Anda di halaman 1dari 109

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh :


Drs. Djaelan Husnan, M.Ag
PENDAHULUAN
I. FUNGSI PENDIDIKAN TINGGI
Mempu menghasilkan :
1. Manusia unggul secara intelektual dan
anggun secara moral
2. Kompeten serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
3. Memiliki komitmen tinggi untuk berbagai
peran sosial
II. YURIDIS
1. KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA Nomor : 232/U/2000

Pasal 7
(1) Kurikulum pendidikan tinggi yang menjadi dasar penyelenggaraan program studi
terdiri atas :
a. Kurikulum inti
b. Kurikulum institusional
Pasal 8
(1) Kurikulum inti program sarjana dan program diploma terdiri atas :
a. Kelompok MPK (Matakuliah Pengembangan Kepribadian)
b. Kelompok MKK
c. Kelompok MKB
d. Kelompok MPB
e. Kelompok MBB
Pasal 10
(1) Kelompok MPK pada kurikulum inti yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap
program studi/kelompok program studi terdiri atas Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.
(2) Dalam kelompok MPK secara institusional dapat termasuk Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Alamiah Dasar,
Filsafat Ilmu, Olah raga, dan sebagainya.

2. UU Sisdiknas No.20/2003
Pasal 37
(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :
a. Pendidikan agama
b. Pendidikan kewarganegaraan
c. Bahasa
d. Matematika
e. Ilmu pengetahuan alam
f. Ilmu pengetahuan sosial
g. Seni dan budaya
h. Pendidikan jasmani dan olahraga
i. Keterampilan/kejujuran dan
j. Muatan lokal
(2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat :
a. Pendidikan agama
b. Pendidikan kewarganegaraan; dan
c. Bahasa
(3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
No.43/DIKTI/Kep/2006

Pasal 3
(1) Kompetensi kelompok MPK
(2) Kompetensi dasar :
a. Pendidikan agama
Menjadi ilmuwan dan profesional yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, dan memiliki etos kerja, serta menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan.
b. Pendidikan kewarganegaraan
Menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan & cinta tanah air, demokratis yang
berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya
saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam
membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem
nilai Pancasila
Pasal 6
Status dan Beban Studi MPK
(1) MPK wajib dimasukkan ke dalam
Kurikulum Inti setiap program studi.
(2) Beban studi untuk mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Bahsa masing-
masing sebanyak 3 (tiga) SKS.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12
TAHUN 2012
TENTANG PENDIDIKAN TINGGI
Pasal 35
(3) Kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib
memuat mata kuliah :
a. Agama
b. Pancasila
c. Kewarganegaraan
d. Bahasa Indonesia
Penjelasan :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan mata kuliah agama adalah pendidikan
untuk membentuk mahasiswa menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

KONSEP KETUHANAN
I. SEJARAH KETUHANAN YANG MAHA ESA
1. Menurut Pemikiran Manusia
a. Max Mullar, E.B. Taylor. Andrew Lang,
Robertson Smith, G.G Atkin, dan Sopper
berpendapat, bahwa kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa adalah melalui
evolusi dengan tahapan :
- Dinamisme : Kepercayaan adanya
kekuatan gaib pada benda yang
berpengaruh dalam kehidupan manusia
- Animisme : Kepercayaan adanya roh
pada benda yang berpengaruh dalam
kehidupan manusia.
- Polyteisme : Kepercayaan terhadap dewa-
dewa
- Henoteisme : Kepercayaan adanya satu
Tuhan untuk satu bangsa, tetapi masih
mengaku Tuhan dari bangsa lain.
- Monoteisme : Kepercayaan satu Tuhan.
Ditinjau dari Segi Filsafat Ketuhanan,
Moneteisme terbagi menjadi tiga faham,
yaitu :
1) DEISME
- Tuhan sebagai Pencipta alam berada di luar alam.
- Alam bergerak menurut hukum alam
- Antara alam dengan Tuhan tidak ada hubungan
lagi.
- Ajaran Tuhan (Wahyu) tidak diperlukan lagi oleh
manusia.
- Dengan akal manusia dapat mengatasi kesulitan
hidup.
- Melahirkan faham naturalisme, materialisme,
sekularisme.

2) PANTEISME
- Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama alam
(immanen)
- Dimana ada alam disitu ada Tuhan.
- Alam merupakan bagian dari Tuhan.
- Tuhan ada dimana-mana dan setiap bagian adalah
Tuhan.
3) TEISME
- Tuhan berada di luar alam dan tidak bersama dengan
alam
- Tuhan selalu dekat dengan alam
- Tuhan mempunyai peranan terhadap alam
- Alam bergerak bukan menurut hukum alam, tetapi diatur
Tuhan.
- Ajaran Tuhan (Wahyu) diperlukan manusia.
b. Andrew Lang dan Wilhelm Schmid :
Kepercayaan tentang adanya Tuhan
Yang Maha Esa adalah bentuk
kepercayaan tertua dan sudah ada
sebelum Dinamisme dan sebagainya.
2. Menurut Agama Wahyu
Ide tentang Tuhan Yang Maha Esa tidak
datang secara evolusi, tetapi dengan
elevansi/wahyu dan sejak semula adalah
monoteisme.
II. Pembuktian Adanya Tuhan
1. Pengertian ada
a. Ada materi : ada meja, kursi
b. Ada immateri : ada berat jenis, arus listrik
2. Metode pembuktian ilmiah :
a. Perbedaan metode :
- Ilmu : melalui percobaan dan pengamatan
- Aqidah agama :
Tidak mungkin dilakukan percobaan
Didasarkan pada analogi
- Menurut Metode ini agama batal karena tidak punya landasan
ilmiah
- Ilmu juga batal :
Tidak punya landasan ilmiah
Tidak mengingkari wujud sesuatu, walaupun belum diuji secara
empiris.
Tidak menolak analogi antara sesuatu yang tidak terlihat dengan
yang telah diamati secara empiris.
Ilmu tidak terbatas hanya pada persoalan yang dapat diamati secara
empiris.
Misalnya : gaya, energi, hukum alam, hukum gravitasi.
b. Prof. A.E. Mander berpendapat ada 2 fakta :
- Fakta yang dapat diindera :
Fakta yang dapat diketahui secara langsung.
- Fakta Induktif :
Fakta yang tidak dapat diketahui secara langsung
Metodenya dengan cara induksi
c. Persamaan dan perbedaan agama dengan ilmu:
- Agama :
Berlandaskan keimanan pada yang ghaib.
Ruang lingkupnya penentuan hakekat terakhir dan asli.
- Ilmu
Berlandaskan keimanan pada yang ghaib.
Ruang lingkupnya terbatas pada pembahasan ciri-ciri luar
saja.
d. Sir Arthur Eddington menyatakan :
Setiap sesuatu mempunyai satu gambar dengan
dua sisi yaitu sisi yang dapat diindera dan sisi
berbentuk ide yang tidak mungkin diamati.
e. Iman pada yang ghaib adalah iman pada
hakekat yang tidak diamati. Hal ini tidak berarti
suatu kepercayaan buta, tetapi merupakan
interpretasi terbaik terhadap kenyataan yang
tidak dapat diamati oleh para ilmuwan.
3. Pembuktian Adanya Tuhan Melalui Ilmu
Pengetahuan
a. Ilmu Astronomi
1) Gerakan benda alam raya :
- Bulan (jarak dari bumi + 240.000 mil) beredar
mengelilingi bumi selama 29 hari.
- Bumi (jarak dari matahari + 93.000.000.000 mil)
berputar pada porosnya dengan kecepatan 1.000
mil/jam dan setiap putarannya selama 24 jam/hari.
2) Keseimbangan benda alam raya :
- Kebesaran bumi dengan bulan (besar bumi + 4 kali
bulan)
Sistem dan organisasi alam raya yang sangat luar biasa mustahil
terjadi dengan sendirinya. Di balik semuanya itu pasti ada
kekuatan maha besar yang membuat dan mengatur yaitu Tuhan.
b. Ilmu Fisika
Hukum kedua termodinamika menyatakan, bahwa
energi panas berubah dari panas menjadi semakin
dingin dan tidak mungkin terjadi, sebaliknya. Pada saat
ini di bumi masih ada kehidupan, hal itu menunjukkan di
bumi masih ada energi. Karena di bumi masih ada
energi, maka hal itu menunjukkan bahwa keberadaan
bumi/alam mempunyai permulaan dan tidak bersifat
azali. Karena bumi/alam mempunyai permulaan, maka
pasti ada yang memulai/menciptakan yaitu Tuhan.
4. Pembuktian adanya Tuhan
a. Menurut filosof-filosof
1) Dalil Kosmologi/penciptaan : semua hal yang wujud tentu
ada yang menciptakan yaitu satu penggerak yang tidak
boleh bergerak karena ia ada tanpa batas-batas baik ruang
maupun waktu dan penggerak itu adalah TUHAN.
2) Dalil teleologi / tujuan : Adanya makhluk menunjukkan
adanya kesengajaan pada pembentukannya dan adanya
hikmah rahasia pada penggerakan dan pengaturannya.
Selanjutnya makhluk yang terbatas tentu mempunyai
tujuan yang memerlukan penentuan dan pemeliharaan,
penentuan dan pemeliharaan tersebut tidak boleh tidak
harus berasal dari Tuhan.
3) Dalil Ontologi/kesempurnaan : Setiap kali akal manusia
menggambarkan sesuatu, maka tergambar pula sesuatu
yang lebih besar lagi. Hal itu karena menghentikan
kebesaran pada tingkat yang kurang memerlukan kepada
sebab, menunjukkan adanya kekurangan, sedang akal
manusia tidak mengenal sebab kekurangan tersebut.
4) Dalil Moral/Akhlak : Timbangan kebenaran yang
mewajibkan seseorang atas dirinya untuk
menundukkan dirinya pada kebenaran adalah
Tuhan, sebab timbangan kebenaran lainnya
tidak sempurna.
b. Menurut Ibnu Rusyd :
1) Dalil Inayah : Adanya persesuaian antara wujud
alam dengan keperluan hidup manusia dan
makhluk lainnya tidak mungkin terjadi secara
kebetulan.
2) Dalil Ikhtira : Adanya keserasian atau
keharmonisan aneka ragam alam pasti ada yang
menyerasikan yaitu Tuhan.
III. Ketuhanan Dalam Islam
1. Filsafat Ketuhanan
Menurut al-Kindi pengetahuan di bagi menjadi 2 :
a. Pengetahuan Ilahi (Ilmun Ilaahiyyun) : Pengetahuan yang tercantum
dalam al-Quran dan dasarnya adalah keyakinan.
b. Pengetahuan manusiawi (ilmun Insaaniyyun) atau Falsafat :
Pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran.
Perbedaan pengetahuan Ilahi (al-Quran/agama) dengan
pengetahuan manusiawi (falsafat) :
a. Argumen al-Quran lebih meyakinkan dibanding falsafat
b. Agama berdasarkan wahyu dan akal, sedang falsafat berdasarkan
akal.
Persamaan pengetahuan Ilahi (al-Quran/agama) dengan
pengetahuan manusiawi (falsafat)
a. Kebenaran yang diberitakan wahyu pada hakekatnya sama dengan
kebenaran yang dikemukakan falsafat.
b. Mempelajari agama dan falsafat sama-sama diwajibkan, karena
teologi merupakan bagian dari falsafat.
c. Agama dan falsafat sama-sama menerangkan apa yang benar dan
yang baik, antara lain tentang Tuhan.
Menurut al-Kindi :
a. Yang Benar Pertama (Alhaqqul awwalu) adalah Tuhan dan
falsafah yang paling tinggi adalah falsafah tentang Tuhan.
b. Tuhan tidak mempunyai hakekat dalam arti
Juzi/partikular/aniah, karena Tuhan tidak termasuk benda yang
ada dalam alam, dan tidak tersusun dari materi dan bentuk.
c. Tuhan tidak mempunyai hakekat dalam arti
kulli/universal/mahiah, karena Tuhan tidak merupakan species,
hanya satu, dan tidak ada yang menyerupai-Nya.
2. Keimanan dan Ketaqwaan
Struktur iman ada 3 yaitu qalbu, lisan, dan perbuatan. Oleh
karena itu iman dapat didefinisikan dengan pendirian yang
diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku, sedang ciri
orang beriman antara lain tawakkal, optimis, istiqamah, dan
menepati janji.
Taqwa adalah sikap memelihara keimanan yang diwujudkan
dengan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan istiqamah.
Taqwa mempunyai 2 kecenderungan sikap :
a. Istiqamah memelihara hubungan vertical dengan Allah, yang
diwujudkan dengan keyakinan yang lurus, keikhlasan dalam
beribadah, dan patuh terhadap aturan Allah.
b. Istiqamah memelihara hubungan horizontal, yang diwujudkan dengan
tindakan kebajikan karena cinta terhadap sesama manusia.
Taqwa meliputi keseluruhan aspek kemanusiaan, yaitu keyakinan,
ucapan, dan perbuatan yang tercermin dalam istiqamah terhadap
nilai ajaran Islam.
3. Implementasi Iman dan Ketaqwaan
Iman pada keesaan Allah (tauhid) dibagi dua :
a. Tauhid teoritis : Tauhid yang membahas keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan. Konsekuensinya adalah pengakuan yang ikhlas bahwa
Allah adalah satu-satunya wujud mutlak yang menjadi sumber semua
wujud.
b. Tauhid praktis/ibadah : Tauhid yang berhubungan dengan ibadah dan
merupakan terapan dari tauhid teoritis. Konsekuensinya adalah ketaatan
hanya kepada Allah dan menjadikan Allah tempat tumpuan hati dan
tujuan semua amal.
Tauhid yang hakiki adalah tauhid yang dapat menyatukan tauhid
teoritis dan tauhid praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Tauhid praktis dibagi dua :
a. Berkaitan dengan Allah, yakni sesuatu yang disembah hanya Allah.
b. Berkaitan dengan manusia, yakni manusia wajib menyembah Allah
semata, karena Dia satu-satunya yang kekal dan menjadi tempat
bergantung.
4. Islam, Iman dan Ihsan
Karakteristik agama yang disampaikan Nabi Muhammad
SAW :
a. Islam, jika dilihat dari sudut perilaku lahir/amaliah formal.
b. Iman, jika dilihat dari sudut keyakinan/akidah yang
memotivasi lahirnya amaliah lahiriah.
c. Ihsan, jika dilihat dari sudut kesempurnaan pelaksanaan
amal dan keseriusan untuk mencapai tujuan ketika iman
yang murni berpadu dengan amal shaleh.
Ketiga karakteristik tersebut merupakan suatu hal yang
integral :
Islam tidak benar maknanya, kecuali mempunyai
kekuatan/penggerak yaitu iman yang benar. Apabila iman
ada pada seseorang, maka ia akan berusaha mencapai
tingkat yang lebih ideal, yaitu dapat berhubungan dengan
Allah, senantiasa merasakan pengawasan-Nya, dan
memahami kemuliaan-Nya. Derajat ini adalah Ihsan.
Al-Quran menjelaskan bahwa Islam, Iman, dan Ihsan
merupakan suatu hal yang integral :
a. Al-Naml (27) : 2-3 : Sifat orang yang beriman sama dengan
sifat orang Islam.
b. Luqman (31) : 2 3 : Sifat orang muhsin sama dengan sifat
orang Islam.
IV. Aliran Teologi dalam Islam
1. Sebab Timbulnya Aliran Teologi dalam Islam
Perbedaan metodologi dalam memahami al-Quran
dan Hadits :
a. Pendekatan tekstual : lahir aliran bersifat tradisional.
b. Pendekatan kontekstual : lahir aliran bersifat liberal.
c. Pendekatan antara tekstual-kontekstual : lahir aliran bersifat
antara tradisional-liberal.
2. Al-Quran menyuruh umat Islam memakai akal
3. Lawan umat Islam menyerang kepercayaan Islam
dengan mempergunakan logika/filsafat.
4. Ada dalil yang kelihatannya bertentangan.
5. Pengaruh bermacam-macam agama dan peradaban
yang berkembang.

2. Pemikiran Umat Islam Tentang Tuhan
a. Khawarij : Orang yang berbuat dosa besar dinyatakan kafir.
b. Murjiah : Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin.
c. Mutazilah
- Orang yang berbuat dosa besar tidak kafir dan tidak mukmin.
- Bercorak rasional (menekankan pemakaian akal dalam
memahami ajaran Islam)
d. Qadariah : Manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat.
e. Jabariah : Manusia tidak mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat.
f. Asyariah : Bercorak tradisional (kurang mempergunakan akal
dalam memahami ajaran Islam)
g. Maturidiyah :
- Samarkud : Bercorak agak rasional
- Bukhara : Bercorak agak tradisional.
3. Akal dan Wahyu Dalam Islam
Masalah yang diperdebatkan
a. Dapatkah akal mengetahui adanya Tuhan
MT
b. Dapatkah akal mengetahui kewajiban
berterima kasih kepada Tuhan-KMT
c. Dapatkah akal mengetahui apa yang baik
dan yang buruk MBB
d. Dapatkah akal mengetahui kewajiban
manusia berbuat baik dan menjauhi
perbuatan jahat KMBJ


W
A
H
Y
U

A
K
A
L

MANUSIA

MT
KMT
MBB
KMBJ

TUHAN

W
A
H
Y
U

A
K
A
L

MANUSIA




MT

TUHAN

KMT
MBB
KMBJ

W
A
H
Y
U

A
K
A
L

MANUSIA

MT
KMT
MBB

TUHAN

KMBJ

W
A
H
Y
U

A
K
A
L

MANUSIA


MT
MBB

TUHAN

KMT
KMBJ

4. MUTAZILAH 1. ASYARIAH
2. MATURIDIAH
BUKHARA
3. MATURIDIAH
SAMARKAND
4. Fungsi Wahyu (Mutazilah)
a. Menjelaskan perinciannya, karena akal hanya
mengetahui garis besar saja.
b. Menjelaskan yang tidak diketahui, karena tidak
semua kebaikan dan kejahatan dapat diketahui
akal.
c. Memberi penjelasan tentang perincian hukuman
dan pahala yang akan diterima manusia di
akherat.
d. Memperkuat apa yang telah diketahui akal.
5. Sikap terhadap aliran Teologi Dalam Islam
a. Umat Islam yang menganut salah satu diantara
aliran teologi yang ada, tidak menyebabkan ia
keluar dari Islam.
b. Aliran yang lebih dapat menunjang perkembangan
IPTEK dan etos kerja adalah aliran yang
menggunakan kontekstual/bersifat liberal.
HAKEKAT MANUSIA
I. ASAL-USUL MANUSIA MENURUT ILMU
PENGETAHUAN
Teori Darwin :
Manusia merupakan hasil perkembangan Evolusi Organik
Data Pendukung Teori Darwin :
1. Australopithecus hidup sekitar 4.000.000-6.000.000 tahun
yang lalu dengan volume otak sekitar : 500-500 CC.
2. Pitecanthropus erectus hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu
dengan volume otak sekitar : 900 CC.
3. Neanderthal hidup sekitar 1.000-500.000 tahun yang lalu
dengan volume otak sekitar : 1.300 CC.
4. Homo sapiens hidup sekitar 40.000-35.000 tahun yang lalu
dengan volume otak sekitar : 1.350 CC.
II. PENYEBUTAN NAMA MANUSIA DALAM
AL-QURAN
1. Dari Aspek Historis penciptaannya : Bani
Adam (Al-Araf : 31)
2. Dari aspek biologis : Basyar, yang
mencerminkan sifat fisik-kimia biologis (Al-
Mukminun : 33).
3. Dari aspek kecerdasan : Insan, mahluk terbaik
yang diberi akal sehingga mampu menyerap
ilmu pengetahuan (Ar-Rahman : 3-4).
4. Dari Aspek sosiologis : Annas, menunjukkan
sifatnya berkelompok sesama jenisnya (Al-
Baqoroh : 21)
5. Dari aspek posisi : Abdun, menunjukkan
kedudukannya sebagai hamba Allah yang
harus tunduk dan patuh kepada-Nya (Saba : 9)
III. KOMPONEN MANUSIA MENURUT AL-QURAN
1. Komponen Biologis :
Manusia diciptakan dari komponen yang terkandung
dalam tanah :
a. At-Turaab, tanah gemuk (Al-Kahfi : 37)
b. At-Thiin, tanah lempung (As-Sajadah : 7)
c. At-Thiinul Laazib, tanah lempung yang pekat (As-Shafat :
11)
d. Shalshalum, lempung seperti tembikar (Ar-Rahman : 14)
e. Shalshalum min hamain masnuun, lempung dari lumpur
yang diberi bentuk (Al-Hijr : 26)
f. Sulaalatun min thiin, saripati lempung (Al-Mukminun : 12)
g. Air, sebagai asal kehidupan (Al-Furqon : 54).
2. Komponen Ruh :
Setelah proses fisik penciptaan manusia, kemudian
Allah meniupkan ruh, yang menjadi unsur penentu
dan pembeda manusia dengan hewan (Shaad : 71-
72, Al-Israa : 85)
IV. FITRAH MANUSIA :
1. Dalam arti Ruhaniah :
Manusia cenderung pada kebenaran/hanif (Ar-Ruum
: 30, Al-Araf : 172)
2. Dalam Arti Potensi :
a. Potensi fisik
b. Potensi ruhaniah
1) Akal : pikiran, kebijaksanaan
2) Qalbu : - Jantung
- Hakekat yang dapat menangkap
segala pengertian, berpengetahuan
dan arif.
3) Nafsu : Kekuatan yang mendorong manusia
untuk mencapai keinginan dan sifat
dorongan adalah bebas tanpa mengenal
baik-buruk
Agama berperan untuk menunjukkan jalan yang
harus ditempuh. Nafsu yang terkendali oleh akal
dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama
disebut : an-nafs al-mutmainnah (Al-Fajr 27-30)
manusia ideal adalah yang mampu menjaga
fitrahnya yang hanif dan mampu memadukan
potensi akal, qalbu, dan nafsunya.
V. Konsep manusia dalam Berbagai Perspektif
1. Menurut Ibnu al-Arabi, pada diri manusia
terdapat perpaduan sifat-sifat yang berlawanan :
a. Manusia mempunyai segi jasmaniah adalah
hadits (baru) dan dari segi ruhaniah adalah
azali (ada sejak awal dan tidak punya
permulaan)
b. Manusia punya sifat kemakhlukan dan sifat
ketuhanan.
2. Menurut Ibnu Sina manusia adalah :
a. Makhluk sosial, karena manusia tidak dapat
hidup dengan baik tanpa ada manusia lain.
b. Makhluk ekonomi, karena selalu memikirkan
masa depannya dan menyiapkan segala
sesuatu untuk masa depannya.
3. Menurut Morteza Mutahhari manusia adalah
makhluk serba dimensi :
a. Secara fisik hampir sama dengan hewan, karena
membutuhkan makan, minuman, dan menikah,
supaya dapat hidup, tumbuh, dan berkembang.
b. Memiliki emosi yang bersifat etis yaitu ingin
mendapat keuntungan dan menghindari kerugian.
c. Mempunyai perhatian terhadap keindahan.
d. Mempunyai perhatian terhadap keindahan.
e. Memiliki motivasi untuk menyembah Tuhan.
f. Memiliki kemampuan yang besar, karena punya
akal, pikiran, dan kehendak bebas.
g. Mampu mengenal dirinya sendiri dan akhirnya
mengenal Tuhannya.
VI. Eksistensi dan Martabat Manusia
1. Segi positif manusia yang membawa pada martabat mulia,
antara lain :
a. Khalifah Tuhan di bumi (al-Baqarah 30)
b. Punya kapasitas inteligensia yang tinggi (al-Baqarah 31-
32)
c. Punya kecenderungan dekat dengan Tuhan (al-Araaf :
172)
d. Merupakan makhluk pilihan (Thaha : 122)
e. Punya kebebasan (al-Ahzab : 72)
f. Punya pembawaan yang mulia (al-Isra70)
g. Punya kesadaran moral (asy-Syams : 7-8)
h. Tujuan hidupnya beribadah (adz-Dzariat : 56)
2. Segi negatif manusia yang membawa pada martabat yang
rendah antara lain :
a. Dhalim dan bodoh (al-Ahzab : 72)
b. Mengingkari nikmat (al-Hajj : 66)
c. Melampaui batas (al-Alaq : 6-7)
d. Bersifat tergesa-gesa (al-Isra : 11)
e. Sangat kikir (al-Isra : 100)
f. Senang membantah (al-Kahfi : 54)
g. Sering berkeluh kesah (al-Maarij : 19-21)
VII.Tanggungjawab Manusia sebagai Khalifah / Hamba
Allah
Manusia mempunyai tugas hidup di bumi sebagai
khalifatullah, yaitu mengelola dan memelihara alam (al-Anam
: 165). Sebagai khalifah manusia diberi kebebasan, sehingga
melahirkan kreatifitas. Kebebasan manusia berdasarkan
tauhidullah, sehingga tidak bertindak sewenang-wenang.
Di samping itu manusia juga sebagai abdullah. Oleh karena
itu harus taat dan patuh kepada Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah dibatasi oleh hukum
Allah, baik yang tertulis dalam al-Quran maupun yang tersirat
dalam kandungan alam (al-Kaun). Dalam hal ini manusia akan
diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah (Fathir : 39)
Peran manusia sebagai khalifah dan abdun merupakan satu
kesatuan, karena kekhalifahan adalah realisasi dari
pengabdiannya kepada Allah (sebagai abdun)
Kekhalifahan manusia diterapkan pada konteks individu dan
sosial yang bersumber pada Allah (Ali Imran : 112). Oleh
karena itu kualitas kemanusiaan tergantung pada kualitas
komunikasinya dengan Allah melalui ibadah dan kualitas
interaksi sosialnya dengan sesama manusia melalui
muamalah)
FILSAFAT IBADAH
I. Filsafat Thaharoh
1. Dari Segi Alat Bersuci
a. Air : - Air merupakan sumber kehidupan (al-Anbiya :
30)
- Manusia berasal dari air yaitu air mani (al-
Furqon : 54)
- Air sebagai alat bersuci (al-Furqon)
b. Debu/tanah
- Tanah merupakan asal kejadian manusia (ar-Rahman :
14, al-Hijr : 28)
- Tanah ditetapkan sebagai alat bersuci (al-Maidah : 6)
2. Dari segi anggota bersuci (Wudlu)
a. Membersihkan kotoran lahir
b. Mengenang dosa-dosa yang telah dilakukan
c. Mensucikan kotoran batin / dosa.
II. Filsafat Shalat
1. Dari segi spritual
a. Mengingatkan manusia kepada Allah : Thaha : 14,
banyak penyebutan Allah
b. Menyucikan roh : Banyak bacaan Doa.
c. Memberikan ketenangan hidup : Ar-Radu : 28, Al-
Baqarah : 45-153, selalu ingat Allah.
d. Membentuk akhlak mulia : Al-Ankabu : 45, selalu ingat
Allah, Roh-Nya suci.
2. Dari segi pendidikan :
a. Mendidik kebersihan
b. Mendidik kedisiplinan
c. Mendidik kejujuran
d. Mendidik berorganisasi
e. Mendidik bermasyarakat
f. Mendidik persamaan
3. Dari segi Kesehatan
a. Kesehatan rohani
Karena adanya ketenangan hidup, selalu ingat pada
Allah.
b. Kesehatan jasmani
Karena adanya :
- Ketenangan hidup
- Kebersihan
- Perangsangan peredaran darah
- Gerakan-gerakan sehat
c. Kesehatan sosial
Karena adanya :
- Hidup bermasyarakat yang baik
- Persamaan manusia.
III. Filsafat Puasa
1. Dari Segi Fisiologis
Puasa menumbuhkan saraf penahan yang dapat
mengendalikan orang yang berpuasa dari
perbuatan yang terlarang, sehingga menjadi
manusia yang bertaqwa.
2. Dari Segi Spritual
Puasa meningkatkan kekuatan ruhaniah,
sehingga mendorong berbuat baik dan terhindar
dari perbuatan terlarang.
3. Dari Segi Pendidikan
a. Latihan penahanan nafsu
b. Pembentukan akhlak yang mulia
c. Latihan bersabar dan tahan uji
d. Menumbuhkan rasa kasih sa yang
e. Menumbuhkan rasa syukur atas nikmat dari Allah
f. Membiasakan diri bersikap jujur.

4. Dari Segi Kesehatan
a. Kesehatan jasmani :
1) Ada Pembakaran sisa-sisa makanan dalam tubuh :
lemak, gula, zat asam.
2) Ada peningkatan daya kerja dan daya tahan tubuh
3) Ada penggantian organ tubuh yang rusak.
b. Kesehatan rohani
Aliran darah ke alat pencernaan berkurang,
sehingga kelebihan darah dapat mengalir ke otak,
sehingga pikiran dan perasaan lebih terang.
c. Kesehatan sosial
Ada pengembangan nilai-nilai sosial.
IV. Filsafat Zakat
1. Dari segi pengertian
a. Menyucikan dari dosa
b. Menyucikan dari sifat kikir
c. Menyucikan harta
d. Menyucikan dari sifat dendam
e. Menyuburkan pahala
f. Menyuburkan harta
g. Menyuburkan sifat-sifat baik.
2. Dari segi pendidikan
a. Dapat mewujudkan rasa syukur atas nikmat Allah.
b. Dapat mewujudkan persaudaraan dan kasih sayang.
c. Mewujudkan rasa sosial.
3. Dari segi perekonomian
Dapat meningkatkan peredaran modal.

V. Kedudukan Alam/Harta
1. Allah adalah pemilik mutlak
a. Ali Imran : 109

a. Annisa : 126

2. Manusia pemilik relatif
a. Al Anam : 165

a. Fathir : 39

3. Sebagian rizki supaya diinfakkan untuk umum
a. Al Baqarah : 254

4. Harta yang benar-benar milik seseorang adalah
yang dinafkahkan
VI. Pentingnya Ibadah Sosial
1. Ibadah ritual yang mengkait dengan aspek
sosial pahalanya lebih banyak
dibandingkan dengan ibadah ritual yang
tidak mengkait dengan aspek sosial
2. Ibadah ritual yang mengganggu aspek
sosial dapat disederhanakan.
3. Pelanggaran ibadah ritual dapat diatasi
dengan ibadah sosial, sedang
pelanggaran ibadah sosial tidak dapat
diatasi dengan ibadah ritual.
4. Pahala ibadah sosial dapat sama dengan
pahala Ibadah ritual yang sunnah.
Sumber Sejarah Islam
1. Al-Quran 2. Hadits
Sumber/Wurud Penunjukan/Dalalah Sumber/Wurud Penunjukan/Dalalah
Pasti/Qathi Pasti/
Qathi
Samar/
Dhanni
Pasti/
Qathi
Samar/
Dhanni
Pasti/
Qathi
3. Ijtihad
Mazhab
Hanafi
Madzhab
Malik
Madzhab
Syafii
Madzhab
Ahmad
Madzhab
Lainnya
Samar/
Dhanni
SUMBER AJARAN/HUKUM ISLAM
I. Skema Sumber Ajaran/Hukum Islam
A. AL-QURAN
II. Sumber Ajaran Islam Menurut Al-Amidy :
1. Sumber yang shahih menurut dirinya dan wajib diamalkan :
a. Sumber yang terbaca, yaitu al-Quran
b. Sumber yang tidak terbaca, yaitu Sunnah
Al-Quran dan Sunnah disebut dalil Nash
c. Sumber yang tidak terbaca dan bukan dalil nash :
1) Sumber yang terpelihara dari kesalahan, yaitu Ijma
2) Sumber yang tidak terpelihara dari kesalahan, tetapi
dapat dihubungkan dengan nash, yaitu qiyas.
3) Sumber yang tidak terpelihara dari kesalahan dan tidak
dapat dihubungkan dengan nash, yaitu istidlal.
Nash dan Ijma adalah dalil pokok, sedang qiyas dan
istidlal adalah cabang yang mengikuti pada nash dan
Ijma
2. Sesuatu yang dikira sumber shahih, yaitu syaru man
qablana, madzhab shahabi, istihsan, maslahat mursalah.
Sumber ajaran selain Al-Quran dan Sunnah termasuk kelompok
Rayu atau Ijtihad.
III. Al-Quran Ditinjau Dari Segi Sumbernya Adalah Pasti
(Qathi) Berasal dari Allah dengan Beberapa Alasan :
1. Nabi Muhammad tidak pandai membaca dan menulis (Q.S. 29
: 48)
2. Keindahan dan ketelitian redaksi al-Quran
3. Adanya tantangan al-Quran kepada semua manusia (Q.S. 2 :
23 dan Q.S 17 : 88)
4. Adanya berita gaib atau ramalan dalam Al-Quran (Q.S. 10 ; 92
dan Q.S. 30 : 16)
5. Adanya teguran terhadap Nabi Muhammad (Thaha. 114 : 8)
IV. Al-Quran Ditinjau dari Segi Penunjukkan Pada Suatu
Makna
1. Nash yang QathI Dalalahnya : Ayat yang menunjukkan
dengan pasti pada makna tertentu, tidak menerima tawil, dan
tidak dapat diartikan dengan arti lain, misalnya Q.S. 4 : 12 dan
Q.S. 24 : 2
2. Nash yang Dhani Dalalahnya : Ayat yang menunjukkan pada
makna yang mungkin ditawilkan atau dipalingkan dari makna
asal kepada makna lainnya, karena :
a. Lafalnya dapat digunakan untuk dua makna, misalnya lafal Guru
(Q.S. 2 : 228) dan aulaamastumun nisa (Q.S. 4 : 43)
b. Lafal yang menggunakan kiasan, misalnya penggunaan kata
wajhun untuk Allah (Q.S. 55 : 27)
V. Cara Penunjukkan Al-Quran Terhadap
Hukum
1. Terperinci, sehingga dapat dilaksanakan
walaupun tidak dijelaskan oleh Nabi, misalnya
tentang kewarisan (Q.S. 4 : 11-12)
2. Secara garis besar, sehingga masih memerlukan
penjelasan untuk pelaksanaannya, misalnya
tentang shalat dan zakat (Q.S. 2 : 43)
3. Secara ibarat (tekstual) menunjukkan pada satu
makna, tetapi secara isyarat (kontekstual)
menunjukkan pada makna lain, misalnya
kewajiban suami memberi nafkah pada isteri dan
nasab anak pada ayah (Q.S. 2 : 223).
VI. Asas Pembinaan Hukum Islam Dalam
Al-Quran
1. Tidak menyulitkan/memberatkan
Dalilnya :
- Al-Baqarah 2 : 185
- Al-Baqarah 2 : 286
- An-Nisa 4 : 28
- Al-Maidah 5 : 6
- Al-Hajji 12 : 78
Ada Rukhsahah :
- Al-Maidah 5 : 6 (Tayamum)
- Al-Baqarah 2 : 184 (Berbuka puasa)
- Al-Baqarah 2 : 173 (Makanan)
2. Berangsung-angsur
a. Berdiam diri : tidak memberi hukum pada sesuatu,
karena untuk sementara masih perlu
diperkenankan, kemudian dilarang antara lain
aturan warisan bangsa Arab.
b. Membahas sesuatu secara mujmal, kemudian
baru diberi tafsir antara lain izin perang (Al-Haj :
39) selanjutnya diberi tafsir :
- Persiapan perang (Al-Anfal : 60)
- Tawanan perang (Al-Anfal : 67)
- Ghanimah (Al-Anfal 41)
c. Mengharamkan sesuatu dengan barangsur-
angsur Antara lain : Pengharaman Khamr :
- Al-Baqarah 219
- An-Nisa 43
- Al-Maidah 90 91
3. Berdasarkan Keperluan
Antara lain :
- Kisah orang dari suku Ghathfan yang
memelihara anak yatim (An-Nisa2)
- Kisah Kubaisyah yang ditinggal mati
suaminya yaitu Abu Qais (An-Nisa19)
4. Ada Pertanyaan
Antara lain :
- Tentang Infak (Al-Baqarah 215)
- Tentang berperang pada bulan suci (Al-
Baqarah 219)
- Tentang Haedl (Al-Baqarah 222)
B. HADITS
I. Pembagian Hadits Berdasarkan Jumlah
Perawi (Dari Segi Sumbernya)
1. Hadits Mutawatir : Hadits yang diriwayatkan perawi
berdasarkan tanggapan panca indera dan banyaknya perawi
sampai pada jumlah yang mustahil mereka bersepakat
dusta.
Hadits Mutawatir harus diterima, diamalkan, dan memberi
keyakinan yang qathI karena pasti berasal dari Rasul SAW
2. Hadits Ahad : Hadits yang diriwayatkan perawi dan
banyaknya tidak sampai pada jumlah perawi hadits
Mutawatir :
a. Hadits Masyhur : Hadits yang diriwayatkan tiga perawi
atau lebih, tetapi tidak mencapai derajat Mutawatir.
Hadits Masyhur pasti berasal dari sahabat yang
menerima dari Rasul, tetapi tidak pasti (dugaan) berasal
dari Rasul SAW.
b. Hadits Azis : Hadits yagn diriwayatkan dua perawi pada
setiap sanad atau salah satu sanadnya.
c. Hadits Gharib : Hadits yang diriwayatkan seorang perawi
pada setiap sanad atau salah satu sanadnya.
II. Hadits Ditinjau Dari Segi Penunjukkannya
Pada Suatu Makna
1. Hadits yang qathI dalalahnya : Hadits yang
dengan pasti menunjukkan pada suatu makna dan
tidak diartikan dengan makna yang lain.
2. Hadits yang dhanni dalalahnya : Hadits yang
menunjukkan pada suatu makna dan dapat
dipalingkan pada makna lainnya.
III. Pembagian Hadits Berdasarkan Kualitas
1. Hadits Shahih : Hadits yang diriwayatkan oleh
perawi yang adil dan sempurna, ingatannya,
sanadnya bersambung, matannya marfu, dan
tidak ada cacat.
2. Hadits Hasan : Sama dengan hadits shahih,
hanya perawinya tidak sempurna ingatannya.
3. Hadits Dlaif : Hadits yang tidak memenuhi satu
atau lebih syarat hadits Shahih atau Hasan.
IV. Penggunaan Hadits Dlaif :
1. Para ulama sepakat, hadits Dlaif tidak boleh digunakan
sebagai dalil dalam menentukan hukum.
2. Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan
hadits Dlaif untuk keutamaan amal :
a. Bukhari dan Muslim sependapat tidak menggunakan hadits
Dlaif dalam bidang apapun termasuk untuk keutamaan
amal.
b. Nawawi membolehkan penggunaan hadits Dlaif untuk
keutamaan amal yang hukumnya telah ditetapkan oleh
hadits lain yang Shahih atau Hasan.
c. Ibnu Hajar berpendapat sama dengan Nawawi, hanya
menambahkan persyaratan :
1) Kedlaifannya tidak terlalu jelek.
2) Ketika menggunakan hadits dlaif tidak boleh meyakini
bahwa perbuatan itu pernah dilakukan Nabi SAW.
V. Fungsi Hadits Menurut Abu Hanifah
1. Bayan Taqrir : Memperkuat apa yang ditetapkan al-Quran,
misalnya hadits tentang melihat bulan untuk berpuasa Ramadhan
adalah untuk menguatkan Q.S 2 : 185.
2. Bayan Tafsir : Menerangkan apa yang tidak mudah diketahui,
karena ayatnya mujmal atau musytarak, misalnya hadits tentang
cara shalat adalah menerangkan Q.S. 2 : 110.
3. Bayan Tabdil/Nasakh : Mengganti atau membatalkan suatu hukum
dengan hukum yang lain, misalnya hadits tentang larangan wasiat
pada ahli waris adalah mengganti hukum dalam Q.S. 2:180.
VI. Fungsi Hadits Menurut Malik
1. Bayan Taqrir
2. Bayan Taudlih/Tafsir : Menerangkan maksud ayat, misalnya hadits
tentang hikmah zakat adalah menerangkan Q.S. 9 : 34
3. Bayan Tafshil : Menjelaskan kemujmalan ayat, misalnya hadits
tentang cara shalat yang menjelaskan ayat tentang perintah
Shalat.
4. Bayan tabsith atau Tawil : Menerangkan sesuatu yang
diterangkan secara ringkas dalam al-Quran, misalnya hadits yang
mencegah berbicara dengan 3 orang adalah menerangkan ayat
at-Taubah 118.
5. Bayan Tasyri : Menetapkan suatu hukum yang tidak tersebut
dalam al-Quran, misalnya Hadits tentang keharaman nikah karena
susuan.
VII. Fungsi Hadits Menurut SyafiI
1. Bayan Tafshil.
2. Bayan Takhshish : Mengkhususkan sesuatu dari
keumuman ayat, misalnya hadits tentang kehalalan
bangkai ikan dan belalang khususnya ayat al-Maidah 3.
3. Bayan Tayin : Menentukan mana yang dimaksud dari 2
atau 3 hal yang mungkin dimaksudkan, misalnya hadits
tentang pengertian khamr adalah menerangkan al-Maidah
90.
4. Bayan Tasyri
5. Bayan Nasakh
VIII. Fungsi Hadits Menurut Ahmad Bin Hanbal
1. Bayan Tahid/Taqrir
2. Bayan Tafsir
3. Bayan Tasyri
4. Bayan Takhshish
5. Bayan Taqyid : Membatasi kemutlakan pengertian yang
terkandung dalam ayat, misalnya hadits yang menentukan
jumlah maksimal wasiat adalah membatasi al-Baqarah 180.
C. IJTIHAD
I. Pengertian Ijtihad
Usaha sungguh-sungguh dalam menggunakan daya fikir
untuk memahami al-Quran yang penunjukkannya Dhanni,
Hadits yang sumber dan penunjukkannya dhanni, serta
memecahkan permasalahan yang tumbuh dalam
kehidupan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip yang
terkandung dalam al-Quran dan Hadits.
II. Perlunya Ijtihad
1. Adanya ayat al-Quran yang penunjukkannya dhanni.
2. Adanya hadits yang sumbernya dhanni.
3. Adanya hadits yang penunjukkannya dhanni.
4. Adanya masalah yang tumbuh dalam kehidupan
masyarakat dan tidak ada ketentuan yang pasti dalam
al-Quran dan Hadits.
5. Perlunya melakukan reaktualisasi hasil ijtihad ualam
masa lalu.
IV. Metode Ijtihad
1. Qiyas : Menyamakan suatu hal yang tidak
ditentukan hukumnya dalam satu nash, dengan
hal lain yang ditentukan hukumnya dalam suatu
nash, karena ada persamaan illat/sebab hukum
pada dua hal tersebut, misalnya menyamakan
padi dengan gandum dalam hal keharusan zakat.
Rukun Qiyas
a) Al-Ashl atau pokok, yaitu suatu hal yang
sudah ditentukan hukumnya dalam nash,
yang menjadi pangkal qiyas.
b) Al-Faru atau cabang yaitu suatu hal yang
tidak ditentukan hukumnya dalam nash.
c) Hukum pada al-Ashl.
d) Illat hukum pada al-ashl.
2. Maslahat Mursalah/Istishlah :
Menetapkan hukum suatu hal yang tidak disebutkan
dalam nash dengan pertimbangan untuk kepentingan
hidup manusia, berdasarkan prinsip menarik manfaat
dan menghindarkan kemelaratan, misalnya
mengharuskan adanya pencatatan dalam akad nikah.
Kepentingan hidup manusia yang menjadi
pertimbangan dalam penetapan hukum :
a. Kepentingan esensial bagi kehidupan manusia, yaitu
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta
(almashalih al-alaruriyah)
b. Kepentingan tidak esensial, tetapi diperlukan bagi
kehidupan manusia, agar tidak mengalami kesukaran (al-
mashalih al-hajjiyah)
c. Kepentingan pelengkap, yang jika tidak terpenuhi tidak
mengakibatkan kesukaran dalam kehidupan al-mashalih al-
tahsimiyah.
3. Istihsan
Memandang suatu keputusan lebih baik, karena sesuai
dengan tujuan syariat Islam yaitu mewujudkan
kemaslahatan dan mencegah kemelaratan, dengan
meninggalkan ketentuan dalil khusus dan
mengamalkan ketentuan dalil umum.
Misalnya : Membolehkan menjual harta wakaf yang
sudah tidak berfungsi dan diganti dengan harta wakaf
yang lain, walaupun dalil khusus (Hadits) melarang
menjual harta wakaf.
4. Istishab
Melangsungkan berlakunya ketentuan hukum yang
ada, sehingga terdapat dalil yang mengubahnya.
Macam Istishab :
a. Melangsungkan berlakunya hukum asal tentang kebolehan
sesuatu, selama tidak ada dalil yang mengubahnya.
Misalnya : membolehkan makan segala macam makanan,
selama tidak ada dalil yang mengharamkan.
b. Melangsungkan berlakunya hukum
berdasarkan suatu dalil, selama tidak ada
dalil yang mengubahnya
Misalnya: menetapkan seseorang yang
sudah wudlu mempunyai wudlu, selama
tidak ada kondisi yang menurut dalil
membatalkan wudlu
5. Urf :
Menetapkan kebolehan adat-istiadat
masyarakat berlangsung terus, selama
adat tersebut tidak bertentangan dengan
prinsip al-Quran.
V. Sebab terjadinya Perbedaan Hasil Ijtihad
1. Adanya perbedaan pengertian lafal :
a. Lafal musytarak : mempunyai beberapa arti, Misalnya
kata Uru pada al-Baqarah 228 oleh Hanafi diartikan
dengan haid sehingga masa iddah adalah 3 kali haid
sedangkan Syafii mengartikan suci sehingga masa
iddahnya 3 kali suci.
b. Lafal yang mempunyai arti habibi dan majazi
Misalnya kata nikah pada an-Nisa 22 oleh Hanafi
diartikan dengan bersetubuh (arti majazi) sehingga
seorang anak laki-laki tidak boleh menikah dengan
perempuan yang dizinai bapaknya. Sedang Syafii
mengartikan dengan akad nikah sehingga anak laki-
laki boleh menikah dengan perempuan yang dizinai
bapaknya.

2. Adanya perbedaan pemahaman dalam kaitannya
dengan kaidah Ushul Fiqh
a. Shighat amar ada yang memahami wajib, sunnah, dan
mubah, misalnya amar pada hadits jadikanlah akhir
shalatmu shalat witir oleh Hanafi difahami wajib, sedang
oleh Syafii difahami sunnah.
b. Shighat nahi ada yang memahami haram dan makruh,
misalnya nahi pada hadits yang melarang makan binatang
buas oleh Syafii difahami haram, sedang oleh Malik
difahami makruh.
c. Adanya perbedaan penilaian terhadap hadits
ada suatu hadits yang oleh sebagian ulama dinilai kuat,
sedang oleh ulama lain dinilai lemah, misalnya hadits Tidak
ada wudlu bagi orang yang tidak membaca bismillah.
Ahmad menilai hadits ini kuat dan menjadi dalil untuk
mewajibkan membaca basmalah orang yang berwudlu.
Sedang ulama lain menilai lemah.
4. Adanya perbedaan pemahaman apakah ketentuan hukum
suatu nash bersifat taabbudi atau taaqquli.
Misalnya sebagian ulama memahami perintah mencuci jilatan
anjing dengan tanah adalah bersifat taabbudi, oleh karena itu
tidak dapat diganti dengan alat lain. Sedang sebagian ulama
memahami bersifat taaqquli, oleh karena itu dapat diganti
dengan alat lain, misalnya dengan karbol atau deterjen.
5. Adanya perbedaan dalam penentuan illat dalam melakukan
Qiyas
Misalnya : menurut Syafii illat wajib zakat tanaman adalah
karena makanan pokok, sedang menurut Hanafi illatnya
adalah karena potensial menunjang perekonomian umat.
6. Adanya perbedaan dalam penggunaan dalil
Misalnya : Malik menjadikan istihsan sebagai dalil untuk
membolehkan wanita yang haid membaca Al-Quran sedikit.
Sedang sebagian ulama tidak menjadikan istihsan sebagai
dalil dalam masalah ini.
VII. Bentuk Ijtihad Yang Diperlukan
1. Ijtihad intiqai : memilih salah satu pendapat
yang diyakini paling kuat diantara pendapat
yang ada.
Alat ukur dalam menentukan pendapat lebih
kuat :
a. Lebih dapat merealisir tujuan syariat Islam, yaitu
mewujudkan kemaslahatan dan menghindarkan
kemelaratan.
b. Memberi kemudahan, sesuai dengan kemudahan
yang diberikan syariat Islam.
c. Lebih banyak memberikan rahmat pada manusia.
d. Lebih sesuai dengan kehidupan manusia pada
masa sekarang.
2. Ijtihad Insyai : menetapkan hukum baru
terhadap suatu masalah yang belum pernah
dikemukakan ulama sebelumnya
AKHLAK, ETIKA, DAN MORAL
I. Perbedaan Akhlak, Etika, dan Moral
1. Akhlak
- Bersumber pada al-Quran dan Hadits
- Kebenarannya mutlak
- Berlaku Universal
- Berlaku kekal
- Sesuai dengan akal/hati nurani.
2. Etika/Moral
- Bersumber pada akal
- Kebenarannya relatif
- Berlaku lokal
- Berlaku temporer
- Belum tentu sesuai dengan akal/hati nurani.
II. Hubungan Iman dengan Akhlak
1. Iman tidak hanya dengan hati dan lisan, tetapi
harus disertai dengan amal/akhlak.
2. Kesempurnaan iman ditentukan oleh baik-
buruknya akhlak (Hadits).
3. Perbuatan/akhlak baik hanya diterima Allah,
apabila didasarkan pada iman (al-Baqarah 264,
Hadits).
4. Perbuatan / Akhlak baik merupakan bagian dari
iman (Hadits).
III. Hubungan Ibadah dengan Akhlak
1. Ibadah dapat membentuk seseorang berakhlak
mulia.
2. Perbuatan/akhlak baik yang dilakukan karena
mengharap keridlaan Allah dinilai sebagai
ibadah (Hadits).
IV. Akhlak Terhadap Allah
1. Beriman (Al-Baqarah 2 : 103 + 277)
2. Taat/mengabdi (Ali Imran 3 : 132, Adz-Dzariyat 56)
3. Ikhlas (Al-Bayyinah 5), At-Taubah 9 : 56)
4. Tadlarru dan Khusyu (Al-Mukminun 1-2, Al-Araf 55)
5. Ad-Dua dan Ar Raja (Az-Zumar 53, Al-Ankabut : 59)
6. Husnudh Dhan (Hadits)
7. Bertawakkal (Ali Imran 157, Al-Baqarah 156+216)
8. Qannaah dan Tasyakkur (Al-Baqarah 172, Ibrahim 7)
9. Beristigfar dan bertaubat (At-Tahrim 8)
10. Tidak berputus asa dari rahmat Allah (Az-Zumar 53-54)
11. Cinta dengan penuh harapan (Al-Insyirah 7-8)
12. Takut terhadap siksa Allah (Hud 11 : 103)

V. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua
1. Taat / Patuh (Luqman 15, al-Ankabut 8)
2. Berbuat baik (Bani Israil 23)
3. Berkata lemah-lembut (Bani Israil 23)
4. Merendahkan diri (Bani Israil 24)
5. Berterima kasih (Luqman 14)
6. Memohonkan ampun dan rahmat Allah (Bani
Israil 24)
7. Setelah orang tua meninggal.
- Menshalatkan janazahnya
- Menyempurnakan janjinya (A.l, Hutang, Nadzar,
Wasiat)
- Menghormati sahabatnya.

VI. Akhlak Orang Tua Terhadap Anak
1. Mendoakan keselamatan (Al-Furqon 4)
2. Menjaga keselamatan
3. Memberi makan, pakaian, dan tempat tidur
4. Menyayangi (Hadits)
5. Mengaqiqahkan (Hadits)
6. Memberi nama yang baik
7. Memperlakukan dengan adil (Hadits)
8. Mendidik memberi ilmu (Hadits)
9. Menghitankan (Hadits)
10. Menikahkan
VII. Aklak Suami Terhadap Isteri
1. Memimpin/mendidik isteri (An-Nisa34, Tahrim 6)
2. Menggauli dengan baik (An-Nisa19, Hadits)
3. Memberikan nafkah batin (An-Nisa4)
4. Menjaga rahasia isteri (Hadits).
VIII. Akhlak Isteri Terhadap Suami
1. Taat/patuh kepada suami (An-Nisa 34)
2. Menjaga kehormatan diri (An-Nisa34)
3. Mengurus harta suami (An-Nisa34, Hadits)
4. Melayani kebutuhan batin suami (Hadits)
5. Tidak pergi kecuali dengan izin suami (Al-Ahzab
33, Hadits)
6. Menjaga rahasia suami (An-Nisa34, Hadits)
KEWAJIBAN DAN HAK ASASI MANUSIA
1. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Adza Dzariat 51:56 : manusia diciptakan untuk
mengemban kewajiban a.l. menyembah Allah.
Oleh karena itu manusia harus melaksankan
kewajiban dulu, kemudian barulah lahir hak
manusia. Hak manusia merupakan imbalan dari
kewajiban yang telah dilaksanakan.
Ciri Hukum Islam :
a. Memberikan kewajiban sebagai tugas utama
b. Hak timbul setelah kewajiban dilaksanakan
c. Keseimbangan kewajiban dengan hak
d. Keseimbangan kepentingan pribadi dengan masyarakat
e. Mendahulukan kewajiban perorangan daripada hak
pribadi.
2. Macam Kewajiban
a. Dari segi subyek
Kewajiban masyarakat (fardhu kifayah)
Kewajiban individu (fardu ain)
b. Dari segi ruang lingkup
Kewajiban kepada Allah
Kewajiban terhadap diri sendiri
Kewajiban terhadap keluarga
Kewajiban terhadap tetangga
Kewajiban terhadap harta
Kewajiban terhadap lingkungan hidup
Kewajiban terhadap buruh
Kewajiban terhadap negara
3. Islam dan Hak Asasi Manusia
a. Pemikiran barat : bersifat antroposentrik
Segala sesuatu berpusat pada manusia
Manusia menjadi standart ukuran segala sesuatu
Ajaran Islam : bersifat teosentrik
Segala sesuatu berpusat pada Tuhan
Menusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah.
b. Pemikiran barat : menekankan segi materiil
Ajaran Islam : mengutamakan segi spritual, tanpa
mengabaikan segi materiil.
b. Pemikiran barat : berdasarkan pemikiran
manusia
Ajaran Islam : berdasarkan wahyu ilahi dan
Sunnah Rasul SAW.
4. HAM Islam dan PBB
HAM : Martabat Manusia
Surat al-Isra 17 : 70 : Manusia mempunyai martabat
yang mulia
Manusia harus memelihara dan menjaga kemuliaan
martabatnya dengan iman, amal sholeh, dan bertaqwa
kepada Allah
Manusia mempunyai hak perlindungan untuk hidup (al
Isra17:33)
Hukuman mati (qishash) tidak bertentangan dengan
HAM, dalam makna manusia sebagai komunitas dan
bukan sebagai individual. Hukuman mati adalah untuk
membela kepentingan HAM sebagai komunitas.
Prinsip tersebut sama dengan Duham PBB pasal 1 dan
3
HAM : Persamaan Manusia
Semua manusia adalah sama, karena semuanya hamba Allah.
Perbedaan tinggi/rendahnya derajat manusia ditentukan oleh
ketaqwaannya (al-Hujarat 49:13)
Islam tidak mengenal diskriminasi dalam penegakan hukum
(Hadits)
Manusia harus menghindari perbuatan dhalim, wajib
menegaskan keadilan, dan menempatkan manusia pada
martabatnya (al-Maidah 5:8)
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB pasal 6-7
HAM : Kebebasan Menyatakan Pendapat
Manusia mempunyai kebebasan menyatakan pendapat tetapi
kebebasannya tidak mutlak, karena harus berlandaskan pada
wahyu Allah
Kebebasan menyatakan pendapat merupakan perwujudan
perintah Allah, agar manusia menggunakan akal (Ali Imran 104)
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB Pasal 19.
HAM : Kebebasan Beragama
Manusia mempunyai kebebasan memeluk agama (al-Baqaroh
21 : 256)
Makna prinsip tersebut adalah kebebasan menganut agama
yang diyakini dengan sukarela dan kesadaran, selanjutnya
dituntut untuk melaksanakan ajaran Islam. Oleh karena itu
seorang muslim tidak dibenarkan mengganti agama dari Islam
ke agama lain (riddah/murtad).
Prinsp tersebut sama dengan DUHAM pasal 18.
HAM : Jaminan Sosial
Pada harta orang kaya terdapat hak fakir-miskin dan mereka
yang memerlukan (adz-Daariyat 51:
Seseorang tidak memiliki harta secara mutlak karena minimal
2,5% hartanya wajib dikeluarkan untuk jaminan sosial (zakat)
Tujuan zakat a.l. melenyapkan kemiskinan dan menciptakan
pemerataan pendapatan.
Prinsip tersebut sama dengan DUHAM PBB pasal 22.
DEMOKRASI

1. Musyawarah
Ajaran Islam memerintahkan pada umat Islam untuk
menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah (Ali Imran
3 : 159, asy Syura 42:38)
Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud
untuk mencapai suatu keputusan tentang suatu masalah
yang menyangkut kepentingan agama
Tujuan musyawarah adalah untuk memperoleh kebulatan
pandangan dan kesepakatan bersama dalam rangka
mewujudkan kepentingan dan kesejahteraan bersama.
2. Ijma
Ijma adalah kesepakatan pendapat para ulama tentang
hukum suatu masalah yang tidak ada ketentuannya dalam
al-Quran dan Sunnah.
Hanafi Malik Syafii, dan Hambali berpendapat tentang
mungkinnya terjadi Ijma misalnya dengan perantaraan
tulisan.
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
I. Pengertian
1. Pengetahuan (Knowledge) : segala sesuatu yang diketahui
melalui pancaindra, intuisi, dan firasat.
2. Ilmu (science) menurut Barat : pengetahuan yang
diklasifikasikan, diorganisasi, disistematisasi, dan
diintepretasi, sehingga menghasilkan kebenaran obyektif,
mudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara
ilmiah.
Berdasarkan definisi tersebut, ilmu merupakan hasil
penelitian dan bergantung pada fakta empiris.
- Dari sudut pandang filsafat, pengetahuan dapat
dikategorikan ilmu, apabila memenuhi unsur :
a. Ontologi : obyeknya jelas, dapat diidentifikasi, diberi
batasan, dan diuraikan sifat-sifat yang esensial.
b. Epistimologi : memiliki metode kerja yang jelas, yaitu
deduksi, induksi.
c. Aksiologi : memiliki nilai guna dan dapat
menunjukkan nilai teoritis, hukum, generalisasi,
konsep, dan kesimpulan logis serta sistematis.
- Dalam pemikiran sekuler, pengetahuan yang bersifat abadi, yang
bersumber dari wahyu Allah, tidak diakui sebagai ilmu. Bahkan
mereka mempertentangkan wahyu dengan akal dan agama
dengan ilmu.
- Dalam ajaran Islam, wahyu dengan akal dan agama dengan ilmu
harus sejalan dan tidak boleh dipertentangkan, karena agama
membimbing akal.
- Dalam pemikiran Islam, sumber ilmu adalah wahyu dan ak al.
Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal
berdasarkan ketentuan al-Quran dan Sunnah Rasul.
- Sifat ilmu berdasarkan pemikiran Islam :
a. Bersifat abadi dan kebenarannya mutlak, karena bersumber dari
wahyu Allah.
b. Bersifat perolehan dan kebenarannya relatif, karena bersumber dari
akal pikiran.
- Dalam perspektif Islam, IPTEK merupakan hasil pengembangan
potensi manusia yang diberikan Allah berupa akal dan budi. Hasil
tersebut hanya merupakan penemuan bagaimana proses
sunnatullah terjadi di alam semesta dan bukan pencipta hukum
baru di luar sunnatullah.
- Dalam pemikiran sekuler, ilmu mempunyai karakteristik :
obyektif, netral, dan bebas nilai.
- Ilmu menurut Al-Quran (Ar-Rahman 1-13) : Rangkaian
keterangan teratur dari Allah, yang menerangkan kehidupan
semesta yang tergantung pada Allah.
- Dalam pemikiran Islam, ilmu tidak boleh bebas dari nilai, baik
dari nilai lokal maupun nilai universal.
- Istilah pengetahuan dan ilmu oleh masyarakat difahami
menjadi satu istilah baku, yaitu ilmu pengetahuan.
3. Teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan
- Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah
satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan.
- Pada dasarnya teknologi memiliki karakteristik obyektif dan
netral. Tetapi pada situasi tertentu tidak netral, karena
mempunyai potensi merusak.
- Teknologi membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan manusia. Sebaliknya dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya.
4. Seni adalah hasil ungkapan akal dan
budi manusia
- Seni merupakan ekspresi jiwa dan hasil
ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia.
- Seni identik dengan keindahan, sedang
keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran.
II. Integritas Iman, Ilmu, dan Amal
Iman, Ilmu dan Amal merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan:
a. Kualitas iman seseorang tergantung pada ilmu yang
difahami.
b. Allah mengangkat derajat seseorang, apabila ia beriman
dan menguasai ilmu (al-Mujadalah 58:11)
c. Amal seseorang tidak bernilai amal shaleh, apabila tidak
didasarkan pada iman al-Baqarah 264)
d. Ilmu yang tidak diamalkan adalah ibarat pohon yang tidak
ada buahnya (Hadits).
III. Keutamaan orang yang Beriman dan Berilmu
a. Allah mengangkat derajat seseorang, apabila ia beriman
dan berilmu (al-Mujadalah 58 : 11)
b. Barangsiapa ingin kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat, maka ia harus berilmu (Hadits)
c. Ulama (orang yang berilmu) adalah pewaris para Nabi
(Hadits)
IV. Perbedaan Pandangan Barat dengan
Islam tentang Ilmu
1. Pandangan Barat :
Sumber akal
Mempertentangkan akal dengan wahyu/ilmu
dengan agama
Harus obyektif/materi
Bebas nilai
Sifat perolehan/penelitian
Kebenaran relatif
Dampak dapat positif dan negatif

2. Pandangan Islam :
Sumber wahyu & Akal
Akal & wahyu/ilmu dan agama sejalan
Obyektif dan immateri
Tidak bebas nilai
Ada sifat perolehan / penelitian dan
informasi Kitab Suci
Ada kebenaran mutlak dan relatif
Dampaknya positif
PERKAWINAN
I. Perkawinan Antar Umat Beragama
1. Wanita Islam dengan laki-laki bukan Islam
Hukum : Ijma ulama menetapkan haram
Dalil :
a) Al-Baqoroh 221 : Janganlah kamu menikahkan anak
perempuanmu dengan laki-laki musyrik sebelum dia beriman.
b) Hukum kebalikan Al-Maidah 5 : Dihalalkan bagimu perempuan
ahli Kitab.
2. Laki-laki Islam dengan wanita bukan Islam
a) Laki-laki Islam dengan wanita bukan ahli Kitab
Hukum : Ijma ulama menetapkan haram
Dalil : Al-Baqarah 221 jangan kamu menikahi gadis musyrik,
sehingga dia beriman.
a) Laki-laki Islam dengan wanita Ahli Kitab
1) Sebagian ulama membolehkan
a) Ahli kitab dalam Al-Maidah 5 Difahami Asli dan tidak Asli
b) Ahli Kitab tidak termasuk musyrik.
2) Sebagian ulama menetapkan
Dalil :
a) Ahli Kitab dalam Al-Maidah 5 Difahami yang asli
saja.
b) Ahli Kitab termasuk musyrik
c) Ahli kitab sudah kafir (Al-Maidah 72 73)
3) Sebagian ulama membolehkan, tetapi
kemaslahatan tidak menghendaki
Dalil :
a) Ijtihad dengan metode Suddudz Dzaniah
(menghindarkan hal negatif yang mungkin timbul)
b) Qaedah Ushul Fiqh : Menolak kemelaratan
didahulukan dari pada Menarik Kemaslahatan.
II. Menikah dengan Wanita Hamil
1. Wanita hamil karena perceraian/kematian
Hukum : Ijma ulama menetapkan haram.
Dalil : Ath-Thalaq 4 : Wanita hamil Iddah-Nya sampai
melahirkan.
2. Wanita Hamil Karena Zina :
A. Laki-laki yang menghamili
Hukum :
1) Jumhur : Boleh menikahi dan boleh hubungan seks.
Dalil :
a) Tidak bertentangan dengan Al-Nur 3 (Pezina laki-laki
tidak menikah kecuali dengan pezina wanita), karena
keduanya sama-sama pezina.
b) Sesuai dengan Al-Nisa 23-24 (Dihalalkan bagimu selain
dari itu)
c) Larangan menikah dengan wanita hamil dalam Al-
Thalaq 4 adalah yang hamil karena
perceraian/kematian.
2) Sebagian ulama : Tidak boleh menikahi
Dalil :
a) Ath-Thalaq 4 berlaku bagi wanita hamil karena
perceraian maupun perzinahan
b) Menghindarkan percampuran air mani kotor dengan air
mani bersih
B. Laki-laki yang tidak menghamili
1) Hanafi, Syafii : boleh menikahi
Dalil :
a) Larangan menikahi wanita hamil (Ath-Thalaq 4) hanya
untuk wanita hamil karena perceraian/kematian.
b) Larangan nikah dengan wanita pezina (Al-Nur 3)
dalam pengertian dosa bukan haram.
c) Wanita hamil di luar nikah tidak ada idahnya.
d) Sperma zina tidak dihargai, karena nasab anak hanya
ke ibu.
2) Malik, Ahmad : Tidak boleh menikahi
Dalil :
a) Larangan menikahi wanita hamil (Ath-Talaq
4) berlaku baik karena perceraian maupun
perzinaan.
b) Wanita hamil karena zina wajib iddah.
c) Hadis : barangsiapa beriman tidak boleh
menumpahkan air (maninya) pada tanaman
orang lain.
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
- Pengertian Islam : Damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat
dan patuh
- Agama Islam : Agama yang mengandung ajaran untuk
menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan
kehidupan manusia dan makhluk lainnya.
- Karateristik ajaran Islam
1. Sesuai dengan fitrah manusia
2. Ajarannya sempurna
3. Kebenarannya mutlak
4. Mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. Fleksibel dan ringan
6. Sesuai dengan akal pikiran
7. Ajarannya mencerminkan ketauhidan
8. Menciptakan rahmat
- Bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam
1. Islam memberi petunjuk pada jalan yang benar
2. Islam memberi kebebasan manusia
menggunakan solusinya secara
bertanggungjawab
3. Islam menghormati manusia baik muslim maupun
non muslim
- Macam Ukhuwah
1. Ukhuwah Islamiah : Persaudaraan sesama
muslim
Aspek : Akidah dan Ibadah (Keakheratan)
Muamalah (keduniaan)
2. Ukhuwah Insaniyah : Persaudaraan sesama
manusia
Aspek : Muamalah (Keduniaan).
- Tanggung jawab sosial umat Islam :
1. Menjalin silaturrahmi dengan tetangga
2. Memberikan infak, shadaqah, zakat
3. Menengok orang yang sakit dan taziyah
bila ada yang meninggal
4. Membantu orang yang memerlukan
bantuan
5. Amar maruf dan nahi munkar.
MASYARAKAT MADANI
- Pengertian masyarakat madani : masyarakat yang
beradab, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, serta
maju dalam penguasaan Iptek.
- Karakteristik masyarakat madani :
1. Masyarakat yang beragama, mengakui adanya Tuhan, dan
menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang
mengatur kehidupan sosial.
2. Damai : saling menghormati secara adil
3. Tolong-menolong
4. Toleran : tidak mencampuri urusan pihak-pihak lain.
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
6. Berperadaban tinggi : menguasai Iptek dan
memanfaatkannya untuk kemaslahatan manusia.
7. Berakhlak mulia
8. Pluralisme : kebersamaan dalam keanekaragaman.
- Macam hak milik
1. Hak milik mutlak : hanya ada pada Allah, karena Allah
penciptanya
2. Hak milik relatif/nisbi : Hak milik yang ada pada manusia
karena :
- Pada harta umat Islam terdapatlah hak fakir miskin dan lain-
lain.
- Harta yang dimiliki setiap saat dapat hilang atau rusak.
- Hak kepemilikan bersifat sementara, karena ditinggal mati.
- Macam Lembaga untuk penyaluran harta:
Zakat, infak, shadaqoh, hibah, wakaf.
- Sejarah pelaksanaan zakat di Indonesia :
1. Bijblad No.6200 tanggal 28-2-1905 : Melarang pegawai dan
priyayi pribumi ikut membantu pelaksanaan zakat.
2. Bijblad No. 1892 tanggal 9-8-1938 : Mengawasi
pelaksanaan zakat dan fitrah yang dilakukan penghulu.
3. 1959 : Dibentuk badan resmi oleh pemerintah yang bertugas
mengelola zakat di Aceh.

1. 26-10-1968 : Presiden menganjurkan melaksanakan dan
mengembangkan zakat secara efektif dan efisien.
2. Peraturan Menteri Agama No.4/1969 tanggal 15-7-1968 tentang
Pembentukan Badan Amil Zakat.
3. Peraturan Menteri Agama No.5/1968 tanggal 22-10-1968 tentang
pembentukan Baitul Mal.
4. Pembentukan Badan Amil Zakat : DKI Jakarta (1968), Kalimantan
Timur (1972), Sumatera Barat (1973), Aceh, Sumatera Selatan,
dan Lampung (1975), Kalimantan Selatan (1977), Sulawesi Utara
dan Selatan (1985).
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama No. 29 dan 47 Tahun 1991 tentang Pembinaan BAZIS.
6. Instruksi Menteri Agama No. 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan
Teknis BAZIS
- Manajemen Pengelolaan Zakat Produktif
1. 1990 beberapa perusahaan dan masyarakat membentuk Baitulmal
atau Lembaga Zakat a.l Dompet Dhuafa Republika (DDR)
2. 1997 DDR menyelenggarakan Seminar Zakat Perusahaan
3. 1997 lahir Asosiasi yang menangani masalah zakat yakni Forum
Zakat (FOZ)
4. UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
5. Keputusan Menteri Agama No. 581 tentang Pelaksanaan UU No.
38/1999.
Unsur-unsur Penting yang
terdapat dalam Agama ialah :
1. Kekuatan gaib : Manusia merasa dirinya lemah
dan berhajat pada kekuatan gaib sebagai tempat
minta tolong. Oleh karena itu manusia merasa
harus mengadakan hubungan baik dengan
kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik itu dapat
diwujudkan dengan mematuhi perintah dan
larangan kekuatan gaib.
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di
dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada
adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib
yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan baik
itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari
akan hilang pula.
3. Respon yang bersifat emosional dari manusia.
Respons itu bisa mengambil bentuk perasaan
takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama
primitif atau perasaan cinta seperti yang terdapat
dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya
respons mengambil bentuk penyembahan yang
terdapat dalam agama-agama primitif atau
pemujaan yang terdapat dalam agama-agama
monotiesme. Lebih lanjut lagi respons itu
mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi
masyarakat yang bersangkutan.
3. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci
dalam bentuk kekuatan gaib, dalam kitab yang
mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan,
dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.
DUA MACAM AGAMA
Ditinjau dari segi sumbernya agama (tata
keimanan), tata peribadatan, dan tata aturan itu dapat
dibeda-bedakan atas dua bagian :
1. Agama Samawi, (agama langit, agama wahyu, agama
profetis, revealed religion, din as samawi), yaitu
agama yang diwahyukan Allah kepada manusia
melalui para Nabi/Rasul-Nya.
2. Agama budaya (agama filsafat, agama bumi, agama
rayu, natural religion, non revealed religion, din at-
thabii) yaitu agama ciptaan manusia.
Yang termasuk agama Samawi ialah : Agama Yahudi
asli, agama Nasrani asli dan agama Islam, sedang
agama lainnya termasuk agama budaya.
Perbedaan antara agama-agama wahyu dengan
agama-agama bukan wahyu menurut Al Masdoosi :
1. Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan
Tuhan, sedangkan agama bukan wahyu tidak harus
demikian.
2. Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan
agama bukan wahyu tidak beriman pada Nabi.
3. Bagi agama wahyu, sumber utama tuntunan dan
ukuran baik dan buruk adalah kitab suci yang
diwahyukan, sedangkan bagi agama bukan wahyu,
kitab suci yang diwahyukan tidak esensial.
4. Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah,
sedangkan agama bukan wahyu, kecuali Paganisme
lahir di luar area termaksud.
5. Agama wahyu timbul di daerah-daerah yang historis di
bawah ras semitik, walaupun kemudian agama
termaksud berhasil keluar pengaruh semitik.
Sebaliknya agama bukan wahyu lahir di luar area
semitik.
6. Sesuai dengan ajaran dan/atau historisnya, maka
agama wahyu adalah agama missionary. Agama
bukan wahyu bukanlah agama missionary.
7. Ajaran agama wahyu tegas dan jelas. Agama bukan
wahyu adalah kabur dan sangat elastis.
8. Ajaran agama wahyu memberikan arahan dan jalan
yang lengkap kepada para pemeluknya. Para
pemeluknya berpegang baik aspek duniawi maupun
aspek spritual dari hidup ini. Teoisme menitik beratkan
kepada aspek hidup spritual sedang confusianisme
lebih menekankan pada aspek dunia.
HAKEKAT KE TUHANAN YANG
MAHA ESA
1. Dalam Pandangan Islam
a. Semua Rasul mengajarkan Tuhan Yang
Maha Esa
- Al-Baqarah 133 : Yacub, Ibrahim,
Ismail Ishaq
- Al-Maidah 72 : Isa
- Al-Anbiya 25 : Semua Rasul
b. Konsep Ketuhanannya adalah Esa
dalam segala aspeknya antara lain: zat,
pribadi, sifat, dan perbuatannya.
- Al-Ikhlas 1-4 : Tuhan tidak beranak dan
tidak diperanakan
- Al-Mukminun 91 : Tuhan tidak mengambil anak
dan tidak ada Tuhan lain yang
besertanya
- Al-Maidah 73 : Sungguh kafir orang yang
mengatakan bahwa Allah itu
adalah yang ketiga dari tiga
- An-Nisa 170 : Almasih adalah pesuruh Allah
jangan berkata Tuhan itu tiga,
Allah adalah Tuhan Yang Esa
dan tidak mempunyai anak.

2. Dalam pandangan Kristen
Tuhan adalah Esa dengan tiga oknum dan
masing-masing oknum adalah Tuhan (Trinitas
atau Tritunggal : Allah Bapa, Anak Allah, Roh
Kudus)
- Ulangan 6 : 4 : Sesungguhnya Allah adalah Esa
adanya
- Markus 12 : 29 : Allah Tuhan kita adalah Tuhan
Yang Maha Esa
- DR. J. Verkuyl : Tritunggal Bapa, anak dan roh
kudus ketiga-tiganya sehakekat,
yakni hakekat Allah.
- Ibrani 1 : 8 : Anak disebut Allah
- Kisah Rasul 5 : 3-4 : Roh suci disebut Allah.
- Rum 1 : 7 : Bapak disebut Allah.
AL-QURAN SEBAGAI SUMBER
HUKUM
Kandungan Al-Quran tentang Hukum
I. Akidah
II. Akhlak
III. Syariah :
a. Ibadah, seperti shalat, zakat jumlah ayat sekitar
140
b. Muamalah :
1. Hukum keluarga, seperti nikah, talak, rujuk
jumlah ayat sekitar 70.
2. Hukum perdata, seperti jual beli, sewa
menyewa, jumlah ayat sekitar 70.
3. Hukum pidana, seperti pencurian,
pembunuhan jumlah ayat sekitar 30.
4. Hukum acara, seperti kesaksian,
sumpah jumlah ayat sekitar 13/20.
5. Hukum ketatanegaraan, seperti
peraturan pemerintah jumlah ayat sekitar
10.
6. Hukum internasional, seperti hubungan
antar negara jumlah ayat sekitar 25.
7. Hukum ekonomi dan keuangan, seperti
perbankan jumlah ayat sekitar 10.
Tujuan dan Ciri Hukum Islam/Syara
Tujuan Hukum Islam (Al-Maqaashidu al-Khamsah) :
1. Memelihara kemashlahatan agama/manusia
Agama adalah suatu yang harus dimiliki manusia supaya
martabatnya dapat terangkat lebih tinggi dari makhluk lainnya
dan dapat memenuhi kebutuhan jiwanya. Oleh karena itu Islam
memerintahkan manusia untuk menegakkan agama (asy-Sura
13).
2. Memelihara jiwa
Islam malarang pembunuhan (al-Baqarah 178-179, al-Isra 31).
3. Memelihara akal
Islam memuji orang yang berakal (al-Baqarah 164, al-Raad 3-4)
Islam mencela orang yang tidak mempergunakan akal (al-
Baqarah 44)
4. Memelihara keturunan
Islam mengatur pernikahan (al-Nisa 3-4, 22-24)
Islam melarang zina (Bani Israil 32, al-Nur 2-9)
5. Memelihara harta
Islam mensyariatkan peraturan tentang muamalat dan melarang
riba (al-Baqarah 275-284, ali-Imran 130).
Ciri Hukum Islam :
1. Bersifat Universal
Islam mencakup semua manusia (Saba
28, al-Anbiya 107).
2. Mementingkan nilai kemanusiaan
Islam mensyariatkan tolong-menolong,
zakat, infaq, shadaqah (al-Maidah 2, al-
Baqarah 43, 83, 95).
3. Mengutamakan akhlak
Islam memandang akhlak sangat penting
dalam pergaulan hidup (al-Qalam 4, al-
Ahzab 21).

Anda mungkin juga menyukai