Anda di halaman 1dari 7

1

TUGAS HUKUM KETENAGAKERJAAN


NAMA : ZICKRY FREDRICK EDWARD RASSI
NIM : 0716051128


Proses Pemutusan Hubungan Kerja
Pemutusan kerja yang dilakukan oleh suatu perusahaan disebabkan oleh beberapa hal, seperti
terjadinya kebangkrutan atau pailit dalam suatu perusahaan, adanya merger antara suatu
perusahaan dengan perusahaan lainnya. Selain itu pemutusan hubungan kerja juga bisa terjadi
karena kesalahan pekerja, atau perusahaan memutuskan untuk melakukan efisiensi,
penggabungan atau peleburan dalam divisi atau bidang bidang dalam disebabkan karena
perusahaan merugi dan sebagainya.
Pemutusan kerja dapat terjadi karena beberapa sebab, seperti ;
- Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Majikan.
Cara-cara yang dianut pada pemutusan hubungan kerja oleh majikan itu, merupakan aspek
yang sangat penting dalam hubungan kerja, karena aturan dan praktek yang dilakukan dalam
hal pemberhentian (dismissal) atau penghematan (lay off), mempengaruhi kepentingan vital
dari majikan dan buruh.
- Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Buruh.
Buruh dapat juga memngakhiri hubungan kerja itu tanpa pernyataan pengakhiran atau tanpa
mengindahkan aturan yang berlaku bagi pernyataan pengakhiran, tetapi buruh yang berbuat
demikian tanpa persetujuan pihak majikan, bertindak berlawanan dengan hukum.
2

- Hubungan Kerja Putus Demi Hukum.
Hubungan kerja yang diadakan untuk waktu tertentu, putus demi hukum bila waktu yang
ditentukan itu lampau. Dengan habisnya waktu berlakunya itu hubungan kerja putus dengan
sendirinya artinya tidak disyaratkan adanya pernyataan pengakhiran atau adanya tenggang
waktu pengakhiran.
Hubungan kerja putus demi hukum bila buruh meninggal dunia, bila watak hanya hubungan
kerja atau perjanjian kerja atau perjanjian kerja itu sendiri menghendaki sebaliknya.

- Pemutusan Hubungan Kerja Oleh Pengadilan.
Masing-masing pihak, yaitu pihak majikan dan buruh setiap waktu, juga sebelum pekerjaan
dimulai, berwenang berdasarkan permintaan tertulis kepada pengadilan negeri ditempat
kediamannya yang sebenarnya untuk menyatakan perjanjian kerja putus.

Pelaku usaha atau pengusaha tidak bisa seenaknya melakukan PHK terhadap pekerjanya.
Berdasarkan pasal 153 ayat (1) UU No. 13 Thaun 2003 melindungi pekerja dari kesewenang
wenangan pengusaha atau majikan yaitu ;
a. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan
dokter selama waktu tidak melampaui 12(dua belas) bulan secara terus-
menerus;
b. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi
kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku;
c. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. Pekerja/buruh menikah;
3

e. Pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan atau menyusui
bayinya;
f. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
g. Pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan atau pengurus serikat
pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat
pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
h. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
i. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan,
jenis kelamin,kondisi fisik, atau status perkawinan;
j. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau
sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang
jangka waktu penyembuhannya belum dipastikan.
Berdasarkan ketentuan UU No. 13 Tahun 2003, pengusaha dapat melakukan PHK terhadap
pekerja karena alasan-alasan sebagai berikut :
a. Pekerja melakukan kesalahan ringan;
b. Pekerja melakukan kesalahan berat;
c. Perusahaan tutup karena pailit;
d. Force majeur;
e. Adanya efisiensi;
4

f. Perubahan status, milik, lokasi dan pekerja menolak;
g. Perubahan status, milik, lokasi dan majikan menolak;
h. Pekerja sakit berkepanjangan dan mengalami cacat akibat kecelakaan kerja.

Alasan dapat dibenarkan adanya PHK menurut Ridwan Halim dan Sunindhia yaitu :
1. Menurutnya hasil produksi yang dapat pula disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya :
a. Merosotnya kapasitas produksi perusahaan yang bersangkutan.
b. Menurunnya permintaan masyarakat atas hasil produksi perusahaan
yang bersangkutan.
c. Menurunnya persediaan bahan dasar.
d. Tidak lakunya hasil produksi yang lebih dahulu dilemparkan ke
pasaran dan sebagainya, yang semua ini secara langsung maupun tidak
langsung mengakibatkan kerugian.
2. Merosotnya penghasilan perusahaan, yang secara langsung mengakibatkan
kerugian pula.
3. Merosotnya kemampuan perusahaan tersebut membayar upah atau gaji atau
imbalan kerja lain dalam keadaan yang sama dengan sebelumnya.
4. Dilaksanakan rasionalisasi atau penyederhanaan yang berarti pengurangan
karyawan dalam jumlah besar dalam perusahaan bersangkutan.
Alasan lain yang bersumber dari keadaan yang luar biasa, misalnya :
1. Karena keadaan perang yang tidak memungkinkan
diteruskannya hubungan kerja;
5

2. Karena bencana alam yang menghancurkan tempat kerja dan
sebagainya;
3. Karena perusahaan lain yang menjadi penyelenggara pekerjaan
yang bersangkutan ternyata tidak mampu lagi meneruskan
pengadaan lapangan pekerjaan selama ini ada. Sedangkan
perusahaan atau majikan yang secara langsung mempekerjakan
para karyawan selama ini hanyalah merupakan kuasa yang
bertindak untuk dan atas nama perusahaan yang lain yang
menjadi penyelenggara atau pengada lapangan pekerjaan
tersebut;
4. Karena meninggalnya majikan dan tidak ada ahli waris yang
mampu melanjutkan hubungan kerja denga karyawan yang
bersangkutan.
Alasan PHK itu di dalam prakteknya ada yang mengandung cacat yuridis, dalam arti ada
hal-hal yang tidak benar di dalam dasar surat keputusan PHK oleh majikan. Pemutusan
hubungan kerja yang tidak layak, antara lain :
a Jika antara lain tidak menyebutkan alasannya atau.
b. Jika alasannya PHK itu dicari-cari atau alasannya palsu.
c. Jika akibat pemberhentian itu adalah lebih berat dari pada keuntungan
pemberhentian itu bagi majikan,atau.
d. Jika buruh diperhentikan bertentangan dengan ketentuan dalam
Undang-Undang atau kebiasaan mengenai susunan staf dan tidak
alasan penting untuk tidak memenuhi ketentuan-ketentuan itu.
6

Apabila alasan PHK tidak dapat dibenarkan maka akan berakibat PHK itu dapat
dibatalkan. Sanksi atau hukuman bagi pemutusan hubungan kerja yang tidak beralasan yaitu :
a. Pemutusan tersebut adalah batal dan pekerja yang bersangkutan harus ditempatkan
kembali pada kedudukan semula.
b. Pembayaran ganti rugi kepada pekerja tersebut. Dalam hal ini pekerja berhak memilih
antara penempatan kembali atau mendapatkan ganti rugi.


Jakarta - Pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh manajemen Mandala terhadap karyawannya
direspons oleh para konsumen. Konsumen korban Mandala menilai langkah PHK semakin
memperkuat keyakinan jika Mandala semakin sulit mengembalikan uang ke konsumen (refund).

Hal ini disampaikan oleh Koordinator Pusat Aliansi Konsumen Korban Mandala Arif Sugiono
kepadadetikFinance, Minggu (10/4/2011)

"Ini semakin memastikan secara finansial Mandala tak sehat, ini juga menunjukan mungkin tak
ada investor yang berminat membeli Mandala," katanya.

Arif mengaku secara pribadi sangat tak yakin uangnya akan kembali apalagi ada kasus PHK.
Meskipun ia bersama rekan-rekannya akan tetap menempuh jalur hukum melalui konsultasi
LBH Jakarta, sebagai bentuk pembelajaran bagi perusahaan mana pun yang sewenang-
wenang kepada konsumen.

"Kalau ada PHK menambah masalah baru bagi Mandala, pastinya ada pesangon, maka
kewajiban kepada konsumenn akan menjadi terabaikan," tegasnya.

Dikatakannya melalui Pusat Aliansi Konsumen Korban Mandala terungkap data bahwa
diperkirakan hampir 100% uang konsumen belum dikembalikan oleh Mandala. Sehingga tak
mengherankan, lanjut Arif, banyak konsumen korban Mandala yang sudah apatis alias
mengikhlaskan uangnya raib.

"Kami sadar akan semakin sulit perjuangan kami, secara pribadi kecil sekali uang kami
kembali," katanya.

Dari data Pusat Aliansi Konsumen Korban Mandala juga tercatat para konsumen yang
uangnya menggantung di Mandala sangat beragam dari mulai ratusan ribu rupiah, belasan,
puluhan hingga ratusan juta rupiah. Padahal saat registrasi refund, pihak manajemen
menjanjikan waktu 45 hari pasca penghentian operasi Mandala.

Seperti diketahui, Mandala menghentikan sementara penerbangannya mulai Kamis, 13
Januari 2011. Maskapai ini terlilit utang mencapai Rp 2,45 triliun kepada kreditur konkuren
yang jumlahnya ratusan, dan utang ke kreditur separatis yaitu Bank Victoria Rp 54,14 miliar.

7

Pada 24 Februari 2011 mayoritas kreditur PT Mandala Airlines akhirnya setuju terhadap skema
restrukturisasi utang yang diajukan manajemen. Setelah itu Mandala dikabarkan masih fokus
mencari investor baru untuk mendapatkan suntikan dana segar.

(hen/wep)

http://finance.detik.com/read/2011/04/10/182158/1612880/4/kasus-phk-karyawan-mandala-
buat-konsumen-makin-pesimis


Berdasarkan kasus diatas dapat dikatakan bahwa PHK yang terjadi adalah berasal dari
pengusaha yang dikarenakan kebangkrutan atau pailit. Namun penyelesaian pemutusan
hubungan kerja ini belum sepenuhnya selesai karena hak pekerja yang seharusnya diterima
yaitu uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak (pasal
156 UU No. 13 tahun 2003) belum sepenuhnya dibayarkan kepada seluruh pekerja.

Anda mungkin juga menyukai