Anda di halaman 1dari 37

WRAP UP

BLOK GINJAL & SALURAN KEMIH


SKENARIO 2
ANYANG ANYANGAN








KELOMPOK A.16

KETUA : Hanny Dwi Setiowati 1102012108
SEKRETARIS : Chyndita Arti Pranesya 1102010057

ANGGOTA : Hendra Hermadin R 1102012112
Hendri Prasetyo 1102012113
Ika Rohaeti 1102012117
Ika Wulan Permata 1102012118
Ilham Nuryosan 1102012119
Ilonna Putri Pertiwi 1102012120
Indah Fauziah 1102012122






Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
2013 2014
1

Skenario 2
ANYANG-ANYANGAN

Seorang perempuan muda, usia 23 tahun, belum menikah, datang ke dokter puskesmas dengan
keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini dirasakan sejak
dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali nyeri tekan supra
pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan peningkatan leukosit. Kemudian pasien
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.























2

Kata-kata sulit :
1. Anyang-anyangan : Keinginan untuk BAK terus menurus namun urin tidak keluar atau
hanya sedikit
2. Kultur Urin : pemeriksaan gold standar untuk ISK guna membantu menegakkan
diagnosis koloni bakteri apa yang terdapat ada kultur

Pertanyaan :
1. Mengapa terjadi peningkatan leukosit?
2. Mengapa terdapat nyeri supra pubic?
3. Mengapa terjadi anyang-anyangan?
4. Mengapa dilakukan pemeriksaan kultur urin?
5. Apakah ada hubungan antara anyang-anyangan denga nyeri supra pubic?
6. Mengapa terjadi nyeri saat buang air kecil?

Jawaban :
1. Karena adanya infeksi pada saluran kemih
2. Terjadi inflamasi pada vesika urinaria yang menyebabkan nyeri supra pubic
3. Adanya penurunan fungsi pada m. Sfingter uretra
4. Untuk membantu menegakkan diagnosis dn mengetahui bakteri yang ada
5. Infeksi bakteri bersifat ascendens yang menyebabkan inflamasi sehingga menimbulkan
nyeri dan berdampak penurunan fungsi pada m.sfingter urethra yang menyebabkan
anyang-anyangan
6. Adanya inflamasi pada saluran kemih

Hipotesis :
Infeksi bakteri yang bersifat ascendens yang menimbulkan:
1. Inflamasi pada saluran kemih bagian bawah, yaitu uretra dan vesika urinaria yang
menyebabkan nyeri saat buang air kecil, nyeri supra pubic dan penurunan fungsi pada
m.sfingter uretra
2. Terjadi respon imun yang menyebabkan peningkatan leukosit pada pemeriksaan urinalisa
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur urin guna menegakkan diagnosis dan
mengetahui jenis bakteri yang ada.

Diagnosis sementara : Infeksi Saluran Kemih












3

Sasaran Belajar
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Kemih Bagian Bawah
LO 1.1 Makroskopik
LO 1.2 Mikroskopik
LI 2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Berkemih (Miksi)
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Etiologi
LO 3.3 Klasifikasi
LO 3.4 Epidemiologi
LO 3.5 Patofisiologi
LO 3.6 Manifestasi Klinis
LO 3.7 Diagnosis
LO 3.8 Diagnosis Banding
LO 3.9 Tatalaksana
LO 3.10 Komplikasi
LO 3.11 Prognosis
LO 3.12 Profilaksis
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Salasil Baul dalam Islam


















4

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Saluran Kemih Bagian Bawah
LO 1.1 Makroskopik
VESIKA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).









5


URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui
tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang
pubis kebagia penis panjangnya 20 cm.
Uretra pada laki laki terdiri dari :
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang
berada di bawah kendali volunter (somatis).
d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh
korpus spongiosum di bagian luarnya.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis
(sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.


6



LO 1.2 Mikroskopik
VESIKA URINARIA
Mukosa dilapisi oleh epitel transitional, setebal 5 6 lapisan sel, tunica muscularis
terdiri dari otot polos yang berjalan kesegala arah tanpa lapisan yang jelas, pada
leher vesica dapat dibedakan 3 lapisan:
a. Lapisan dalam berjalan longitudinal, distal terhadap leher vesica berjalan circular
mengelilingi urethra pars prostatica, menjadi sphincter urethra interna
(involuntary)
b. Lapisan tengah berakhir pada leher vesica
c. Lapisan luar, longitudinal, berjalan sampai ke ujung prostat pada laki2, dan pada
wanita berjalan sampai ke meatus externus urethrae
7



URETRA
Pria
Pars prostatica
Pada bagian distal terdapat tonjolan kedalam lumen: verumontanum. Ductus
ejaculatorius bermuara dekat verumontanum. Dilapisi epitel transitional
Pars membranosa
Dilapisi epitel bertingkat torak, dibungkus oleh sphincter urethra externa
(voluntary)
Pars bulbosa dan pendulosa
Ujung distal lumen urethra melebar: fossa navicularis, umumnya dilapisi epitel
bertingkat torak dan epitel selapis torak, dibeberapa tempat terdapat epitel berlapis
gepeng, kelenjar Littre, kelenjar mukosa yang terdapat disepanjang urethra,
terutama pada pars pendulosa

Wanita
Pendek, 4-5 cm
Dilapisi epitel berlapis gepeng, dibeberapa tempat terdapat epitel bertingkat torak
Dipertengahan urethra terdapat sphinxter externa (muskular bercorak)


8

LI 2. Memahami dan menjelaskan Fisiologi Berkemih (Miksi)
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana kandung
kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses
pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh
sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan
intra abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing sehigga membantu
mengosongkan urine ( Virgiawan, 2008 ).
Reflex mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg dikendalikan oleh suatu
pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi
biasanya pusat yang lebih tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi
sebagai berikut :
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat sebagian, kecuali
bila mikturisi diinginkan
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex mikturisi,
dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan kontraksi tonik
hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral untuk
membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama menghambat sfingter
eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.
MEKANISME BERKEMIH
Dalam keadaan normal kandung kemih dan uretra berhubungan secara simultan dalam
penyimpanan dan pengeluaran urin.Selam penyimpanan, leher kandung kemih dan uretra
proksimal menutup, dan tekanan intra uretra berkisar antara 20-50 cmH2O.Sementara itu otot
detrusor berelaksasisehingga tekanan kandung kemih tetap rendah.

Mekanisme berkemih terdiri dari 2 fase, yaitu fase pengisian dan fase pengosongan kandung
kemih
1. Fase pengisian (filling phase)
Untuk mempertahankan kontinensia urin, tekanan intra uretra selamanya harus melebihi tekanan
intra vesikal kecuali pada saat miksi.Selama masa pengisian, ternyata hanya terjadi sedikit
peningkatan tekanan intra vesika, hal ini disebabkan oleh kelenturan dinding vesikal dan
mekanisme neural yang diaktifkan pada saat pengisian vesika urinaria.Mekanisme neural ini
termasuk refelk simpatis spinal yang mengatifkan reseptor pada vesika urinaria dan
menghambat aktifitas parasimpatis. Selama masa pengisian vesika urinaria tidak ada aktivitas
kontraktil involunter pada detrusor. Tekanan normal intra vesika maksimal adalah 50 cm H2O
sedangkan tekanan intrauretra dalam keadaan istirahat antar 50-100 cm H2O. Selama pengisian
vesika urinaria,tekanan uretra perlahan meningkat. Peningkatan pada saat pengisian vesika
urinaria cenderung kerah peningkatan aktifitas otot lurik spinchter.Refelek simpatis juga
meningkatkan stimulasi reseptor a pada otot polos uretra dan meningkatkan kontraksi uretra pada
saat pengisian vesika urinaria.

2. Fase miksi (Voiding phase)
9

Selama fase miksi terjadi penurunan tekanan uretra yang mendahului kontraksi otot detrusor.
Terjadi peningkatan intravesika selama peningkatan sensasi distensi untuk miksi.Pusat miksi
terletak pada batang otak.Reflek simpatis dihambat, aktifitas efferent somatic pada oto lurik
spinchter dihambat dan aktifitas parasimpatis pada otot detrusor ditingkatkan.Semua ini
menghasilkan kontraksi yang terkoordinasi dari otot detrusor bersamaan dengan penurunan
resistensi yang melibatkan otot lurik dan polos uretra.Terjadi penurunan leher vesika urinaria dan
terjadi aliran urin. Ketika miksi secara volunter, dasar panggul berkontraksi untuk meninggikan
leher vesika urinaria kearah simfisis pubis,leher vesika tertutup dan tekanan detrusor menurun.

Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara sebagai berikut : Mula-mula,
orang tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan
tekanan di dalam kandung kemih dan memunkinkan urin tambahan memasuki leher kandung
kemih dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.
Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan reflex mikturisi dan secara bersamaan
menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya, seluruh urin akan dikeluarkan, dan menyisakan
tidak lebih dari 5-10 milimeter urin di dalam kandung kemih.

Atau dapat dijelaskan melalui skema berikut :
Pertambahan vol urine tek intra vesicalis keregangan dinding vesicalis (m.detrusor)
sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat kencing) untuk diteruskan kembali ke
saraf saraf spinal timbul refleks spinal melalui n. Pelvicus timbul perasaan tegang pada
vesica urinaria shg akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih ( Virgiawan,
2008 ).
10


PERSYARAFAN TRAKTUS URINARIUS
Fungsi kandung kencing normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara sistim saraf
otonomi dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai refleks fungsi destrusor dan sfingter
meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis bagian sakral.
Persarafan parasimpatis (N.pelvikus)
Pengaturan fungsi motorik dari otot detrusor utama berasal dari neuron preganglion parasimpatis
dengan badan sel terletak pada kolumna intermediolateral medula spinalis antara S2 dan S4.
Neuron preganglionik keluar dari medula spinalis bersama radiks spinal anterior dan mengirim
akson melalui N.pelvikus ke pleksus parasimpatis pelvis. Ini merupakan suatu jaringan halus
yang menutupi kandung kencing dan rektum. Serabut postganglionik pendek berjalan dari
pleksus untuk menginervasi organorgan pelvis. Tak terdapat perbedaan khusus postjunctional
antara serabut postganglionik danotot polos dari detrusor. Sebaliknya, serabut postganglionik
mempunyai jaringan difus sepanjang serabutnya yang mengandung vesikel dimana asetilkolin
dilepaskan.


Persarafan simpatis (N.hipogastrik dan rantai simpatis sakral)
Kandung kencing menerima inervasi simpatis dari rantai simpatis torakolumbal melalui a
hipogastrik. Leher kandung kencing menerima persarafan yang banyak dari sistem saraf simpatis
dan pada kucing dapat dilihat pengaturan parasimpatis oleh simpatis, sedangkan peran sistim
simpatis pada proses miksi manusia tidak jelas. Simpatektomi lumbal saja tidak berpengaruh
pada kontinens atau miksi meskipun pada umumnya akan menimbulkan ejakulasi retrograd.
11

Leher kandung kencing pria banyak mengandung mervasi noradrenergik dan aktivitas simpatis
selama ejakulasi menyebabkan penutupan dari leher kandung kencing untuk mencegah ejakulasi
retrograde

Persarafan somantik (N.pudendus)
Otot lurik dari sfingter uretra merupakan satu-satunya bagian dari traktus urinarius yang
mendapat persarafan somatik. Onufrowicz menggambarkan suatu nukleus pada kornu ventralis
medula spinalis pada S2, S3, dan S4. Nukleus ini yang umumnya dikenal sebagai nukleus Onuf,
mengandung badan sel dari motor neuron yang menginnervasi baik sfingter anal dan uretra.
Nukleus ini mempunyai diameter yang lebih kecil daripada sel kornu anterior lain, tetapi suatu
penelitian mengenai sinaps motor neuron ini pada kucing menunjukkan bahwa lebih bersifat
skeletomotor dibandingkan persarafan perineal parasimpatis preganglionik. Serabut motorik dari
sel-sel ini berjalan dari radiks S2, S3 dan S4 ke dalam N.pudendus dimana ketika melewati
pelvis memberi percabangan ke sfingter anal dan cabang perineal ke otot lurik sfingter uretra.
Secara elektromiografi, motor unit dari otot lurik sfingter sama dengan serabut lurik otot tapi
mempunyai amplitudo yang sedikit lebih rendah.

Persarafan sensorik traktus urinarius bagian bawah
Sebagian besar saraf aferen adalah tidak bermyelin dan berakhir pada pleksus suburotelial
dimana tidak terdapat ujung sensorik khusus. Karena banyak dari serabut ini mengandung
substansi P, ATP atau calcitonin gene-related peptide dan pelepasannya dapat mengubah
eksitabilitas otot, serabut pleksus ini dapat digolongkan sebagai saraf sensorik motorik daripada
sensorik murni. Ketiga pasang saraf perifer (simpatis torakolumbal, parasimpatis sakral dan
pudendus) mengandung serabut saraf aferen. Serabut aferen yang berjalan dalam n.pelvikus dan
membawa sensasi dari distensi kandung kencing tampaknya merupakan hal yang terpenting pada
fungsi kandung kencing yang normal. Akson aferen terdiri dari 2 tipe, serabut C yang tidak
bermyelin dan serabut A bermyelin kecil.

Peran aferen hipogastrik tidak jelas tetapi serabut ini mungkin menyampaikan beberapa sensasi
dari distensi kandung kencing dan nyeri. Aferen somatik pudendal menyalurkan sensasi dari
aliran urine, nyeri dan suhu dari uretra dan memproyeksikan ke daerah yang serupa dalam
medula spinalis sakral sebagai aferen kandung kencing. Hal ini menggambarkan kemungkinan
dari daerah-daerah penting pada medula spinalis sakral untuk intergrasi viserosomatik.

Hubungan dengan susunan saraf pusat
Pusat Miksi Pons
Pons merupakan pusat yng mengatur miksi melalui refleks spinal-bulberspinal atau long loop
refleks. Demyelinisasi Groat (1990) menyatakan bahwa pusat miksi pons merupakan titik
pengaturan (switch point) dimana refleks transpinal-bulber diatur sedemikian rupa baik untuk
pengaturan pengisian atau pengosongan kandung kencing. Pusat miksi pons berperansebagai
pusat pengaturan yang mengatur refleks spinal dan menerima input dari daerah lain di otak

Daerah kortikal yang mempengaruhi pusat miksi pons
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lesi pada bagian anteromedial dari lobus frontal dapat
menimbulkan gangguan miksi berupa urgensi,inkontinens, hilangnya sensibilitas kandung kemih
12

atau retensi urine. Pemeriksaan urodinamis menunjukkan adanya kandung kencing yang
hiperrefleksi.

Fisiologi pengaturan fungsi sfingter kandung kencing
Pengisian urine
Pada pengisian kandung kencing, distensi yang timbul ditandai dengan adanya aktivitas sensor
regang pada dinding kandung kencing. Pada kandung kencing normal, tekanan intravesikal tidak
meningkat selama pengisian sebab terdapat inhibisi dari aktivitas detrusor dan active compliance
dari kandung kencing. Inhibisi dari aktivitas motorik detrusor memerlukan jaras yang utuh antara
pusat miksi pons dengan medula spinalis bagian sakral. Mekanisme active compliance kandung
kencing kurang diketahui namun proses ini juga memerlukan inervasi yang utuh mengingat
mekanisme ini hilang pada kerusakan radiks s2-S4. Selain akomodasi kandung kencing,
kontinens selama pengisian memerlukan fasilitasi aktifitas otot lurik dari sfingter uretra,
sehingga tekanan uretra lebih tinggi dibandingkan tekanan intravesikal dan urine tidak mengalir
keluar

Pengaliran urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari distensi kandung kencing
yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat sensitif terhadap regangan. Mekanisme
normal dari miksi volunter tidak diketahui dengan jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto lurik
dari sfingter uretra dan lantai pelvis yang diikuti dengan kontraksi kandung kencing. Inhibisi
tonus simpatis pada leher kandung kencing juga ditemukan sehingga tekanan intravesikal
diatas/melebihi tekanan intra uretral dan urine akan keluar. Pengosongan kandung kemih yang
lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter dan mempertahankan
kontraksi detrusor selama miksi.

LI 3. Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1 Definisi
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,
ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).

LO 3.2 Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut,
ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :
Proteus sp
Klebsiella
Enterobacter
Pseudomonas
Mikroorganisme Persentase biakan %
Escherichia coli 50-90
Klebsiela atau enterobacter 10-40
13


Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan
Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki
usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin.
Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih
melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi
salmonella dalam urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui cara
hematogen adalah brusella, nocardia,actinomises, dan Mycobacterium
tubeculosa.Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama
pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau pasien yang
mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida yang paling sering
ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis. Semua jamur sistemik dapat
menulari saluran kemih secara hematogen.

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :
1. Bendungan aliran urin
Anomali kongenital
Batu saluran kemih
Oklusi ureter (sebagian atau total)
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
Neurogenic bladder
Striktura uretra
Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
Kateter
Dilatasi uretra
Sitoskopi
6. Kehamilan dan peserta KB
Faktor statis dan bendungan
PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
7. Senggama

LO 3.3 Klasifikasi
Klasifikasi ISK berdasarkan lokasi:
1. ISK Bawah
Persentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender:
Proteus sp 5-10
Pseudomonas aeroginosa 2-10
Staphylococcus epidermidis 2-10
Enterococci 2-10
Candida albican 1-2
Staphylococcus aureus 1-2
14

I. Perempuan
Sistitis adalah persentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna.
Sindrom Urethra Akut (SUA) persentasi sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril) sering dinamakan sistitis bakterialis.
II. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis dan uretritis.

2. ISK Atas
i. Pielonefritis Akut (PNA) yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri.
ii. Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Kronik biasanya sering diikuti
pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis
kronik yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

Menurut komplikasi :
1. Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana (uncomplicated type) jarang
dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik (IGK) walaupun sering
mengalami ISK berulang.
2. Infeksi saluran kemih (ISK) berkomplikasi (complicated type) terutama terkait
refluks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
(IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT) .

Menurut Gejala :
1. Bakteriuria asimptomatis ( tanpa disertai gejala )
2. Bakteriuria simptomatis ( disertai gejala )

LO 3.4 Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK dibandingkan laki - laki. ISK berulang pada laki - laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus).

Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi
selama periode sekolah (school girls) 1 % meningkat menjadi 5% selama periode aktif
secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki - laki
maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi
saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca
transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit Sickle - cell, senggama, kehamilan dan
peserta KB dengan table progesterone, serta
kateterisasi.

15

Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7% lelaki dan
0,7% di perempuan. Insidens ISK pada lelaki yang tidak disunat adalah lebih banyak
berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12% berbanding 0,11%) pada usia hidup 6
bulan pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada anak berusia 1-5 tahun, insidens
bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara berkurang di lelaki
menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5 tahun adalah berasosiasi dengan
kelainan congenital pada saluran kemih, seperti vesicoureteral reflux atau obstruction.
Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi
pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan kelainan fungsional pada saluran
kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens ISK bertambah secara
signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara konstan pada lelaki muda.
Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis pada wanita muda tiap tahun.
Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan
seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki.
Morbiditas dan mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1 tahun dan >65
tahun.

LO 3.5 Patofisiologi
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh
dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah
dengan mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila
berlebih.Diteruskan dengan ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini
diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril.
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
(ascending)
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi dari kedua cara
ini ascendinglah yang paling sering terjadi.Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah
kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki
saluran kemih melalui uretra prostate vas deferens testis (pada pria) buli-buli
ureter, dan sampai ke ginjal (Gambar 1)

16

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi
kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan
kuman pada dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal

Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:
a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina;
b. masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli;
c. multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih;
d. naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan daya tahan
tubuh yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada anak yang
mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat
adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi
akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain.
M. Tuberculosis, Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida albicans, dan Proteus sp
termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun jarang
terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal
infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal .

LO 3.6 Manifestasi Klinis
Gejala infeksi saluran kemih pada setiap orang memang tidak selalu sama.
1. Sakit dan nyeri menggigit di perut bagian bawah, di atas tulang kemaluan.
2. Terasa sakit di akhir kencing.
3. Anyang-anyangan atau rasa masih ingin kencing lagi. Meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
4. Kondisi parah akan disertai demam.
5. Pada beberapa kasus, mungkin terlihat sedikit darah pada air seninya yang baunya
sangat menyengat.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
a. pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di
uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di
daerah suprapubik
b. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah,
demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang.
Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1. Mukosa memerah dan edema
2. Terdapat caian exudat yang purulent
3. Ada ulserasi pada uretra
4. Adanya rasa gatal yang menggelitik
5. Good morning sign
6. Adanya nanah awal miksi
17

7. Nyeri pada awal miksi
8. Kesulitan untuk memulai miksi
9. Nyeri abdomen
Cystitis biasanya memperlihatkan gejala :
1. Disuria (nyeri waktu berkemih
2. Peningkatan frekuensi berkemih
3. Perasaan ingin berkemih
4. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6. Demam disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah

LO 3.7 Diagnosis
Pemeriksaan Fisis
ISK bawah frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik. ISK atas: nyeri
pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria. Pemeriksaan fisik: febris,
nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut kostovertebra. Laboratorium: lekositosis,
lekosituria, kultur urin (+): bakteriuria > 10
5
/ml urin.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain

Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah,
pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan
yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih
adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah
(midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong
steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan
cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang
lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam
vesica urinaria.

Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin
dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan
urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin
porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.

a. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung
dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril.
18

Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada
daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan
asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan
berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan
penyebab ISK.

b. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada
cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan
keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat
mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal).
Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang
diperoleh dari punksi suprapubik.
c. Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan
pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup
besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat
mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative.

Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa
steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan
kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan
daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan
potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke
belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang
dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua
labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan
pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan
kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa
mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya
ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan
muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa
steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau
19

salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai
larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah
steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung
penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali
lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering.
Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang
beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar
berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding
luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah
tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan
koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang
terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam
setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap
sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah
disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel
baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC
selama tidak lebih dari 24 jam.

Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari
urin empat porsi yaitu :
1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra,
2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-
buli,
3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat,
4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.

Pada urinalisis yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai
penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi
saluran kemih.
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila ditemukan
paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5
leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih
dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000
per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
20

1. infeksi tuberkulosis;
2. urin terkontaminasi dengan antiseptik;
3. urin terkontaminasi dengan leukosit vagina;
4. nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik);
5. nefrolitiasis;
6. tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
1. silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal;
2. silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis;
3. silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada
gromerulonefritis akut;
4. silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan
bersamaan dengan proteinuria nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal
e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran
kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

Interpretasi pada urinalisis :
- Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin).
Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per
lapangan pandang dalam sedimen urin.
- Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin)
Merupakan petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel
darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga
karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit
ginjal lainnya.

Bakteriologis
a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa
diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri
lapangan pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan
diagnosis ISK
Tahap ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
i. Penderita dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
ii. Untuk pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
iii. Pasca instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca
keteterisasi urin.
iv. Penapisan bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
v. Penderita dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum
dilakukan
Beberapa metode biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional, proper
plating technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods relatif praktis
21

digunakan dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 104 sampai 105 CFU (colony
forming unit) kuman.
Interpretasi Biakan Urin :
Setelah diperoleh biakan urin, maka dilakukan interpretasi. Pada biakan urin dinilai jenis
mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU), serta tes sensitivitas terhadap
antimikroba (dalam satuan millimeter luas zona hambatan). Pada uretra bagian distal,
daerah perianal, rambut kemaluan, dan sekitar vagina adalah habitat sejumlah flora
normal seperti laktobasilus, dan streptokokus epidermis. Untuk membedakan infeksi
saluran kemih yang sebenarnya dengan mikroorganisme kontaminan tersebut, maka hal
yang sangat penting adalah jumlah CFU. Sering terdapat kesulitan dalam mengumpulkan
sampel urin yang murni tanpa kontaminasi dan kerap kali terdapat bakteriuria bermakna
tanpa gejala, yang menyulitkan penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih. Berdasarkan
jumlah CFU, maka interpretasi dari biakan urin adalah sebagai berikut:
a. Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin kateterisasi.
- Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan bakteriuria bermakna
- Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala klinis disebut bakteriuria
asimtomatik
- Bila terdapat mikroba 102 103 CFU/ml urin kateter pada wanita muda
asimtomatik yang disertai dengan piuria disebut infeksi saluran kemih.
b. Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi supra pubik adalah
infeksi saluran kemih.
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976, ialah sebagai berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri positif bila didapatkan:
- > 100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan seara
berturut turut.
- > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit > 10/ml
urin segar.
- > 100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala klinis
infeksi saluran kemih.
- > 10.000 CFU/ml urin kateter.
- Berapapun CFU dari urin aspirasi suprapubik.

Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah bakteri biakan urin pada infeksi
saluran kemih:
a. Faktor fisiologis
- Diuresis yang berlebihan
- Biakan yang diambil pada waktu yang tidak tepat
- Biakan yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
- Infeksi disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
- Terdapat bakteriofag dalam urin
b. Faktor iatrogenic
- Penggunaan antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
- Penderita yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
c. Cara biakan yang tidak tepat:
- Media tertentu yang bersifat selektif dan menginhibisi
22

- Infeksi E. coli (tergantung strain), baketri anaerob, bentuk K, dan basil tahan asam
- Jumlah koloni mikroba berkurang karena bertumpuk.
Tabel 2. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah dapat
ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil
melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa ditemukannya jumlah
koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih diragukan, karena
kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang,
terutama bila anak belum diobati atau tidak menunjukkan adanya gejala ISK.
Tes Kimiawi
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess
test), dan memakai glukosa (oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5%.
Kegunaan tes ini terutama untuk infeksi saluran kemih rekurens yang simtomatik. Pada
infeksi saluran kemih juga sering terdapat proteinuria yang biasanya < 1 gram/24 jam.
Membedakan bakteriuria dan infeksi saluran kemih yaitu, jika hanya terdapat piuria
berarti inflamasi, bila hanya terdapat bakteriuria berarti kolonisasi, sedangkan piuria
dengan bakteriuria disertai tes nitrit yang positif adalah infeksi saluran kemih.

Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai
dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan
tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu
lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula,
lalu diletakkan pada suhu 37
o
C selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan
serangkaian gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga
10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup
adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui .

Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa
foto polos abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya,
misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

LO 3.8 Diagnosis Banding
23

Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Ingat akan pielonefritis
apabila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor
predisposisi, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respons terhadap antibiotik kurang baik.

LO 3.9 Tatalaksana
Manajemen ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) bawah
Prinsip manajemen ISK bawah adalah intake cairan yang banyak, antibiotka yang
adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk lkalinisasi urin:
Hamper 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika
tunggal; seperti ampisilin 3 gr, trimetoprim 200 mg.
Bila infeksi menetap disertai urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi
konvensional selama 5-10 hari
Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa lekosuria.
Reinfeksi berulang (frequent re-infection)
Disertai factor predisposisi: Terapi antimikroba yang intensif diikuti factor resiko
Tanpa factor predisposisi:
Asupan cairan banyak
Cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba takaran
tunggal (misal: trimetoprim 200mg)
Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan

Sindrom Uretra Akut (SUA)
Pasien dengan SUA dengan hitung kuman 10
3
-10
5
memerlukan antibiotika yang
adekuat.
Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin
Infeksi disebebkan MO anaerobic di perlukan antimikroba yang serasi, missal
golongan kuinolon.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) Atas
Pielonefritis Akut
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk
memelihara satus hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam.
Indikasi Rawat Inap Pilonefritis Akut:
Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotika oral
Pasien sakit berat atau debilitasi
Terapi antibiotika oral rawat jalan mengalami kegagalan
Factor predisposisi utuk ISK tipe berkomplikasi
Diperlukan investigasi lanjutan
24

Komorbiditas seperti kehamilan, DM, usia lanjut

Tujuan Terapi
Tujuan terapi ISK adalah mencegah atau mengobati akibat sistemik dari infeksi,
membunuh mikroorganisme penyebab infeksi dan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
Strategi Terapi
Terapi tanpa obat pada ISK adalah minum air dalam jumlah banyak agar urine
yang keluar juga meningkat.
Pengobatan ISK adalah menggunakan antibiotik. Idealnya, antibiotik yang
digunakan harus dapat ditoleransi dengan baik, mencapai konsentrasi tinggi dalam urine
dan mempunyai spektrum aktivitas terhadap mikroorganisme penyebab infeksi.
Pemilihan antibiotik untuk pengobatan didasarkan pada tingkat keparahan, tempat
terjadinya infeksi dan jenis mikroorganisme yang menginfeksi.

Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)
Jenis infeksi Penyebab tersering Pilihan antimikroba
Sistitis akut E.coli, S.saprophyticus,
kuman gram negative
lainnya
Nitrofurantion, ampisilin,
trimetroprim
Pielonefritis akut E.coli, kuman gram negative
lainnya, Streptococcus
Untuk pasien rawat:
Gentamisin(atau
aminoglikosida lainnya),
kotrikmoksazol
parenteral, sefalosporin
generasi III, aztreonam
Untuk pasien berobat
jalan:
Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat
25

Prostatitis akut E.coli, kuman gram negative
lainnya, E.faecalis
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral
Prostatitis kronis E.coli, kuman gram negative
lainnya, E.faecalis
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon atau
trimetroprim

Yang termasuk aminoglikosida:gentamisin, tobramisin, netilmisin, dan amikasin
(streptomisin dan kanamisin tidak termasuk)
Yang termasuk sefalosporin generasi III:sefotaksim, sefoperazon, setriakson, seftazidin,
sefsulodin, moksalaktam, dll.
Yang termasuk fluorokuinolon:siprofloksasin, ofloksasin, pefloksasin, norfloksasin, dll.

SULFONAMID
Mekanisme kerja:
Kuman memerlukan PABA(p-aminobenzoic-acid)untuk membentuk asam folat yang
digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat
kompetitif PABA.

PABA
Dihidropteroat sintetase sulfonamide berkompetisi dgn PABA
Asam dihidrofolat
Dihidrofolat reduktase trimetroprim
Asam tetrahidrofolat

Purin

DNA
Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik, karena
kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin
dan timidin.
Kombinasi dengan Trimetoprim
Menyebabkan hambatan berangkai dalam reaksi pembentukan asam tetrahidrofolat.
Farmakokinetik
26

Absorpsi:
melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa jenis sulfa di
absorpsi di lambung.
Distribusi:
Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam derajat yang
berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk
infeksi sistemik.
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada
janin.

Sulfonamide di bagi ke dalam 3 golongan besar:
1. sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat
sulfisoksazol
dosis permulaan untuk dewasa 2-4mg, di lanjutkan dengan 1g setiap 4-
6jam
untuk anak 150mg/kgBB sehari
obat ini bisa menimbulkan hipersensitivitas yang kadang bersifat letal
sediaan dalam bentuk tablet 500mg untuk oral
sulfametoksazol
derivate sulfisoksazol dgn absorpsi dan eksresi lebih lambat
dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih dan infeksi
sistemik
umumnya di gunakan dengan kombinasi tetap dengan trimetoprim
sulfadiazine
dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4g, dilanjutkan dgn 2-4g dalam
3-6 kali pemberian, lama pemberian tergantung keadaan penyakit.
Anak-anak >2 bln, diberikan setengah dosis awal per hari, kemudian di
lanjutkan dengan 60-150mg/kgBB(maksimum 6g/hari) dalam 4-6 kali
pemberian
Sediaan dalam bentuk tablet 500mg
Sulfasitin
Eksresinya cepat untuk penggunaan per-oral pada infeksi saluran kemih.
Pemberian dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis 250mg empat kali
sehari.
Tersedia dalam bentuk tablet 250mg(tdk di Indonesia)
Sulfametizol
Digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan dosis 500-1000mg dalam
3-4 kali pemberian sehari.
Tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg
27

2. sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan kerjanya
dalam lumen usus
sulfasalazin
suksinilsulfatiazol dan ftalilsulfatiazol
3. sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topical
sulfasetamid
Ag-sulfadiazin(sulfadiazine perak)
Mafenid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang
sulfadoksin
Efek samping
Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya gejala
reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan. Dan tidak
diberikan lagi.
Gangguan system hematopoetik:anemia hemolitik akut,
Agranulositosis(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan,
eosinofilia, gejala HPS.
Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria(jarang terjadi)
Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe
stevens-johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari ke
tujuh sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah, dan
erupsi kulit, semuanya bersifat reversible).
Lain2:mual dan muntah
Tidak diberikan pada wanita hamil aterm

CORTIMOKSAZOL
Trimetropin + sulfametoksazol
Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus, S.viridans,
dll
Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin
Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis 1. Sulfo = hambat PABA,
2. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat
Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar dari
sulfa
Rasio sulfa : trime 5:1
Diekskresi di urin
Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital
E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena
sulfonamid
28


GOL. PENISILIN

Farmako dinamik :
penisilin menginaktifkan protein yang berada dalam membran sel bakteri yang
penting untuk sintesis dinding sel sehingga bakteri menjadi lisin.
Destruksi dinding sel oleh autolisin / enzim degradatif yang dimiliki penisilin.
Farmako kinetik : ditentukan oleh stabilitas obat terhadap asam lambung dan beratnya
infeksi.

Cara pemberian :
Ampisilin + sulbaktam IV, IM
Tikarsilin + as. klavulanat
Amoksisilin ORAL
Amoksisilin + as. klavulanat
Absorbsi tidak lengkap secara oral, tetapi amoksisilin hampir lengkap di absorpsi,
absorbsi penisilin lainnya = penurunan jika ada makanan di dalam lambung = 30-60
menit sebelum makan / 2-3 jam setelah makan. Distribusi ke seluruh tubuh, penisilin
bisa melewati sawar plasenta = tidak teratogenik. Tidak ke SSP
Ekskresi : melalui ginjal
E.S : hipersensitivitas (angioedem, makulopapular, anafilaktik), diare, nefritis
(metisilin), neurotoksisitas, gangguan pembentukan darah (karbanesilin dan karsilin =
antipseudomonas), toksisitas kation
Tidak bisa untuk kuman B-laktamase
Resistensi E.Coli
Efek samping : reaksi alergi , Syok anafilaksis umumnya tidak toksik pada
manusia
Dapat di gunakan secara oral dan parenteral.

GOL. CEPHALOSPORIN

Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan obat
pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella , Enterobacter , Proteus ,
Providencia , Srratia , Dan Haemophillus Spesies.
Farmako dinamik :
a) Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella
b) Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria=gram (-)
29

c) Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim
(pseudomonas aeruginosa)
Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi melaui
empedu ke dalam feses
E.S : alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason = anti
vitamin K
Efek samping : reaksi alergi , anafilaksis , dengan spasme bronkus dan urtikaria
dapat terjadi
Secara oral
Obat Mahal

GOL. TETRACYCLIN

Efektif untuk infeksi Chlamydia
Tidak boleh pada anak-anak dan wanita hamil.
Secara Oral

GOL. FLUOROKUINOLON

Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang
multiresisten dan P.Aeruginosa.
Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut
maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.
Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan transkripsi
dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman dan bersifat
bakterisid
Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter
Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)
Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit yang
terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat, T1/2
panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal sebagian
empedu.
Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak dan
sendi, dll.
E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif dll.
Interaksi obat : antasit = habis berkuran, hambat teofilin, tidak dikombinasi dengan obat
yang dapat perpanjang interval Qtc.
AMINOGLIKOSIDA
30

Farmako dinamik : terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh
O2, aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih
tinggi), aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air yang
dibentuk porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke ruang
periplasmik. Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat sintesis
protein kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.
Farmako kinetik : sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral hanya
untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral, ikatan
protein rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam cairan otak
sangat terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200 mg/ml,
gangguan ginjal hambat ekskresi.
E.S : alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik (gangguan
pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII, nefrotoksik.
Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)
Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
Sumber : faramakologi dan terapi FKUI ed 5, 2007
ANTISEPTIK
1. Metenamin
Indikasi : Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada residu
kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.
Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus
E.S : iritasi lambung (>500 g ), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi saluran
kemih, proteinuria, hematuria, erupsi kulit.
KI : dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak diberikan bersama
sulfonamid.
Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH
Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin
Indikasi : Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian bawah
penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan supresif ISK
menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau dikurangi dalam
antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.
Unruk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterokokus
FK : lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna, dengan makanan dapat
menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan bioavailibitasnya, terikat
protein plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20 menit, urin agak cokelat
KI : Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40 ml/menit, hamil, bayi <
3 bulan anemia hemolitik
ES : mual, muntah dan siare ; sakit kepala vertigo, nyeri otot.
3. Asam nalidiksat
31

Indikasi : ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak efektif
untuk ISK bagian atas contohnya : Pielonefritis.
FD : hambat enzim DNA grase bakteri, bakterisid terhadap kuman penyebab
ISK, E.coli, proteus, klebsiella, pseudomonas resisten.
FK : per oral, 95% terikat protein plasma, sehingga diubah jadi asam
hidroksinalidiksat, masa penuh 11/2 2 jam
ES : mual, muntah, urtikaria ; diare demam fosfosensitivitas : sakit kepala,
ngantuk, vertigo, meningkat pada pasien epilepsi, parkinson.
KI : bayi < 3 bulan, trisemester p1 hamil : hati-hati untuk gangguan hati atau
ginjal : pembesaran dengan nitrofurantonin
Dosis : 4 x 500 mg/hr
4. Fosfomisin trometamin
Indikasi : ISK tanpa komplikasi ( Sistitis akut ) pada wanita yang disebabkan
oleh E.Coli dan E.Faeccalis
Efek samping : Diare , Mual , Sakit kepala , Vaginitis
FD : hambat tahap awal sintesis dinding sel kuman
FK : Biovailibilitas oral hanya 37%, dengan makanan menurunkan
penyerapan, tidak terikat protein plasma, ekskresi renal 38%, ekskresi di urin
dan tinja
ES : mual, muntah, diare, sakit kepala, bisa untuk wanita hamil,
Sediaan ; bubuk 3 gram dicampur air 100 ml tidak boleh dengan air panas

LO 3.10 Komplikasi
Komplikasi ISK tergantung dari tipe ISK yaiut tipe sederhana atau tipe berkomplikasi
1. ISK sederhana: ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu non-obstruksi dan bukan
perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak
menyebabkan akibat lanjut jangka lama
2. ISK tipe berkomplikasi
- ISK selama kehamilan:
Kondisi Risiko potensial
BAS* tidak diobati Pielonefritis
Bayi Pprematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
ISK trisemester III Bayi mengalami retardasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsy
Fetal death
*BAS: Basiluria Asimtomatik
- ISK Pada DM. penelitian epidemiologi klinik melaporkan bakteriuria dan ISK
lebih sering ditemukan pada DM dibandingkan perempuan tanpa DM
32

Basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko pielonefritis diikuti penurunan LFG.
Komplikasi emphysema cystitis, pielonefritis yang terkait spesies candida dan ineksi
gram negative lainnya dapat dijumpai pada DM.
Pielonefritis emfisematosa disebabkan MO pembentuk gas seperti E. coli, Candida spp
dan Klostridium tidak intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai
hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati
akut vasomotor (AVH).
Abses pielonefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien dengan DM (47%),
nefrolitiasis (41%) dan obstruksi ureter(20%) (Sudoyo, 2009).

LO 3.11 Prognosis
Pada umumnya ISK tanpa komplikasi prognosisnya baik. Gejala berkurang setelah 48
jam tatalaksana. Namun tatalaksana harus terus diberikan hingga hari ke-5. Untuk ISK
dengan komplikasi memerlukan waktu lebih lama bahkan bisa sampai 6 bulan tergantung
komplikasinya. Hal ini juga perlu dilakukan koreksi dari komplikasi yang ada
(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000521.htm)

LO 3.12 Profilaksis
Data epidemiologi klinik mengungkapkan uji saring bakteriuria asimtomatik bersifat
selektif dengan tujuan utama untuk mencegah menjadi bakteriuria disertai presentasi
klinis ISK. Uji saeing bakteriuria disertai presentasi klinik ISK. Uji saring bakteriuria
asimtomatik harus rutin dengan jadwal tertentu untuk kelompok pasien perempuan hamil.
Pasien DM terutama perempuan dan pasca transplantasi ginjal perempuan dan laki-laki,
dan katerisasi laki-laki dan perempuan.
Bakteriuria asimtomatik pada kehamilan
Penelitian epidemiologi klinik melaporkan prevalensi bekteriuria asimtomatik pada
kehamilan bervariasi Antara 2-10% dan tergantung dari status sosio-ekonomi.
Bila mikroorganisme lain seperti Ureaplasma urealyticum dan Gardnella vaginalis
berhasil diisolasi, prevalensi bakteriuria asimtomatik meningkat lebih dari 25%. Tetapi
peranan kedua MO tersebut masih belum jelas.
Pada kelompok perempuan tidak hamil ditemukan basiluria asimtomatik dua kali
berturut-turut MO yang sama mempunyai sensitivitas 95% dan spesivisitas 95% untuk
cenderung mengalami episode presentasi klinik ISK. Pada kelompok perempuan ini tidak
diperlukan terapi antimikroba, cukup irigasi MO dengan asupan cairan yang banyak.
Bakteriuria asimtomatik pada DM
Prevalensi bakteriuri asimtomatik pada perempuan disertai DM lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan tanpa DM. pathogenesis kepekaan terhadap ISK
diantara pasien DM tidak diketahui pasti. Penelitian epidemiologi klinik gagal mencari
hubungan Antara prevalensi bakteriuria asimtomatik dengan kualitas pengendalian
hiperglikemia (dengan paramtere gula darah puasa dan HbA1C dan faal ginjal). Peneliti
33

lain Balasoiu D menemukan hubungan faktor risiko gangguan faal kandung kemih
(Bladder dysfunction) dengan peningkatan kepekaan terhadap ISK pada DM. disfungsi
kandung kemih ini diduga akibat disfungsi syaraf autonomy dan gangguan funsi leukosit
PMN (opsonisasi, kemotaksis dan fagositosis). Perubahan susunan kimiawi dan
konsentrasi protein Tamm-Horsfaal diduga mempengaruhi perubahan bacterial adhesion
terhadap sel epitel yang dapat mencetuskan infeksi saluran kemih (ISK).
Menurut beberapa peneliti basiluri asimtomatik pada diabetes mellitus merupakan faktor
predisposisi peilonefritis akut disertai mikrosis papiler dan insufisiensi renal. Basiluria
asimtomatik dengan mikroorganisme pembentukan seperti E.coli, candida spp dan
klostridium dapat menyebabkan pielonefritis emfisematosa disertai syok septik dan
vasomotor akut nefropati.
Beberapa peneliti lebih cenderung memperikan terapi antimikroba pada basiluria
asimtomatik pada pasoen dengan diabetes mellitus.
Resipien Transplantasi Ginjal
Prevalensi bakteriuria asimtomatik cukup tinggi mencapai 35-79% diantara resipien pada
3-4 bulan pertama paska transplantasi ginjal. Diduga terkait dengan indwelling catheter
sebagai faktor risiko. Bakteriuria asimtomatik pada resipien ini merupakan risiko
pielonefritis akut (graft infection), septicemia diikuti penurunan lajut filtrasi glomerulus.
Bakteriuria simtomatik dengan presentasi klinis yang muncul 6 bulan pertama (late
infection) pasca transplantasi ginjal dengan presentasi klinik ringan.
Parameter hitung kuman/ml urin para resipien pasca transplantasi ginjal modifikasi
diuresis pasca cold ischemic time. Menurut beberapa peneliti, kriteria bakteriuria
asimtomatik dengan hitungan kuman/ml urin.
Terapi antimikroba untuk bakteriuria asimtomatik pada resipien transplantasi ginjal
masih silang pendapat. Sebagian besar peneliti menganjurkan kemoterapi untuk resipien
pasca transplantasi ginjal dengan bakteriuria asimtomatik disertai piuri.
ISK Berhubungan dengan Kateter
Pemasangan kateter jangka lama sering dilakukan pasien usia lanjut. Data penelitian
melaporkan prevalensi infeksi nosocomial mencapai 40% diduga terkait pemasangan
kateter urin. Bakteriuri asimtomatik dilaporkan 26% diantara kelompok pasien indwelling
catheter mulai dari hari 2-10. Hampir kelompok pasien tersebut diikuti presentasi
klinik dari sumber saluran kemih. Peneliti Tambyah dan Maki menemukan catheter-
associated UTI sebagian besar asimtomatik.
Bakteriuria pathogen yang terkait dengan bakteriuri dengan katetirisasi seperi E.coli,
Enterococcus, Klabsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterobacter dan Candida. Pada
umumnya bakteriuri terkait kateter bersifat polimikroba.
Sebagian besar peneliti tidak menyanjurkan antibiotika sebagai pencegahan infeksi
saluran kemih terkait kateter, Negara maju seperti USA menganjurkan penggunaan
kateter urin berselaput campuran perak atau kateter oksida perak untuk mencegah infeksi
saluran kemih terkait kateter (Sudoyo, 2009).
34


LI 4. Memahami dan Menjelaskan Salasil Baul dalam Islam
Bersuci (thaharah: wudhu, tayammum atau mandi) merupakan syarat sah ibadah yang
mewajibkan dalam keadaan suci, seperti shalat. Sehingga ibadah tersebut tidak dikatakan sah
tanpa thaharah. Namun kewajiban tersebut bisa jatuh ketika seseorang dalam keadaan tertentu
yang menghalangi seseorang melakukan thaharah sebagaimana firman Allah Swt.

)(
"Dan Dia tidak menjadikan bagimu kesulitan dalam agama Islam.
Salah satu contoh adalah penyakit kencing yang terus-menerus atau dalam istilah para
fuqaha dinamakan salisul-baul.

Pengertian salisul-baul
Menurut mazhab Hanafi, salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya air kencing
secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah istihadhah,mencret yang
kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Hanbali, salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air kencing,
air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.
Menurut mazhab Maliki, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit seperti
keluar air kencing secara kontinyu.
Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang
diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain atau sesuatu
yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing tersebut
tidak jatuh ke tempat shalat.

Dalil tentang salisul-baul

.

"Ubad bin Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya (dalam
keadaan mencret tersebut)."
Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit mencret, keluar
kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk mengulang-ulang wudhunya,
namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.

Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan
salisul-baul:
1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'
2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar
hadas tersebut dengan wudhu.
3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)
4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat
seusai wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika seseorang
35

berwudhu dirumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan tidak menggugurkan
syarat keempat.
5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika
melakukannya sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di
waktu shalat.
Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar air
kencing atau kentut dan lainnya maka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan istinja'
dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.

Berapa kali seseorang bisa melakukan shalat dalam keadaan salisul-baul?
Seseorang yang memiliki penyakit seperti salisul-baul tersebut hanya diperbolehkan melakukan
ibadah shalat fardhu sekali saja, adapun shalat sunnah bisa dikerjakan seberapa kali pun.

Niat apa yang dilafalkan oleh seseorang yang mempunyai penyakit salisul-baul?
Seperti disebutkan dalam "Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah" bahwa orang yang mempunyai
penyakit salisul-baul ini berniat 'li istibahah' (agar diperbolehkan shalat) dan tidak melafalkan
niat 'li raf'il hadas'.Hal tersebut dilandaskan bahwa wudhu dalam keadaan seperti ini adalah
bukan wudhu hakiki akan tetapi wudhu semacam ini adalah batal karena keluar air kencing atau
lainnya namun syariat telah memberikan toleransi dan keringanan kepada orang yang
mengalami penyakit seperti ini. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

















36

DAFTAR PUSTAKA

Elsamra, S. E. & Ellsworth, P. 2012. Physiology of Micturition.Urol Nurs. 2012;32(2):60-67.
Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/763040_2 3 April 2014 16:57
FKUI. Buku Ajar Uroginekologi. Jakarta: FKUI

FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, 5
TH
Ed. Jakarta:
EGC
Keluar Air Kencing secara Kontinyu, Bagaimana Pandangan
Fiqih???http://networkedblogs.com/6ZMM 3 April 2014 16:53
L., Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta: EGC
Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih. http://www.psychologymania.com/2012/10/patofisiologi-
infeksi-saluran-kemih.html 3 April 2014 17:11
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sofwan, A. 2014. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis).Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Sudoyo AW, dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi II, Jilid I, FKUI, Jakarta
Sukandar, Edar. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
Urinary Tract Infection.http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-tract-
infection/basics/definition/con-20037892 3 April 2014 21:22
Urinary Tract Infection Adult.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000521.htm 3
April 2014 17:04
Urinary Tract Infection in Adults.http://www.patient.co.uk/doctor/urinary-tract-infection-in-
adults 3 April 2014 21:06

Anda mungkin juga menyukai

  • Absorbent Mind
    Absorbent Mind
    Dokumen1 halaman
    Absorbent Mind
    Chyndita Arti Pranesya
    Belum ada peringkat
  • SELULITIS Preseptal
    SELULITIS Preseptal
    Dokumen33 halaman
    SELULITIS Preseptal
    Chyndita Arti Pranesya
    100% (1)
  • CPR
    CPR
    Dokumen30 halaman
    CPR
    Chyndita Arti Pranesya
    Belum ada peringkat
  • Referat CPR
    Referat CPR
    Dokumen16 halaman
    Referat CPR
    Chyndita Arti Pranesya
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Turp
    Lapsus Turp
    Dokumen51 halaman
    Lapsus Turp
    Chyndita Arti Pranesya
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Termodinamika
    Aplikasi Termodinamika
    Dokumen14 halaman
    Aplikasi Termodinamika
    Chyndita Arti Pranesya
    Belum ada peringkat