan dalam implementasi manajemen modern kesepahaman pengelolaan program, kesepahaman strategi pengembangan program antar lembaga yang bermitra merupakan faktor utama yang pertama kali harus menjadi perhatian. Oleh karenanya diantara lembaga yang bermitra harus 14
ada pelaku utama kegiatan, sebagai lembaga/orang yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program (kegiatan). Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing lembaga/orang itulah yang dimitrakan sebagi wujud kerjasama untuk saling menutupi, saling menambah, dan saling menguntungkan (mutualisme). Kemitraan dapat dilakukan dalam transfer teknologi, transfer pengetahuan/keterampilan, transfer sumberdaya (manusia), transfer cara belajar (learning exchange), transfer modal, atau berbagai hal yang dapat diperbantukan sehingga terpadu dalam wujud yang utuh. keunggulan kemitraan, sebagaimana pada ko-operasi (kerjasama) terletak pada kepercayaan. Kepercayaan sebagai sisi utuh yang ada dalam kehidupan manusia merupakan sisi strategis dalam membangun keberhasilan individu/orang, masyarakat maupun organisasi. Berdasar pada konsep kemitraan dan keuntungan serta keunggulan kemitraan ada beberapa strategi dan pola yang ditawarkan. Strategi yang ditawarkan dalam kemitraan setidaknya mengandung unsur saling memerlukan, saling menguntungkandan saling memperkuat. Ketiga unsur tersebut dibangun atasa dasar kepercayaan yang berlandaskan; keadilan, kejujuran dan kebijakan. Oleh karena itu strategi pertama adalah strategi komitmen visi jangka panjang sedangkan strategi kedua adalah strategi implementasi misi, atau strategi kesepakatan terhadap sasaran dan tujuan berasama. Kedua strategi itu bisa dibangun melalui berbagai pola seperti : a. Pola asuh, pola ini dibangun atas dasar misi pengasuhan dari yang besar kepada yang kecil, (besar modal, besar sumberdaya manusia, besar teknologi dll), dari yang kuat kepada yang lemah namun pada posisi kebutuhan yang sama, tetapi tetap pada landasan saling menguntungkan, saling memerlukan dan memperkuat. 15
b. Pola inti plasma, adalah pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra di mana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.
Perusahaan/lembaga mitra membina kelompok mitra dalam : 1) penyediaan sumberdaya (dana, teknologi, lahan dll) 2) pemberian bahan 3) pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, manajemen pengelolaan, dan manajemen produksi, 4) peroleh, penguasaan dan peningkatan teknologi, 5) bantuan lain seperti efisiensi dan produktivitas. Sedangkan Pola futuristik, adalah pola hubungan yang sama tidak ada sub ordinasi, tetapi dengan pembagian kerja yang berbeda dalam rangka membangun Plasma Plasma. Perusahaan Inti misi tujuan/sasaran yang sama. Pola ini lebih modern karena standar kerja, standar pengelolaan dibangun bersama. Pola ini dapat dicermati pada gambar berikut:
Gambar 1. Pola Kemitraan Gambar 2 Pola Futuristrik 16
Model Kemitraan dalam Pemberdayaan Peternak Bergabungnya Peternak dalam suatu kelompok Ternak atau koperasi akan memberi banyak keuntungan kepada Peternak dalam mengembangkan usahanya. Peternak melalui kelompok Ternak /koperasi dapat bermitra dengan perusahaan/lembaga lain yang lebih berpengalaman dalam peternakan Sapi Perah. Peternak dan mitra usahanya bekerja sama mulai dari proses produksi (hulu) sampai pemasaran produk (hilir). Keberadaan kelembagaan Peternak akan memudahkan transfer teknologi atau inovasi baru di bidang peternakan Sapi Perah. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah kelembagaan yang dapat melayani Peternak dengan tenaga penyuluh lapangan dan kesehatan hewan. Pengenalan teknologi dan atau informasi pasar yang dapat memacu dan meningkatkan produktivitas ternak dan efisiensi usaha harus dilakukan oleh petugas pelayanan di lapangan. Maka dari itu dibutuhkan jaringan kemitraan yang merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan membesarkan. Keberhasilan, kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis yang memberikan manfaat Sebagai berikut : 1. Efisiensi dan efektifitas yaitu, memproduksi barang dalam jumlah yang diharapkan dengan mengurangi faktor input dan meningkakan produksi (output) dengan menggunakan sumberdaya dalam jumlah dan kualitas yang besar. 2. Jaminan mutu, jumlah dan keberlanjutan mulai dari penyedia input hingga output yang dihasilkan. 3. Mengurangi risiko dan meningkatkan keuntungan 4. Memberi manfaat sosial 5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan 6. Mendukung keberlangsungan program
17
Selain itu Salama menjalin kegiatan kemitraan yang dapat dikembangkan di antaranya: 1. Program Kegiatan Penyelenggaraan kegiatan bersama dengan lembaga mitra merancang program bersama. Pada pelaksanannya paling tidak ada tiga kemungkinan bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yaitu : a) Bersama melaksanakan kegiatan pada setiap tahapan pengelolaan program b) Sebuah lembaga melakukan bagian kegiatan pada tahapan pengelolaan tertentu atau melaksanakan seluruh kegiatan pada tahapan pengelolaan program. c) Sebuah lembaga melaksanakan program kegiatan awal atau lanjutan dari program kegiatan yang telah dirancang oleh lembaga lain. 2. Sarana dan Prasarana Yang dimaksudkan dalam bagian ini adalah sarana dan prasarana kegiatan pengembangan program, seperti: tempat atau ruang pelatihan dan praktek, bahan belajar dan alat peraga, modal dll. Bentuk kemitraan dapt dilakukan secara timbal balik. Sebuah lembaga dapat memanfaatkan sarana dan prasarana lembaga lain atu sebaliknya. 3. Dana Dana merupakan salah satu faktor utama yang menunjang berjalannya sebuah program, kemitraan dengan lembaga lain yang memiliki dana perlu dijalini dalam rangka menjaring lembaga donor guna mewujudkan sebuah program yang akan dilaksanakan. 4. Tenaga Kemitraan di bidang ini dapat dilakukan secara timbal balik. Tenaga yang memadai (kualified) yang dimiliki oleh sebuah lembaga dapat dijadikan asset untuk didayagunakan oleh lembaga lain. Begitu juga sebaliknya.
18
5. Pendayagunaan Hasil Aspek pendayagunaan hasil, dapat berupa pendayagunaan/ penempatan hasil kerja Masyarakat. Sehingga dengan ini terjalin kerjasama antara penghasilan dan pemanfaatan. 6. Lembaga Organisasi Potensial yang dapat Dijadikan Mitra Lemabaga calon mitra dalam hal ini adalah, koperasi dan himpunan pengusaha kecil dan menengah yang sudah ada atau secara langsung anggota pengusaha (individu anggota masyarakat). Peran lembaga organisasi dalam hal ini adalah: a) Lembaga usaha/pengusaha, sebagai: penyelenggara, penyedia fasilitas, penyedia tutor, penyedia dana dan pasar, mitra usaha. b) Lemabaga hendaknya mampu menganalisis kemungkinan- kemungkinan pengembangan jaringan kemitraan dalam rangka program kegiatan.
19
KESIMPULAN Dari hasil pengamatan yang didapat maka diketahui bahwa Pengetahuan peternak tentang sapi perah pun tergolong masih rendah hal ini terjadi karena berbagai macam alasan yang berbeda-beda yang dialami oleh setiap peternak, diantaranya: e) Peternak belum mengerti tentang tata cara beternak sapi perah yang baik dan benar; f) Peternak belum mengetahui tata cara menangani hasil produksi ternak sapi perah (baik hasil utama maupun hasil samping) sehingga penjualan dari hasil produksi ternak memiliki nilai ekonomis yang rendah; g) Peternak kekurangan dana untuk membeli berbagai macam kebutuhan ternak; h) Peternak kekurangan sumber air, sehingga proses sanitasi belum maksimal; dll.
Pengetahuan peternak pada program kemitraan masih tergolong sedang, dalam hal ini peternak sudah mengikuti kelembagaan melalui koperasi. Koperasi merupakan kelembagaan peternak yang menjamin ketersediaan sarana produksi dan pemasaran susu. Susu yang dihasilkan sapi perah peternak, Seluruhnya dijual ke koperasi. Kepastian pasar yang diberikan koperasi menyebabkan peternak tidak mau belajar bermitra dengan pihak lain untuk membuat jalur pemasaran baru yang lebih mendatangkan keuntungan. Penerapan Pola kemitraan yang baik adalah berdasar pada konsep kemitraan dan keuntungan serta keunggulan kemitraan ada beberapa strategi dan pola yang ditawarkan. Strategi yang ditawarkan dalam kemitraan setidaknya mengandung unsur saling memerlukan, saling menguntungkandan saling memperkuat. Ketiga unsur tersebut dibangun atasa dasar kepercayaan yang berlandaskan; keadilan, kejujuran dan kebijakan.
20
DAFTAR PUSTAKA Fatwi Zandos. 2012. STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN CISARUA, BOGOR. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor Ismeth Inounu, Kusuma Diwyanto, Subandriyo, Atien Priyanti, Ratna A. Saptati. 2008. STRATEGI PENJARINGAN CALON BIBIT SAPI PERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. ISBN 978-979- 8308-98-7 Andri G. Gunawan, Dede Ridwan, Latifah. 2011. PENGEMBANGAN KAMPUNG SUSU SEBAGAI USAHA MANDIRI KARANG TARUNA MANOKO DESA CIKAHURIPAN LEMBANG. Program Kreatifitas Mahasiswa. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung Dwi C. Budinuryanto. 2010. RESTRUKTURISASI SISTEM PRODUKSI USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DALAM SISTEM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (KASUS DI DAERAH HULU SUNGAI CITARUM). Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung Ismeth Inounu, Subandriyo, I P Kompyang, Budi Haryanto, Argono R . Setioko, Eny Martindah, Atien Priyanti, Ratna A Saptati. 2009. AKSELERASI IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS) UNTUK SAPI PERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. ISBN 978-602-8475-09-9 Yusmichad Yusdja dan Nyak Ilham. 2006. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN RAKYAT. Vol. 4 NO. 1, 18-38 Kusuma Diwyanto dan Atien Priyanti. 2009. PENGEMBANGAN INDUSTRI PETERNAKAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Vol. 2 (3), 208-228